Peningkatan Karakter Pada Anak Usia Dini Melalui Penerapan Pendidikan Holistik Berbasis Karakter
UPAYA PENINGKATAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI
MELALUI PENERAPAN PENDIDIKAN HOLISTIK
BERBASIS KARAKTER DI TK PERTIWI II CEMENG,
KECAMATAN SAMBUNGMACAN, KABUPATEN SRAGEN,
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Sulasih
TK Pertiwi II Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan karakter pada anak usia dini antara lain: (1).Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan PHBK dalam upaya meningkatkan karakter pada anak usia dini di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen. (2). Merumuskan langkah-langkah penerapan PHBK dalam pembelajaran untuk meningkatkan karakter yang diterapkan di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen. Metode Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, adapun prosedur penelitian setiap siklus menggunakan empat tahap yaitu Planning (Perencanaan), Acting (Pelaksanaan Kegiatan), Obseving (Observasi), dan Reflecting (Refleksi). Hasil yang dicapai dari 16 anak dalam kemampuan BM (Belum Muncul) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 14,6%. Setelah diberi tindakan silus II menjadi 6,3% berarti ada penurunan 8,3%. Sedangkan dalam kemampuan TM (Terkadang Muncul) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 14,6%. Setelah diberi tindakan silus II menjadi 6,3% berarti ada penurunan 8,3%. Kemampuan SM (Sering Muncul) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 14,6%. Setelah diberi tindakan silus II menjadi 8,4% berarti ada penurunan 6,2%. Serta kemampuan K (Konsisten) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP ( esopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 56,4%. Setelah diberi tindakan silus II menjadi 79,2% berarti ada peningkatan 22,8%.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pendidikan Holistik,
PENDAHULUAN
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk PAUD harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Fakta yang kita hadapi pada anak usia dini pada umumnya dan khususnya anak-anak di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen belum mencapai tujuan pendidikan yang diamanahkan oleh UU Sisdiknas yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Anak-anak adalah aset penting SDM sebuah bangsa. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM yang dimulai sejak usia dini (DEPDIKNAS,2006.hlm 6), Jika pepatah mengatakan bahwa â€anak-anak adalah calon pemimpin bangsa†tentu tidaklah berlebihan karena warna dan corak peradaban bangsa dimasa yang akan datang terletak ditangan mereka dan bangsa yang bangkit dan berkembang membutuhkan pemimpin yang berkualitas. Menurut Donald Clark (The Art and Science of Leadership, diupload 2007), sepuluh sifat seorang pemimpin yang baik adalah: jujur; kompeten; berpandangan ke depan dan menetapkan tujuan; memberi inspirasi; cerdas; berpikiran adil; berpikiran luas; berani; tegas dan imajinatif. Keseluruhan sifat tersebut disebut karakter. Karakter kuat yang melekat pada diri seseorang berpotensi besar menjadikannya sebagai sosok yang berpengaruh atau pemimpin. Karakter sendiri terus berkembang dari waktu ke waktu. Tidak diketahui dengan pasti kapan tepatnya karakter itu mulai berkembang. Namun banyak orang mengatakan karakter seeorang anak terbentuk sedari kecil dan karakter tidak dapat berubah dengan cepat. Oleh karena itu proses penggalian, pemupukan dan pengembangan potensi kepemimpinan, sangat perlu dilakukan pada anak-anak sejak sedini mungkin.
Masalah-masalah yang dapat timbul dari faktor luar maupun faktor dalam diri anak didik mengenai penanaman karakter dalam belajar antara lain: Seberapa jauh peranan guru dalam pencapaian penanaman karakter dalam belajar anak didik ? Sejauh mana faktor kurikulum dan PHBK dalam pengajaran mempengaruhi penanaman karakter dalam belajar? Bagaimana hubungan antara PHBK dengan PBKB dalam belajar anak didik ? Bagaimana hubungan antara metode mengajar dengan motivasi belajar dalam penanaman karakter anak ?
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanah penerapan PHBK dalam upaya meningkatkan karakter pada anak usia dini di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen? (2) Bagaimanakah penerapan PHBK dalam pembelajaran untuk meningkatkan karakter yang diterapkan di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen? (3) Apa kelebihan dan kekurangan penerapan PHBK dalam upaya meningkatkan karakter pada anak usia dini di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen?
