PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

 

Sadari

SD Negeri Sanbiyan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang

 

ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tentang penerapan penerapan model pembelajaran Make a Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Srunbiyan Tahun Ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Make a Match pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas mempunyai empat tahapan yaitu; Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Teknik pengumpul data adalah observasi langsung dan alat pengumpul data adalah lembar observasi. Penelitian dilakukan 2 siklus. Satu siklus satu kali pertemuan. Hasil belajar pada siklus I mencapai ketuntasan sebesar 78% sedangkan pada siklus II diperoleh tingkat ketuntasan sebesar 100%. Terjadi peningkatan ketuntasan dari siklus I ke sildus II 22%, Dapat disimpulkan dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match hasil belajar PAI pada siswa kelas IV SD Negeri Sambiyan pada Tahun pelajaran 2015/2016 meningkat.

Kata kunci : Hasil Belajar,dan Make a Match,

                                                        

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan (Mulyasa, 2007). Menurut Buchori dalam Trianto (2007), pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang  dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, di sekolah perlu dilaksanakan pembelajaran yang komprehensif, mulai dari pendidikan agama, pendidikan moral, pendidikan estetika, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) adalah rendahnya daya serap peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini merupakan akibat dari kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri yaitu mengenai bagaimana sebenamya belajar itu. Dalam arti substansial, proses pembelajaran hingga saat ini masih terdominasi guru dan kurang memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikimya (Trianto, 2007).

Berdasarkan pengamatan penulis temyata masih banyak dijumpai permasalahan dalam proses pembelajaran, guru masih berperan dominan, minat dan respon siswa dalam mengikuti pelajaran masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari kecenderungan siswa yang lebih banyak diam tanpa memperhatikan dan bila diberi pertanyaan masih kesulitan untuk menjawab. Hal tersebut juga terjadi SD Negeri Sambiyan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas IV tahun pelajaran tahun 2014/2015, dari hasil ulangan harian kompetensi inti 2 mengenal sifat jaiz Allah SWT, kelas ini hanya mampu mencapai 61% ketuntasan atau 14 siswa dari 23 siswa yang dapat mencapai batas ketuntasan.

Untuk mengatasi pennasalahan tersebut penulis melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada kelas IV dengan metode pembelajaran Cooperatif learning tipe Make a Match . Dengan metode tersebut diharapkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI meningkat menjadi lebih dari 80% nilai siswa di atas nilai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ), dengan nilai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) 65.

Sesuai latar belakang permasalahan, maka rumusan masalah: bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model Make a Match dalam pembelajaran PAI pada siswa kelas IV SD Negeri Sambiyan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada siswa kelas IV SD Negeri Sambiyan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match.

LANDASAN TEORI

Hakekat Hasil Belajar

Proses belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar. Agus Suprijono (2012) berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya dijelaskan oleh Gagne, bahwa hasil belajar dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Dimyati dan Mudjiono (2010) menjelaskan bahwa hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Lebih dalam lagi, Nana Sudjana (2011) memberikan pengertian bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajamya yang mengacu pada perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2011) mengklasifikasikan jenis jenis hasil belajar, sebagai berikut :

a.   Ranah Kognitif Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Ketercapaian hasil belajar dalam ranah kognitif akan terlihat dari hasil tes yang diujikan.

b.   Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tinggi.  Hasil  belajar  ranah  afektif  akan  tampak  pada  siswa dalam  berbagai  tingkah  laku.  Seperti :  perhatiannya  terhadap pembelajaran IPS, keaktifan dalam pembelajaran, motivasi yang tinggi, serta penghargaan dan rasa hormat kepada guru mata pelajaran.

c.    Ranah Psikomotoris Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan benindak individu. Ranah psikomotoris berhubungan dengan aktivitas fisik.

Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match

Make a Match dikembangkan oleh Lamo Current (1994) dalam Isjoni (2007) Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu altematif yangdapat diterapkan kepada siswa. Make a Match (mencari pasangan) adalah salah satu dari model-model pembelajaran cooperatif learning yang efektif diterapkan dalam pembelajaran. Model pembelajaran cooperative learning (MPCL), beranjak dari dasar pemikiran getting better together. Yang menekankan pada pemberiaan kesempatan yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.

Melalui MPCL, siswa tidak hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Proses pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 atau 6 orang.

