PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

DENGAN TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 013 TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Yenni

SDN 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir

 

ABSTRAK

 Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya minat dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan terhadap pelajaran IPS. Salah satu penyebab rendahnya minat dan hasil belajar IPS adalah kurangnya variasi model pembelajaran yang digunakan guru. Selama ini model yang digunakan adalah model pembelajaran konvensional, seperti ceramah atau ekspositoris yang ternyata belum membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran, yang pada akhirnya berpengaruh pada hasil belajar mereka. Masalah yang dikaji adalah (1) Apakah penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan minat dalam mengikuti pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir tahun pelajaran 2015/2016. (2) Apakah model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV di SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (class action research) dengan metode atau teknik jigsaw. Data dalam penelitian ini diambil dengan metode observasi atau melihat perilaku guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dan metode dokumentasi berupa nilai evaluasi siswa. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data observasi dianalisis secara kualitatif, sedangkan data berupa nilai siswa sianalisis secara kuantitatif.Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pelaksanaan tindakan ini membuahkan hasil berupa peningkatan minat dan hasil belajar. Setelah dianalisis perilaku siswa menunjukkan kenaikan kualitas yang awalnya pasif selama proses pembelajaran menjadi aktif. Dari segi hasil belajar berupa nilai diperoleh hasil pada siklus I rata-rata 6,38 dengan siswa tuntas 40%, siklus II 6,86 dengan siswa tuntas 60% dan siklus III 7,49 dengan siswa tuntas 70%. Melihat hasil penelitian ini maka peneliti merekomendasikan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Cooperative Learning, Jigsaw.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah yang sering menjadi pertanyaan guru ilmu pengetahuan sosial ketika mengajar adalah bagaimana mengajarkan pelajaran tersebut dengan tepat, sehingga peserta didik tidak jenuh atau bosan, tetapi sebaliknya bagaimana peserta didik itu bersemangat dan aktif dalam pembelajaran. Perasaan yang dialami kebanyakan siswa itu sebenarnya bukan disebabkan oleh materinya yang cenderung teoretis. Menurut Nu’man Soemantri (dalam Nurdin, 2005:5), rasa bosan yang dialami siswa disebabkan oleh penyajiannya yang bersifat monoton dan ekspositoris sehingga menyebabkan pembelajaran kurang menarik.

Hasil research Soewarno Al-Muchtar (dalam Nurdin, 2005:6) menunjukkan kelemahan dalam pembelajaran IPS yang sekarang ini masih banyak terjadi di sekolah-sekolah. Dalam penelitiannya dia mengatakan bahwa proses pembelajaran pendidikan IPS tidak merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar (PBM). Di samping itu, proses belajar mengajar pendidikan IPS yang dilakukan guru belum mampu menunjukkan budaya belajar di kalangan siswa.

Fenomena yang digambarkan oleh Soewarno Al Muchtar secara riil juga terjadi di SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir, di lembaga pendidikan dasar itu penyampaian materi cenderung bersifat satu arah (teacher centered). Murid seolah-olah “dipaksa” menerima segala penjelasan guru tanpa diberi kesempatan untuk berpikir kritis. Guru cenderung menyampaikan materi apa adanya dalam buku tanpa mengembangkan materi secara kontekstual yang lebih dekat pada kehidupan nyata anak didik. Dalam proses pembelajaran, guru juga kurang variatif dalam menggunakan berbagai variasi metode dan pendekatan dalam pembelajaran.

Peningkatan kualitas penguasaan materi dan hasil belajar dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas pengajarannya (proses belajar mengajar). Di sisi lain, kualitas dan keberhasilan pengajarannya sangat dipengaruhi pula oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model dan metode pembelajaran. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang guru. Salah satu model dan pembelajaran dalam pengajaran IPS adalah model pembelajaran cooperative learning dengan metode atau teknik jigsaw. Model dan metode pembelajaran tersebut bisa menjadi alternatif untuk mendampingi model pembelajaran konvensional (ceramah).

Model pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw dapat menjadi solusi untuk menghindari pembelajarn pasif pada peserta didik terutama untuk materi pembelajaran yang cenderung teoretis. Dalam model pembelajaran cooperative learning siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan guru melainkan dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa lain (Solihatin dan Raharjo, 2007:3). Melalui model pembelajaran ini kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri dapat ditingkatkan.