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan karakter pada anak usia dini di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen antara lain: (1) Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan PHBK dalam upaya meningkatkan karakter pada anak usia dini di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen. (2) Merumuskan langkah-langkah penerapan PHBK dalam pembelajaran untuk meningkatkan karakter yang diterapkan di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen. (3) Untuk mengetahui sejauh mana kelebihan dan kekurangan penerapan PHBK dalam upaya meningkatkan karakter pada anak usia dini di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Karakter
Menurut pendapat Tadzkiroatun Musrifoh (dalam Nurla, 2011:19) karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivation), dan ketrampilan (skills). Makna karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti “ to mark “ atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan berperilaku jelek dikatakan orang yang berkarakter jelek.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Tahap Penanaman Karakter
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Anak Usia Dini
Berdasarkan Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “ Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai denga 6 tahun dan bukan merupakan pras yarat untuk mengikuti pendidikan dasarâ€. Selanjutnnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan kesiapan dalam memasuki pendidika lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2004: 4)
Penelitian yang Relevan
Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul†Upaya Peningkatan Karakter Pada Anak Usia Dini Melalui Penerapan Pendidikan Holistik Berbasis Karakter ( PHBK) Di Tk Pertiwi II Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016†Terinspirasi Dari Penelitian Yang Dilakukan Oleh Sulasih Dengan Judul “Penanaman Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Melalui Pembelajaran di PAUD Tahun Pelajaran 2012/2013 Serta Terispirasi Dari Penelitian Yang Dilakukan Oleh Sri Guntari Dengan Judul “ Upaya Peningkatan Pendidikan Agama AUD Melalui Penanaman Kurikulum Berbasis Kurikulum Di KB TKIT Harapan Ummat Ngawi Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kerangka Berpikir
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pendidikan menjadi faktor yang sangat strategis untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di masyarakat kita, melalui pendidikan karakter. Apalagi untuk anak usia dini sangat efektif dalam menanamkan karakter, karena usia dini merupakan masa golden age dimana anak mudah untuk dibentuk karakternya.
Hipotesis Tindakan
Melalui penerapan Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) di TK Pertiwi II Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 kemampuan karakter akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Seting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi II Cemeng, Kecamataqn Sambungmacan, Kabupaten Sragen. Waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih selama enam bulan antara bulan Januari 2016 sampai bulan Junil 2016, pada semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah semua anak didik kelas B TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 16 anak.
Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data kegiatan anak TK Pertiwi II Cemeng dalam pembelajaran melalui observasi dan data wawancara terhadap hasil pembelajaran karakter dalam perilaku anak didik sehari-hari.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang sesuai digunakan dalam mengumpulkan data yang bersifat efektif diantaranya observasi dan wawancara. Oleh karena itu dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik: (1) Teknik Observasi, (2) Teknik Wawancara.
Alat Pengumpulan Data
Adapun alat yang digunakan untuk mengumpulkan data antara lain: (1) Lembar observasi, (2) Pedoman Wawancara.
Validasi Data
Agar data yang dikumpulkan menjadi valid maka peneliti menggunakan dengan berbagai metode. Adapun peneliti menggunakan metode ceramah, metode cerita maupun metode Tanya jawab. Teknik yang digunakan adalah Triangulasi sumber.
Teknik ini dilakukan guru, agar data yang terkumpul menjadi valid maka peneliti menggunakan dengan berbagai sumber. Adapun peneliti menggunakan melalui observasi dengan wawancara.
Analisis Data
Hasil penilaian observasi, data tersebut dianalisis dengan memberikan gambaran situasi saat pelaksanaan tindakan berupa tanda chek list. Data yang terkumpul dianalisis dengan diskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Jumlah karakter yang muncul dianalisa dengan rumus:
Karakter = x 100 %
Indikator Kinerja
Dalam penelitian ini indikator kinerja yang peneliti rumuskan, diharapkan: (1) Kemampuan karakter maksimal anak BM adalah 10%; (2) Kemampuan karakter maksimal anak TM adalah 10%; (3) Kemampuan karakter Minimal anak SM adalah 10%; (4) Kemampuan karakter Minimal anak K adalah 70%.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini mengguanakan bentuk siklus. Tahapan siklus direncanakan sampai dengan siklus II tetapi, apabila pada siklus II masih belum mencapai standar keberhasilan maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Adapun rancangan penelitian ini secara rinci adalah sebagai berikut: (1) Planning (Perencanaan); (2) Acting (Pelaksanaan Kegiatan); (3) Obseving (Observasi); (4) Reflecting (Refleksi)
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Program penanaman karakter di TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen dapat langsung terlihat di dalam visi, misi dan jaminan kualitas yang dimiliki TK Pertiwi II Cemeng, Sambungmacan, Sragen. Salah satu dari jaminan kulitas yang dimiliki antara lain menghasilkan anak yang terbiasa bertanggung jawab dan disiplin. Pada kenyataannya sikap disiplin ini belum terinternalisasi dengan pada anak didik.
