Peningkatan Hasil Belajar Melalui Penggunaan Media Model Milik Anak
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI MENCERITAKAN PENGALAMAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MODEL MILIK ANAK BAGI SISWA KELOMPOK A TK DHARMA WANITA 1 JATIHARJO KECAMATAN PULOKULON SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Sunarti
TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Pembelajaran menceritakan pengalaman merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan verbal anak. Dalam kenyataannya menceritakan pengalaman anak TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Pulokulon masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah kurang tepatnya guru dalam memilih media pembelajaran. Oleh karena itu perlu dicari media pembelajaran yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu media pembelajaran yang praktis dapat meningkatkan pembelajaran menceritakan pengalaman anak adalah dengan media model milik anak. Subjek penelitian ini adalah anak – anak kelompok A TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Pulokulon yang berjumlah 20 anak. Kriteria yang dipakai dalam menentukan nilai menceritakan pengalaman adalah keberanian dan kepercayaan diri, kejelasan isi cerita, ekspresi gerak tubuh, mimik, intonasi suara. Hasil penelitian pada prasiklus 51%, hasil siklus I sudah menunjukan adanya peningkatan skor rata – rata yang diperoleh 56%. Hasil rata–rata siklus II 61%, siklus III 72%, siklus IV 83%. Dari hasil penelitian prasiklus, siklus I, siklus II, siklus III dan siklus IV dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar yaitu setelah menggunakan media model milik anak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media model milik anak dapat meningkatkan hasil belajar pada materi menceritakan pengalaman bagi siswa kelompok A TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Pulokulon Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: hasil belajar, menceritakan pengalaman, media model milik anak.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus diajarkan pada anak yang sedang belajar mulai tingkat taman kanak kanak sampai perguruan tinggi. Keterampilan berbicara mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbicara merupakan syarat untuk berkecimpung dalam berbagai macam bidang atau kegiatan.
Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkan dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Setelah peneliti melakukan pengamatan terhadap anak TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Pulokulon, dapat diketahui bahwa kemampuan berbicara khususnya bercerita anak TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Pulokulon masih rendah. Ini terlihat sekali pada saat anak disuruh maju ke depan untuk menceritakan pengalamannya isi cerita yang dibawakannya antara anak yang satu dengan yang lainnya sama. Hal yang menyebabkan hasil belajar pada kemampuan berbicara atau bercerita anak TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Pulokulon masih rendah. Hal ini disebabkan oleh pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran berbicara khususnya bercerita masih sederhana dan kurang bervariasi.
Dari penyebab di atas yaitu pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran pembelajaran berbicara khususnya bercerita masih sederhana dan kurang bervariasi. Hal ini harus segera dicari jalan keluarnya karena dikhawatirkan bisa menimbulkan rasa bosan atau jenuh anak serta akan dapat menurunkan kemampuan bercerita anak.
Untuk dapat menciptakan suasana yang diharapkan dibutuhkan strategi dan media pembelajaran yang sesuai. Pemilihan media model yang dimiliki anak dapat dijadikan sebuah alternatif dalam menunjang pembelajaran bercerita yaitu menceritakan pengalaman.
Media model yang dimiliki anak yang dimaksud adalah benda yang milik anak sendiri yang paling disukai dan paling berkesan bagi anak contohnya boneka, kartu bergambar, mobil-mobilan. Dengan benda tersebut anak dapat membayangkan sebuah peristiwa atau pengalaman yang pernah dia alami sehingga bisa diceritakan dan diungkapkan kembali nantinya oleh anak. Selain belajar, anak juga bisa sambil bermain sehingga dapat menambah semangat belajar dan menghilangkan rasa bosan anak.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, terdapat faktor yang menghambat dalam pembelajaran menceritakan pengalaman dan harus segera dicari solusi yang tepat. Faktor pendekatan yang digunakan guru masih kurang bervariasi menjadi penghambat utama dalam pembelajaran menceritakan pengalaman anak. Pemilihan pendekatan dalam pembelajaran yang kurang tepat oleh guru menjadikan situasi kelas yang kurang hidup sehingga anak pun kurang bersemangat dalam pembelajaran. Guru cenderung menggunakan metode ceramah yang terkesan membosankan dan monoton. Hal ini tentu menjadikan anak merasa bosan dan jenuh dengan pembelajaran tersebut karena terlalu sering metode pembelajaran tersebut digunakan.