Hal-hal yang perlu disiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make a Match adalah kartu-kartu, kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kecil menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu. Berilah kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Setelah mereka berdiskusi alangkah baiknya jika diberi musik yang mengiringi aktivitas belajar mereka. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Setelah itu kelompok membacakan pertanyaan-jawaban yang telah dinilai oleh tim penilai. Setelah penilaian dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama tersebut di atas dipecahkan menjadi dua, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan, sebagian lainya memegang kartu jawaban. Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. Guru kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari, mencocokkan dan mendiskusikan pertanyaan-jawaban. Langkah-Langkah Pembelajaran Strategi Make a Match  adalah sebagai berikut : 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban , 2) Setiap siswa mendapatkan satu kartu.  3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4) Setiap siswa meneari pasangan yang mempunyi kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawaban). 5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda. 7) Demikian seterusnya.  8) Kesimpulan atau penutup.

METODE PENELITIAN

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015/2016 semester ganjil tepatnya dimulai pada bulan September sampai dengan bulan November tahun 2015, sesuai kalender pendidikan (Kaldik) dan program semester (Promes) yang bertepatan dengan penyampaian materi kompetensi inti mengenal sifat-sifat jaiz Allah SWT kelas IV SD Negeri Sambiyan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang.

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Sambiyan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang tahun ajaran 2015/2016. Siswa kelas IV SD Negeri Sambiyan berjumlah 23 orang siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Sumber Data

Didapat dari siswa kelas IV SD Negeri  Sambiyan dengan segala macam bentuk kegiatan yang dilaksanakan di kelas. Selain itu sumber data diperoleh dari teman guru sebagai pengamat (kolaborator) dalam penelitian.

Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari : 1) Tes hasil belajar berupa tes hasil belajar, 2) Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Cara Pengambilan data dalam penelitian ini hanya menggunakan data kualitatif yaitu melalui ulangan atau tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dengan rumus:

Dengan :      X       = Nilai rata – rata

                   = Jumlah semua nilai siswa

                                                             = Jumlah siswa

Ketuntasan belajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah tingkat ketercapaian kompetensi ketuntasan belajar setelah siswa mengilcuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah batas minimal pencapaian kompetensi pada setiap aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai siswa (Depdiknas, 2006). bal ini disesuaikan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan terhadap analisis tiga hal, yaitu tingkat kerumitan (compleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa, dan tingkat kemampuan sumber daya dukung sarana pmsarana madrasah. Pada penelitian kali ini, batas minimal nilai ketuntasan peserta didik berpedoman pada KKM yang terdapat pada kebijakan SD Negeri Sambiyan. Untuk mata pelajaran PAI telah ditetapkan KKM siswa yaitu 65. Jadi ketuntasan belajar siswa dapat dicapai ˃65 secara individu, apabila siswa mendapat <65, maka siswa tersebut belum tuntas dan hams mengikuti remidial. Sedangkan untuk ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut:

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu untuk analisis hasil belajar dengan membandingkan nilai tes, meliputi nilai tes siklus I, siklus II dan siklus III dengan indikator kerja.

Prosedur Penelitian

Rancangan Penelitian Prosedur dalam penelitian ini adalah PTK. Dalam pelaksanaannya terdapat empat tahap penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.  Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993)

a.  Perencanaan Arikunto (2011) menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap perencanaan meliputi: a) Mengkaji materi pembelajaran Akidah Akhlak kelas IV yang akan dilakukan tindakan penelitian beserta indikator-indikatomya, b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai indikator yang telah ditetapkan dengan menerapkan model Make a Match, c) Menyiapkan media pembelajaran berupa kartu soal dan jawaban sebagai media atau sumber belajar bagi siswa, d) Menyiapkan alat evaluasi hasil belajar yang berupa tes tertulis.

b.  Pelaksanaan

Arikunto (2011), menjelaskan pelaksanaan tindakan merupakan penerapaan isi rancangan mengenai tindakan kelas. Pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu melalui penerapan model Make a Match. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam tiga siklus, siklus I, siklus II dan siklus III.

c.   Pengamatan

Observasi adalah kegiatan pengamatan, dilakukan oleh pengamat. Kegiatan observasi dilakukan secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran lain untuk mengadakan pengamatan langsung pada kegiatan pembelajaran PAI guna menyesuaikan data dan informasi yang diperoleh.

d.  Refleksi

Setelah mengkaji kegiatan pembelajaran yang berlangsung yaitu alctivitas belajar siswa serta melihat ketercapaian indikator kinerja siklus pertama, peneliti mengkaji kekurangan dan membuat daflar pennasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama. Peneliti bersama tim kolaborasi membuat perencanaan untuk menindak lanjuti siklus pertama untuk dilaksanakan pada sildus kedua. Peneliti melihat apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum. Jikaa belum tercapai, peneliti melanjutkan siklus berikut sampai mencapai indikator kinerja yang ditetapkan.

