Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tutor Teman Sebaya
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
PADA MATERI KONVERSI SKALA PETA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TUTOR TEMAN SEBAYA SISWA KELAS VIIE SMPN 2 BRINGIN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Umi Kholifah
SMP Negeri 2 Bringin Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran IPS di kelas VIIE SMP Negeri 2 Bringin Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa guru belum mampu menerapkan berbagai model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran IPS sehingga siswa belum berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 75 dari 32 siswa kelas VII baru 20% yang dapat mencapai KKM sedangkan yang 80% belum mencapai KKM. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model Tutor Teman Sebaya. Model pembelajaran Tutor Teman Sebaya merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang menekankan kerja sama kelompok. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dua siklus, tiap siklus terdiri dari1 pertemuan. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIIE SMPN 02 Bringin. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes yang diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan guru berturut-turut 34,5 dan 44. Hasil belajar mengalami peningkatan dengan ketuntasan belajar mencapai berturut-turut 50% dan 83%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil.
Kata kunci: hasil belajar IPS, Model Pembelajaran Tutor Teman Sebaya,
Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah baik dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. Di Sekolah Menengah Pertama materi pembelajaran IPS merupakan lanjutan dari materi pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan bahwa kompetensi mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Kemampuan tersebut akan sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam membantu menghadapi tantangan berat dalam kehidupan yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Sering pelajaran IPS dipandang kurang memberi manfaat bagi kehidupaan sehari-hari. jika dibandingkan dengan materi pembelajaran yang bersifat eksak. Persepsi ini membuat pembelajaran IPS dipandang sebelah mata, karena hanya hafalan dan bercerita masa lalu bersifat monoton. Sehingga kurang menarik perhatian dan kemauan siswa untuk mempelajari IPS.
Permasalahan itu diperburuk lagi dengan proses pembelajaran mata pelajaran IPS di kelas. Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional, dimana siswa hanya datang, duduk, diam dan hanya mendengarkan penjelasan guru lalu mencatat kesimpulan, serta sesekali peserta didik menjawab pertanyaan guru di akhir pembelajaran.
Permasalahan tersebut berakibat pada hasil belajar siswa. Hal itu bisa dilihat dari data hasil belajar kelas VII E SMP Negeri 2 Bringin tahun pelajaran 2016/ 2017 pada materi konversi skala peta. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 75. Dari 32 siswa baru 20% yang dapat mencapai KKM sedangkan yang 80% belum mencapai KKM.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya kelas VII E pengajar berupaya menerapkan model pembelajaran Tutor Teman Sebaya. Model pembelajaran Tutor Teman Sebaya merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan kerja sama kelompok. Di mana dalam kerjasama kelompok tutor teman sebaya diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelompok tengah dan bawah dalam kelompok sehingga proses pembelajaran lebih efektif. Dengan penerapan model pembelajaran Tutor Teman Sebaya dapat mengakomodasi siswa yang tidak berani bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahaminya. Adanya tutor ini siswa yang belum paham dapat leluasa bertanya kepada tutor yang merupakan temannya sendiri. Dengan peran aktif dari siswa selama pembelajaran IPS maka diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan prinsip PAKEM.
Dari latar belakang tersebut di atas penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas/ PTK dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Materi Konversi Skala Peta Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tutor Teman Sebaya Siswa Kelas VII E SMPN 2 Bringin Tahun Pelajaran 2016/2017â€.
Kajian Teori
Pengertian Belajar
Secara sadar maupun tidak, manusia selalu melakukan kegiatan belajar. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melalui pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. (Hamdani, 2011:71). Menurut Hamalik (2013:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut Daryanto (2009) belajar adalah proses pengolahan informasi. Menurut teori ini tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Dengan kata lain sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan cara belajar yang berbeda.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku manusia yang didapat melalui pengalaman manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dari manusia lahir sampai akhir hayatnya.