Penggunaan model pembelajaran coperative learning dengan teknik jigsaw dapat membuat sistem belajar kelas berjalan lebih baik. Kelas menjadi lebih hidup karena guru dan siswa serta antarsesama siswa sendiri terjalin kerjasama (cooperative) yang intensif dibandingkan model konvensional. Partisipasi guru dan siswa adalah sama, dalam hal ini guru adalah mediator, stabilitor, dan manajer yang mengatur pembelajaran. Tugas guru adalah mendorong siswa untuk mengambil inisiatif-inisiatif sebanyak mungkin.

Fakta-fakta yang terurai di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang bertujuan meningkatkan hasil belajar dan minat siswa dalam mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw. Penulis menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) mengingat penelitian ini lebih banyak dilakukan di kelas dan bertujuan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Dengan Teknik Jigsaw Pada Siswa Kelas IV SDN 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan pertanyaan pokok yang menjadi bahan bahasan dari penelitian ini, yaitu:

1.     Apakah penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2015/2016?

2.     Apakah penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan minat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1.     Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui model pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw.

2.     Untuk mengetahui seberapa besar minat siswa siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam mengikuti pembelajaran IPS melalui model pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw.

Manfaat Penelitian

Model pembelajaran cooperative learning dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan minat dan hasil belajar pada siswa, maka peneltian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1.   Manfaat Teoretis

a.   Model belajar cooperative learning teknik jigsaw dapat dijadikan perkembangan strategi dalam memperbaiki mutu pelajaran.

2.   Manfaat secara praktis

a.   Bagi Siswa

1)   Dapat melatih siswa bekerjasama dalam kelompok untuk mencapai suatu hasil pembelajaran secara optimal.

2)   Dapat meningkatkan rasa sosial, melatih mengeluarkan gagasan, melontarkan kritik pada teman sejawat (sesama siswa) secara tepat dan melatih tenggang rasa dalam masyarakat pembelajar di kelas.

3)   Meningkatkan minat dan semangat dalam mengikuti pembelajaran IPS.

4)   Meningkatkan hasil belajar siswa yang terwujud dalam pemahaman konsep (materi) dan nilai evaluasi siswa.

 

b.   Bagi Guru

1)   Dapat meningkatkan keterampilan dalam penguasaan metode yang tepat dalam proses pembelajaran.

2)   Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

3)   Dapat meningkatkan pemahaman tentang penelitian tindakan kelas.

Kajian Pustaka

Pengertian Belajar

Padanan istilah belajar dalam kepustakaan asing (Inggris) adalah learning. Menurut Fontana (dalam Winataputra dan Ardiwinata, 1992:2) learning yaitu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil pengalaman.

Higard (dalam Usman dan Setiawati, 1993:4) mendefinisikan belajar seperti yang termaktub dalam bukunya Introduction to Psychology sebagai suatu proses dimana ditimbulkan suatu kegiatan karena mereaksi suatu keadaan. Perubahan ini tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan tetapi oleh pengalaman.

Istilah belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2007:5) yang menyatakan belajar adalah “proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kompetensi, keterampilan dan sikap yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan”. Dari definisi tersebut penulis mengartikan belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang ditimbulkan karena individu itu mengalami interaksi dengan individu lain dan lingkungannya. Seorang yang belajar akan mengalami perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya.

Hasil Belajar

Usman dan Setiawati (1993:7) menyatakan “suatu pengajaran berhasil apabila tujuan instruksional khusus tercapai”. Hasil belajar seorang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat dalam suatu indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan itu adalah sebagai berikut:

Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi yang tinggi, baik individu maupun kelompok.

Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau dalam indikator kompetensi dicapai oleh siswa, baik individu maupun klasikal. Menurut Usman dan Setiawati (1993:8) untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukannya, dan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan guru dapat digunakan acuan tingkat keberhasilan yang sejalan dengan kurikulum yang berlaku.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar, Yamin (2005:146) menyatakan bahwa penilaian keberhasilan belajar siswa dapat dilakukan dengan pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, ulangan semester, tugas individu, dan tugas kelompok

Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Model pembelajaran cooperative learning berangkat dari pemikiran getting better together yang dapat diterjemahkan dengan raihlah yang lebih baik secara bersama-sama (Solihatin dan Raharjo, 2007:2). Lie dikutip Diniati (dalam Aqib, Jayarah, dkk, 2015:73) menyatakan bahwa filsafat yang mendasari model cooperative learning dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socios. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Tanpa kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah.

Selanjutnya Slavin (dalam Solihatin dan Raharjo, 2007:4) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif.

