Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI.B
PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI CIRI KHUSUS
YANG DIMILIKI HEWAN (KELELAWAR, CECAK DAN BEBEK)
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
(TIPE JIGSAW) DI SDN 012 PEKAN ARBA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Faridah ID
SDN 012 Pekan Arba
ABSTRAK
Proses pembelajaran IPA yang diterapkan di Sekolah Dasar siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan, sehingga siswa menjadi malas dan bosan, menyebabkan motivasi belajar rendah yang berujung kepada hasil belajar yang rendah terlihat melalui hasil ketuntasan klasikal bagi kelas VI.B mata pelajaran IPA untuk materi ciri khusus makhluk hidup baru 30% mencapai ketuntasan dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan madrasah yaitu 70. Berbagai usaha terus dilakukan untuk memperbaiki kwalitas pembelajaran di SD Negeri 012 Pekan Arba, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw). Menurut peneliti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mengatur waktu, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kelas VI.B dengan jumlah siswa 17 orang. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut, untuk mengetahui tingkat aktifitas belajar siswa dan guru, dengan alat pengumpulan data berupa lembaran observasi siswa dan guru yaitu instrumen penilaian proses pembelajaran siswa dan guru disertai instrumen penilaian hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa dinyatakan telah tuntas jika mencapai kriteria ketuntasan minimal 70 dan ketuntasan belajar klasikal dinyatakan tuntas jika mencapai 80%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I dari 17 orang siswa terdapat 9 orang siswa dinyatakan tuntas secara individu dengan nilai rata-rata 67, nilai tertinggi 87, nilai terendah 47 dan persentase ketuntasannya 53% ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan, sedangkan pada siklus II dari 17 orang siswa terdapat 15 orang siswa dinyatakan tuntas secara individu dengan nilai rata-rata 77, nilai tertinngi 93, nilai terendah 53 dan persentase ketuntasan 88%. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) dapat meningkatkan ketuntasan belajar IPA siswa kelas VI.B SD Negeri 012 Pekan Arba dengan adanya peningkatan persentase hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 35%.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif (tipe jigsaw)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan kemajuan teknologi memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu bersaing dengan bangsa lain. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tujuan setiap bangsa dalam menghadapi tantangan kemajuan zaman. Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Sekolah Dasar/sekolah dasar sebagai tahapan pertama pendidikan, seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sesuai dengan tujuan pendidikan, maka tujuan pembelajaran di sekolah dasar menginginkan agar siswanya memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan, serta sikap dan nilai yang sesuai dengan tujuan pendidikan secara menyeluruh mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut guru perlu memahami tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Amstrong dalam Sudjana dinyatakan bahwa guru mempunyai lima tanggung jawab, yaitu: 1) dalam proses pembelajaran, 2) dalam memberikan bimbingan siswa, 3) dalam mengembangkan kurikulum, 4) dalam mengembangkan profesi, dan 5) membina hubungan dengan masyarakat. Mata Pelajaran IPA di SD merupakan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD, dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Guru seharusnya bisa menumbuhkan semangat untuk belajar didalam kelas. Terjadinya komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Proses pembelajaran IPA yang diterapkan di Sekolah Dasar siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan, sehingga siswa menjadi malas dan bosan. Kondisi yang demikian membosankan dalam diri siswa pada akhirnya akan menyebabkan motivasi belajar rendah yang berujung kepada hasil belajar yang rendah.
Berdasarkan nilai hasil belajar yang diperoleh untuk kompetensi dasar ciri khusus makhluk hidup pada Tahun 2015/2017 yang lalu ketuntasan hasil belajar kelas VI.B baru 30% dari jumlah siswa. Dari jumlah siswa 10 yang memenuhi KKM (tuntas) hanya 3 siswa. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar IPA harus ditingkatkan dengan cara guru harus mampu mendesain pembelajaran yang variatif dan menumbuhkan semangat belajar siswa agar hasil belajarn siswa dapat meningkat. Mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien dalam setiap materi pelajaran memerlukan model pembelajaran yang tepat dan pengorganisasian materi yang tepat. Model pembelajaran hendaknya berprinsip pada belajar aktif.