Definisi Pembelajaran
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran menurut Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2011:193) merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hal itu sejalan dengan pendapat dari Sugandi (2004:9) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yangbertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung proses belajar internal.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan guru dan lingkungan belajar yang melibatkan siswa dalam pengalaman belajar untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Hamalik (2013:30) merupakan perubahan tingkah laku pada seseorang setelah belajar, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Rifa’i dan Anni (2011:85) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir (Sanjaya, 2013:125-126). ranah kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,sintesis, dan evaluasi (Anderson dalam Sanjaya, 2013:128).
Metode Tutor Sebaya
Pengertian Tutor Sebaya
Simanjuntak dan Pasaribu (1983:28) secara singkat menjelaskan pengertian tutor dapat diartikan sebagai orang yang memberikan tutorial atau tutoring, sedangkan tutorial atau tutoring adalah bimbingan yang dapat berupa bantuan, petunjuk, arahan ataupun motivasi baik secara individu maupun kelompok dengan tujuan agar siswa dapat lebih efisien dan efektif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.
Pembelajaran teman/tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Dalam tutor sebaya, teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah (Suherman, 2003:277).
Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan.
Kriteria tutor sebaya
Memilih siswa untuk menjadi tutor tidaklah asal memilih karena peran siswa sebagai tutor sangatlah penting dalam proses pembelajaran menggunakan metode ini. Berikut kriteria siswa yang ditunjuk menjadi tutor menurut Soekarwati (1995: 22):
1) Menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan.
2) Mengetahui cara mengajarkan bahan tersebut.
3) Memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan menjunjung situasi tutoring.
4) Siswa yang berprestasi akan lebih menunjang pelajaran dengan metode ini karena siswa yang menjadi tutor tersebut lebih mempunyai kepercayaan diri.
Kelebihan tutor sebaya
1) Anak-anak diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi.
2) Siswa lebih mudah dan leluasa menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
3) Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif, karena tidak malu lagi bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas.
4) Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan. Bagi tutor akan dapat pengalaman sedangkan yang ditutori akan lebih aktif dalam menerima pelajaran.
Tahapan Langkah-langkah model Tutor Teman Sebaya:
1) Pilih materi yang memungkinkan materi yang dapat dipelajari siswa secara mandiri
2) Membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
3) Memberi tugas masing-masing kelompok dipandu siswa yang menjadi tutor sebaya.
4) Memberikan waktu yang cukup untuk berdiskusi
5) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan hasil diskusi
6) Membuat keimpulan secara mandiri
Metode Penelitian
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah peneliti sebagai pelaksana tindakan dan siswa kelas VII E SMPN 2 Bringin Kabupaten Semarang. Siswa kelas VIIE berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Sedangkan objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi konversi skala peta.
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Bringin Kabupaten Semarang pada tanggal 8 dan 9 mei 2017.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki profesinya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik terus meningkat (Suyadi, 2013:22). Menurut Arikunto, dkk (2008:16) menjelaskan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui dalam PTK yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan/obeservasi, dan (4) refleksi.
Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber Data
1) Guru dan Siswa
Sumber data guru diperoleh dari hasil lembar observasi keterampilan guru selama pelaksanaan siklus penelitian dalam pembelajaran IPS melalui model Tutor Teman Sebaya Siswa. Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model Tutor Teman Sebaya mulai siklus pertama sampai siklus terakhir.
2) Data Dokumen
Sumber data dokumen berupa data awal hasil tes sebelum dilakukan tindakan penelitian, hasil tes setelah dilakukan tindakan penelitian, hasil foto, dan video.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes yaitu berupa tes evaluasi sedangkan nontes yaitu berupa observasi dan dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang dapat dianalisis secara deskriptif yang digunakan untuk mengukur tingkat kognitif siswa.(Poerwanti, dkk 2008: 6.15). Data kualitatif berupa data hasil pengamatan keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model Tutor Teman Sebaya yang dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, penentuan skornya menggunakan interval lima kelas (Widoyoko, 2014:106).
Dalam penelitian ini, lembar observasi keterampilan guru terdiri dari 10 indikator, lembar aktivitas siswa terdiri dari 8 indikator, lembar iklim pembelajaran terdiri dari 2 indikator, dan lembar kualitas media pembelajaran terdiri dari 4 indikator. Dalam setiap indikator terdapat 4 deskriptor pengamatan.
