Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Melalui Model Group Investigation
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS V
SEMESTER 1 SD NEGERI 3 TLAGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Sumin
SD Negeri 3 Tlaga UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa mata pelajaran Matematika materi Operasi Hitung Pecahan dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI siswa kelas V SDN 3 Tlaga. Setting penelitian di SDN 3 Tlaga Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara. Waktu penelitian adalah semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018. Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN 3 Tlaga Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara pada semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 berjumlah 19 siswa, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan dan pengamatan. Pada siklus I siswa yang memiliki minat tinggi 32% atau 6 siswa dari 19 siswa. Siswa yang memiliki minat sedang 42% atau 8 siswa. Minat rendah 26% atau 5 siswa. Hasil pengamatan pada siklus II minat tinggi 79% atau 15 siswa dari 19 siswa, minat sedang 2 siswa atau 10,5%, dan yang kemampuan minat kurang 10,5%. Sehingga ada kenaikan dalam minat tinggi siklus I dari 6 siswa menjadi 15 siswa atau 32% menjadi 79%. Untuk data prestasi belajar siklus I diperoleh rerata 72 nilai tertinggi 90, nilai terendah 37, dan ketuntasan belajar 74%. Prestasi belajar siklus II diperoleh rerata 81 nilai tertinggi 90, nilai terendah 60, ketuntasan belajar 89%. Ini berarti ada kenaikan rata-rata dari siklus I 72 pada menjadi 81 di siklus II dan ketuntasan belajar dari siklus I 74% menjadi 89% pada siklus II. Dengan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dengan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
Kata kunci: Minat siswa, prestasi belajar, Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Matematika merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari dan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi yang berkembang hingga saat ini serta berperan penting dalam semua bidang ilmu seperti bidang sains, sosial, ekonomi maupun politik. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Tahun 2003 pasal 37 kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat salah satunya mata pelajaran Matematika.
Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai peranan dalam “melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar (The Liang Gie, 2004:57). Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar (https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/12/minat-belajar-siswa/).
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling beragumentasi (http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/model-pembelajaran-group-investigation.html ).
Pembelajaran Matematika yang dilakukan di Kelas V SD Negeri 3 Tlaga masih menggunakan model pendekatan dan metode yang berorientasi pada guru sebagai sumber pengetahuan yang terlihat dari pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah saja. Sehingga situasi pembelajaran tidak menyenangkan, siswa tidak aktif, guru lebih dominan dengan metode ceramah, kurang adanya kerja sama dengan siswa. Akibatnya minat siswa sangat kurang dalam pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri 3 Tlaga dan ini menyebabkan prestasi belajar juga rendah.
Model pembelajaran kooperatif tipe GI dipilih oleh peneliti karena dengan Model pembelajaran kooperatif tipe GI siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan kelompok memecahkah masalah, berkomunikasi dengan anggota kelompok, lebih bertanggung jawab terhadap tugas dan menghargai pendapat orang lain.
Ketika guru melakukan studi pendahuluan tentang mata pelajaran Matematika tentang operasi hitung pecahan. Hasil minat dan tes prestasi belajar tingkat pemahaman materi sangat rendah. Hal ini terbukti hanya 9 siswa atau 47% yang mencapai ketuntasan belajar dari 19 siswa. Hal ini bisa menyebabkan kesulitan proses belajar selanjutnya apabila tidak segera diperbaiki karena pembelajaran matematika saling berhubungan materi satu dengan yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas V SD Negeri 3 Tlaga dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Pecahan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Siswa Kelas V Semester 1 SD Negeri 3 Tlaga Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Minat
Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yakni minat. Dengan adanya minat siswa yang tinggi bisa mempengaruhi sikap, cara belajar ataupun intensitas belajar sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996: 214) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya ( http://www.sarjanaku.com/2011/02/prestasi-belajar.html ).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online minat artinya “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan†(https://kbbi.web.id/minat).
Natawijaya menyatakan bahwa minat adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan (http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-pengertian-minat-konsep-pendidikan.html).
