Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Bermain Lempar Shutle Cock
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LEMPAR TURBO MELALUI PENDEKATAN BERMAIN LEMPAR SHUTLE COCK PADA SISWA KELAS IV
SDN SAMBIROTO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Dwi Prasetyo
SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran PJOK tentang gerak dasar lempar turbo melalui pendekatan bermain lempar shutle cock bagi siswa kelas IV SDN Sambiroto Tahun 2015/2016. Penelitian dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 yaitu mulai bulan Januari sampai dengan April 2016. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 18 anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Hasil yang diperoleh dari penelitian, pada pembelajaran pra siklus, keaktifan belajar siswa rendah. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa. Dari 18 siswa, yang tuntas belajar adalah 10 siswa (55,56%) dengan rata-rata kelas 65,00. Pada siklus I, keaktifan belajar siswa menjadi sedang. Ketuntasan belajar meningkat menjadi 14 siswa (77,78%) dengan rata-rata kelas 72,22. Hasil pada siklus II kembali meningkat. Keaktifan belajar siswa menjadi tinggi dengan ketuntasan belajar mencapai 16 siswa (88,89%) dan rata-rata kelasnya adalah 76,11. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendekatan bermain lempar shutle cock dapat meingkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sambiroto tahun 2015/2016 pada mata pelajaran PJOK materi gerak dasar lempar turbo.
Kata Kunci: keaktifan belajar, hasil belajar, pendekatan bermain lempar shutle cock, lempar turbo
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga merupakan suatu pelajaran yang diberikan di sekolah. Pendidikan jasmani diberikan oleh guru kepada siswa yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar gerak sebagai usaha mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut. Potensi yang dimiliki oleh siswa adalah pengetahuan sikap serta keterampilan gerak yang dikembangkan ke arah positif, secara seimbang, selaras dan serasi.
Sekolah merupakan sarana yang tepat untuk menimba ilmu dan prestasi, apabila program pendidikan di sekolah-sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Telah dimaklumi bahwa prestasi olahraga tidak dapat diciptakan dalam satu atau dua hari, akan tetapi memerlukan waktu pembinaan yang lama mulai dari sejak usia dini dan berlanjut kejenjang selanjutnya sesuai dengan tingkat kemampuan dan tingkat pendidikan.
Kenyataan yang ada pada saat ini menunjukan bahwa pendidikan jasmani olahraga di sekolah hanya sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib dilaksanakan tanpa memperhatikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam PJOK. Hal ini berpengaruh terhadap jalannya pembelajaran PJOK yang tidak sesuai karena minimnya peralatan, salah satunya pembelajaran gerak dasar atletik.
Dalam melakukan aktivitas lempar lembing / turbo sangat diperlukan power lengan yang kuat dan kelenturan pergelangan tangan yang tepat. Lembing / turbo dapat dilempar dengan baik, bila dilakukan dengan irama, timing serta koordinasi gerakan yang halus yang dimulai dari kaki, tungkai, torso dan lengan.
Pembelajaran materi atletik, khususnya lempar turbo di setiap kelas dari kelas IV selalu berjalan tidak sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) Pembelajarannya monoton, seperti datang, baris, berdoa, materi, praktik, dan pengambilan data; 2) Peralatan yang digunakan masih minim sehingga dapat mempengaruhi jalannya pembelajaran karena siswa menjadi kurang aktif mengikuti pembelajaran.
Hal di atas mengakibatkan kecenderungan siswa untuk mengikuti pembelajaran PJOK pada materi, khususnya lempar tidak diminati sehingga berpengaruh terhadap proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Seperti di kelas IV, pembelajaran gerak dasar atletik materi lempar turbo selalu membuat siswa menjadi kurang bersemangat dengan berbagai alasan, terutama adalah masalah jumlah peralatan lempar turbo yang terbatas. Dengan kondisi seperti ini, banyak waktu terbuang tanpa adanya kegiatan yang sifatnya belajar. Dari hasil catatan lapangan, tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran gerak dasar lempar turbo masih “rendahâ€. Hal ini karena ketika menunggu antrian untuk melakukan kegiatan lempar turbo, banyak siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri yang kegiatan tersebut tidak bersifat belajar. Dari keaktifan belajar siswa yang rendah, ketika dilakukan tes unjuk kerja, hasil yang dicapai siswa juga rendah. Dengan KKM 70, dari 18 siswa kelas IV SDN Sambiroto yang mampu tuntas belajar adalah 10 siswa (55,56%), sisanya sejumlah 8 siswa (44,44%) masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ketika dilakukan tes unjuk kerja adalah 65,00.