Hasil Penelitian dan Pembahsan
Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VII E SMPN 2 Bringin Kabupaten Semarang melalui model pembelajaran kooperatif Tutor Teman Sebaya dalam pembelajaran IPS pada materi konversi skala peta ini dilaksanakan 2 siklus penelitian. Berikut ini dipaparkan hasil penelitian peningkatan kualitas yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I
1) Hasil Observasi Keterampilan Guru
Hasil observasi keterampilan guru pada pembelajaran IPS melalui model Tutor Teman Sebaya
Tabel 4.1Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I
No |
Indikator Keterampilan Guru |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
||
Deskriptor yang tampak |
Skor |
Deskriptor yang tampak |
Skor |
||
1 |
Membuka pelajaran dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari |
1,2,3,4 |
3,5 |
1,2,3,4 |
4 |
2 |
Menjelaskan materi pembelajaran yang akan dipelajari dengan menampilkan media grafis |
1,2,4 |
2,5 |
1,2,3,4 |
3,5 |
3 |
Kesesuaian materi dengan kompetensi yang ingin dicapai |
1,2,3 |
3 |
1,2,3,4 |
4 |
4 |
Konten materi pembelajaran |
1,2,3 |
2,5 |
1,2,3,4 |
3,5 |
5 |
Memberikan pertanyaan atau permasalahan |
1,2,3 |
3 |
1,2,3,4 |
4 |
6 |
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri |
1,2,3 |
2,5 |
1,2,3,4 |
3,5 |
7 |
Membimbing siswa untuk berdiskusi mengenai hasil pemikirannya secara berkelompok |
1,2,3 |
3 |
1,2,3,4 |
4 |
8 |
Membimbing siswa untuk saling berbagi jawaban kepada kelompok |
2,3,4 |
2,5 |
1,2,3 |
3 |
9 |
Membimbing siswa mempresentasikan hasil diskusi |
1,2,3,4 |
4 |
1,2,3,4 |
4 |
10 |
Menyimpulkan materi yang telah dipelajari |
2,3 |
2 |
1,2,3 |
3 |
11 |
Memberi penguatan |
1,2,3 |
3 |
1,2,3,4 |
3,5 |
12 |
Menutup kegiatan pembelajaran |
1,3,4 |
3 |
1,2,3,4 |
4 |
Jumlah Skor |
|
34,5 |
|
44 |
|
Kategori |
|
Baik |
|
Sangat Baik |
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa observasi keterampilan guru pada pembelajaran IPS melalui model Tutor Teman Sebaya pada siklus I memperoleh skor rata-rata 34,5 dengan kriteria baik.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus 1. Guru hanya mengarahkan kelompok agar tepat dalam mendiskusikan materi. Namun belum memperhatikan siswa yang tidak ikut aktif dalam bertanya atau menanggapi. Guru juga belum mengarahkan seluruh siswa untuk bertanya ataupun menanggapi pernyataan dari tutor ataupun teman kelompoknya.
Pada siklus II, guru memberikan penguatan pada siswa berupa penguatan verbal, gestural, dan simbol. Penguatan verbal diberikan dengan mengucapkan kata benar, pintar, dan bagus. Penguatan gestural berbentuk tepuk tangan yang dilakukan oleh guru dan siswa diajak bertepuk tangan.