Belajar
Menurut Hudoyo (1988) belajar merupakan suatu usaha yang berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku yang relatif lama dan tetap. Kegiatan yang dimaksud itu dapat diamati dengan adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Di sekolah, perubahan tingkah laku itu ditandai oleh kemampuan siswa mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilannya. Menurut William Brownell (1935) bahwa belajar itu pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bermakna (Usodo, Budi, dkk, 2017: 5-16).
Travers mengartikan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku sedangkan menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respons (dalam Agus Suprijono, 2009).
Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang sering disebut juga hasil belajar yang artinya apa yang telah dicapai oleh suatu siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Tohirin, 2005: 151). Prestasi siswa dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar mengajar. Menurut Hadari Nawawi (1998:100) Prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes (http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2012/08/makalah-prestasi-belajar.html).
Prestasi belajar / hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi individu adalah hal-hal yang telah dicapai oleh seseorang yang disebut prestasi belajar (Oemar Hamalik, 2001: 103). Menurut Tirtonegoro (2001: 43) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dengan symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu (dalam Ali Mufti Hasyim, 2016:73 ).
Matematika
Johnson dan Rising (1972) “Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.†Sedangkan pendapat Kline (1973) “Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika†(http://www.rumusmatematikadasar.com/2014/09/pengertian-matematika-menurut-pendapat-ahli-dan-kurikulum.html )
Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif (Sutawijaya,1997:176). Menurut Hudoyo (1990:3) matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sebagai guru matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural (dalam Nyimas Aisyah,dkk, 2007:1-1).
Pembelajaran Matematika
Menurut Muhsetyo (2008: 26),pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. (http://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/06/pengertian-pembelajaran-matematika.html)
Heruman (2008) menyatakan dalam pembelajaran matematika SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Selanjut Heruman menambahkan bahwa dalam pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Sehingga diharapkan pembelajaran yang terjadi merupakan pembelajaran menjadi lebih bermakna (meaningful), siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu (learning to know about), tetapi juga belajar melakukan (learning to do), belajar menjiwai (learning to be), dan belajar bagaimana seharusnya belajar (learning to learn), serta bagaimana bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together).
Tujuan Matematika
Dalam Permendikbud Tahun 2016 Nomor 024 lampiran 14, tujuan kurikulum Matematika kelas V mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan atau ekstrakurikuler. Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnyaâ€. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah airâ€. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Slavin (2005:215), mengemukakan bahwa kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing. Partisipasi aktif siswa sangat penting, terutama untuk membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap apa yang mereka kerjakan. Pada proses ini kelompok dijadikan sebagai sarana sosial untuk menentukan tujuan. Slavin (2005:215), menjelaskan bahwa rencana kelompok adalah salah satu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa. Beberapa tipe pembelajaran kooperatif dirancang sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas dan mempertanggungjawabkan peran khusus tersebut dalam kelompoknya. Tipe pembelajaran seperti ini adalah group investigation. Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil yang diharapkan sesuai dengan perkembangan yang dilalui siswa.
Group investigation (investigasi kelompok) adalah model belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari perbedaan kemampuan dan latar belakang yang berbeda baik dari segi gender, etnis, dan agama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik (Eggen dan Kauchak dalam Harisantoso, 2005:2). Sedangkan menurut Sharan (dalam Slavin, 1995:11), group investigation merupakan suatu perencanaan pengorganisasian kelas secara umum dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil mengutamakan kooperatif inkuiri, diskusi kelompok, dan perencanaan kooperatif dan proyek. Hal yang membedakan group investigation dengan tipe pembelajaran kooperatif lainnya adalah group investigation melibatkan kemampuan para siswa untuk mempelajari melalui investigasi atau penyelidikan. (http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-pembelajaran-group-investigation.html)
Group Investigation(GI) yang pertama kali dikembangkan oleh Sharan dan Sharan (1976) ini merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi. Pada prinsipnya, strategi GI sudah banyak diadopsi oleh berbagai bidang pengetahuan, baik humaniora maupun saintifik. Akan tetapi, dalam konteks pembelajaran kooperatif, metode GI tetap menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa. Dalam GI, guru bertugas menginisiasi pembelajaran dengan menyediakan pilihan dan kontrol terhadap para siswa untuk memilih strategi penelitian yang akan mereka gunakan. Metode ini bisa diterapkan untuk semua tingkatan kelas dan bidang materi pelajaran (Miftahul Huda, 2013: 292).