Beberapa alasan penggunaan belajar bekerjasama atau cooperative dalam proses pembelajaran menurut Hasan dan Kosasih dikutip Solihatin dan Raharjo (2007:6) adalah model pembelajaran ini baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotrik. Suasana berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka dan rileks. Diantara anggota kelompok saling memberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral serta keterampilan yang ingin dikembangkan.

Dapat disimpulkan bahwa esensi dari cooperative learning terletak pada tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga dalam diri setiap siswa tumbuh dan berkembang sikap saling ketergantungan (secara positif). Karena cooperative learning adalah pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil, dimana setiap siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai tujuan semaksimal mungkin. Menurut Stahl seperti yang dikutip Solihatin dan Raharjo (2007:6) konsep dasar dalam pembelajaran cooperative learning adalah perumusan tujuan belajar siswa harus jelas, Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar, ketergantungan yang bersifat positif, interaksi yang bersifat terbuka, tanggung jawab individu, kelompok bersifat heteregen, interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif, tindak lanjut, kepuasan dalam belajar

Slavin (2015:14) menyatakan bahwa jigsaw adalah adaptasi dari teka-teki Elliot Aronson. Dalam teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu terdiri dari 3 sampai 6 orang dengan latar belakang yang berbeda. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari tugas yang diberikan oleh guru.

Melvin L. Siberman dalam bukunya yang berjudul Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif menyatakan bahwa dalam teknik jigsaw tiap siswa mempelajari sesuatu yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari orang lain akan membentuk kumpulan pengetahuan yang terpadu.

Jigsaw dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari bersifat narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek pelajaran ilmu sosial, ilmu alamiah dan ilmu lainnya yang tujuan pembelajarannya lebih pada penguasaan konsep (Slavin, 2015:237). Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw

1.   Persiapan

Persiapan dapat dilakukan dengan cara guru dan siswa memilih materi atau topik yang akan dipelajari. Dalam pemilihan materi guru juga harus memperhatikan alokasi waktu yang tersedia. Jika materi itu banyak maka siswa bisa diberi waktu di rumah untuk membaca topik tersebut, sehingga tidak menghabiskan waktu yang tersedia di kelas.

2.   Membagi siswa ke dalam tim

Guru membagi siswa ke dalam tim heterogen, idealnya 4 sampai 6 siswa. Guru bisa membagi berdasarkan karakter siswa atau jenis kelamin siswa, yang perlu diperhatikan adalah diantara mereka akan terjadi kerjasama.

3.   Laporan tim (kelompok)

Tiap kelompok saling berdiskusi dalam proses pembelajaran. Mereka bertemu dan mendiskusikan materi, kemudian dilaporkan pada semua kelompok dan guru di kelas.

4.   Tes

Setelah proses pembelajaran selesai, guru mengadakan tes untuk mengetahui tingkat atau hasil pembelajaran. Tes ini dilakukan secara individual oleh tiap-tiap siswa. Guru bisa menggunakan tes berupa kuis, essai atau penilaian lainnya yang mencangkup topik-topik terkait.

5.   Rekognisi tim

Dari hasil tes, guru mengadakan perhitungan nilai atau penyekoran. Dari nilai-nilai individual tersebut kemudian dibuat nilai-nilai kelompok berdasarkan kelompok individu itu berasal.

Pengertian IPS

Dalam bukunya Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Siswa dalam KBK, Nurdin (2005:22) menyatakan bahwa IPS adalah salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah mulai jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah, yang bertujuan membekali siswa agar dapat menelaah dan mengkaji masalah yang ada di sekitar mereka.

Pendapat senada dikemukakan oleh Fajar (2005:110) yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Sementara Nu’man Soemantri (dalam Nurdin, 2005:23) menyatakan bahwa pendidikan IPS adalah pendidikan yang menekankan pada timbulnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral ideologi negara dan agama.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar, menengah, atas bahkan sampai tingkat perguruan tinggi, yang menelaah tentang fenomena dan keadaan sosial seperti ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi dan bahkan politik. Dengan maksud agar peserta didik mampu berperan aktif dalam hidup bermasyarakat. Gross seperti yang dikutip oleh Solihatin dan Raharjo (2007:14) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan di masyarakat. Sementara Hasan (dalam Nurdin, 2005:24) menyatakan bahwa tujuan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir, bersikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya. Fajar (2005:110) lebih detil mengatakan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah: Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraa melalui pendekatan pedagogis dan psikologis. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan sosial. Mengembangkan komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, baik nasional maupun global.