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan memfokuskan pada 10 siswa. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I disajikan dalam tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No |
Indikator Aktivitas Siswa |
Skor Rata-rata |
||
Siklus 1 |
Siklus 2 |
|
||
1 |
Siap mengikuti kegiatan pembelajaran |
2,4 |
3,05 |
|
2 |
Menyiapkan materi yang akan dipelajari |
2,3 |
3,3 |
|
3 |
Menerima pertanyaan atau permasalahan yang diajukan guru |
2,3 |
3,35 |
|
4 |
Mempelajari pemecahan masalah secara mandiri |
2,5 |
3,35 |
|
5 |
Mendiskusikan materi secara berkelompok |
2,3 |
3,1 |
|
6 |
Bertukar pikiran dengan anggota kelompok lain |
2,35 |
2,85 |
|
7 |
Mempresentasikan hasil diskusi |
1,2 |
2,7 |
|
8 |
Menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dilaksanakan |
2,5 |
3,1 |
|
Jumlah Skor |
16,4 |
24,8 |
|
|
Kategori |
Kurang Baik |
Baik |
|
Aktivitas siswa yang diamati dibagi menjadi dua yaitu pertama siswa yang menjadi anggota kelompok dan yang kedua siswa menjadi tutor. Ini dibedakan karena aktivitas yang dilakukan siswa sebagai anggota dan siswa sebagai tutor berbeda. Terdapat 8 indikator yang diamati peneliti terhadap siswa sebagai anggota yaitu siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru, Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang dijelaskan, Siswa bertanya kepada tutor, Siswa mendengarkan penjelasan dari tutor, Siswa menerima pendapat dari kelompoknya, Siswa berani maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, Siswa menanggapi presentasi dari kelompok lain.
3) Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus I mengenai hasil belajar IPS materi konversi skala peta melalui model pembelajaran kooperatif Tutor Teman Sebaya diperoleh data seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Ranah Kognitif
Interval Nilai |
Kualifikasi |
Siklus I |
Siklus II |
≥ 75 |
Tuntas |
15 |
23 |
< 75 |
Tidak Tuntas |
15 |
7 |
Jumlah Siswa |
30 |
30 |
|
Rata-rata |
76,63 |
83 |
|
Nilai tertinggi |
90 |
100 |
|
Nilai terendah |
33 |
70 |
|
Persentase ketuntasan klasikal |
50% |
83% |
|
Persentase ketidaktuntasan klasikal |
50% |
17% |
Berdasarkan tabel 4.1 dan diagram 4.1 dapat dilihat bahwa hasil belajar pengetahuan siklus I memperoleh nilai rata-rata kelas adalah 76 dengan nilai terendah 33 dan nilai tertinggi 90. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I yaitu 50%, sedangkan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata kelas adalah 83 dengan nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 100. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus II yaitu 83%artinya ketuntasan tersebut sudah mencapai batas minimal yang ditentukan dalam indikator keberhasilan penelitian yaitu 80%.
Pembahasan
Pemaknaan Temuan Penelitian
Pembahasan data hasil pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran IPS materi konversi skala peta di kelas VII SMPN 2 Bringin Kabupaten Semarang meliputi keterampilan guru dan aktivitas siswa. Berikut ini dijelaskan peningkatan keterampilan guru dan aktivitas siswa pada siklus I dan II.
Keterampilan Guru
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill), merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara terencana dan profesional (Rusman, 2013:80).
Setelah melaksanakan langkah-langkah dari tutor sebaya terlihat terjadi peningkatan dari nilai rata-rata siswa yaitu dari 70 menjadi 83 dan jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan semakin banyak. Hal ini sesuai dengan teori dari Sukmadinata (2007) bahwa menggunakan metode tutor sebaya dapat membuat siswa yang kurang paham tentang materi pelajaran berani bercerita kepada temannya yang menjadi tutor sehingga kesulitan tersebut dapat diatasi pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat.
Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus 1. Terjadinya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dikarenakan ada sedikit modifikasi dalam langkah-langkah pembelajaran yaitu, guru mengamati seluruh siswa dan mengarahkan siswa yang hanya diam saja tidak memperhatikan tutor untuk ikut bertanya materi yang belum diketahui atau ikut menanggapi pernyataan dari teman kelompoknya. Oleh karena itu, pada penelitian ini siswa yang mendapatkan nilai ≥75 mencapai kriteria keberhasilan yaitu ≥80%, sehingga penelitian ini dikatakan berhasil dan di hentikan pada siklus II.
Peningkatan tampak pada pengondisian siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru harus mampu menciptakan kondisi/suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terfokus pada hal-hal yang akan dipelajari (Rusman, 2013:81). Dengan terpusatnya perhatian siswa tentu dalam kegiatan belajar mengajar akan lebih maksimal.