Dengan kondisi di atas, guru sebagai peneliti merasa perlu untuk mencari jalan keluar agar keaktifan dan hasil belajar siswa, khususnya pada pembelajaran gerak dasar lempar turbo dapat ditingkatkan. Peneliti mencari media pengganti turbo yang jumlahnya sangat terbatas. Pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar gerak dasar lemparturbo salah satunya adalah permainan lempar turbo menggunakan shuttlecock. Metode bermain ini peneliti gunakan untuk mengalihkan perhatian anak agar tidak merasa bosan dengan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila anak tetap semangat dan tidak mudah bosan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui sejauh mana kemampuan anak dalam lempar turbo setelah alat ditambah dan metode yang digunakan sebelumnya diganti dengan metode bermain lempar shuttle cock.
Rumusan Masalah
1. Apakah melalui pendekatan bermain lempar shutle cock dapat meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran PJOK tentang gerak dasar lempar turbo bagi siswa kelas IV SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016?
2. Apakah melalui pendekatan bermain lempar shutle cock dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PJOK tentang gerak dasar lempar turbo bagi siswa kelas IV SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran PJOK di SDN Sambiroto. Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan:
1. Meningkatkan keaktifan belajar gerak dasar lempar turbo pada siswa kelas IV SDN Sambiroto tahun pelajaran 2015/2016 melalui permainan lempar shutle cock
2. Meningkatkan hasil belajar gerak dasar lempar turbo pada siswa kelas IV SDN Sambiroto tahun pelajaran 2015/2016 melalui permainan lempar shutle cock
Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran PJOK pada materi gerak dasar lempar turbo.
b. Meningkatnya hasil siswa dalam pembelajaran PJOK pada materi gerak dasar lempar turbo.
2. Bagi Guru
a. Meningkatnya kreativitas guru di dalam mencari alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran.
b. Meningkatnya professionalme guru dalam pembelajaran mata pelajaran PJOK
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatnya kwalitas pembelajaran di SDN Sambiroto
b. Menambah refensi buku bacaan tentang penelitian tindakan kelas
KAJIAN TEORI
Hakikat Belajar
Sugihartono, dkk (2007:74) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkahlaku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya seseorang dinyatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan suatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.
Menurut Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (2000: 39), menyatakan bahwa belajar pada hakekatnya selalu terintegrasi dengan kehidupan manusia, demikian juga binatang. Peristiwa yang dialami baik oleh manusia maupun binatang pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jadi, belajar tidak mengenal apa, siapa, dan dimana hal ini terbukti dengan pernyataan diatas yang mengemukan belajar yang dilakukan oleh manusia dan binatang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Harold spears dalam buku Agus Suprijono (2012:2), mengemukakan bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Robert gagne dalam Amung Ma’mun (2000), mengemukakan lima domain mengenai jenis belajar, yaitu: a) Keterampilan gerak, yaitu gerakan berorientasi yang diwakili oleh koordinasi respons terhadap tanda-tanda tertentu; b) Informasi verbal, yaitu dicontohkan melalui fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan generalisasi, yang dianggap sebagai pengetahuan; c) Keterampilan intelektual, yaitu diwakili oleh diskriminasi, peraturan, dan konsep-konsep (penerapan pengetahuan); d) Strategi kognitif, yaitu keterampilan-keterampilan yang terorganisir secara internal yang menentukan pembelajaran seseorang, pengingatan dan pemikiran; e) Sikap, yaitu perilaku efektif seperti perasaan.
