Upaya Meningkatkan Ketrampilan Melalui Penerapan Metode Make a Match
UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN
MENGIMPLEMENTASI “BERSYUKUR†MELALUI PENERAPAN METODE MAKE A MATCH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KELAS 3 SEMESTER GANJIL SD NEGERI SRAGEN 3 KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2017-2018
Dwi Kristiani
SD Negeri Sragen 3 Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen
ABSTRAK
Tujuan Penelitian Tindakan ini untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai sikap yang berdampak terhadap peningkatan nilai rata-rata kelas. ; Dan membuktikan apakah penerapan metode tersebut mampu meningkatkan nilai ketuntasan diatas KKM. Dari hasil analisis data dalam penelitian disimpulkan bahwa: Penggunaan metode Make A Match berpengaruh positip terhadap peningkatan kemampuan siswa yang ditandai dengan peningkatan nilai rata-rata dalam setiap kegiatan, yakni: kegiatan pada kondisi awal (pra siklus) 5,90 kegiatan siklus I meningkat menjadi 7,20, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 8,80. Peningkatan capaian nilai rata-rata kelas pada tindakan akhir mencapai 8,80 melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni sekurang-kurangnya 7,00. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa: Penggunaan metode Make A Match efektip meningkatkan capaian nilai ketuntasan kelas dalam setiap siklus tindakan, yakni: kondisi awal atau pra siklus nilai ketuntasan kelas (20,00%), siklus I meningkat menjadi (60,00%), dan akhirnya pada siklus II menjadi (100,0%) melampaui indikator keberhasilan yakni sekurang-kurangnya 80,00%.
Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Metode Make A Match, Pendidikan Agama Kristen
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Metode Make A Match merupakan metode pembelajaran yang mengkolaborasikan antara belajar konsep dengan belajar sikap melalui permainan memilah-milah dan memilih kartu persoalan dan kartu jawaban untuk dipasangkan menjadi sebuah pengertian yang bermakna. Kartu persoalan dan kartu jawaban bisa dimodifikasi dengan kartu yang berisikan diskripsi pengertian dan kartu yang berisi contoh penerapan dari diskripsi pengertian. Dengan bermain dalam tahapan pelaksanaan metode Make A Match siswa memiliki pengalaman belajar secara utuh antara belajar tentang pengertian dan belajar untuk memahami penerapan dari pengertian.
Seperti fakta yang terjadi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen untuk siswa kelas 3, dengan materi: “Bersyukur atas turunnya hujan†nilai rata-rata hasil tes formatif masih jauh dari nilai tuntas. Nilai rata-rata yang berhasil diraih siswa sebesar 5,90 jauh dari batas KKM yang ditentukan sekolah yakni 7,00. Nilai tertinggi yang mampu diraih siswa sebesar 7,0 dan nilai terendahnya adalah 5,0. Rendahnya nilai prestasi belajar yang dihasilkan dari nilai tes formatif menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kurang berjalan secara optimal karena rata-rata siswa tidak focus terhadap materi yang sedang dipelajari bersama. Siswa cenderung aktip bermain sendiri tanpa menghiraukan jalannya pembelajaran. Kondisi tersebut berakibat pada kurang efektifnya proses pembelajaran dan akhirnya nilai prestasi belajar siswa tidak tuntas.
Dari identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada masalah yang dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana penerapan Metode Make A Match dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen tema materi “Bersyukur†kelas 3 Semester Ganjil di SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2017-2018 mampu meningkatkan ketrampilan mengimplementasikan nilai-nilai ajaran “Bersyukur†dan dampaknya terhadap peningkatan nilai rata-rata kelas? (2) Bagaimana penerapan Metode Make A Match dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen tema materi “Bersyukur†kelas 3 Semester Ganjil di SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2017-2018 mampu meningkatkan nilai ketuntasan kelas di atas KKM?
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah penerapan Metode Make A Match dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen tema materi “Bersyukur†kelas 3 Semester Ganjil di SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2017-2018 mampu meningkatkan kemampuan siswa mengimplementasikan nilai-nilai ajaran “Bersyukur†dan dampaknya terhadap peningkatan nilai rata-rata kelas? (2) Sejauh mana penerapan Metode Make A Match dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen tema materi “Bersyukur†kelas 3 Semester Ganjil di SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2017-2018 mampu meningkatkan nilai ketuntasan kelas di atas KKM?