Model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Isjoni menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan. Model pembelajaran kooperatif memiliki beragam model salah satunya adalah model jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pembelajaran tipe jigsaw dikembangkan untuk memberikan satu cara untuk membuat kelas sebagai suatu komunitas belajar yang saling menghargai terhadap kemampuan masing-masing siswa. Disamping itu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mengatur waktu, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti akan melakukan sebuah penelitian tindakan kelas untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI.B pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak dan Bebek) Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) di SD Negeri 012 Pekan Arba Tahun Pelajaran 2017/2018″.
Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah berupa “apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI.B pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) di SD Negeri 012 Pekan Arba Tahun Pelajaran 2017/2018?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI.B pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 012 Pekan Arba Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Manfaat
Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya.
Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat bagi siswa, guru dan sekolah. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga pada ahkhirya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan, kreatifitas, inovasi, dan profesional di bidangnya.
3. Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk mengembangkan strategi pembelajaran di Sekolah yang lebih baik.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar
Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu (belajar) wajib hukumnya bagi setiap orang Islamâ€. Hadis tentang belajar dan yang terkait dengan pencarian ilmu banyak disebut dalam al-Hadis, demikian juga dalam Al-Qur’an al-Karim. Hal ini merupakan indikasi, bahwa betapa belajar dan mencari ilmu itu sangat penting artinya bagi umat manusia. Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan akalnya, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT.
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakterstik seseorang sejak lahir. Belajar adalah suatu yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Menurut Slameto yang dikatakan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Gagne belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan dalam belajar bisa berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan, atau apresiasi (penerimaan atau pengahargaan). Perubahan tersebut bisa meliputi keadaan dirinya, pengetahuannya, atau perbuatannya. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkat kemampuan pada diri individu yang belajar. Perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar berlangsung relatif lama dan mempunyai tujuan yang terarah atau teratur berlangsung terus menerus dan senantiasa bertambah. Belajar mempunyai tujuan agar memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, sehingga semakin banyak usaha belajar yang dilakukan maka makin baik perubahan tingkah laku yang diperoleh.
Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu â€hasil†dan â€belajarâ€. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel). Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel). Jadi, hasil belajar merupakan perubahan pemahaman, pengetahuan dan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Menurut Bloom dalam Sudjana dikatakan bahwa secara garis besar karakteristik hasil belajar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: Ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw)
Menurut Isjoni, Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Jadi, pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw itu sendiri merupakan model yang menerapkan metode diskusi dalam dua tahap. Diskusi tahap pertama, siswa dibentuk kelompok sesuai dengan karakteristik materi. Kelompok ini disebut kelompok asal yang pada awalnya masing-masing anggota kelompoknya bekerja secara individual sesuai tugas yang diberikan. Diskusi kedua dibentuk kelompok ahli. Setiap siswa dari kelompok asal yang membahas materi yang sama berkumpul dalam satu kelompok untuk merumuskan materi yang ditugaskan. Kelompok ahli bertugas memberi penjelasan pada kelompok asal.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok = 4 orang anggota tim.
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian/tugas untuk mengerjakan materi yang berbeda.
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab (materi) yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab (materi) mereka.
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab/materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru memberikan evaluasi dan reward (penghargaan).
h. Penutup.
Kelebihan model pembelajaran Jigsaw yaitu:
a. Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya.
b. Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.
c. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru.
d. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
Kekurangan model pembelajaran Jigsaw yaitu:
a. Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain.
b. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di SD Negeri 012 Pekan Arba yang beralamatkan di Jalan Harapan Parit 8 Pekan Arba Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Subyek penelitian yang dikenai tindakan adalah kelas VI.B dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang siswa. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 yaitu pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2017.
Rencana Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan II. Jika siklus I tidak tuntas, dilanjutkan dengan siklus selanjutnya. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dalam penelitian ini rencananya menggunakan prosedur yang digunakan oleh Kurt Lewin. Berikut tahapan-tahapan penelitian pada siklus I dan II yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan yaitu:
Observasi
Instrumen observasi dalam penelitian ini diorientasikan untuk menggali data tentang penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di Kelas VI.B SD Negeri 012 Pekan Arba Tahun Pelajaran 2017/2018. Adapun metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi terstruktur, yaitu jenis observasi yang sudah mempunyai rancangan secara sistematis tentang hal-hal yang diamati, kapan dan di mana tempatnya.