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah mengajarkan pada siswa untuk mengetahui fenomena atau masalah-masalah sosial seperti ekonomi, politik, sosiologi, geografi dan sejarah dengan harapan siswa tersebut mampu sadar diri dan berperan serta secara aktif dan positif dalam hidup bermasyarakat.

Hipotesis Tindakan

Dalam Penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut, model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat:

1.     Meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2015/2016.

2.     Meningkatkan minat siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam mengikuti pembelajaran IPS.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Sekolah ini terletak di Jalan Keritang No.71 Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini berjumlah 10 siswa. Penelitian dilakukan pada semester kedua Tahun Pelajaran 2015/2016.

Penelitian tindakan kelas ini adalah salah satu upaya dalam rangka penerapan metode pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw untuk meningkatkan hasil dan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu, mulai minggu kedua sampai minggu keempat bulan Januari 2016. Tepatnya penelitian ini dimulai pada tanggal 12 Januari sampai dengan 26 Januari 2016. Penelitian dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan Hilir yang berjumlah 10 siswa pada semester kedua tahun pelajaran 2015/2016.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga kali siklus. Setiap siklus memiliki beberapa tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahapan ini saling terkait dan berkelanjutan. Hal ini merupakan ciri dari penelitian tindakan kelas. Tiga kali siklus dalam penelitian ini sudah dianggap mampu memenuhi kepuasan peneliti dalam mencapai hasil yang diinginkan dan mengatasi persoalan yang ada.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data kondisi awal, teknik observasi untuk data kreativitas belajar, dan teknik tes tertulis untuk mengumpulkan data hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi kreativitas belajar dan butir soal tes tertulis.

 

Validasi Data dan Analisis Data

Validasi data dilakkan agar memperoleh data yang valid. Data kreativitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan melibatkan observer teman sejawat yang dikenal dengan berkolaborasi, sedangkan data yang diperoleh melalui tes divalidasi dengan menyusun kisi-kisi sebelum butir soal dibuat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.

Prosedur Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.

Hasil Tindakan

Dari data awal diketahui bahwa masih banyak siswa yang berada di bawah angka ketuntasan yakni mencapai 60%. Dengan rata-rata di bawah standar yang diharapkan yakni 5,76. Standar rata-rata klasikal yang ingin dicapai adalah 6,6.

Berdasarkan data awal di atas maka dilaksanakan pelaksanaan perbaikan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Pembelajaran menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw menjadi salah satu solusi untuk mencapai target yang diinginkan.

Dalam proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw siswa dapat belajar dan membelajarkan siswa. Guru dan siswa membuat kelompok belajar dan menentukan tim ahli. Setelah itu guru membuat lembar ahli yang berisi topik materi untuk dibahas bersama oleh tim ahli. Tim ahli kembali pada kelompoknya untuk mengajarkan kembali lembar ahli bersama kelompoknya dan mendiskusikanya.

Dengan penggunaan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw pada pembelajaran IPS yang dilaksanakan melalui bentuk penelitian tindakan kelas tersebut, ternyata membuahkan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan terhadap sikap guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa pun terlihat ada peningkatan.

Berdasarkan hasil yang didapat dari siklus I, dari 10 siswa rata-rata keaktivan mencapai 6,0 sedangkan untuk kemampuan mengungkapan gagasan mencapai 5,9 dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran mencapai 6,5. Hasil pengamatan terhadap guru yaitu dari 7 aspek yang diamati, 5 aspek mendapat tanggapan cukup sedangkan 2 aspek lainnya mendapatkan tanggapan kurang. Maka melihat pencapaian hasil tindakan yang belum mencapai target yang diharapkan, perlu diadakan perbaikan pada siklus II.

Dengan perbaikan siklus tersebut, pada siklus II terjadi peningkatan. Yakni dari 10 siswa, rata-rata skala sikap untuk aspek kerjasama meningkat menjadi 6,7 dan kemampuan menyampaikan gagasan menunjukkan nilai 6,5. Sedangkan pemahaman terhadap materi meningkat menjadi 6,9. Dari hasil pengamatan terhadap sikap guru juga terjadi peningkatan yaitu tidak ada lagi aspek yang dinilai kurang. Aspek sikap terhadap guru, 3 diantaranya mendapat tanggapan cukup dan 4 mendapat tanggapan baik.

