Peningkatan Hasil Belajar Melalui Media Film Animasi
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
TENTANG MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR CERITA
MELALUI MEDIA FILM ANIMASI SISWA KELAS V
SEMESTER I SDN TUNGGULSARI KECAMATAN KALIORI
KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Sulistiyono
Guru Kelas V SDN Tunggulsari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia tentang mengidentifikasi unsur-unsur cerita melalui media film animasi siswa Kelas V Semester I SDN Tunggulsari Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Tunggulsari Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Oktober tahun 2016. Subjek penelitian sebanyak 20 anak, terdiri dari 8 laki-laki dan 12 perempuan. Subjek penelitian merupakan sumber data. Instrumen penelitian ini adalah dokumen, lembar observasi dan lembar penilaian unjuk kerja. Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Teknik analisis data dengan deskriptif komparatif. Hasil penelitian ini adalah hasil belajar meningkat secara efektif. Pada Kondisi Awal, hasil belajar dengan nilai rerata sebesar 58 dan ketuntasan sebesar 30%. Pada Siklus I, hasil belajar dengan nilai rerata sebesar 70 dan ketuntasan sebesar 65%. Pada Siklus II, hasil belajar dengan nilai rerata sebesar 81 dan ketuntasan sebesar 90%.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Bahasa Indonesia, Unsur-Unsur Cerita, Media Film Animasi.
PENDAHULUAN
Media pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Dengan menggunakan media yang tepat, informasi atau pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan dapat diterima dengan jelas oleh penerima pesan. Begitu juga ketika media digunakan dalam proses pembelajaran di kelas, informasi yang disampaikan guru sebagai penyampai pesan di kelas dapat diterima dengan jelas oleh siswa sebagai penerima pesan di kelas. Dengan tersampaikannya pesan pembelajaran tersebut, kualitas proses belajar-mengajar akan meningkat, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa.
Pengalaman menunjukkan nilai Bahasa Indonesia justru menempati posisi rendah rata-rata kelasnya jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kemudahan penyajian pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut sebagian besar rekan sejawat, pembelajaran yang paling mudah dan sering dilaksanakan adalah Bahasa Indonesia. Dibanding dengan pembelajaran mata pelajaran lain, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru mudah memberikan aktifitas pada siswa karena dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa dapat diaktifkan melalui mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Namun demikian bila tidak didahului dengan penguasaan konsep, maka pembelajaran Bahasa Indonesia justru akan mengalami kesulitan.
Sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia Sekolah Dasar (SD) yang masih dalam proses berpikir konkrit, keberadaan media pembelajaran sangat diperlukan. Dengan media yang tepat, guru dapat membantu siswa menemukan konsep Bahasa Indonesia secara benar. Namun kondisi yang demikian kurang mendapat perhatian dari guru. Biasanya guru hanya menyajikan materi secara konvensional, monoton dan kurang variatif yang berdampak kejenuhan pada diri siswa, sehingga hasil belajar yang diharapkan kurang optimal.
Dalam pembelajaran Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya di Kelas V SD Negeri Tunggulsari, hasil yang dicapai belum memenuhi target yang diharapkan, yaitu belum seluruh siswa mencapai tingkat tuntas belajar. Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Tunggulsari sebesar 63. Namun untuk KKM yang ditetapkan untuk KD mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya ditetapkan sebesar 70. Jadi dasar pencapaian ketuntasan belajar KD ini adalah siswa telah memperoleh nilai ≥ 70.
Dari 20 siswa Kelas V SD Negeri Tunggulsari, baru 6 anak yang dapat memenuhi target belajar tersebut. Artinya keberhasilan penguasaan materi KD mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya hanyalah sebesar 30%. Hal ini diduga karena guru dalam memberikan materi ini kurang menggunakan media yang tepat. Guru hanya membacakan suatu cerita rakyat. Sepertinya siswa belum memahami benar apakah yang dimaksud dengan unsur cerita rakyat yang didengarnya itu. Untuk mengatasi kondisi yang demikian, guru akan mencoba menggunakan media lain untuk membantu para siswa memahami materi pelajaran.
Media Film animasi termasuk ke dalam media pembelajaran audiovisual, yaitu media pembelajaran yang terdiri atas suara dan gambar, suara dan gambar dalam hal ini berupa animasi atau kartun. Film animasi yang merupakan film berupa gambar hasil pengolahan tangan yang dibuat menjadi gambar yang bergerak (Widodo 2010). Menurut guru, media pembelajaran yang tepat dan mudah dipakai, yaitu film animasi cerita rakyat. Media pembelajaran film animasi cerita rakyat memudahkan siswa untuk mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya atau yang ditontonnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Tunggulsari Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Oktober tahun 2016.
Subjek penelitian sebanyak 20 anak, terdiri dari 8 laki-laki dan 12 perempuan. Subjek penelitian merupakan sumber data. Instrumen penelitian ini adalah dokumen, lembar observasi dan lembar penilaian unjuk kerja.
Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Teknik analisis data dengan deskriptif komparatif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran pada Kondisi Awal terdapat banyak persoalan, diantaranya 1) guru kurang memanfaatkan media yang mudah dipahami siswa, 2) perhatian siswa yang tidak terfokus karena guru tidak memanfaatkan media pembelajaran yang menarik, 3) siswa masih belum mampu mengidentifikasi unsur-unsur dalam cerita rakyat dan 4) konsep tentang unsur-unsur cerita rakyat belum sepenuhnya dikuasai siswa. Dengan demikian, hasil belajar dengan nilai rerata sebesar 58 dan ketuntasan sebesar 30%.