Sebagai alternatif pemecahan, pendekatan baru yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan media model yang milik anak. Dalam pembelajaran ini anak dapat belajar sambil bermain yang tentunya tidak akan membosankan. Anak dapat membayangkan peristiwa atau kejadian yang mengesankan dari media model yang dimiliki dan telah dipersiapkan anak dari rumah untuk kemudian diungkapkan atau diceritakan di depan teman-teman sekelasnya. Jadi anak dituntut untuk berperan aktif, tidak hanya diam mendengarkan ceramah dari guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: Apakah melalui penggunaan media model milik anak dapat meningkatkan hasil belajar pada materi menceritakan pengalaman bagi siswa TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo?
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar pada materi menceritakan pengalaman pada anak TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo setelah menggunakan media model milik anak. (2) Mendeskripsikan sejauh mana perubahan perilaku siswa TK Pertiwi Pulokulon dalam menceritakan pengalaman dengan menggunakan media model milik anak.
LANDASAN TEORI
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hal ini dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Sutartinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu.
Sedangkan Agus Suprijono (2009:6) berpendapat bahwa hasil belajar itu mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa itu sendiri.
Bercerita
Tarigan (2008:35) berpendapat bahwa bercerita adalah salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Bercerita merupakan aktivitas atau kegiatan mengungkapkan suatu cerita lengkap dengan unsur-unsurnya melalui ucapan atau lisan dengan cara yang baik dan benar. Bercerita juga dapat digunakan sebagai cara untuk menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada orang lain dapat disampaikan pesan-pesan yang baik, dari cerita yang disampaikan juga dapat diambil suatu pelajaran
Media Pembelajaran
Gagne (1970:13) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs (1977:17) juga berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak untuk belajar. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian berbeda tentang media. Media adalah bentuk bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.
Media pembelajaran adalah sarana informasi dalam pembelajaran yang dapat membantu anak dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran, yang dapat terwujud dalam manusia, benda ataupun peristiwa. Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasikan beberapa manfaat media yaitu sebagai berikut: (1) Penyampaian meteri pelajaran yang diseragamkan, (2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, (3) Proses pembelajaran menjadi interaktif, (4) Pembelajaran Bercerita Menggunakan Media Model Milik Anak, (5) Metode Pemodelan.
Kerangka Berpikir
Kemampuan bercerita anak TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo akan mengalami peningkatan apabila penerapan pembelajaran dibantu dengan menggunakan media model milik anak. Dengan menggunakan benda yang dimiliki anak seperti boneka, mobil-mobilan, tentunya dapat meningkatkan minat dan motivasi anak dalam pembelajaran bercerita.
Beberapa uraian di atas memperkuat bahwa alternatif pembelajaran berupa penggunaan media model milik anak merupakan pilihan yang tepat dan efektif dalam pembelajaran menceritakan pengalaman, sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak dalam bercerita. Peningkatan kemampuan tersebut juga tidak terlepas dari perubahan perilaku belajar anak.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: “Penggunaan media model milik anak dapat meningkatkan hasil belajar pada materi menceritakan pengalaman bagi siswa Kelompok A TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dalam bentuk proses pengkajian yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2016.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru sekaligus peneliti. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Pulokulon Kelompok A yang berjumlah 20 anak
Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu variabel kemampuan menceritakan pengalaman dan variabel penggunaan media model milik siswa.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kegiatan menceritakan pengalaman dengan media model milik anak menggunakan instrumen observasi, dan dokumen foto.
Validasi Data
Peneliti telah menentukan kisi kisi materi yang akan disampaikan dalam rangka mencapai aspek indikator yang akan di capai.
Teknik Analisis Data
Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data dengan menggunakan tes. Tes dilakukan sebanyak empat kali yaitu pada siklus I, II, III dan siklus IV. Tes menceritakan pengalaman merupakan tes individu. Hasil tes pada siklus pertama dianalisis. Dari analisis tersebut, dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang ada, kemudian anak diberi pembekalan untuk menghadapi tes pada siklus berikutnya.
Indikator Keberhasilan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dikatakan berhasil apabila hasil belajar anak yaitu sekurang kurangnya 75%. Yang mendapat nilai (√) dan lingkaran penuh (â—) dari jumlah anak yang ada dengan analisis persentase ketuntasan belajar anak dari pemberian tugas siklus yang mereka kerjakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Siklus I
Data hasil pemberian tugas ini merupakan data penentu kemampuan menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak. Dari hasil pemberian tugas ini dapat diketahui kemampuan anak dalam menceritakan pengalaman. Nilai dari pemberian tugas menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak meliputi aspek (1) keberanian dan kepercayaan diri; (2) Kejelasan isi cerita; (3) Ekspresi gerak tubuh; (4) mimik; (5) Intonasi suara. Setiap aspek dinilai berdasarkan kreteria yang telah ditentukan sesuai denmgan penilaian di taman kanak kanak 1 Jatiharjo Pulokulon.
