PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING DI KELAS V

SDN 4 KUWARON GUBUG KABUPATEN GROBOGAN

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Erna Vetty Andayani

SDN 4 Kuwaron Gubug Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas V semester 1 SD Negeri 4 Kuwaron tahun pelajaran 2019/2020. Subyek peneltian adalah siswa kelas V yang jumlah siswa 28 anak. Teknik penggumpulan data dengan teknik observasi, catatan lapangan, tes dan dokumentasi. Analisis data dari penelitian ini dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menganalisis data prestasi belajar siswa dari siklus I sampai siklus II dilengkapi dengan analisis hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa sebelum tindakan di dapat nilai rata-rata siswa sebesar 61,07 dan nilai rata-rata siklus I meningkat menjadi 65,71, nilai rata-rata siklus II meningkat menjadi 76,07. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Discovery Learning dapat menumbuhkan partisipasi siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

 Kata kunci: Keaktifan siswa, Metode Discovery Learning, Peningkatan prestasi belajar siswa.

 

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam era globalisasi. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut peningkatan mutu pendidikan agar siswa sebagai subyek pendidikan dapat mengikuti kemajuan tersebut, Khususnya Pembelajaran matematika tentang pecahan membantu untuk memahami dunia sekitarnya.

Menurut Hudoyo (1990:3) Matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Menurut Bruner dalam Hudoyo (1990:48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.

 

Hasil belajar matematika di SD Negeri 4 Kuwaron yang diikuti oleh 28 siswa dengan rata-rata 61,07. Siswa yang tuntas ada 8 siswa atau 28,57% dan yang belum tuntas ada 20 siswa atau 71,43%. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang sukar.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh data bahwa siswa mengganggap pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sukar. Hal ini dapat dilihat setiap kali siswa diberi soal masih mengalami kesulitan. Akibatnya siswa menjadi malas belajar mata pelajaran matematika. Rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhinya. Selama ini pembelajaran menggunakan metode ceramah yang menyebabkan komunikasi satu arah. Siswa jarang bertanya maupun menjawab pertanyaan, berpendapat atau berdiskusi. Siswa cenderung pasif hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa bertanya, namun demikian sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan.

Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan mampu menyajikan model pembelajaran yang menarik. Penggunaan bermacam-macam metode di sekolah masih sangat terbatas. Dalam berbagai macam metode mengajar banyak menyajikan sejumlah usaha yang dapat diterapkan oleh guru dalam merancang lingkungan pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan aktif.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu memilih model pembelajaran yang lebih bervariasi dengan mengikutsertakan peran aktif siswa. Model pembelajaran seyogyanya mengembangkan kemampuan dasar siswa dan sikap positif siswa, sehinggga proses belajar mengajar lebih menantang, efektif dan efisien. Suasana juga semakin akrab dan menyenangkan sehingga akan membangkitkan minat dan meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Salah satu modus pembelajaran yang memenuhi kriteria diatas adalah penggunaan metode Discovery Learning.

Discovery learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan Discovery Learning ini pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Menurut Castronova (2002), melalui Discovery Learning siswa belajar untuk menemukan pola dalam situasi yang konkret dan abstrak. Siswa juga dituntut untuk dapat membuat suatu kesimpulan dari data-data serta fakta-fakta yang ia peroleh ketika melakukan suatu penemuan. Kedua hal tersebut merupakan aspek utama dalam kompetensi penalaran induktif yang dapat bermanfaat untuk memungkinkan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan dan nilai-nilai kecakapan. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992) Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Discovery learning

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas perlu adanya perencanaan yang matang agar proses transfer ilmu dapat berjalan dengan baik. Untuk itu perlu adanya persiapan, memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Selain metode sebenarnya juga di butuhkan peraga agar lebih menarik. Dalam penelitian ini proses pembelajaran yang dilaksankan dengan menggunakan suatu metode yang menarik, menantang, dan membuat kreatif dan aktif siswanya, metode tersebut yaitu Discovery Learning.

Metode Discovery Learning ini diterapkan karena kesadaran perlunya melibatkan semua aspek yang dirumuskan dalam prinsip belajar dan pembelajaran. Metode ini dapat mendorong kemampuan berfikir siswa bagaimana mengidentifikasi masalah dan menyelesaikannya dengan melalui percobaan- percobaan.