Keaktifan Belajar
Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2005: 23 ) berarti giat. Aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran perlu diperhatikan oleh guru, agar proses belajar mengajar yang ditempuh mendapatkan hasil yang maksimal. Maka guru perlu mencari cara untuk meningkatkan keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam belajar secara efektif itu dapat dinyatakan sebagai berikut: (1) Hasil belajar siswa umumnya hanya sampai tingkat penguasaan, merupakan bentuk hasil belajar terendah; (2) Sumber belajar yang digunakan pada umumnya terbatas pada guru (catatan penjelasan dari guru) dan satu dua buku catatan; (3) Guru dalam mengajar kurang merangsang aktivitas belajar siswa secara optimal. (Tabrani,1989: 128).
Keaktifan sendiri merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa di tuntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah hasil belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual,dan emosional. Sardiman (2009: 100) berpendapat bahwa aktifitas disini yang baik yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktifitas itu harus saling terkait. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktifitas belajar yang optimal. Banyak aktifitas yang dapat dilakukan siswa disekolah.Beberapa macam aktifitas itu harus diterapkan guru pada saat pembelajaran sedang berlangsung.
Menurut Sardiman (2009: 24 – 25) prinsip dalam belajar yang perlu diketahui antara lain: (1) Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan perilakunya; (2) Belajar memerlukan proses dan pengharapan serta pematangan diri; (3) Belajar akan lebih mantap dan efektif apabila didorong oleh motivasi,terutama motivasi dari dalam; (4) Dalam hal belajar merupakan proses percobaan dan pembiasaan; (5) Kemampuan belajar seseorang siswa harus di perhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran; (6) Belajar dapat dilakukan dengan cara diajar secara langsung, control, kontak, pengalaman langsung, dan pengenalan dan atau peniruan; (7) Belajar melalui praktek akan lebih aktif dibandingkan hafalan saja; (8) Bahan pelajaran yang bermakna lebih menarik untuk dipelajari dibandingkan bahan yang kurang bermakna; (9) Informasi tentang perilaku baik pengetahuan, kesalahan, serta keberhasilan siswa akan membantu kelancaran belajar; (10) Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk sehingga siswa mengalaminya sendiri.
Hasil Belajar
Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Lempar Turbo Dengan Pendekatan Bermain Lempar Shutle Cock
Lempar lembing merupakan salah satu nomor lempar di materi atletik dalam PJOK. Lempar turbo adalah modifikasi dari lempar lembing, karena lembing dinilai terlalu besar dan kurang efektif digunakan oleh anak di SD. Pembelajaran lempar turbo saat ini belum begitu digemari oleh siswa, karena masih tergolong baru digunakan di dalam pembelajaran PJOK.
Pada dasarnya anak mempunyai energi yang berlebih yang harus disalurkan sedangkan pembelajaran PJOK, khususnya lempar turbo membutuhkan waktu untuk menunggu yang relatif lama. Melempar turbo ini akan sangat berbahaya apabila ketika ada yang melempar ada anak yang bermain di area lemparan, sehingga anak akan sangat bosan apabila menunggu terlalu lama. Hal ini sangat berlawanan dengan karakter anak yang cenderung memiliki energi lebih.
Pembelajaran lempar turbo ditambahkan dengan metode bermain lempar shuttle cock. Hal ini bertujuan untuk menyalurkan energi lebih yang dimiliki oleh siswa. Herbert spencer dalam Sukintaka (1992:4) mengatakan bahwa kelebihan tenaga (kekuatan atau vitalitas) pada anak atau orang dewasa yang belum digunakan, disalurkan untuk bermain. Dari pendapat tersebut peneliti memasukkan metode bermain kedalam pembelajaran untuk memicu semangat siswa agar tidak mudah bosan, tetap merasa senang dan materi tercapai. Permainan lempar shuttle cock diarahkan ke arah materi yang akan diajarkan, yaitu lempar turbo.