Tes hasil belajar
Tes kemampuan hasil belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan yang dicapai seseorang setelah melakukan proses belajar. Tes hasil belajar diberikan sebelum dan setelah siswa mempelajari materi dalam setiap siklusnya melalui pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pendukung dalam penelitian kualitatif di mana peneliti berusaha mendapatkan data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Penggunaan metode dokumentasi untuk memperoleh data yang belum diperoleh melalui wawancara dan observasi. Adapun data-data yang didokumentasikan terkait dengan penelitian ini adalah proses penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di kelas VI.B SD Negeri 012 Pekan Arba, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana prasarana, dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Pedoman wawancara
Adapun data yang digali dengan metode wawancara adalah: (a) respon siswa kelas VI.B SD Negeri 012 Pekan Arba dengan di terapkan dengan diterapkannya model pembeajaran kooperatif (tipe jigsaw); (b) sejarah berdiri dan berkembangnya SD Negeri 012 Pekan Arba, serta data keadaan sarana prasarananya; dan (c) struktur organisasi, data keadaan staf, dan keadaan siswa SD Negeri 012 Pekan Arba.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan di Kelas VI.B SD Negeri 012 Pekan Arba Tahun Pelajaran 2017/2018 pada semester ganjil dengan subjek penelitian siswa kelas VI.B dengan jumlah siswa 17 orang siswa. Dan objek dari penelitian ini adalah “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI.B Pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus Yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak Dan Bebek) Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) Di SD Negeri 012 Pekan Arba Tahun Pelajaran 2017/2018â€
Analisis Data
a. Keterlaksanaan RPP
% Keterlaksanaan RPP =
Keterangan:
X = jumlah langkah pembelajaran yang terlaksana.
Y = total langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan.
b. Data Hasil Belajar
Penentuan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-masing siswa menggunakan rumus di bawah ini:
Keterangan:
NA = Nilai akhir
Sp = Skor perolehan
Sm = Skor maksimal.
Penentuan nilai rata-rata kelas menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
NR = Nilai rata-rata
NA = Nilai akhir
SN = Jumlah siswa
Ketuntasan klasikal telah dicapai apabila target pencapaian ideal ≥ 80% dari jumlah siswa kelas V yang memperoleh nilai di atas KKM:
Keterangan:
KK = ketuntasan klasikal
n1 = jumlah siswa yang mendapat nilai berdasarkan KKM
n = jumlah siswa yang ikut tes
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada hari Kamis tanggal 7 September 2017 pada pukul 07.30 Wib sampai pukul 09.45 WIB. Pada siklus I peneliti berusaha mengidentifikasi beberapa faktor penghambat yang menyebabkan rendahnya kemampuan belajar IPA siswa kelas VI.B SD Negeri 012 Pekan Arba. Pada siklus I model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I diperoleh data bahwa jumlah siswa yang tuntas yaitu 9 orang dari 17 orang siswa. Pada siklus I diperoleh hasil perhitungan untuk ketuntasan klasikal adalah 53% dari standar ketuntasan klasikal yakni sebesar ≥ 80%, dengan demikian ketuntasan klasikal dikatakan belum mencapai target ideal.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I tentang aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat disimpulkan bahwa aktivitas pembelajaran masih kurang aktif karena masih banyak aktivitas siswa yang belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan karena siswa belum mengerti sepenuhnya tentang langkah pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka harus diadakan tindakan lagi pada siklus II agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal-hal yang harus diperbaiki untuk siklus II yaitu peneliti dalam hal ini tentu saja harus lebih memfokuskan setiap kegiatan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran agar penelitian benar-benar dapat terlaksana dengan baik.