Model ini dapat dipelajari dan dapat langsung diterapkan dalam kurikulum apapun. Hal ini diharapkan dapat mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran secara umum dapat tercapai. Selain itu karena siswa benar-benar diposisikan sebagai subjek utama pendidikan maka pengalaman siswa dalam belajar diharapkan dapat meningkatkan keaktifannya.

Menurut Ruseffendi (2006:329) metode Discovery Learning adalah suatu metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung baik sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Pada dasarnya, pengetahuan yang diperoleh dalam Discovery Learning bukanlah hal yang benar-benar baru dalam dunia matematika. Pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang telah ditemukan oleh matematikawan terdahulu. Akan tetapi, bagi siswa pengetahuan tersebut merupakam hal yang baru, artinya siswa baru memperoleh pengetahuan tersebut ketika melakukan pembelajaran Discovery Learning.

Tujuan dari Discovery Learning antara lain adalah:

  1. Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik
  2. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi – situasi proses belajar yang baru.
  3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
  4. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesis sendiri. Di dalam proses belajar melalui “discovery-inquiry”, tugas kegiatannya dibuat “open-ended” sehingga siswa menjadi bebas untuk mengembangkan hipotesis-hipotesisnya sendiri.
  5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Prestasi belajar siswa

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Menurut Tirtonegoro (2001: 43) prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol pada periode tertentu, misalnya tiap semester hasil prestasi siswa dinyatakan dalam bentuk rapor.

Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana (1992) mengatakan prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa yang bersangkutan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan potensial. Menurut Nila Parta prestasi siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa yang belajar yang meliputi IQ, motivasi, minat, bakat, kesehatan dan faktor luar siswa yang belajar yang meliputi guru pengajar, materi ajar, latihan, sarana kelengkapan belajar siswa, tempat di sekolah atau di rumah serta di lingkungan sosial siswa.

Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek – aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.

Pembelajaran Matematika

Dalam (Wikipedia: 2007) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Dimyati dan Mudjiono (1999: 202) mengemukakan bahwa, ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang semula belum mengerti kemudian menjadi mengerti atas apa yang telah dipelajari dan dalam proses belajar melibatkan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dimana ketiganya saling berkaitan dan saling membantu dalam proses belajar dan sangat berperan penting.

Bersamaan dengan pembelajaran juga terjadi pembelajaran sepanjang hayat yang terjadi pada bidang ilmu seperti matematika. Pembelajaran matematika ini mengikutsertakan pemahaman yang abstrak untuk di kongkritkan. Sehingga untuk hal tersebut di atas diperlukan tehnik yang sesuai yaitu pembelajaran dengan metode Discovery Learning dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Jumlah siswa kelas V adalah sebanyak 28 siswa yang terdiri 12 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.

 

Waktu dan Tempat

Pelaksanaan penelitian pada bulan Juli sampai Oktober tahun pelajaran 2019/2020. Tempat penelitian di SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Groboogan.

Pengumpulan dan Analisis Data

Data dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, dan dokumentasi. Data kuantitatif dan kualitatif terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif. Hasil analisis untuk mengetahui hasil penelitian dan disimpulkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Prasiklus

Tindakan kelas prasiklus I dilaksanakan selama 1 pertemuan mulai tanggal 15 Agustus 2019. Proses pembelajaran di mulai dengan menyampaikan tujuan dan motivasi. Peneliti kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi. Setelah itu peneliti menjelaskan tentang metode baru yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika yaitu dengan metode Discovery Learning dari materi yang akan dipelajari. Peneliti kemudian menerangkan bagaimana belajar dengan model diskusi.

Pada awal penyampaian siswa terlihat agak bingung dan siswa enggan berinteraksi dengan teman dalam kelompoknya karena belum terbiasa dengan kegiatan yang dilakukan peneliti. Tetapi setelah siswa berkelompok dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengunakan diskusi mereka sedikit banyak sudah mengerti. Peneliti berkeliling kelas memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan maupun siswa yang belum paham tapi tidak berani bertanya kepada peneliti maupun guru yang mendampingi di kelas.

Kebanyakan siswa masih belum dapat menentukan konsep-konsep yang relevan, jadi masih perlu bimbingan untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Setelah semua kegiatan selesai dilakukan peneliti meminta perwakilan siswa untuk maju kedepan mengerjakan hasil pekerjaan kelompok dengan metode diskusi learning yang telah dilaksanakannya. Suasana kelas menjadi gaduh dan ramai karena beberapa siswa mulai saling menunjuk teman mereka yang dianggap pandai dan berani.