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Tinjauan tentang Metode Make A Match
Model pembelajaran make and match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007: 59).
Suyatno (2009: 72) mengungkapkan bahwa model make and match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran make and match merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Model make and match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping melatih kecepatan berfikir siswa.
Tinjauan tentang Pembelajaran dan Belajar
Hakikat diartikan sebagai kebenaran dan kenyataan yang sebenarnya. Dalam bukunya Jamil Suprihatiningrum yang berjudul Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi (2013: 73) bahwa pembelajaran yang benar meliputi hal-hal berikut:
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata “ajarâ€, yang kemudian menjadi sebuah kata kerja berupa “pembelajaranâ€. Pembelajaran sebenarnya merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang hal tersebut tidak dapat sepenuhnya dijelaskan dengan detail. Adapun maksud dari pembelajaran secara sederhana adalah produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. (Ulin Nuha, 2012: 153)
Dalam makna yang lebih kompleks, hakikat dari pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam bukunya Jamil Suprihatiningrum, Sanjaya (2013: 76) mengemukakan kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan sarana pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hakekat Belajar
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka belajar dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud dengan proses belajar adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Belajar juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Tinjauan tentang Pendidikan Agama Kristen
Augustinus (345-430) yang dikutip Robert Boehlke berpendapat bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang bertujuan menghantar para pelajarnya untuk bertumbuh dalam kehidupan rohani, terbuka dengan Firman Tuhan dan memperoleh pengetahuan akan perbuatan-perbuatan Allah melalui Alkitab dan bacaan lain. Semuanya itu untuk memperoleh hikmat yang dari Allah sendiri (Robert Boehlke, 2011: 128).
Pendidikan Agama Kristen membawa semua siswa yang percaya kepada Tuhan untuk terlibat dalam persekutuan iman sebagai bentuk dari pengakuannya di mana pun ia berada tidak terbatas waktu dan tempat. Di dalam kehidupan siswa atau semua orang percaya mempermuliakan Nama Tuhan Yesus. Sehingga melalui persekutuan iman tersebut siswa menbalami pendewasaan di dalam Tuhan Yesus.
Selanjutnya pendapat Campbell Wyckoff seperti dikutip oleh Enklaar (1987) menjelaskan bahwa: Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang menyadarkan setiap orang akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar dapat mengetahui diri mereka yang sebenarnya, keadaannya, bertumbah sebagai anak Allah dalam persekutuan Kristen, memenuhi pariggilan bersama sebagai murid Yesus di dunia dan tetap percaya kepada pengharapan Kristen. (Homrighausen dan Enklaar, 1987: 35)
Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Thomas M. Groome (1980) dalam bukunya yang berjudul â€Christian Religius Education†mengedepankan bahwa tujuan pendidikan Agama Kristen protestan adalah agar manusia mengalami hidupnya sebagai respon terhadap kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. Dalam Kurikulum 2006 Pendidikan Agama Kristen protestan adalah agar manusia mengalami hidupnya sebagai respon terhadap kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. Dalam kurikulum pembelajaran Pendidikan Agama Kristen bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan iman serta kemampuan siswa untuk dapat memahami dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kerangka Berpikir
Pembelajaran dengan penerapan metode Make A Match dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen tema materi “Bersyukur†diharapkan mampu menjawab permasalahan siswa tentang sulitnya memahami nilai-nilai “Bersyukur†dan ketrampilan mengimplementasikannya yang berdampak terhadap rendahnya nilai prestasi belajar PAK pada siswa kelas 3 SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen semester ganjil Tahun Pelajaran 2017-2018.
Hipotesis Tindakan
Dari uraian tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Jika pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen kelas 3 dalam tema materi “Bersyukur†kelas 3 Semester Ganjil di SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen menggunakan Metode Make A Match maka ketrampilan siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai “Bersyukur akan meningkat yang berdampak terhadap peningkatan nilai rata-rata kelas dan terhadap peningkatan capaian nilai ketuntasan kelas di atas nilai ketuntasan minimal (KKM).
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tentang upaya peningkatan pemahaman nilai-nilai bersyukur yang berdampak terhadap peningkatan nilai hasil belajar PAK tema materi “Bersyukur†pada siswa kelas 3 SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen dilaksanakan pada sesmester ganjil Tahun Pelajaran 2017-2018 selama 3 (tiga) bulan. Penelitian dimulai pada bulan Agustus 2017 sampai bulan Oktober 2017.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa hasil belajar PAK tema materi “Bersyukur†pada siswa kelas 3 SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen yang beragama Kristen dengan jumlah 5 (lima) orang siswa. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai bersyukur dan implementasinya yang berdampak terhadap peningkatan nilai hasil belajar PAK tema materi “Bersyukur†pada siswa kelas 3 SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen melalui penerapan metode Make A Match.
Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data sebagai berikut: (1) Data kondisi awal yang berupa nilai hasil belajar PAK tema Bersyukur†dengan materi: “Bersyukur karena Turunnya Hujan†dan kesimpulan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas 3 SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen sebelum pelaksanaan PTK. (2) Data siklus I yang berupa nilai tes hasil belajar (Formatif II) PAK tema “Bersyukur†dengan materi: “Bersyukur karena Turunnya Hujan†dan kesimpulan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas 3 SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen pada akhir siklus I. (3) Data siklus II yang berupa nilai tes hasil belajar (Formatif III) PAK tema “Bersyukur†dengan materi: “Bersyukur karena Panasnya Matahari dan Musim Kemarau†dan kesimpulan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas 3 SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen pada akhir siklus II.
Validasi Data
Untuk menjaga keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan validasi data. Validasi data hasil belajar PAK tema materi “Bersyukur†pada siklus I maupun data hasil belajar siswa siklus II yang diperoleh dengan teknik tes tertulis dilakukan validasi isi.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja penelitian ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut: (1) Nilai rata-rata hasil belajar PAK siswa kelas 3 sekurang-kurangnya mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 7,0. (2) Minimal 80% siswa kelas 3 SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen semester ganjil Tahun Pelajaran 2017-2018 mencapai nilai ketuntasan kelas atau capaian prosentase ketuntasan kelas sekurang-kurangnya 80%.
Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk daalm Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Taggart, terdiri dari empat komponen, yaitu 1) rencana, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Dengan demikian prosedur penelitian ini memiliki siklus, rencana tujuan yang diinginkan dengan tindakan yang paling efektif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Kondisi Awal
Kondisi Awal ( pra siklus ) adalah kondisi dimana guru belum menggunakan metode Make A Match dalam pembelajaran dengan materi: “ Bersyukur. Data hasil observasi awal, nilai prestasi belajar siswa kelas 3 di SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen pada kondisi awal di atas menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa adalah 7,0, nilai terendah 5,0 dan nilai rata-ratanya hanya 5,90 di bawah nilai KKM yang ditetapkan, yaitu 7,0. Dan siswa yang mencapai nilai ketuntasan KKM hanya 1 siswa (20,00%), dari total 5 siswa kelas 3 yang beragama Kristen.
|
Berdasarkan temuan tersebut dapat di refleksikan, untuk tindakan perbaikan berikutnya dibutuhkan penggunaan metode pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam memahami substansi ajaran nilai-nilai “Bersyukur†dan sekaligus berpengalaman memiliki ketrampilan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengalaman langsung.
Diskripsi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil tes tertulis pada akhir siklus I, setelah dilakukan penelitian tindakan melalui penerapan metode Make A Match diperoleh data nilai prestasi belajar siswa pada materi “bersyukur karena Turunya Hujan†bahwa nilai tertinggi yang berhasil diraih siswa adalah 8,0 dan nilai terendah 6,0. Sedangkan rerata nilai kelasnya naik menjadi 7,20. Jumlah siswa yang berhasil mendapatkan nilai tuntas atau prosentase capaian nilai ketuntasannya sebesar 60,00% atau ada 3 (tiga) orng siswa dari 5 orang siswa peserta pembelajaran Pendidikan agama Kristen yang mendapatkan nilai tuntas.
Pada siklus I (guru sudah menerapkan metode Make A Match), nilai prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) mencapai rata-rata 7,20 dengan capaian nilai ketuntasan 60,00 % atau 3 orang siswa tuntas dari keseluruhan 5 orang siswa kelas 3 yang beragama Kristen.
Diskripsi Tindakan Siklus II
Berdasarkan laporan hasil pengamatan,. diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata siswa menjadi 8,80, dengan nilai tertinggi 10,0 dan nilai terendah 7,50 serta capaian nilai ketuntasan kelas sebesar 100,0%. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai prestasi belajar siswa yang berdampak pada peningkatan nilai capai kelas. Data tersebut juga menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil pembelajaran pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan ketrampilan guru dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih mudah memahami tujuan pembelajaran dan siswa memiliki pengalaman langsung melalui aktivitas pengamatan perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan memahami makna hidup bersyukur dalam kegiatan pendalaman materi.