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Langkah-langkah pembelajaran dengan Group Investigation dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. seduah topik beserta permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah.
Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan.
Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan objektivikasi pengetahuan yang telah dibangun oleh suatu kelompok. berbagai perspektif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok. Seyogianya di akhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Evaluasi dapat memasukkan asesmen individual atau kelompok (Agus Suprijono, 2009: 112).
Secara garis besar menurut Miftahul Huda (2013) langkah-langkah metode GI terlihat dalam 6 tahap, yaitu: (1) Seleksi Topik; (2) Perencanaan Kerja Sama; (3) Implementasi; (4) Analisis dan Sintesis; (5) Penyajian Hasil Akhir; (6) Evaluasi
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kerangka teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini diduga adalah minat dan prestasi belajar siswa kelas V semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 dalam pembelajaran Matematika materi Operasi Hitung Pecahan akan meningkat dengan diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) di SD Negeri 3 Tlaga.
Kriteria dan Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kemampuan minat siswa adalah kemampuan siswa dalam aspek: 1) Perhatian siswa; 2) Antusias dalam pembelajaran; 3) Menyukai pembelajaran; 4) Menjawab pertanyaan; 5) Menyampaikan pendapat; 6) Menerima tanggapan; 7) Memberi tanggapan; 8) Melakukan presentasi
Jumlah ada 8 aspek pengamatan yang terdiri dari 11 butir pernyataan, jika hasil skor pengamatan 11-21 termasuk kemampuan minat rendah, skor pengamatan 22-33 termasuk kemampuan minat sedang, dan skor pengamatan 34-44 termasuk kemampuan minat tinggi.
Kriteria yang digunakan untuk prestasi belajar siswa adalah tes prestasi belajar dengan tes tertulis terdiri dari pilihan ganda 10 butir soal, 5 isian singkat, dan uraian 5 butir soal dengan rentang nilai 0-100. Siswa dikatakan tuntas jika mencapai nilai KKM 70. Setelah pelaksanaan penelitian ini dilakukan 2 siklus maka indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Kemampuan minat siswa dinyatakan berhasil, jika nilai rata-rata minat siswa dengan kategori baik / tinggi dalam proses pembelajaran telah mencapai minimal 75 % yang telah ditetapkan
2. Prestasi belajar dinyatakan berhasil, jika ketuntasan belajar siswa yang memperoleh hasil belajar lebih dari atau sama dengan KKM mencapai 75% pada mata pelajaran Matematika.
METODE PENELITIAN
Subyek, Setting dan Waktu
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Tlaga berjumlah 19 siswa, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Tlaga Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Matematika selama 2 siklus. Jadwal pelaksanaan penelitian sebagai berikut, Siklus I tanggal 1 Agustus 2017 s.d. 9 Agustus 2017 dengan kompetensi dasar Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda. Siklus II tanggal 6 September 2017 s.d. 16 September 2017 dengan kompetensi dasar Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda.
Data, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah: 1). Sumber data siswa meliputi: data tentang minat belajar siswa, data tentang prestasi belajar siswa dan data tentang penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI, 2). Sumber data guru meliputi data keterampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan melaksanakan perbaikan pembelajaran, proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI, 3) Sumber data kolaborator meliputi pengamatan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dalam pembelajaran Matematika, hasil refleksi bersama guru peneliti.
Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan: 1). Teknik tes yang digunakan adalah tes prestasi belajar Matematika. Langkah yang dilakukan dalam menyusun tes prestasi belajar mata pelajaran Matematika meliputi: 1) menyusun kisi-kisi 2) menyusun butir soal 3) menyusun lembar jawab 4) menyusun kunci jawaban 5) menyusun norma penilaian dan tabel penilaian. 2). Teknik pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengamatan tentang motivasi belajar siswa. Pengamatan tentang penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dalam proses pembelajaran. Langkah yang dilakukan dalam menyusun instrumen minat meliputi: 1) kisi-kisi 2) butir pernyataan 3) lembar angket/ questioner. Instrumen yang digunakan untuk mengamati variabel minat menggunakan lembar pengamatan motivasi siswa. 3). Teknik Dokumentasi: Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen pra siklus tentang kemampuan motivasi belajar, prestasi belajar serta dokumen perangkat pembelajaran. Selain hal tersebut digunakan dokumentasi foto kegiatan pembelajaran.
Pada penelitian ini validasi tes prestasi belajar menggunakan validasi empiric dan validasi teoritik yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif sedang data pengamatan/angket menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode dan triangulasi peneliti.
Prosedur Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Prosedur umum penelitian ini melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart. Model penelitian tersebut terdiri atas empat komponen dalam setiap siklusnya, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam setiap siklus bersistem spiral, artinya siklus pertama, kedua, dan seterusnya saling terkait satu sama lain (Pardjono, 2007: 22−23).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kondisi Awal
Dalam proses pembelajaran Matematika berdasarkan kondisi awal atau pra siklus yang dilakukan peneliti pada umumnya anak belum terlihat aktif, minat siswa terhadap pelajaran rendah, prestasi belajar siswa rendah dan model pembelajaran belum membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika. Kondisi proses pembelajaran ini berakibat minat siswa rendah. Hal ini ditunjukkan hasil pengamatan dari 19 siswa didapatkan hasil hanya 1 siswa atau 5% yang memiliki kemampuan minat tinggi.
Kondisi awal terlihat jumlah siswa yang memiliki kemampuan minat rendah berjumlah 10 siswa atau 53%. Siswa berkemampuan minat sedang berjumlah 8 siswa atau 42%, kemampuan siswa tinggi berjumlah 1 siswa atau 5%. Secara umum kemampuan minat dalam proses pembelajaran Matematika Kelas V semester 1 di SD Negeri 3 Tlaga kategori rendah.
Prestasi belajar pra siklus menunjukkan banyak siswa yang belum tuntas tau yang mendapatkan nilai lebih besar dari KKM atau sama dengan 70 ada 9 siswa dengan ketuntasan belajar 47%. Nilai tertinggi 80, nilai terendah 30 dengan rentang nilai 0-100 dan dengan nilai rata-rata 57.
Siklus I
Hasil penelitian untuk mengetahui sebagian minat siswa dalam proses pembelajaran Matematika, mengetahui seberapa besar prestasi belajar siswa mata pelajaran Matematika data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor tes prestasi belajar meliputi kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar siswa. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh hasil, siswa memiliki kemampuan minat yang berkategori tinggi 6 siswa atau 32%, siswa memiliki kemampuan minat kategori sedang 8 siswa atau 42% dan siswa yang memiliki kemampuan minat kategori rendah 5 siswa atau 26%. Ini berarti ada kenaikan dalam kemampuan minat tinggi siswa dari pra siklus 1 siswa menjadi 6 siswa atau 5% menjadi 32%. Setelah pembelajaran berlangsung 2 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis prestasi belajar siswa dengan jumlah siswa sebanyak 19 siswa. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 1 Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Pada Siklus I
Rentang Data |
Tally |
Frekuensi |
% |
S X F |
91-100 |
|
|
|
|
81-90 |
llll |
4 |
21 |
85,5×4= 342 |
71-80 |
|
7 |
37 |
75,5×7= 528,5 |
61-70 |
|
5 |
26 |
65,5×5= 327,5 |
51-60 |
ll |
2 |
11 |
55,5×2= 111 |
41-50 |
|
|
|
|
31-40 |
l |
1 |
5 |
35,5×1= 35,5 |
21-30 |
|
|
|
|
11-20 |
|
|
|
|
01-10 |
|
|
|
|
Jumlah |
19 |
100 |
1344,5 |
|
Rata-rata |
|
|
71 |
Hasil tes prestasi belajar siswa diperoleh hasil sebagai berikut: ada 7 siswa (25%) yang mendapat skor di bawah ketuntasan belajar minimal (KKM). Nilai tertinggi rentang 81-90, nilai terendah 31-40 dan rerata 71.