Deskripsi Siklus 1
Peneliti melakukan observasi terhadap kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dengan media gambar seri pada anak Kelas B di TK Pertiwi II Cemeng Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016. Peneliti mengajar melibatkan teman sejawat sebagai kolaborator yang akan mengamati jalannya proses pembelajaran. Kolaborator mengambil tempat duduk paling belakang agar tidak mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Hasil observasi kegiatan anak saat proses pembelajaran dilakukan untuk mengetahui penerapan rencana pembelajaran yang telah di susun guru pada siklus I sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Karakter Anak Didik pada Siklus I dalam Prosentase
Tahap |
Jumlah Anak |
Kemampuan |
Aspek yang dinilai |
Rata-rata |
||
KDL |
KSP |
KBR |
||||
Siklus I |
16 |
BM |
3 |
2 |
2 |
2,3 |
TM |
2 |
3 |
2 |
2,3 |
||
SM |
3 |
2 |
2 |
2,3 |
||
K |
8 |
9 |
10 |
9 |
||
Dalam Prosentase |
||||||
Siklus I |
16 |
BM |
18,8 |
12,5 |
12,5 |
14,6 |
TM |
12,5 |
18,8 |
12,5 |
14,6 |
||
SM |
18,8 |
12,5 |
12,5 |
14,6 |
||
K |
50,0 |
56,3 |
62,5 |
56,4 |
Keterangan
BM (v) : Belum Muncul KDL : Kedisiplinan
TM (o) : Terkadang Muncul KSP : Kesopanan
SM (+) : Sering Muncul KBR : Keberanian
K (*) : Konsisten
Analisis dan Refleksi
Berdasarkan observasi, yang peneliti lakukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti dapat melakukan analisis dan refleksi dari 16 anak yang mendapatkan nilai karakter BM aspek kedisiplinan adalah 3 anak kalau diprosentasekan 18,8%. Sedangkan anak yang mendapatkan nilai karakter BM aspek kesopanan adalah 2 anak kalau diprosentasekan 12,5%. anak yang mendapatkan nilai karakter BM aspek keberanian adalah 2 anak kalau diprosentasekan 12,5%.
Jumlah 16 anak yang mendapatkan nilai karakter TM aspek kedisiplinan adalah 2 anak kalau diprosentasekan 12,5%. Sedangkan anak yang mendapatkan nilai karakter TM aspek kesopanan adalah 3 anak kalau diprosentasekan 18,8%. Anak yang mendapatkan nilai karakter TM aspek keberanian adalah 2 anak kalau diprosentasekan 12,5%.
Dari 16 anak yang mendapatkan nilai karakter SM aspek kedisiplinan adalah 3 anak kalau diprosentasekan 18,8%. Sedangkan anak yang mendapatkan nilai karakter SM aspek kesopanan adalah 2 anak kalau diprosentasekan 12,5%. Anak yang mendapatkan nilai karakter SM aspek keberanian adalah 2 anak kalau diprosentasekan 12,5%.
Enam belas anak yang mendapatkan nilai karakter K aspek kedisiplinan adalah 8 anak kalau diprosentasekan 50,0%. Sedangkan anak yang mendapatkan nilai karakter K aspek kesopanan adalah 9 anak kalau diprosentasekan 56,3%. Anak yang mendapatkan nilai karakter K aspek keberanian adalah 10 anak kalau diprosentasekan 62,5%. Refleksi dalam siklus I hasil yang dicapai masih jauh dari hasil yang diharapkan dari indikator kinerja yang dirumuskan maka perlu diadakan tindakan berikutnya yaitu pada siklus II.