Data hasil belajar siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata siswa telah mencapai target yakni 6,86. Persentase siswa yang diharapkan tuntas dalam belajar mencapai 60% atau 6 siswa yang dapat mencapai ketuntasan, sementara 4 siswa lainnya belum mencapai ketuntasan. Untuk itu diperlukan perbaikan strategi dengan tujuan meningkatkan hasil pembelajaran yang diinginkan.

Dengan perbaikan-perbaikan tersebut, pada siklus III terjadi peningkatan yaitu dari 10 siswa, rata-rata ketiga aspek pengamatan terhadap siswa telah meningkat yaitu kerjasama dalam kelompok menunjukkan nilai rata-rata 7,4 dan mengungkapkan gagasan atau ide menjadi 6,9 sedangkan pemahaman materi meningkat menjadi 7,7. Sedangkan hasil pengamatan terhadap 7 aspek sikap guru menunjukkan kategori baik. Sehingga dapat dikatakan perbaikan-perbaikan tersebut berhasil dengan baik. Perbaikan-perbaikan tersebut juga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus III diperoleh nilai rata-rata siswa 7,49 dengan pencapaian ketuntasan klasikal 70%. Hal ini berarti target telah dicapai dengan baik. Meskipun model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, namun peneliti menemukan keterbatasan dari model pembelajaran ini. Yakni model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak dibanding model pembelajaran lainnya semisal model ekspositori. Model pembelajaran ini berpotensi menimbulkan kegaduhan yang berefek pada waktu efektif dalam belajar. Lepas dari keterbatasannya, model pembelajaran ini baik untuk mengembangkan kesetiakawanan, mengasah kemampuan untuk menyampaikan pendapat dan menghargai gagasan atau ide orang lain. Dengan model pembelajaran ini siswa belajar dan saling membelajarkan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan dari siklus I, II dan III serta berdasarkan seluruh pembahasan dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar serta minat belajar siswa. Secara khusus, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Penerapan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis yang diperoleh, yaitu rata-rata hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 013 Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir, meningkat dari siklus I yaitu menunjukkan rata-rata 6,38, siklus II (6,86), siklus III (7,49).

2.    Pembelajaran dengan menggunakan model belajar cooperative learning teknik jigsaw mampu meningkatkan minat dan aktivitas siswa dalam belajar IPS. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas proses belajar siswa yang sebelum dilaksanakan model pembelajaran hanya mendengarkan ceramah dari guru. Siswa menjadi aktif, setelah diterapkan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw, model pembelajaran ini dapat memacu siswa untuk aktif dalam memahami materi dan mendiskusikannya bersama teman.

Saran

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan sebelumnya serta data dan bukti nyata yang didapat setelah penerapan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw yang ternyata mampu meningkatkan hasil dan minat belajar siswa, peneliti menyarankan hal-hal berikut ini:

1.   Penelitian lebih lanjut

Mengingat pelaksanaan penelitian ini hanya berjalan dalam tiga kali siklus, serta dengan subyek yang relatif sedikit yaitu 10 siswa dalam satu kelas, peneliti atau guru lain diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapatkan temuan yang lebih signifikan.

2.   Penerapan hasil penelitian

Mengingat model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw ternyata telah terbukti mampu meningkatkan hasil dan minat belajar siswa, diharapkan guru lain mau mencoba model pembelajaran ini. Selain itu, guru selalu mempersiapkan dengan baik sebelum melakukan pembelajaran, seperti metode pendekatan dalam memotivasi siswa, trik ketika siswa mulai jenuh atau gaduh dan strategi pengelolaan waktu mengingat model pembelajaran ini memerlukan waktu yang cukup banyak dan persiapan-persiapan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Klaten: Yrama Widya.

Arikunto Suharsimi, Suharjono dan Supari. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.

Fajar, Arni. 2005. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Rosda Karya. Hasan, Muhammad Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indah.

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nurdin, Syarifudin. 2005. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Siswa Dalam KBK. Jakarta: Quantum Teaching.

Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Nurulita. Bandung: Nusa Media.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning: Analisi Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi aksara.

Sudarlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayah.

Sudjana, Djuju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Rosda Karya.

Udin Saripudin, Winataputra dan Rustana Ardiwinata. 1992. Materi Pokok Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Usman, Moh Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yamin, Martinis. 2005. Strategi Berbasis Komptensi. Ciputat: Gaung Persada Press. Yusuf, Syamsu dan Nur Ikhsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosda Karya.