Berdasarkan kriteria keberhasilan minat baru mencapai 6 siswa yang tinggi atau 32% sehingga belum berhasil karena kriteria keberhasilan 75%. Prestasi belajar mata pelajaran Matematika nilai rata-rata baru mencapai 72 dengan ketuntasan belajar 74% sehingga belum berhasil karena kriteria keberhasilan nilai rata-rata dengan ketuntasan belajar 75%.
Keputusan refleksi bersama kolaborator maka kekurangan yang segera diperbaiki adalah: pengorganisasian siswa (jumlah siswa dalam kelompok terlalu banyak) sehingga siswa belum aktif secara maksimal. Akhirnya memutuskan untuk melanjutkan siklus II dengan ketentuan 1) materi pembelajaran melanjutkan Kompetensi Dasar 3.1 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda, 2) Pembelajaran menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe GI, 3) Perbaikan yang dilakukan memperbanyak jumlah kelompok sehingga anak menjadi aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan Slavin (2005:215), mengemukakan bahwa kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing. Partisipasi aktif siswa sangat penting, terutama untuk membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap apa yang mereka kerjakan. Pada proses ini kelompok dijadikan sebagai sarana sosial untuk menentukan tujuan. Slavin (2005:215), menjelaskan bahwa rencana kelompok adalah salah satu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa. Beberapa tipe pembelajaran kooperatif dirancang sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas dan mempertanggungjawabkan peran khusus tersebut dalam kelompoknya. Tipe pembelajaran seperti ini adalah group investigation. Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil yang diharapkan sesuai dengan perkembangan yang dilalui siswa. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikannya, serta dapat membandingkannya dengan orang lain, karena dalam investigasi hasil pemecahan masalah lebih dari satu. Kegiatan diskusi di kelas akan menghasilkan berbagai alternatif jawaban dan argumentasi yang berdasar pada pengalaman siswa (http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-pembelajaran-group-investigation.html).
Untuk memperbaiki kekurangan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI pada siklus I antara lain dengan memperbanyak jumlah kelompok memperbanyak jumlah kelompok sehingga anak menjadi aktif lebih maksimal dalam pembelajaran.
Siklus II
Pada bagian perencanaan ini, kegiatan yang telah dilakukan pada penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dengan langkah-langkah yang sudah disiapkan. Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI. Pelaksanaan siklus II pertemuan 1 pada hari Rabu, 6 September 2017dan pertemuan 2 pada hari Sabtu, 16 September 2017. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh data sebagai berikut: Data tentang kemampuan minat diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus II, instrumen data berupa lembar data pengamatan yang terdiri dari 11 indikator. Dari data diperoleh kemampuan minat skor 34 – 44 kategori tinggi, kemampuan minat skor 22 – 33 kategori sedang, kemampuan minat 11 – 21 kategori rendah. Hasil selengkapnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 2 Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan Minat Pada Siklus II
Rentang Data |
Tally |
Frekuensi |
% |
S X F |
34 – 44 |
|
15 |
79 |
39 x 15 = 585 |
22 – 33 |
ll |
2 |
10,5 |
27,5 x 2= 55 |
11 – 21 |
ll |
2 |
10,5 |
16 x 2 = 32 |
Jumlah |
|
19 |
100 |
672 |
Rata-rata |
|
|
|
35 |
Berdasarkan tabel di atas kemampuan minat diperoleh hasil sebagai berikut: siswa yang memiliki skor tinggi 15 siswa, skor rendah 2 siswa, skor rerata 35. Siswa yang mendapatkan skor tinggi 15 atau 79 %. Setelah pembelajaran berlangsung 2 kali kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis, jumlah soal 20. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut sajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 3 Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Pada Siklus II