Deskripsi Siklus II
Hasil observasi ini bertujuan untuk mengetahui perbaikan-perbaikan yang sudah dilakukan oleh peneliti. Guru bertindak sebagai pemimpin jalannya pembelajaran sedangkan kolaborator bertindak sebagai partisipan aktif mengamati jalannya pembelajaran. Observasi kegiatan guru saat proses pembelajaran di lakukan untuk mengetahui penerapan rencana pembelajaran siklus II yang telah di susun sebelumnya sekaligus untuk mengetahui peningkatan kinerja guru setelah diadakan evaluasi dengan kolaborator sebagai bentuk perbaikan pembelajaran pada siklus II. Adapun hasil observasi yang dicapai dalam siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Karakter Anak Didik pada Siklus II dalam Prosentase
Tahap |
Jumlah Anak |
Kemampuan |
Aspek yang dinilai |
Rata-rata |
||
KDL |
KSP |
KBR |
||||
Siklus II |
16 |
BM |
1 |
1 |
1 |
1 |
TM |
1 |
1 |
1 |
1 |
||
SM |
2 |
1 |
1 |
1,3 |
||
K |
12 |
13 |
13 |
38 |
||
Dalam Prosentase |
||||||
Siklus II |
16 |
BM |
6,3 |
6,3 |
6,3 |
6,3 |
TM |
6,3 |
6,3 |
6,3 |
6,3 |
||
SM |
12,5 |
6,3 |
6,3 |
8,4 |
||
K |
75,0 |
81,3 |
81,3 |
79,2 |
Keterangan
BM (v) : Belum Muncul KDL : Kedisiplinan
TM (o) : Terkadang Muncul KSP : Kesopanan
SM (+ ) : Sering Muncul KBR : Keberanian
K (*) : Konsisten
Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi berdasarkan observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi, yang peneliti lakukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti dapat melakukan analisis dan refleksi dari 16 anak yang mendapatkan nilai karakter BM aspek kedisiplinan adalah 1 anak kalau diprosentasekan 6,3%. Sedangkan anak yang mendapatkan nilai karakter BM aspek kesopanan adalah 1 anak kalau diprosentasekan 6,3%. Anak yang mendapatkan nilai karakter BM aspek keberanian adalah 1 anak kalau diprosentasekan 6,3%.
Jumlah 16 anak yang mendapatkan nilai karakter TM aspek kedisiplinan adalah 1 anak kalau diprosentasekan 6,3%. Sedangkan anak yang mendapatkan nilai karakter TM aspek kesopanan adalah 1 anak kalau diprosentasekan 6,3%. Anak yang mendapatkan nilai karakter TM aspek keberanian adalah 1 anak kalau diprosentasekan 6,3%.
Dari 16 anak yang mendapatkan nilai karakter SM aspek kedisiplinan adalah 2 anak kalau diprosentasekan 12,5%. Sedangkan anak yang mendapatkan nilai karakter SM aspek kesopanan adalah 1 anak kalau diprosentasekan 6,3%. Anak yang mendapatkan nilai karakter SM aspek keberanian adalah 1 anak kalau diprosentasekan 6,3%.
Enam belas anak yang mendapatkan nilai karakter K aspek kedisiplinan adalah 8 anak kalau diprosentasekan 75,0%. Sedangkan anak yang mendapatkan nilai karakter K aspek kesopanan adalah 13 anak kalau diprosentasekan 81,3%. Anak yang mendapatkan nilai karakter K aspek keberanian adalah 13 anak kalau diprosentasekan 81,3%. Refleksi dalam siklus II hasil yang dicapai sudah melebihi dari hasil yang diharapkan dari
indikator kinerja yang dirumuskan maka tidak perlu diadakan tindakan berikutnya yaitu pada siklus III.
Pembahasan Tiap Siklus dan antar Siklus
Dilihat dari hasil perbandingan nilai karakter pada kondisi awal dari 16 anak dalam kemampuan BM (Belum Muncul) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 33,4%. Setelah diberi tindakan silus I menjadi 14,6% berarti ada penurunan 18,8%. Sedangkan dalam kemampuan TM (Terkadang Muncul) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 27,1%. Setelah diberi tindakan silus I menjadi 14,6% berarti ada penurunan 12,5%. Kemampuan SM (Sering Muncul) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 20,9%. Setelah diberi tindakan silus I menjadi 14,6% berarti ada penurunan 6,3%.
Serta kemampuan K (Konsisten) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 18,8%. Setelah diberi tindakan silus I menjadi 56,4% berarti ada peningkatan 37,6%.