Kerangka Berpikir
Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang mangajar di SDN Sambiroto masih menggunakan metode drill, karena keterbatasan alat yang ada sehingga guru sulit untuk mengembangkan pembelajaran. Jadi untuk pembelajaran guru selalu menggunakan metode yang sama. Hal ini menimbulkan rasa bosan pada anak yang berujung pada sikap pasif anak pada pembelajaran lempar turbo yang berdampak negatif terhadap hasil belajar dari berbagai segi kompetensinya.
Apabila permainan ini dilibatkan dalam proses pembelajaran, maka timbul suasana pembelajaran yang menyenangkan, dan tidak membosankan. Sehingga dengan suasana yang kondusif tersebut maka siswa cenderung aktif dan termotivasi untuk belajar dan mendapatkan pengalaman sehingga akan berdampak positif baik dari prestasi belajar yang terlihat dari segi afektif, kognitif, dan psikomotornya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode permainan lempar shuttle cock diharapkan dapat menimbulkan kondisi belajar yang lebih menyenangkan bagi siswa sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar lempar turbo. Hal ini akan berdampak positif terhadap meningkatnya hasil belajar lempar turbo siswa.
Hipostesis Tindakan
Dari kerangka berfikir di atas peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Melalui pendekatan bermain lempar shutle cock dapat meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran PJOK tentang gerak dasar lempar turbo bagi siswa kelas IV di SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016
2. Melalui pendekatan bermain lempar shutle cock dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PJOK tentang gerak dasar lempar turbo bagi siswa kelas IV di SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016
METODOLOGI PENELITIAN
Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2016 sampai dengan bulan April 2016. Penelitian dilaksanakan di SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas IV SDN Sambiroto tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 18 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Sumber data dalam penelitian adalah dokumen, observasi, dan hasil tes unjuk kerja. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik tes dan nontes. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptef komparatif. Penyajian data meliputi tahap reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.
Indikator dari keberhasilan tindakan meliputi: perubahan siswa dalam mengikuti pembelajaran (lempar turbo), siswa terlihat antusias, senang, dan juga aktif dalam mengikuti pembelajaran. Adanya rasa senang dalam diri siswa dapat meningkatkan hasil belajar. Diharapkan kondisi akhir yang dicapai tingkat keaktifan belajar siswa “tinggiâ€. Untuk hasil belajar siswa, tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai minimal 80% tuntas belajar.
Prosedur penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yang terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (refleting).
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra Siklus
Pada pembelajaran pra siklus, data yang diperoleh dari dokumen pembelajaran menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa masih “rendahâ€. Hasil evaluasi pembelajaran lempar turbo sebelum menggunakan metode bermain lempar shuttle cock adalah sebagai berikut: 1 anak mendapat skor 40; 3 anak mendapat skor 50; 4 anak mendapat skor 60; 6 anak mendapat skor 70; dan 4 anak mendapat skor 80.
Dari hasil tersebut diperoleh rata-rata nilai tes unjuk kerja sebesar 65,00. Dari 18 siswa yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 10 siswa (55,56%). Masih terdapat 8 siswa (44,44%) yang belum tuntas belajar. Perolehan nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendahnya 40.
Deskripsi Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat diperoleh data tentang keaktifan belajar siswa. Pada pembelajaran siklus I tingkat keaktifan belajar siswa kelas IV SDN Sambiroto dalam pembelajaran gerak dasar lempar turbo adalah “sedangâ€.
Hasil belajar yang dilakuakn dengan melakukan tes unjuk kerja pada akhir siklus I adalah sebagai berikut: 1 anak mendapat skor 50; 3 anak mendapat skor 60; 7 anak mendapat skor 70; 5 anak mendapat skor 80; dan 2 anak mendapat skor 90. Dari hasil tersebut diperoleh rata-rata nilai tes unjuk kerja sebesar 72,22. Dari 18 siswa yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 14 siswa (77,78%). Masih terdapat 4 siswa (22,22%) yang belum tuntas belajar. Perolehan nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendahnya 50.