Setelah itu diadakan postes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hampir semua tidak siap kalau diadakan test. Tetapi akhirnya post test berjalan dengan kurang baik ada beberapa siswa yang masih bingung mengerjakannya dan mengeluh tentang adanya postes. Setelah postes berakhir peneliti memberikan tugas pada siswa sebagai PR untuk mempelajari materi berikutnya yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan masih kurang hal ini terlihat dari bagaimana kesiapan siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika berlangsung. Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan masih banyak yang mendapat nilai kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu kurang dari 70.

Setelah melihat hasil prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan penelitian akan melakukan penelitian lagi dengan melaksanakan siklus I untuk meningkatkan prestasi siswa dalam proses pembelajaran matematika dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.

Deskripsi Siklus I

Tindakan kelas siklus I dilaksanakan selama 2 pertemuan mulai tanggal 20 dan 22 Agustus 2019. Selain melaksanakan tindakan peneliti juga mengadakan observasi dan monitoring selama pembelajaran berlangsung.

Proses pembelajaran di mulai dengan menyampaikan tujuan dan motivasi. Peneliti kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi. Setelah itu peneliti menjelaskan tentang metode baru yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika yaitu dengan metode Discovery Learning dari materi yang akan dipelajari. Peneliti kemudian menerangkan bagaimana belajar dengan model Discovery Learning.

Pada awal penyampaian siswa terlihat agak bingung dan siswa enggan berinteraksi dengan teman dalam kelompoknya karena belum terbiasa dengan kegiatan yang dilakukan peneliti. Tetapi setelah siswa berkelompok dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengunakan Discovery Learning mereka sedikit banyak sudah mengerti. Peneliti berkeliling kelas memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan maupun siswa yang belum paham tapi tidak berani bertanya kepada peneliti maupun guru yang mendampingi di kelas.

Kebanyakan siswa masih belum dapat menentukan konsep-konsep yang relevan, jadi masih perlu bimbingan untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Setelah semua kegiatan selesai dilakukan peneliti meminta perwakilan siswa untuk maju kedepan mengerjakan hasil pekerjaan kelompok dengan metode Discovery Learning yang telah dilaksanakannya. Suasana kelas menjadi gaduh dan ramai karena beberapa siswa mulai saling menunjuk teman mereka yang dianggap pandai dan berani. Akhirnya siswa dibantu peneliti menyimpulkan materi yang dipelajari, hal ini dilakukan agar apabila terjadi pemahaman atau jawaban yang kurang tepat peneliti dapat meluruskannya.

Setelah itu diadakan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hampir semua tidak siap kalau diadakan test. Tetapi akhirnya post test berjalan dengan baik walaupun ada beberapa siswa yang masih bingung mengerjakannya dan mengeluh tentang adanya post test. Setelah post test berakhir peneliti memberikan tugas pada siswa sebagai PR untuk mempelajari materi berikutnya yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Semua siswa berjanji tidak akan lupa terhadap tugas yang diberikan.

Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan masih kurang hal ini terlihat dari bagaimana kesiapan siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika berlangsung. Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan masih banyak yang mendapat nilai kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu kurang dari 70.

Setelah memperoleh nilai kemudian menganalisis dan membuat tabel perolehan nilai perbaikan pembelajaran, kemudian peneliti membuat grafik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan media gambar nyata melalui metode bervariasi.

 

Setelah melihat hasil prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan penelitian akan melakukan penelitian lagi dengan melaksanakan siklus II untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.

Tindakan Kelas Siklus II

Tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 dan 29 Agustus 2019. Dalam penelitian ini yang melakukan tindakan adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai guru sekaligus melakukan pengamatan terhadap tindakan belajar siswa yang didampingi salah satu guru SD Negeri 4 Kuwaron.

Guru masuk kelas setelah jam pelajaran dimulai, setelah siswa duduk di kursi masing-masing guru mengucapkan salam dan siswa menjawab serentak. Pembelajaran dimulai dengan guru mengulas materi pada pertemuan sebelumnya. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi, peneliti mengeceknya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, Dari jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa sebagian siswa sudah siap untuk belajar. Setelah itu guru mulai masuk ke materi pecahan, kali ini siswa mulai terlihat tenang dan perhatian. Untuk lebih memperjelas materi, siswa melakukan pembelajaran dengan metode Discovery Learning seperti pada pertemuan pertama. Kesadaran siswa untuk berdiskusi dengan temannya sudah mulai tumbuh. Hal ini dapat di lihat mereka sudah mulai menempatkan dirinya tanpa harus disuruh. Walaupun begitu masih ada beberapa siswa yang ramai dengan teman kelompoknya.

Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti berkeliling untuk memberikan bimbingan siswa yang mengalami kesulitan. Bagi siswa yang sudah paham pembelajaran ini mereka aktif untuk mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru. Semua siswa berkelompok mengerjakan tugas dan anggota kelompok membantu kelompoknya dan sikap individualis dalam kelompok sudah mulai berkurang. Pembelajaran mulai aktif, pembelajaran pun berjalan meningkat, mereka umumnya sudah memahami pembelajaran dengan metode Discovery Learning ini sehingga pembelajaran berjalan cukup baik. Tetapi bagi yang tidak memperhatikan masih terlihat sangat sulit mencerna pelajaran yang disampaikan pada temannya.

Bimbingan ynag dilakukan oleh peneliti juga sudah menyeluruh tidak hanya pada siswa yang pandai tapi juga pada siswa yang kemampuannya kurang dan takut bertanya. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pelajaran juga sudah efektif dari pada pertemuan sebelumnya. Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan penyimpulan materi. Peneliti merespon dengan baik dan meluruskan kesimpulan siswa yang kurang tepat sehingga didapat kesimpulan akhir. Kemudian diadakan post tes untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa. Siswa sudah tidak berteriak-teriak dan kaget lagi ketika diadakan post test karena mereka sudah tahu sebelumnya. Setelah waktu yang diberikan habis, siswa mengumpulkan jawabannya.

Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Kuwaron pada siklus II ini juga mengalami peningkatan yang baik dari nilai rata-rata kelas pada siklus I yang hanya 65,71 kemudian meningkat di siklus II yaitu menjadi 76,07 peningkatan prestasi ini juga didukung oleh keaktifan siswa dan sudah mulai pahamnya siswa dengan model Discovery Learning dan di siklus II ini sudah banyak siswa yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM yaitu nilai diatas 70.

Pembahasan

Pembahasan terhadap permasalahan penelitian maupun hipotesis tindakan berdasarkan analisis data kualitatif hasil penelitian dari kolaboratif antara peneliti dan tanggapan guru sejawat yang terlibat dalam kegiatan ini, serta profil kelas sebelum dan sesudah penelitian yang dibuat oleh peneliti yang melakukan tindakan kerja kolaborasi dimulai dari: (1) dialog awal, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan. Hasilnya yaitu proses pembelajaran dengan model Discovery Learning dan hasi penelitian yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti, guru sejawat dan kepala sekolah menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Discovery Learning dalam kelompok telah memberikan dorongan kepada guru. Mengembangkan model pembelajaran baru yang inovatif dalam melakukan pembelajaran yang mengikutsertakan siswa sehingga dalama proses pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa juga bisa bersosialisasi dengan siswa yang lainya.

Pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning dalam kelompok ini meminta siswa aktif berinteraksi dengan sesama temannya sehingga mereka lebih memahami materi dan terlibat langsung dalam proses pembelajran ini dan mengalami langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Berkaitan dengan kemampuan matematika siswa, dengan adanya metode Discovery Learning dalam kelompok ini secara berlahan-lahan kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan oleh guru mengalami peningkatan disetiap tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, siswa menjadi semakin “mampu” dalam arti siswa benar-benar memahami pengetahuan yang diberikan oleh guru sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

Melalui metode Discovery Learning ini dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, sedangkan guru kelas V melakukan pembenahan pelaksanaan tindakan pada saat proses pembelajaran. Pembenahan tindakan tersebut adalah dengan mengaktifkan siswa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning, yaitu sebagai berikut:

Kelebihan

  • Siswa lebih mudah memahami pelajaran karena pelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dan terlibat secara langsung.
  • siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran karena dengan penerapan metode Discovery Learning pembelajaran dikelas lebih bervariasi.
  • Pembelajaran dengan metode Discovery Learning membuat siswalebih aktif.
  • Siswa dapat mengetahui informasiinformasi yang baru.

Kekurangan

  • Dalam pembelajaran dengan metode Discovery Learning membutuhkan strategi yang terencana dan guru harus mampu sebagai fasilitator yang handal.
  • Guru harus mencari kejadian-kejadian sehari-hari yang berhubungan dengan pelajaran.

Secara keseluruhan penerapan pembelajaran dengan metode Discovery Learning berpengaruh positif baik terhadap proses pembelajaran. Peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa juga baik karena selain membantu mengaktifkan siswa juga dapat meningkatkan pemahaman yang dimiliki oleh siswa, sehingga meningkatkan prestasi belajar matematika.