Adapun perincian hasil nilai pemberian tugas pada tiap aspek penilaian kemampuan menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak pada siklus I adalah sebagai berikut: aspek keberanian dan kepercayaan diri 55%, aspek kejelasan isi 55%, aspek ekspresi tubuh 60%, mimik 55% dan intonasi suara 55%.
Berdasarkan hasil nilai pemberian tugas dan observasi yang diperoleh anak pada siklus I menunjukan ada sedikitnya peningkatan dibanding pada kondisi awal anak sebelum mendapatkan pembelajaran menceritakan pengalaman dengan bermain peran. Berdasarkan hasil pemberian tugas menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak, nilai tingkat pencapaian keberhasilan kelas sebesar 55%. Dari hasil siklus I menunjukan bahwa pembelajaran menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak belum mencapai hasil yang maksimal.
Deskripsi Siklus II
Hasil penelitian siklus II merupakan hasil pemberian tugas menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak yang kedua setelah dilakukan kegiatan pembelajaran siklus I. Nilai tingkat pencapaian keberhasilan setiap aspek penilaian pemberian tugas kemampuan menceritakan pengalaman siklus II untuk aspek keberanian dan kepercayaan diri 60%, aspek kejelasan isi 60%, aspek ekspresi tubuh 65%, mimik muka 60% dan intonasi suara 60%.
Berdasarkan hasil nilai pemberian tugas dan observasi yang diperoleh anak pada siklus II menunjukan ada sedikitnya peningkatan dibanding pada kondisi siklus I dengan pembelajaran menceritakan pengalaman berupa baju milik anak. Berdasarkan hasil pemberian tugas menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak nilai tingkat pencapaian keberhasilan kelas sebesar 60%. Dari hasil siklus II menunjukan bahwa pembelajaran menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak belum mencapai hasil yang maksimal.
Deskripsi Siklus III
Hasil nilai pencapaian keberhasilan setiap aspek penilaian pemberian tugas kemampuan menceritakan pengalaman pada siklus III untuk aspek keberanian dan kepercayaan diri 75%, aspek kejelasan isi 70%, aspek ekspresi tubuh 70%, mimik muka 75% dan intonasi suara 70%.
Berdasarkan hasil nilai pemberian tugas dan observasi yang diperoleh anak pada siklus III menunjukan ada peningkatan dibanding pada kondisi siklus III dengan pembelajaran menceritakan pengalaman dengan media alat tulis atau tas, sepatu dan lain lain. Berdasarkan hasil pemberian tugas menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak nilai tingkat pencapaian keberhasilan kelas sebesar 75%. Dari hasil siklus III menunjukan bahwa pembelajaran menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak belum mencapai hasil yang maksimal.
Deskripsi Siklus IV
Hasil nilai akhir pencapaian keberhasilan setiap aspek penilaian pemberian tugas kemampuan menceritakan pengalaman siklus IV untuk aspek keberanian dan kepercayaan diri 85%, kejelasan isi 80%, ekspresi tubuh 80%, mimik muka 85% dan intonasi suara 85%.
Berdasarkan hasil nilai pemberian tugas dan observasi yang diperoleh anak pada siklus IV menunjukan ada peningkatan dibanding pada kondisi siklus III dengan pembelajaran menceritakan pengalaman dengan media model berupa aksesoris milik anak. Berdasarkan hasil pemberian tugas menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak nilai tingkat pencapaian keberhasilan kelas sebesar 83%. Dari hasil siklus IV menunjukan bahwa pembelajaran menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak meningkat.
Berdasarkan hasil nilai pemberian tugas dan observasi pada siklus IV dapat disimpulkan bahwa kelompok A TK Dharma Wanita 1 Jatiharjo Pulokulon dalam pembelajaran menceritakan pengalamannya mengalami peningkatan yang baik.
Pembahasan
Hasil tes pada prasiklus menunjukan kemampuan menceritakan pengalaman cukup memprihatinkan. Dari 20 anak yang memperoleh nilai •, √ atau sangat baik dan baik 10 anak atau 50%, Selebihnya sebanyak 10 anak atau 50% memperoleh nilai ○ atau kurang. Dari skor keseluruhan pada prasiklus anak memperoleh skor rata rata 51%. Berdasarkan kenyataan tersebut perlu dimenggunakan media model dalam pembelajaran menceritakan pengalaman agar kemampuan menceritakan pengalaman anak dapat ditingkatkan seoptimal mungkin.
Siklus I
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I sudah ada peningkatan dalam menceritaka pengalaman anak bila di bandingkan dengan hasil yang diperoleh pada prasiklus, tetapi masih kurang adari target yang ditentukan. Hasil yang dicapai pada siklus I 55% atau 11 anak mendapat nilai •, √ atau sangat baik, baik. Sedangkan ○ atau kurang diperoleh 45% atau 9 anak. Skor keseluruhan pada siklus I anak memperoleh skor rata rata 56%.