Deskripsi Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat diperoleh data tentang keaktifan belajar siswa. Pada pembelajaran siklus II tingkat keaktifan belajar siswa kelas IV SDN Sambirort dalam pembelajaran gerak dasar lempar turbo adalah “tinggiâ€.
Hasil belajar yang dilakuakn dengan melakukan tes unjuk kerja pada akhir siklus II adalah sebagai berikut: 2 anak mendapat skor 60; 7 anak mendapat skor 70; 5 anak mendapat skor 80; dan 4 anak mendapat skor 90. Dari hasil tersebut diperoleh rata-rata nilai tes unjuk kerja sebesar 76,11. Dari 18 siswa yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 16 siswa (88,89%). Masih terdapat 2 siswa (11,11%) yang belum tuntas belajar. Perolehan nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendahnya 60.
Pembahasan
Kegiatan pembelajaran kondisi awal tingkat keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran PJOK tentang gerak dasar lempar turbo belum memperoleh hasil yang diharapkan karena keterbatasan media berupa “turboâ€. Banyak waktu terbuang karena siswa harus mengantri untuk melakukan praktik kegiatan melempar turbo. Dari kondisi ini, data yang diperoleh mengenai keaktifan belajar siswa pada pembelajaran pra siklus masih “rendahâ€. Pada siklus I, guru menerapkan pendekatan bermain melempar shutle cock. Pada siklus I ini tingkat pemerataan melakukan kegiatan praktik melempar semakin merata. Tidak ada waktu terbuang hanya sekedar mengantri. Dari data yang dikumpulkan peneliti dan teman sejawat, tingkat keaktifan belajar siswa meningkat menjadi “sedangâ€. Pada pembelajaran siklus II, siswa semakin aktif karena jumlah shutle cock juga ditambah. Hasil pengamatan melalui lembar observasi diperoleh data tingkat keaktifan belajar siswa masuk kategori “tinggiâ€.
Dengan meningkatnya keaktifan belajar siswa, berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus menunjukkan tingkat ketuntasan belajar adalah 55,56% dan rata-rata nilai unjuk kerja siswa adalah 65,00. Pada siklus I, setelah dilakukan pendekatanan bermain melempar shutle cock, hasil belajar siswa meningkat. Tingkat ketuntasan belajar siswa menjadi 77,78% dan rata-rata nilai tes unjuk kerja adalah 72,22. Peningkatan hasil belajar siswa kembali terjadi pada siklus II. Tingkat ketuntasan belajar pada siklus II menjadi 88,89% dan rata-rata nilai tes unjuk kerjanya 76,11.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Melalui penerapan pendekatan bermain lempar shutle cock dapat meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran PJOK tentang gerak dasar lempar turbo bagi siswa kelas IV SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016.
2. Melalui penerapan pendekatan bermain lempar shutle cock dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PJOK tentang gerak dasar lempar turbo bagi siswa kelas IV SDN Sambiroto Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016.
Saran
Berdasarkan kesimpulan terserbut peneliti mengemukakan beberapa saran antara lain:
1. Bagi siswa, agar lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran olahraga atletik, khususnya lempar turbo ataupun olahraga yang lain.
2. Bagi guru, mampu menciptakan suasana yang menyenangkan ketika proses pembelajaran berlangsung dan kreatif dalam membuat pembelajaran menarik, baik menggunakan media ataupun tidak sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
3. Bagi sekolah, agar menyediakan atau memperbaharui sarana dan prasarana olahraga sehingga semua siswa dapat menggunakan fasilitas olahraga, dan guru juga dapat menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dengan adanya sarana prasarana yang lengkap.
4. Peneliti berikutnya, agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan lebih memvariasikan pembelajaran yang digunakan ataupun dengan memodifikasi pembelajaran sebagai bahan dalam mengembangkan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
A. M, Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra. 2000. Perkembangan Gerak Dasar dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sukintaka. 1992. Teori Bermain untuk D2 PGSD PJOKkes. Jakarta: Depdikbud
Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25)
Winkel. 1989. Psikologi Pengajaran