Rentang Data |
Tally |
Frekuensi |
% |
S X F |
91-100 |
|
|
|
|
81-90 |
|
6 |
31,5 |
85,5×6= 513 |
71-80 |
|
11 |
58 |
75,5×11= 830,5 |
61-70 |
ll |
2 |
10,5 |
65,5×2= 131 |
51-60 |
|
|
|
|
41-50 |
|
|
|
|
31-40 |
|
|
|
|
21-30 |
|
|
|
|
11-20 |
|
|
|
|
01-10 |
|
|
|
|
Jumlah |
19 |
100 |
1474,5 |
|
Rata-rata |
|
|
78 |
Diskusi refleksi dilakukan pada hari Senin tanggal 18 September 2017 di SD Negeri 3 Tlaga dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif diperoleh data sebagai berikut: 1) Minat siswa mencapai 15 siswa yang kategori tinggi atau 79% sehingga sudah berhasil karena kriteria keberhasilan 75%; 2) Prestasi belajar mata pelajaran Matematika nilai rata-rata sudah mencapai 81 dengan ketuntasan belajar 89% sehingga sudah berhasil karena kriteria keberhasilan nilai rata-rata dengan ketuntasan belajar 75%.
Pembahasan
Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran diperoleh data pada tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4 Perbandingan Kemampuan Minat Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No |
Kemampuan Minat |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Tinggi |
1 |
6 |
15 |
2 |
Sedang |
8 |
8 |
2 |
3 |
Kurang |
10 |
5 |
2 |
4 |
Rerata |
21 |
28 |
35 |
Berdasarkan data di atas pada siklus I ada kenaikan rerata minat dari 21 menjadi 28 dari pra siklus. Sementara pada siklus II ada kenaikan rerata kemampuan minat dari 28 menjadi 35 dari siklus I. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dapat meningkatkan rerata minat siswa dari 21 menjadi 35.
Sementara dari aspek prestasi belajar mata pelajaran Matematika yang diukur melalui tes prestasi menunjukkan hasil pada pra siklus rerata 57 dan ketuntasan belajar 47% setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ada peningkatan. Pada siklus I rerata 72 dan ketuntasan 74%. Berdasarkan diskusi refleksi disimpulkan hasil belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dalam hal memperbanyak jumlah kelompok. Hasil tes prestasi pada siklus II rerata 81 dan ketuntasan belajar 89%. Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus dan siklus I setelah dilakukan evaluasi pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 5 Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Prestasi Belajar Matematika |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai Tertinggi |
80 |
90 |
90 |
2 |
Nilai Terendah |
30 |
37 |
60 |
3 |
Nilai Rata-rata |
57 |
72 |
81 |
4 |
Ketuntasan Belajar |
47 |
74 |
89 |
Berdasarkan data di atas terlihat pra siklus nilai rata-rata 57 pada siklus I rata-rata menjadi 72 dan siklus II rata-rata meningkat menjadi 81. Dengan demikian pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dapat meningkatkan prestasi belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika rerata pada pra siklus 57 menjadi 81 di siklus II. Ketuntasan belajar pada pra siklus 47%, pada siklus I 74%, dan siklus II 89%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan ketuntasan belajar dari 47% menjadi 74%. Sedangkan pada siklus II meningkat dari 74% menjadi 89%. Dengan demikian pembelajaran melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 47% menjadi 89%.
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) pada materi operasi hitung pecahan mata pelajaran Matematika menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I, dan siklus II. Siswa sudah bisa bekerja sama dengan baik, aktif dalam pembelajaran, mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok, lebih bertanggung jawab terhadap tugas dan menghargai pendapat orang lain.