Siklus II
Hasil penelitian pada siklus II sudah menunjukan sedikitnya peningkatan kemampuan menceritakan pengalaman anak. Anak yang berhasil memperoleh nilai •, √ atau sangat baik dan baik 60% atau 12 anak. Anak yang dalam kategori kurang atau ○ sebanyak 40% atau 8 anak. Dari skor keseluruhan diperoleh rata – rata 61%.
Siklus III
Hasil penelitian siklus III sudah menunjukan adanya peningkatan. Hal ini terlihat 70% atau 14 anak mendapat nilai •, √ atau sangat baik dan baik. Sedangkan sebanyak 30% atau 6 anak mendapat nilai ○ atau kurang. Skor rata- rata pada siklus III 72%.
Siklus IV
Pada siklus IV masih juga menggunakan media model milik anak. Penggunaan media dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dibandingkan siklus-siklus sebelumya. Hasil yang diperoleh pada siklus IV sudah melampaui target yang diterapkan. Ini terbukti 17 anak atau sebesar 85% mendapat nilai •, √ atau sangat baik dan baik. Sedangkan 3 anak atau 15% mendapat nilai ○ atau kurang dari keseluruhan skor rata-rata 83%.
Hasil Non Tes
Pembahasan pada hasil nontes mencakup pembahasan hasil observasi pada siklus I, II, III dan IV.
1. Siklus I
Pada siklus I diperoleh hasil observasi 89% anak yang bersikap positif dan 11% anak yang bersikap negatif.
2. Siklus II
Pada siklus II menunjukan adanya sikap positif anak. Sikap positif tersebut mencapai 91% dan yang 8% anak bersikap negatif.
3. Siklus III
Pada siklus III di peroleh 94% anak yang bersikap positif dan 6% anak yang bersikap negatif.
4. Siklus IV
Pada siklus IV diperoleh hasil observasi 99% anak bersikap positif dan 0% anak bersikap negatif. Hasil tersebut menunjukan adanya peningkatan yang sangat berarti. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa media model milik anak dapat menumbuhkan sikap positif anak. Sikap positif tersebut tampak pada sikap anak yang antusias, tertarik dan aktif ketika menceritakan pengalaman, sehingga menceritakan pengalaman anak dapat meningkat optimal.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menyimpulkan sebagai berikut.
1. Kemampuan bercerita anak mengalami peningkatan dari pra siklus, siklus I, II, III dan siklus IV. Pada siklus I sebanyak 11 anak atau sebesar 55 % yang memperoleh nilai ◠(lingkaran penuh) sangat baik dan √ (centang) baik. Sedangkan 9 anak atau sebesar 45% yang memperoleh nilai ○lingkaran kosong) kurang. Siklus II sebanyak 12 anak atau sebesar 60% memperoleh nilai ◠(lingkaran penuh) sangat baik dan √ (centang) baik. Sedangkan 8 anak atau sebanyak 40% memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong). Siklus III sebanyak 13 anak atau sebesar 70% memperoleh nilai ◠(lingkaran penuh) sangat baik dan √ (centang) baik. Sedangkan 7 anak memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) kurang. Siklus IV sebanyak 17 anak atau sebesar 85% memperoleh nilai ◠(lingkaran penuh) dan √ (centang) baik.Yang memperoleh nilai ○ (lingkaran kosong) kurang sebanyak 3 anak atau sebesar 15%.
2. Perilaku anak setelah mengikuti pembelajaran menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak mengalami perubahan ke arah yang positif. Perubahan tersebut yaitu terlihat sekali anak senang dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Anak dapat aktif dalam proses pembelajaran, serta anak menjadi tertarik dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak.
Saran
Saran yang dapat diberikan demi keberehasilan pembelajaran menceritakan pengalaman menggunakan media model milik anak adalah sebagai berikut:
1. Guru sebaiknya memilih media pembelajaran yang dikenal dan mudah diperoleh di sekitar tempat tinggal siswa.
2. Guru mampu memberikan motivasi dan penciptaan suasana yang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Briggs. 1977. Pengertian Media Pembelajaran. Diperoleh 2 April 2016, dari http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran.html.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gagne, Robert M. 1970. The Condition of Learning. Florida: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Kemp & Dayton. 1985. Media Pembelajaran. Diperoleh 2 April 2016, dari http://achmadzuhrihs.wordpress.com/2013/05/11/fungsi-dan-manfaat-media-pembelajaran.html.
Sutartinah Tirtonegoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Teknik Pengajaran Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
|