PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI

PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI CIRI KHUSUS

YANG DIMILIKI HEWAN (KELELAWAR, CECAK DAN BEBEK)

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

(TIPE JIGSAW) DI SDN 011 KUALA SEBATU

 

Syarkani

Sekolah Dasar Negeri 011 Kuala Sebatu Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir

 

ABSTRAK

Proses pembelajaran IPA yang diterapkan di Sekolah Dasar siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan, sehingga siswa menjadi malas dan bosan, menyebabkan motivasi belajar rendah yang berujung kepada hasil belajar yang rendah terlihat melalui hasil ketuntasan klasikal bagi kelas VI mata pelajaran IPA untuk materi ciri khusus makhluk hidup baru 30% mencapai ketuntasan dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan madrasah yaitu 70. Berbagai usaha terus dilakukan untuk memperbaiki kwalitas pembelajaran di SD Negeri 011 Kuala Sebatu, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw). Menurut peneliti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mengatur waktu, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kelas VI dengan jumlah siswa 17 orang. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut, untuk mengetahui tingkat aktifitas belajar siswa dan guru, dengan alat pengumpulan data berupa lembaran observasi siswa dan guru yaitu instrumen penilaian proses pembelajaran siswa dan guru disertai instrumen penilaian hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I dari 17 orang siswa terdapat 9 orang siswa dinyatakan tuntas secara individu dengan nilai rata-rata 67, nilai tertinggi 87, nilai terendah 47 dan persentase ketuntasannya 53% ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan, sedangkan pada siklus II dari 17 orang siswa terdapat 15 orang siswa dinyatakan tuntas secara individu dengan nilai rata-rata 77, nilai tertinngi 93, nilai terendah 53 dan persentase ketuntasan 88%. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) dapat meningkatkan ketuntasan belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 011 Kuala Sebatu dengan adanya peningkatan persentase hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 35%.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif (tipe jigsaw)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan kemajuan teknologi memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu bersaing dengan bangsa lain. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tujuan setiap bangsa dalam menghadapi tantangan kemajuan zaman. Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Sekolah Dasar/sekolah dasar sebagai tahapan pertama pendidikan, seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan hal di atas madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar harus memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dasar strategis sejak kelas-kelas awal. Upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar ini tidak dapat ditunda-tunda lagi terutama dalam peningkatan mutu proses pembelajaran pendidikan dasar di era globalisasi. Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan dasar yang tidak lagi semata-mata berfungsi sebagai sarana sosialisasi anak didik, melainkan sejak dini sudah harus menumbuhkan secara potensial menusia Indonesia yang kelak mampu menjadi agen pembaharuan. Fungsi pendidikan dasar tidak semata-mata menjadikan keluarannya melek huruf dalam arti melek teknologi dan melek pikir.

Mata Pelajaran IPA di SD merupakan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD, dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Guru seharusnya bisa menumbuhkan semangat untuk belajar didalam kelas. Terjadinya komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang berupa guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dan hal-hal lainnya dapat dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi berprestasi, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

Proses pembelajaran IPA yang diterapkan di Sekolah Dasar siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan, sehingga siswa menjadi malas dan bosan. Kondisi yang demikian membosankan dalam diri siswa pada akhirnya akan menyebabkan motivasi belajar rendah yang berujung kepada hasil belajar yang rendah. Untuk menciptakan suasana agar siswa lebih aktif belajar diperlukan kemauan dan kemampuan guru dalam mengambil keputusan yang tepat dengan situasi belajar yang diciptakan dan mempertimbangkan kondisi pengajaran yang diprediksi dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi belajar. Selain itu diupayakan suatu model yang mengarah pada pengembangan berfikir logis, sikap yang kritis dan kepekaan siswa terhadap lingkungan.

Oleh karena itu guru harus dapat menggunakan berbagai macam model dan pengorganisasian materi dengan tepat. Model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Isjoni menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan. Model pembelajaran kooperatif memiliki beragam model salah satunya adalah model jigsaw.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pembelajaran tipe jigsaw dikembangkan untuk memberikan satu cara untuk membuat kelas sebagai suatu komunitas belajar yang saling menghargai terhadap kemampuan masing-masing siswa. Disamping itu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mengatur waktu, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Jika dilihat dari nilai hasil belajar yang diperoleh untuk kompetensi dasar ciri khusus makhluk hidup pada Tahun 2015/2016 yang lalu ketuntasan hasil belajar kelas VI baru 30% dari jumlah siswa. Ketuntasan secara klasikal masih rendah yaitu mencapai 30% dari dari KKM yang telah di tentukan yaitu 70 untuk KD. Ciri khusus makhluk hidup. Berdasarkan realita ini, peneliti memandang masalah ini perlu diselesaikan. Dengan harapan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 011 Kuala Sebatu dapat meningkat. Dalam hal ini peneliti merasa perlu untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak dan Bebek) Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) di SD Negeri 011 Kuala Sebatu Tahun Pelajaran 2016/2017″.

Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah berupa “apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) di SD Negeri 011 Kuala Sebatu Tahun Pelajaran 2016/2017?”

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 011 Kuala Sebatu Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw..

Manfaat

Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

1.     Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya.

2.     Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat bagi siswa, guru dan sekolah. Untuk jelasnya diuraikan sebagai berikut:

a.     Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga pada ahkhirya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

b.     Bagi guru, dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan, kreatifitas, inovasi, dan profesional di bidangnya.

c.     Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk mengembangkan strategi pembelajaran di Sekolah yang lebih baik.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Belajar

Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu (belajar) wajib hukumnya bagi setiap orang Islam”. Hadis tentang belajar dan yang terkait dengan pencarian ilmu banyak disebut dalam al-Hadis, demikian juga dalam Al-Qur’an al-Karim. Hal ini merupakan indikasi, bahwa betapa belajar dan mencari ilmu itu sangat penting artinya bagi umat manusia. Dengan belajar manusia dapat mengerti akan dirinya, lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula manusia mampu menciptakan kreasi unik dan spektakuler yang berupa teknologi.

Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan akalnya, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT. hingga dalam al-Qur’an surat Al-Mujadallah ayat 11 dinyatakan Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Belajar adalah suatu yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Menurut Slameto yang dikatakan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Perubahan dalam belajar bisa berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan, atau apresiasi (penerimaan atau pengahargaan). Perubahan tersebut bisa meliputi keadaan dirinya, pengetahuannya, atau perbuatannya. Menurut Gagne belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Sedangkan menurut Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka panjang waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester mengemukakan bahwa belajar ialah upaya memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap, belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkat kemampuan pada diri individu yang belajar. Perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar berlangsung relatif lama dan mempunyai tujuan yang terarah atau teratur berlangsung terus menerus dan senantiasa bertambah. Belajar mempunyai tujuan agar memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, sehingga semakin banyak usaha belajar yang dilakukan maka makin baik perubahan tingkah laku yang diperoleh.

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu ”hasil” dan ”belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel). Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel). Jadi, hasil belajar merupakan perubahan pemahaman, pengetahuan dan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotor. Secara ekplesit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanan selalu berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor,sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif. Menurut Bloom dalam Sudjana dikatakan bahwa secara garis besar karakteristik hasil belajar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: Ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

Ciri-Ciri Khusus Makhluk Hidup

1.     Kelelawar

Kelelawar banyak dijumpai di gua yang sangat gelap. Untuk dapat terbang dengan arah yang benar, kelelawar menggunakan sistem sonar. Kelelawar mengeluarkan bunyi dengan frekuensi yang tinggi (bunyi ultrasonik) sebanyak mungkin. Kemudian, ia mendengarkan bunyi pantul tersebut dengan indra pendengarannya. Dengan cara itu, kelelawar dapat mengetahui letak suatu benda dengan tepat, sehingga kelelawar mampu terbang dalam keadaan gelap tanpa menabrak benda-benda di sekitarnya.

Kemampuan kelelawar mengetahui lingkungan sekitarnya dengan menggunakan sistem sonar dikenal dengan istilah ekolokasi. Ciri khusus lain dari kelelawar adalah kemampuan terbangnya. Hewan mamalia ini dapat terbang karena memiliki selaput kulit yang tipis terdapat di antara tulang lengannya. Ciri lain yang dimiliki hewan ini, yaitu posisi tidur pada siang hari dengan cara menggantung dan posisi badan yang terbalik.

2.     Cicak

Cicak adalah hewan reptil yang biasa merayap di dinding atau pohon. Cicak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Cicak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cicak bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke dalam suku Gekkonidae. Cicak memiliki telapak kaki dengan sistem perekat. Sistem perekat ini dibangun oleh telapak kaki yang beralur pararel. Selain itu cicak juga memiliki kemampuan untuk memutuskan ekornya. Hal ini dilakukan untuk melindungi diri dari musuhnya. Untuk memperoleh makanan, cicak memiliki lidah yang panjang dan lengket. Bentuk lidah ini digunakan untuk menangkap mangsa berupa serangga yang terbang.