Penerapan pembelajaran melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI pada mata pelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan siswa kelas V semester 1 SD Negeri 3 Tlaga Tahun Pelajaran 2017/2018 berdampak perubahan situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain lebih aktif, bekerja sama dengan baik, mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok, lebih bertanggung jawab terhadap tugas, dapat menghargai pendapat orang lain, dan berani dalam mengungkapkan pendapat.
Pada siklus II proses pembelajaran menjadi lebih baik karena dengan memperbanyak jumlah kelompok siswa sehingga pembelajaran lebih efektif dan anak lebih aktif. Hal ini menyebabkan minat dan prestasi belajar Matematika menjadi meningkat.
Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) pada mata pelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan siswa kelas V semester 1 SD Negeri 3 Tlaga Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat meningkatkan minat siswa dari rendah menjadi tinggi dan dapat meningkatkan prestasi belajar rata-rata dari 57 menjadi 81 dan ketuntasan belajar dari 47% menjadi 89%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam 2 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan minat siswa mata pelajaran Matematika siswa kelas V SDN 3 Tlaga semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 dari minat siswa rata-rata 21 berkategori rendah pada pra siklus menjadi rata-rata 35 berkategori tinggi pada akhir siklus II; 2) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Matematika siswa kelas V SDN 3 Tlaga semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 dari pra siklus rata-rata 57 dengan ketuntasan belajar 47% menjadi rata-rata 81 dengan ketuntasan belajar 89% pada akhir siklus II.
Saran
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika maka guru perlu menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI di sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA
(……..). (……). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. http://kbbi.web.id/minat. Diakses 24 Oktober 2017.
(…….). 2015. Definisi dan Pengertian Minat.
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-pengertian-minat-konsep-pendidikan.html. Diakses 24 Oktober 2017.
Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Ardimoviz. 2012. Makalah Prestasi Belajar. http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2012/08/makalah-prestasi-belajar.html. Diakses 27 Oktober 2017
Depdiknas.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hasyim, Ali Mufti (Redaktur). 2016. Majalah Ilmiah dan Pendidikan: INFO Education.Banyumas. Vol 43, 73: CV. Shalma Jaya Abadi.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karim, Asrul. 2013. Pembelajaran Matematika Di Sekolah. http://asrulkarimpgsd.blogspot.co.id/2013/09/pembelajaran-matematika-di-sekolah.html. Diakses 26 Oktober 2017
Permendikbud Tahun 2016 Nomor 024 lampiran 14
Pardjono, dkk. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY.
Pramana, Jaka Gilang. 2014. Pengertian Matematika Menurut Pendapat Ahli dan Kurikulum. http://www.rumusmatematikadasar.com/2014/09/pengertian-matematika-menurut-pendapat-ahli-dan-kurikulum.html. Diakses 26 Oktober 2017
Rofiah, Fikrotur. 2015. Model Pembelajaran Group Investigation. http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-pembelajaran-group-investigation.html. Diakses 26 Oktober 2017
Sahaja, Irwan. 2014. Pengertian Pembelajaran Matematika. http://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/06/pengertian-pembelajaran-matematika.html. Diakses 26 Oktober 2017
Santosa, Puji, dkk. 2005. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Susanto, Hadi. 2013. Minat Belajar Siswa. https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/12/minat-belajar-siswa/. Diakses 26 Oktober 2017
Suprijono, Agus, 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 dan pasal-pasalnya.
Usodo, Budi, dkk. 2017. Modul PKB SD Kelas Awal Pedagogik: Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Widyatun, Diah. 2012. Model Pembelajaran Group Investigation. http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/model-pembelajaran-group-investigation.html Diakses 27 Oktober 2017
Yasin, Sanjaya. 2012. Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli. http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html. Diakses 26 Oktober 2017
Yasin, Sanyaya. 2011. Prestasi Belajar.
http://www.sarjanaku.com/2011/02/prestasi-belajar.html. Diakses 26 Oktober 2017