Refleksi
Setelah guru melaksanakan tindakan penelitian pada siklus II dengan menerapkan metode Make A Match yang ditambahkan dengan perbaikan langkah-langkah pembelajaran dan pendalaman materi sesuai hasil refleksi Siklus I, diperoleh data peningkatan nilai hasil belajar PAK siswa kelas 3 SD Negeri 3 Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen semester ganjil Tahun Pelajaran 2017-2018 sebagai berikut, Pada siklus I, nilai terendah 60, nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 72. Pada siklus II, nilai terendah 75, nilai tertinggi 100, nilai rata-rata 88.
Pembahasan
Pada siklus I guru sudah menerapkan menerapkan metode Make A Match dalam pembelajaran PAK pada tema materi â€Bersyukurâ€, dan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 7,20. Nilai tertinggi adalah 8,00, nilai terendah 6,00 dan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sejumlah 3 orang siswa atau capaian nilai ketuntasan sebesar 60,00%.
Pada siklus II guru menerapkan metode metode Make A Match dalam pembelajaran PAK pada tema materi â€Bersyukur†ditambah perbaikan skenario pembelajaran sesuai hasil refleksi Siklus I. Setelah dilaksanakan tes tertulis pada pertemuan akhir siklus II diperoleh data bahwa nilai rata-rata hasil belajar PAK siswa menjadi 8,80. Nilai tertinggi 10,0, nilai terendah 7,50 dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 5 orang siswa atau peningkatan capaian nilai ketuntasan menjadi 100,0%.
PENUTUP
Simpulan
1. Penggunaan metode pembelajaran Make A Match pada tema materi â€Bersyukur†mampu meningkatkan ketrampilan siswa dalam mengimplementasi nilai-nilai ajaran “Bersyukur†dan berdampak pada peningkatan nilain rata-rata kelas dalam setiap kegiatan siklus tindakan, yaitu: pada kegiatan awal (pra siklus) nilai test formatif I nilai rata-rata kelas sebesar 5,90, nilai test formatif II tindakan siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 7,20 dan akhirnya nilai test formatif III pada tindakan akhir siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 8,80 melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya yaitu minimal 7,00..
2. Penggunaan metode Make A Match dalam pembelajaran pada tema materi â€Bersyukur†berpengaruh positip terhadap peningkatan nilai hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan prosentase capaian nilai ketuntasan siswa (KKM) pada akhir siklus tindakan, yaitu: dari kegiatan awal-pra siklus (20,00%), siklus I (60,00%), dan siklus II (100,0%) melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya yaitu minimal 80,0%
Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi guru yang melaksanakan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep dari isi materi pelajaran, penggunaan Metode Make A Match sangatlah tepat karena siswa dikondisikan mengeksplorasi inti-inti pelajaran dalam suasana bermain sehingga siswa merasa ada keberanian merumuskan konsep secara mandiri.
2. Dalam rangka meningkatkan kualitas hasil pembelajaran siswa, maka guru harus membiasakan diri berani mencoba menggunakan berbagai metode pembelajaran yang diduga cocok dengan materi yang diajarkan, dan guru membiasakan diri mengeksplorasi berbagai model dan media pembelajaran yang bervareasi sehingga pembelajaran menjadi menggairahkan, siswa belajar dengan riang dan akhirnya kwalitas pendidikan akan meningkat.
3. Secara berkelanjutan, guru perlu mendapatkan pendidikan dan pelatihan khususnya dalam hal ketrampilan mengembangan media, model, dan metode pembelajaran.
4. Bagi Siswa, Para siswa hendaknya mempunyai jiwa kreatif agar lebih mempermudah dalam pembelajaran. Siswa harus sering mendengarkan dan menerapkan konsep dan materi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) dalam kehidupan sehari-hari, agar pemahaman siswa dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab, 2007.Metode dan Model-Model Mengajar IPS, Bandung: Alfabeta
Abdul Majid, 2009. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Darsono, Max, dkk., 2000. Belajar dan Belajar, Semarang: IKIP Semarang Press.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry, 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam. Cet. II, Bandung: Refika Aditama.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Rajawali Pers.
Suryasubroto B., 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT Rineksa Cipta.
Suyitno, Amin. 2009. Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah. Semarang: Universitas Negeri Semarang.