Guru memberikan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa agar siswa dapat memikirkan materi yang disampaikan guru, bukan hanya memperhatikan penjelasan guru. Peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II yaitu pertanyaan atau permasalahan yang diajukan guru mudah dipahami siswa dan mampu mengembangkan sifat ingin tahu siswa. Menurut Usman (dalam Rusman, 2013:82), pertanyaan yang baik memiliki beberapa ciri, salah satunya adalah jelas dan mudah dimengerti siswa. Pertanyaan yang berbelit-belit tidak akan dipahami sehingga kemungkinan besar siswa tidak dapat menjawabnya.
Dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari, pada siklus I guru belum memberi siswa kesempatan bertanya mengenai hasil penyelesaian masalah yang belum jelas. Pada siklus II, guru telah memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui, sehingga dapat mengembangkan pola pikir siswa dalam membuat simpulan tentang materi yang telah dipelajari.
Dalam menutup kegiatan pembelajaran, peningkatan yang tampak yaitu guru telah melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan telah memberikan tindak lanjut. Kegiatan refleksi merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilaksanakan sebab akan mengontrol tindakan guru, guru dapat melihat apa yang masih perlu diperbaiki, ditingkatkan atau dipertahankan.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan siswa lebih siap mengikuti pembelajaran karena ada pemberian motivasi dari guru sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran. Majid (2014:308-309) mengemukakan bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.
Pada siklus I masih ada beberapa kelompok yang belum aktif dalam berdiskusi dan memberikan pendapat masing-masing dalam kelompoknya. Pada siklus II guru mengarahkan siswa agar berpartisipasi aktif dan bekerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok. Guru mampu mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah dan memberikan penguatan ketika diperlukan sehingga kondisi lebih kondusif.
Pada siklus I hanya ada beberapa kelompok yang berani menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Selanjutnya guru memusatkan topik diskusi dan pemberian reward, sehingga siswa sangat antusias dalam kegiatan diskusi kelas. Pada siklus II sehingga mengalami peningkatan menjadi banyak yang berani maju menyampaikan hasil diskusinya dengan bersikap tenang menyatakan pendapat dari hasil kerja kelompoknya serta siswa aktif menanggapi hasil kerja kelompok lain.
Hasil Belajar Siswa
Hasil penelitian siklus II, diketahui bahwa sebagian besar nilai siswa kelas VII pada pembelajaran IPS meningkat jika dibandingkan dengan nilai pada siklus I. Peningkatan ini terjadi karena pada siklus I partisipasi siswa dalam pembelajaran belum terlihat karena masih terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, kurang antusias, dan asyik bermain sendiri. Pada siklus II guru memberikan sikap tanggap dengan memberikan nasehat dan teguran pada siswa yang menimbulkan masalah agar suasana kelas kondusif dan siswa lain tidak terganggu saat memperhatikan penjelasan guru.
Peran dan kompetensi guru sangat berpengaruh terhadap proses serta hasil belajar siswa. Guru yang berkompeten dalam memainkan perannya akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mengelola kelas dengan lebih baik. Jadi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada setiap pembelajaran.
Penutup
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa melalui model Tutor Teman Sebaya pada siswa kelas VII E SMPN 2 Bringin dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Peningkatan pada ketuntasan belajar klasikal yaitu siklus I 50% dan siklus II 83%.
Dengan demikian ketiga variabel penelitian di atas sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan terbukti melalui model Tutor Teman Sebaya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dalam pembelajaran IPS materi Konversi skala Peta kelas VII E SMPN 2 Bringin Kabupaten Semarang.
Saran
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan peneliti adalah:
a. Guru sebaiknya meningkatkan keaktifan siswa dalam kerjasama dalam kelompok sehingga proses diskusi antarsiswa dapat berjalan lebih dan siswa berani menyampaikan pendapatnya.
b. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini dengan menggunakan model Tutor Teman Sebaya disertai melakukan asesmen untuk menilai karakter siswa menggunakan instrumen yang relevan karena dalam penelitian ini belum meneliti hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2006. Standar Isi Tingkat SD/MI. Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan.
Hamalik, Oemar. 2013.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Jakarta: DIKTI.
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana.
_____. 2013. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Frenada Media.
Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.