Siklus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Pertemuan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 September 2017 pada pukul 07.30 sampai pukul 09.45. Dalam siklus II kegiatan pembelajaran di desain dengan penyediaan sumber belajar yang mudah di dapat oleh siswa dan pemberian materi lebih difokuskan lagi. Berdasarkan hasil observasi bahwa pada siklus II aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat aktif. Hampir semua aktivitas siswa dilaksanakan dengan baik. Hal itu mendukung terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang baik dan menyenangkan. Selain hasil observasi perilaku siswa, kegiatan guru (peneliti) juga diobservasi oleh observer. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan sebanyak 15 orang dan jumlah siswa yang ikut tes sebanyak 17 orang. Maka diperoleh hasil perhitungan untuk ketuntasan klasikal adalah 88% dengan demikian ketuntasan klasikal dikatakan sudah mencapai target ideal.
Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat peneliti. Peneliti sudah menyediakan sumber belajar yang akan dijadikan rujukan dalam mencari jawaban dari permasalahan-permasalahan oleh tim ahli, peneliti juga benar-benar menguasai materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa serta mampu mengontrol dan mengelola kelas dengan baik. Persentase aktivitas siswa Pada siklus II mencapai 76,39% kategori sangat aktif, terdapat peningkatan sebesar 26,39%. Peningkatan atau berhasilnya proses aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disebabkan karena perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang diberikan, kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui diskusi kelompok ahli dan kelompok asal sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni15, yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Berdasarkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bisa meningkatkan hasil pembelajaran untuk materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas VI.B pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di SD Negeri 012 Pekan Arba Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat tercapai. Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas pada waktu siklus I sebanyak 9 orang siswa dan pada siklus II yaitu 15 orang siswa sehingga jumlah sebanyak 6 orang siswa, sedangkan persentase ketuntasan belajar pada siklus I 53% pada siklus II menjadi 88% dan nilai rata-rata di siklus I 67 dan pada siklus II meningkat menjadi 77.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
a. Kepada Siswa
Penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa sehingga ketuntasan belajar dapat meningkat. Oleh karena itu siswa diharapkan pada mata pelajaran lain yang relevan dapat menerapkan model pembelajaran ini sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
b. Kepada Guru
Penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan sangat menarik bagi siswa. Pembelajaran ini mampu merangsang minat dan motivasi siswa untuk belajar dengan lebih baik serta bisa menumbuhkan sikap saling membantu sesama siswa dalam interaksi diskusi kelompok. Oleh karena itu guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) pada materi dan mata pelajaran lain yang relevan.
c. Kepada Kepala Sekolah
Kepala Sekolah hendaknya dapat mempertimbangkan penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) dalam mata pelajaran lainnya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Budairi, Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw, dalam http://www.budairi.com/2012/11/pendidikan-kelebihan-dan-kekurangan. html#ixzz3AgnlllEC, diambil 17 Agustus 2017, Pukul 06.15 WIB.
Arsip Nilai KD1 Semeseter I SD Negeri 012 Pekan Arba, Dokumentasi, Tanggal 16 Agustus 2017.
Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran Jogjakarta h:Ar-Ruzz Media Grub, 2000.
BSNP. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar.(Jakarta: Depdiknas, 2007.
Heri Sulityanto & Edy Wiyono, Ilmu Pengetahuan Alam Untk SD dan MI Kelas VI.B, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
http://m.kidnesia.com/ diambil tanggal 18 Agustus 2017, pukul 12.30 WIB
http://noonathome.wordpress.com/2008/07/11/tangan-belalai-dan-memindahkan-kebaikan/ diambil tanggal 18 Agustus 2017, pukul 12.30 WIB
http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhukum/fcpt1328331919.pdf, diambil tanggal 18 Agustus 2017, pukul 22.05 WIB.
http://willyfandri.wordpress.com, diambil tanggal 18 Agustus 2017, pukul 12.13 WIB.
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Kementerian Agama Direktorat Jendral Bimas Islam, Al-Quran dan Terjemahan. Jakarta: PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
SD Negeri 012 Pekan Arba, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Indragiri Hilir: 2009.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 2003.
Nana Saudih dan Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005
Nana Sudjana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989.
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung: CV Sinar Baru Algensindo, 2010.
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran., Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010
Pak Guru, “Ciri Khusus Cecak†dalam http://pelajaranilmupengetahuanalam. blogspot.com/2017/02/ciri-ciri-khusus-cicak.html, diambil tanggal 16 Agustus 2017, Pukul 12.56 WIB.
Purwanto, Evaluasi Hasil belajar Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013.