Pembahasan Siklus I

Sebelum program perbaikan pembelajaran dilaksanakan siswa kurang memahami kompetensi dasar yang disajikan, karena peneliti dalam proses pembelajaran masih konseptual dan kurang memberikan pertanyaan tentang materi menceritakan kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga kepada siswa yang akibatnya siswa kurang termotivasi terhadap kegiatan terhadap kompetensi dasar tersebut. Hal itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran pada Siklus I.

Pada Siklus I fokus perbaikan pembelajaran terletak pada penggunaan media / alat peraga gambar dan dengan metode ceramah dan tanya jawab sehingga hasilnya hanya sedikit mengalami perbaikan karena siswa yang mendapat nilai 70 ke atas hanya 18 siswa, namun itu sudah mengalami peningkatan karena sebelumnya hanya 8 siswa dari jumlah 28 siswa. Jadi pada Siklus I prosentase ketuntasan siswa baru 64,29%, sehingga hasil tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Pembahasan Siklus II

Setelah mengadakan diskusi dengan teman sejawat juga berdasarkan hasil observasi maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran Siklus II. Pada proses pembelajaran Siklus II ini materi pembelajaran memfokuskan pada penggunaan alat peraga gambar dan pemilihan metode demonstrasi dan diskusi secara optimal akhirnya dapat menumbuhkan daya kreativitas siswa dalam kegiatan proses pembelajaran serta pemahaman tentang materi pokok pembelajaran.

Kemudian setelah perbaikan pembelajaran Siklus II diadakan evaluasi ternyata hasil yang dicapai sangat menggembirakan oleh peniliti, karena siswa yang memperoleh nilai 70 keatas semakin meningkat, semula hanya 18 siswa dengan ketuntasan 64,29% menjadi 26 siswa yang memperoleh nilai 70 keatas dengan ketuntasan 92,86%

Melihat nilai ketuntasan ini berarti hasil yang dicapai pada proses perbaikan pembelajaran Siklus II sudah mencapai target yang sudah direncanakan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan di atas, dapat dismpulkan bahwa, siswa terlihat tertarik dan antusias dengan adanya model pembelajaran baru yang diterapkan di kelas. Siswa terlihat memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan tidak ada siswa yang ramai sendiri dan semua mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bersama dengan kelompoknya. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat aktif dan antusias mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas, yang semula hanya cukup menjadi baik. Peningkatan prestasi belajar siswa juga terlihat yaitu dengan nilai rata-rata awal 61,07 kemudian nilai rata-rata meningkat seiring dengan dilaksanakan siklus I menjadi 66,67 adanya pelaksanaan siklus II terlihat peningkata nilai rata-rata 76,07. Selain adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode Discovery Learning ini juga terdapat peningkatan keaktifan siswa. Siswa yang semula malu untuk bertanya setelah dilaksakan model Discovery Learning menjadi berani bertanya, siswa yang semula enggan mengerjakan soal bersama kelompoknya menjadi lebih bisa bersosialisasi dengan kelompoknya, siswa yang dulunya enggan maju kedepan kelas dan maju kedepan kelas hanya pada saat ditunjuk guru sekarang berlomba-lomba untuk maju kedepan mengerjakan soal.

Saran

Untuk ikut menyumbang pemikiran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa maka disampaikan saran-saran sebagai berikut:

Bagi guru

  • Guru dapat menerapkan metode Discovery Learning dalam pembelajaran matematika sebagai alternatif pembelajaran agar siswa tidak jenuh serta melatih belajar aktif pada siswa seperti dalam kurikulum KTSP
  • Guru sebaiknya menggali lebih banyak alternatif model pembelajar baru sehingga siswa tidak jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Bagi sekolah

  • Melatih guru agar kompetensinya lebih meningkat sesuai dengan KTSP
  • Menyediakan sarana dan prasarana yang dapat memperlancar proses pembelajaran.

Bagi penelitian berikutnya, hasil ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode Discovery Learning dalan lingkup yang lebih luas.

Daftar Pustaka

Dimyati dan Moedjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.

http://karwono.wordpress.com/2008/02/27/artikel-penelitian-tindakan-kelas-classroom-action-research/.

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/02/penelitian-tindakan-kelas-definisi.html

Margono, 2004, Metodologi Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja Grafindo Persada.

Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.