Hasil pengamatan nilai karakter selama pembelajaran berlangsung dapat dibandingkan hasil Siklus I dengan Siklus II ada peningkatan yang sangat signifikan, lebih jelasnya lihat tabel hasil perbandingan antara siklus I dengan siklus II sebagai berikut:
Dilihat dari hasil perbandingan nilai karakter pada Siklus I dari 16 anak dalam kemampuan BM (Belum Muncul) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 14,6%. Setelah diberi tindakan silus II menjadi 6,3% berarti ada penurunan 8,3%. Sedangkan dalam kemampuan TM (Terkadang Muncul) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 14,6%. Setelah diberi tindakan silus II menjadi 6,3% berarti ada penurunan 8,3%. Kemampuan SM (Sering Muncul) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan ), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 14,6%. Setelah diberi tindakan silus II menjadi 8,4% berarti ada penurunan 6,2%. Serta kemampuan K (Konsisten) dari ketiga aspek baik KDL (Kedisiplinan), KSP (Kesopanan) serta KBR (Keberanian) rata- rata ada 56,4%. Setelah diberi tindakan silus II menjadi 79,2% berarti ada peningkatan 22,8%.
PENUTUP
Simpulan
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Fakta yang kita hadapi pada anak usia dini pada umumnya dan khususnya anak-anak di TK Pertiwi II Cemeng belum mencapai tujuan pendidikan yang diamanahkan oleh UU Sisdiknas yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan anak usia dini sebagai peletak dasar pendidikan sangatlah strategis untuk menanamkan karakter kepada anak-anak penerus bangsa. Salah satu strategi untuk meningkatkan penanaman karakter pada anak usia dini adalah melalui kurikulum berbasis karakter. Pendidikan karakter dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu knowing, feeling, dan acting.
Kurikulum untuk PAUD secara operasional disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, sehingga antara sekolah satu dengan sekolah yang lain bisa berbeda, Kurikulum PAUD terdiri dari: (1)Tujuan pendidikan, (2) Struktur dan muatan kurikulum, (3) Kalender pendidikan, (4) Silabus yang terdiri dari program tahunan, program semester, RKM, RKH, penilaian dan pelaporan hasil belajar anak didik.
Saran
Bagi orang tua
Bekerja sama dalam menanamkan nilai karakter di rumah dengan memberikan pendidikan karakter di lingkungan rumah yang berkelanjutan dan sesuai dari pendidikan karakter yang sudah diberikan di sekolah. Menjadi teladan yang baik di lingkungan rumah dalam penanaman nilai karakter yang ditanamkan.
Bagi pendidik
Senantiasa untuk selalu berinovasi dalam meningkatkan karakter pada anak didik. Tidak takut mencoba dan senantiasa melakukan perbaikan dalam mengembangkan kurikulum ini meskipun hal ini merupakan sesuatu yang baru. Menjadi teladan yang baik dalam setiap nilai karakter yang ditanamkan pada anak didik.
Bagi pihak lembaga
Untuk segera mengembangkan kurkulum karakter di lembaga sekolah masing-masing karena sudah terbukti dapat meningkatkan nilai karakter pada anak didik. Menkondisikan semua pihak yang ada di lembaga untuk bekerja sama dalam penanaman nilai karakter pada anak didik.
Bagi para peneliti
Jika ingin melakukan penelitian lebih lanjut hendaknya dapat ditingkatkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nilai karakter pada anak didik dengan senantiasa malakukan perbaikan kurikulum karakter yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur.2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press
Aunillah, Nurla Isna. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Laksana
Direktorat PADU. 2004 . Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PADU.
Depdiknas. 2010. Permendiknas No. 58 Tahun 2009. Jakarta: Direktorat PAUDNI.
Fitriya, Izzul. Makalah program pembelajaran dalam dalam Diklat Dasar Pendidik PAUD Di hotel UBUD Malang 28 Oktober – 1 Nopember 2011
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
M. zahri.Maret 2010.Grand Design Pendidikan Karakter. Workshop kurikulum paud berbasis karakter. Surabaya
Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat Untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.
Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran.Jakarta: Bumi Aksara
Prastiti, Wiwien Dinar. 2008. Psikologi Anak Usia dini. Jakarta: INDEKS.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: INDEKS
Sulhan,Najib. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: Jaring Pena