Melalui penerapan model Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI pada siswa kelas IV SD Negeri Sambiyan dengan pencapaian ketuntasan klasikal sebesar 80% siswa kelas IV SD Negeri Sambiyan mengalami ketuntasan belajar individual sebesar >65.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan KKM 65 maka siswa dalam melakukan pembelajaran di siklus I ini yang tuntas belajar 18 siswa dengan prosentase ketuntasannya sebesar 78% dan yang tidak tuntas 5siswa dengan prosentase ketidaktuntasan sebesar 22%. Rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus I sebesar 76, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60.

Berdasarkan KKM 65 maka siswa dalam melakukan pembelajaran di siklus II ini yang tuntas belajar 23 siswa dengan prosentase ketuntasannya sebesar 100% dan yang tidak tuntas 0siswa dengan prosentase ketidaktuntasan sebesar 0%. Rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus II sebesar 80, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70.

Setelah melakukan kegiatan di siklus II, guru dan teman sejawat akan melakukan memutuskan untuk menghentikan penelitian tindakan kelas sampai pada siklus III karena indikator keberhasilan atau prosentase ketuntasan siswa sudah mencapai 80% lebih.

Pembahasan

Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 18 siswa dengan prosentase ketuntasannya sebesar 78% dan tidak tuntas 5 siswa dnegan prosentase ketidaktuntasan sebesar 22%. Rata – rata nilai yang diperoleh pada siklus II sebesar 76, dengan tertinggi 100 dan nilai terendah 60.

Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II sebanyak 23 siswa dengan prosentase ketuntasannya sebesar 100%. Rata – rata nilai yang diperoleh pada siklus III sebesar 80, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70.

Rekapan hasil belajar untuk tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut :

Rekapan Hasil Belajar Siswa

No

Pencapaian

Siklus I

Siklus II

1

Jumlah

1530

1850

2

Rata – rata

67

80

3

Jumlah Siswa Tuntas

12

23

4

Jumlah Siswa Tidak Tuntas

11

0

5

Prosentase Ketuntasan

52%

100%

6

Prosentase Ketidaktuntasan

48%

0%

7

Nilai Tertinggi

90

100

8

Nilai Terendah

50

70

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Sambiyan melalui penerapan model Make a Match dalam pembelajaran PAI untuk meningkatkan hasil belajar, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan model Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sambiyan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materi mengenal sifat jaiz Allah SWT. Nilai rata-rata siklus I diperoleh nilai rata-rata 76 dengan persentase ketuntasan belajar 78%. Siklus II diperoleh rata-rata 80 dengan persentase ketuntasan 100%.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1) Guru hendaknya melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan tingkat kesulitan kompetensi pelajarannya. Penggunaan model Make a Match sangat tepat untuk membangkitkan aktivitas belajar, sehingga pembelajaran lebih interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi dan inspiratif, yang pada akhirnya dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2) Bagi siswa, yang perlu diperhatikan bahwa peningkatan belajar melalui penggunaan model Make a Match lebih baik dari pada belajar sendiri, karena dalam penggunaan model Make a Match dituntut kerja sama dan tanggung jawab untuk mencapai hasil yang maksimal. 3) Bagi kepala sekolah hendaknya selalu memberi motivasi kepada para guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Dukungan berupa fasilitas dan kebutuhan yang diperlukan guru dalam melalcsanakan inovasi pembelajaran tentu akan memperlancar proses. Sedangkan dukungan berupa peningkatan kemampuan dan mengembangkan profesinya sangat diperlukan dengan memberi kesempatan yang luas untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan, baik di forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) maupun ditingkat yang lebih tinggi. 4)  Perlu  adanya penelitian Iebih lanjut, untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan pada materi mengenal sifat jaiz bagi Allah SWT pada mata pelajaran PAI kelas IV SD Negeri Sambiyan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Isjoni.2009. Pembelajaran Visioner (Perpaduan Indonesia-Malaysia) Jogjakarta. Pustaka Belajar

Mulyasa, H.E.2007. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Roesdakarya.

Sudjana, Nana (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Laerning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto, 2007, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Jakarta : Kencana

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.