3.     Bebek

Hewan ini memiliki berbagai ciri khusus yang disesuaikan dengan tempat tinggalnya. Bebek hidup di darat, namun untuk mencari makan, bebek biasanya berada di air. Adapun ciri khusus yang dimiliki bebek untuk mencari makan berupa paruh yang agak panjang dan lebar pada bagian ujungnya. Bebek mencari makan di air, baik kolam atau danau yang dangkal. Agar tubuhnya tidak basah jika terkena air, bulu bebek dilapisi oleh minyak. Dengan demikian, pada saat bebek sampai di darat ia hanya tinggal mengibas-ngibaskan badannya dan air yang menempel di tubuhnya keluar. Jika bulu tubuhnya tidak dilapisi oleh minyak, air yang menempel akan terus menyerap ke dalam bulu tubuh bebek. Hewan ini mempunyai ciri khusus berupa kaki yang berselaput di antara jari kakinya. Jika kita perhatikan, bebek dapat berenang di air karena kakinya memiliki semacam selaput renang.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw)

Menurut Isjoni, Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dimana model pembelajaran ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Sebagai model pembelajaran sistematis yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif, pembelajaran kooperatif mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Davidson dan Warsham (2003) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Karena itu, pembelajaran kooperatif didasarkan kepada teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan, dan persandaran sosial. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni, yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Jadi, pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw itu sendiri merupakan model yang menerapkan metode diskusi dalam dua tahap. Diskusi tahap pertama, siswa dibentuk kelompok sesuai dengan karakteristik materi. Kelompok ini disebut kelompok asal yang pada awalnya masing-masing anggota kelompoknya bekerja secara individual sesuai tugas yang diberikan. Diskusi kedua dibentuk kelompok ahli. Setiap siswa dari kelompok asal yang membahas materi yang sama berkumpul dalam satu kelompok untuk merumuskan materi yang ditugaskan. Kelompok ahli bertugas memberi penjelasan pada kelompok asal. Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe Jigsaw:

1)    Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

2)    Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok = 4 orang anggota tim.

3)    Tiap orang dalam tim diberi bagian/tugas untuk mengerjakan materi yang berbeda.

4)    Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

5)    Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab (materi) yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab (materi) mereka.

6)    Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab/materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

7)    Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

8)    Guru memberikan evaluasi dan reward (penghargaan).

9)    Penutup.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Sedangkan guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw:

Kelebihan model pembelajaran Jigsaw

1.     Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya.

2.     Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.

3.     Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru.

4.     Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

 

 

Kekurangan model pembelajaran Jigsaw

1.     Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain.

2.     Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda.

Hipotesis Tindakan

Melalui Penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek) dapat meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 011 Kuala Sebatu Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di SD Negeri 011 Kuala Sebatu yang beralamatkan di Jl. Pendidikan No.1 Kuala Sebatu Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir. Subyek penelitian yang dikenai tindakan adalah kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang siswa. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA untuk materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek).

Perencanaan Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan II. Jika siklus I tidak tuntas, dilanjutkan dengan siklus selanjutnya. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data kualitatif yang diperoleh dari observasi, pengamatan, maupun wawancara.

Validasi Data dan Analisis Data

Validasi data dilakukan agar memperoleh data yang valid. Data aktivitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan mellibatkan observer (teman sejawat atau pegawas) yang dikenal dengan berkolaborasi. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris.

Prosedur Tindakan

Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.

HASIL TINDAKAN

Pada Siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan berjumlah 9 orang dan yang belum mencapai ketuntasan 8 orang. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas yaitu 67. Jumlah presentasi ketuntasan klasikal mencapai 53% dari standar ketuntasan klasikal yakni sebesar ≥ 80%. Persentase keaktifan guru siklus I 50,00% dengan kategori aktif. Persentase aktivitas siswa pada siklus I hanya mencapai 50,00% termasuk kategori cukup aktif. Secara kualitatif, hasil pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil karena masih banyak aktivitas siswa maupun guru (peneliti) yang belum mencapai hasil maksimal dan harus ditingkatkan.

Pada siklus II banyak mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Terlihat pada aktivitas guru yang dilakukan terhadap siswa sehingga siswa mempunyai motivasi yang lebih dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya, dan dinilai sudah sangat baik. Persentase keaktifan guru siklus II mencapai 81,25% termasuk kategori sangat aktif dengan peningkatan 31,25%. Aktivitas siswapun pengalami peningkatan, terlihat dari ekspresi, tingkah laku, kekuatan, ketahanan dan kesungguhan dalam belajar dan mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu. Persentase aktivitas siswa pada siklus II mencapai 76,39% kategori sangat aktif, terdapat peningkatan sebesar 26,39%. sebagian besar siswa (88%) telah mencapai ketuntasan dalam pembelajaran Siklus II. Jumlah siswa dengan nilai tuntas yaitu 15 orang dan yang belum mencapai ketuntasan 2 orang. Rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 77. Pada siklus II ini telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bisa meningkatkan hasil pembelajaran untuk materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek).