Deskripsi Siklus I
Pembelajaran pada Siklus I dengan menampilkan sebuah film animasi cerita rakyat. Setelah tayangan film selesai salah seorang siswa diminta untuk menyebutkan siapa sajakah tokoh dalam film tersebut dan meminta salah seorang siswa lain untuk menjelaskan bagaimana karakter setiap tokohnya. Kemudian siswa lainnya disuruh untuk menceritakan kembali cerita dalam film tersebut secara singkat. Kegiatan ini dilakukan sampai seluruh siswa memahami unsur-unsur dalam cerita rakyat. Hasil belajar dengan nilai rerata sebesar 70 dan ketuntasan sebesar 65%.
Deskripsi Siklus II
Pembelajaran pada Siklus II hampir sama dengan pembelajaran pada Siklus I. Pembelajaran dengan menampilkan film animasi cerita rakyat yang berbeda. Film animasi cerita rakyat tersebut ditayangkan berulang kali dan penugasan kepada siswa lainnya dalam menyebutkan dan menjelaskan tokoh dan karakternya maupun menceritakan kembali secara singkat. Hasil belajar dengan nilai rerata sebesar 81 dan ketuntasan sebesar 90%.
Pembahasan
Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita melalui Media Film Animasi dengan penayangan dan penugasan. Pembelajaran tidak lagi bersumber pada guru yang membacakan cerita rakyat tertentu, tetapi bersumber pada media film animasi yang terdiri dari aspek audio dan visual. Dalam pembelajaran tersebut, siswa tidak lagi mendengarkan saja, tetapi juga mendengarkan dan melihat materi yang terdapat pada film animasi tersebut. Kemudian penugasan dimana siswa menyebutkan tokoh, menjelaskan karakternya dan menceritakan kembali.
Pembelajaran pada Siklus I hanya menayangkan film animasi 1 kali dan difokuskan pada pembahasan sesuai dengan indikator. Sedangkan pada Siklus II, penayangan film hingga beberapa kali. Hal tersebut sesuai dengan durasi film animasi yang termasuk relatif pendek, sehingga memungkinkan penayangan hingga beberapa kali. Alokasi waktu juga memadai, sehingga penayangan hingga beberapa kali pun dan pembahasan terlaksana.
Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita melalui Media Film Animasi berhasil meningkatkan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar tersebut sesuai dengan nilai rerata dan ketuntasan yang semakin meningkat.
Tabel 1. Analisis hasil belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
No |
Hasil belajar |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai terendah |
30 |
50 |
60 |
2 |
Nilai rerata |
58 |
70 |
81 |
3 |
Nilai tertinggi |
80 |
90 |
100 |
4 |
Ketuntasan (%) |
30 |
65 |
90 |
Sesuai dengan analisis hasil belajar dalam grafik dan tabel di atas, hasil belajar meningkat. Nilai rata-rata meningkat memenuhi KKM sebesar 70. Ketuntasan juga meningkat memenuhi target 90%. Peningkatan hasil belajar sesuai dengan tindakan dalam pembelajaran, dimana penggunaan media pembelajaran film animasi berhasil meningkatkan hasil belajar.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah hasil belajar Bahasa Indonesia tentang mengidentifikasi unsur-unsur cerita melalui media film animasi siswa Kelas V Semester I SDN Tunggulsari Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2016/2017 meningkat secara efektif. Pada Kondisi Awal, hasil belajar dengan nilai rerata sebesar 58 dan ketuntasan sebesar 30%. Pada Siklus I, hasil belajar dengan nilai rerata sebesar 70 dan ketuntasan sebesar 65%. Pada Siklus II, hasil belajar dengan nilai rerata sebesar 81 dan ketuntasan sebesar 90%.
Saran
Saran dalam penelitian ini adalah guru supaya tidak terpaku pada penggunakan buku pelajaran, tetapi film animasi sebagai media pembelajaran dan supaya menggunakan film animasi untuk menciptakan pembelajarn yang aktif dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Ardani. 2008. Pengenalan Film Animasi. Artikel dalam http://milaniawahe.blogspot.com. (diunduh Desember 2011).
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Djamarah, Syaiful dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hariwahyuni, Fitri. 2010. Pengembangan Model Media Film Kartun Dongeng Berbahasa Jawa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siswa SMA/SMK Kelas X. Skripsi: tidak dipublikasikan.
Kumumastuti, Endah. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Menyimak Cerita bagi Siswa SMP. Skripsi: tidak dipublikasikan.
Rahmawati, Finalia. 2010. Keterampilan Menceritakan Peristiwa dengan Pendekatan Kontekstual dengan Media Film Kartun pada Siswa Kelas III MI Mandisari Parakan. Skripsi: tidak dipublikasikan.
Santoso, Puji dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka Press.
Sarono. 2005. Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Semarang: LPMP Provinsi Jateng.
Soekamto, Toeti. 1994. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soeparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara.
Sudwihantopo, 1999, Studi Korelasi antara Nilai Ebtanas Murni Sekolah Dasar dengan Prestasi Belajar Siswa, Sukoharjo. Skripsi: tidak dipublikasikan.
Sumantri, Mulyani. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka Press.
Suminarsih. 2002. Pembuatan dan Pemanfaatan Alat Peraga. Semarang: BPG Semarang.
Suriswo. 2005. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Tegal: Universitas Pancasakti Press.
—. Pembinaan Anak Berbakat. Tegal: Universita Pancasakti Press.
Widodo, Rachmat. 2010. Film Kartun sebagai Media Pembelajaran. Artikel dalam http://forum.upi.edu. (diunduh 5 Januari 2012)
Yuliatun, Soliah. 2010. Peningkatan Kemampuan Bercerita Menggunakan Media Film Kartun Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Mandiraja. Skripsi: tidak dipublikasikan.