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di SD Negeri 011 Kuala Sebatu Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat tercapai. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada:

1.     Hasil aktivitas guru yang menunjukkan data untuk siklus I yaitu persentase keaktifan guru siklus I 50,00% kategori aktif dan siklus II 81,25% kategori sangat aktif dengan peningkatan 31,25%.

2.     Hasil aktifitas siswa yang menunjukkan data untuk siklus I yaitu Persentase aktivitas siswa pada siklus I hanya mencapai 50,00% kategori cukup aktif dan pada siklus II mencapai 76,39% kategori sangat aktif. Berarti terdapat peningkatan sebesar 26,39%.

3.     Jumlah siswa yang tuntas pada waktu siklus I sebanyak 9 orang siswa dan pada siklus II yaitu 15 orang siswa sehingga jumlah sebanyak 6 orang siswa, sedangkan persentase ketuntasan belajar pada siklus I 53% pada siklus II menjadi 88% dan nilai rata-rata di siklus I 67 dan pada siklus II meningkat menjadi 77.

Saran

            Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1.     Kepada Siswa

Penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa sehingga ketuntasan belajar dapat meningkat. Oleh karena itu siswa diharapkan pada mata pelajaran lain yang relevan dapat menerapkan model pembelajaran ini sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

2.     Kepada Guru

Penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan sangat menarik bagi siswa. Pembelajaran ini mampu merangsang minat dan motivasi siswa untuk belajar dengan lebih baik serta bisa menumbuhkan sikap saling membantu sesama siswa dalam interaksi diskusi kelompok. Oleh karena itu guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) pada materi dan mata pelajaran lain yang relevan.

3.     Kepada Kepala Sekolah

Kepala Sekolah hendaknya dapat mempertimbangkan penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) dalam mata pelajaran lainnya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Budairi, Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw, dalam http://www.budairi.com/2012/11/pendidikan-kelebihan-dan-kekurangan. html#ixzz3AgnlllEC, diambil 17 Agustus 2016, Pukul 06.15 WIB.

Arsip Nilai KD1 Semeseter I SD Negeri 011 Kuala Sebatu, Dokumentasi, Tanggal 16 Agustus 2016.

Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran Jogjakarta h:Ar-Ruzz Media Grub, 2000.

BSNP. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar.(Jakarta: Depdiknas, 2007.

Heri Sulityanto & Edy Wiyono, Ilmu Pengetahuan Alam Untk SD dan MI Kelas VI, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

http://m.kidnesia.com/ diambil tanggal 18 Agustus 2016, pukul 12.30 WIB

http://noonathome.wordpress.com/2008/07/11/tangan-belalai-dan-memindahkan-kebaikan/ diambil tanggal 18 Agustus 2016, pukul 12.30 WIB

http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhukum/fcpt1328331919.pdf, diambil tanggal 18 Agustus 2016, pukul 22.05 WIB.

http://willyfandri.wordpress.com, diambil tanggal 18 Agustus 2016, pukul 12.13 WIB.

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Kementerian Agama Direktorat Jendral Bimas Islam, Al-Quran dan Terjemahan. Jakarta: PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011.

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

SD Negeri 011 Kuala Sebatu, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Indragiri Hilir: 2009.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 2003.

Nana Saudih dan Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005

Nana Sudjana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989.

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung: CV Sinar Baru Algensindo, 2010.

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran., Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010

Pak Guru, “Ciri Khusus Cecak” dalam http://pelajaranilmupengetahuanalam. blogspot.com/2016/02/ciri-ciri-khusus-cicak.html, diambil tanggal 16 Agustus 2016, Pukul 12.56 WIB.

Purwanto, Evaluasi Hasil belajar Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013.

Rahmah, “Ciri Khusus Pada Kelelawar” dalam http://asagenerasiku. blogspot.com/2012/07/ciri-khusus-pada-kelelawar.html, diambil tanggal 16 Agustus 2016, pukul 12.13 WIB.

S. Nasution, Metode Research (Peneltian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara 2004.

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Jakarta: Rhineka Cipta, 2003.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Sunarto, “Pengertian Prestasi Belajar” dalam http:// sunartombs.wordpress.com dikutip tanggal 16 Agustus 2016, pukul 09.00 WIB.

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana, 2010.

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab & Akhlak Penuntut Ilmu, Bogor: Pustaka At-Taqwa, 2010.