Peningkatan Kemampuan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Picture and Picture
PENINGKATAN KEMAMPUAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE
AND PICTURE KELAS III SD N 1 DARMAYASA
KECAMATAN PEJAWARAN SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Ahyari
Guru SDN 3 Darmayasa Kec. Pejawaran Kab. Banjarnegara
ABSTRAK
Masalah utama dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar Matematika siswa kelas III SD N 1 Darmayasa kecamatan Pejawaran semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Dari 16 peserta didik yang menunjukan memiliki kemampuan aktivitas belajar tingkat tinggi baru mencapai 3 siswa atau 18.75%, sementara termasuk kategori sedang mencapai 5 atau 31,25% dan selebihnya kategori rendah 8 siswa atau 50%. Sementara dari aspek kognitif ketuntasan belajar baru mencapai 25 % dan nilai rata-rata 58,8 dengan KKM 70. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Model Picture and Picture.Untuk mengetahui keefektifan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture dilakukan observasi dengan lembar pengamatan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa dalam proses pembelajaran melalui 2 siklus perbaikan pembelajaran. Hasil penelitian tindakan kelas didapatkan hasil penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture dapat meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dari pra siklus 3 siswa atau 18,75% menjadi 13 siswa atau 81,25% pada akhir siklus II. Selain itu juga terjadi peningkatan hasil belajar dari nilai rerata 58,8 menjadi 76,8.pada akhir siklus II dan ketuntasan belajar dari 25% menjadi 87.5% pada akhir siklus II. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif Model Picture and Picture membawa peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III SD N 1 Darmayasa pada mata pelajaran Matematika Semester II tahun pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: Aktivitas Belajar, Hasil belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture, Matematika
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Matematika dipandang sebagai hal yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. Setiap datang jam pelajaran matematika banyak siswa seakan resah dan tidak bergairah untuk mengikutinya. Bahkan pada sebagian kasus ada siswa yang berpendapat lebih baik membolos atau meninggalkan jam tersebut dari pada menghadapi kesulitan matematika. Banyak faktor yang menyebabkan materi pelajaran matematika sulit dipahami siswa, diantaranya adalah faktor skenario pembelajaran dari guru dan perlakuan pembelajaran yang sama untuk semua siswa tanpa memandang karak-teristik individual siswanya. Guru masih sering lupa untuk dapat menyampaikan pembelajaran yang bervariasi, sehingga mereka cenderung menerapkan kegiatan belajar mengajar yang sama untuk semua materi dan mata pelajaran. Hal itu tentu bisa menyebabkan kesulitan sebagian siswa untuk dapat menerima materi pem-belajaran dengan baik dan membuat jenuh siswa dalam mengikuti pelajaran ka-rena kegiatannya yang monoton.
Berdasakan hasil identifikasi masalah terkait dengan proses belajar, siswa kelas III SDN 1 Darmayasa pada mata pelajaran matemetika menunjukan hasil yang memprihatinkan. Pada kemampuan aktivitas belajar dari 16 peserta didik yang menunjukan memiliki kemampuan aktivitas belajar tingkat tinggi baru mencapai 3 siswa atau 18.75%, sementara termasuk kategori sedang mencapai 5 atau 31,25% dan selebihnya kategori rendah 8 siswa atau 50%. Sementara Sementara dari aspek kognitif ketuntasan belajar baru mencapai 25% dan nilai rata-rata 58,8 dengan KKM 70.
Berdasarkan observasi pada kelas III SD 1 Darmayasa pada mata pelajaran matematika masih menunjukan aktivitas dan hasil belajar masih dibawah KKM adapun permasalahan yang timbul antara lain: 1) Aktivitas yang rendah dalam pembelajaran matematika. 2) Hasil belajar peserta didik relative rendah dan jauh dari harapan. 3) Belum memberi kesempatan kepada siswa untuk untuk melakukan proses penemuan kembali konsep – konsep matematika.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas perlu adanya inovasi pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. Dengan keterbatasan pengetahuan, penulis berusaha untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan kreatif, yaitu dengan menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali oleh siswa. Hamdani (2010;89) mengatakan bahwa Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Sehingga siswa yang cepat mengurutkan gambar jawaban atau soal yang benar, Oleh karena itu pembelajaran matematika materi pecahan sederhan semester II 2017, penulis mengemas proses pembelajaran dengan menggunakan Kooperatif Model Picture and Picture.
Dari pendapat kegiatan pembelajaran matematika pada tingkat dasar akan berhasil dengan optimal bila pola pembelajaran menggunakan permainan. Karena anak usia SD sesuatu yang paling menyenangkan adalah permaianan, dunia anak tidak lepas dari permainan. Berdasar latar belakang tersebut, maka untuk meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar, maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture Kelas III SD N 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017â€.
RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka perlu mempertegas permasalahan yang akan dikaji. Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang menjadi titik pusat kajian dalam penelitian. Dalam hal ini perumusan permasalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut: 1) Apakah pembelajaran kooperatif model Picture and Picture dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika Kelas III SD 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017? 2) Apakah model pembelajaran kooperatif model Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar matematika Kelas III SD N 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu yang menjadi target atau diharapkan sebuah tindakan sebagai bentuk keberhasilan sebuah penelitian. Terkait dengan hal tersebut tujuan umum dalam penelitian ini adalah Meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar mata pelajaran Matematika.
Secara khusus Tujuan penelitian ini adalah: 1) Meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif model Picture and Picture pada Siswa kelas III SD Negeri 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017. 2) Meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif model Picture and Picture pada Siswa kelas III SD Negeri 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.
LANDASAN TEORI
Aktivitas Belajar
Guru adalah sumber daya yang berperan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif untuk mengarahkan siswa untuk aktif dalam berbagai macam kegiatan pembelajaran, karena siswa adalah subjek dari pendidikan itu sendiri. Pembelajaran yang efektif akan selalu mengarahkan siswa pada aktivitas yang mampu merangsang semua potensi siswa untuk berkembang sampai pada tahap yang optimal. Aktivitas belajar siswa dilakukan oleh dua faktor yaitu psikis dan fisik.
Ramayulis (2008:242) lebih lanjut mengatakan, “Pada saat peserta didik aktif jasmaninya, dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya, karena keduanya merupakan satu kesatuan, dua keping satu mata uangâ€.
Siswa memiliki “prinsip aktif†di dalam dirinya masing-masing yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Hamalik (2009:90) berpendapat bahwa, “Pendidikan moderen lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati dimana siswa belajar sambil bekerjaâ€. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.
Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2005:1) yang menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuanâ€.
Hamalik (2009:36) mengatakan, “Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuanâ€. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Berdasarkan pengertian aktivitas dan belajar yang telah dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang dalam proses usahanya memperoleh suatu bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku.
Aktivitas belajar, adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Dengan mengacu pada karakteristik aktivitas belajar, yaitu respon atau keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional, maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas. Identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan melihat dimensi-dimensi yang merupakan indikator dari aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas, yaitu keterampilan berpikir kompleks, memproses informasi, berkomunikasi efektif, bekerja sama, berkolaborasi, dan berdaya nalar yang efektif.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan output dari kegiatan belajar. Bloom (Susilana, 2006), mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif, Bloom, menyebutkan ada 6 tingkatan, yaitu 1) Pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Pengertian, 4) Aplikasi, 5) Analisis, 6) Sintensis, dan 7) Evaluasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
Menurut Nana Sudjana (2006), “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.â€
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, hasil belajar merupakan suatu perubahan yang dimiliki oleh peserta didik yang terjadi akibat kegiatan belajar. Perubahan tersebut menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik dan dapat bertahan selama beberapa periode waktu.
Pendidikan Matematika
Nasoetion (Sri Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa istilah “Matematika†berasal dari kata Yunani mathein atau manthenin yang artinya “mempelajariâ€. Mungkin juga kata itu erat hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya ialah “kepandaianâ€, â€ketahuan†atau “intelegensiâ€. Dengan menguasai matematika, orang akan belajar mengatur jalan pemikirannya dan sekaligus belajar menambah kepandaiannya.
Johnson dan Rising (Sri Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori, dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya (Sri Subarinah, 2006: 1). Prihandoko (2006: 6) mengemukakan bahwa matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, yang membutuhkan kecermatan dalam mempelajarinya sebagai sarana berpikir logis yang sistematis, logis, dan kritis dengan menggunakan bahasa matematika. Dengan matematika ilmu pengetahuan lainnya dapat berkembang secara cepat karena matematika dapat memasuki wilayah cabang ilmu lainnya dan seluruh segi kehidupan manusia.
Model Pembelajaran Picture And Picture
Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pengajaran. teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Untuk itu Rostiyah NK (2008;1) mengatakan teknik adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh suatu instruktur. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Misalnya walaupun dua orang guru sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda-beda.
Model Pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut: Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan menurut Istarani (2011:8) kelebihan dan kekurangan Picture And Picture adalah:Kelebihan Model Pembelajaran Picture And Picture:Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. Kelemahan Model Pembelajaran Picture And Picture: Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diingnkan.
METODE PENELITIAN
Seting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Darmayasa, Kecamatan Pejawaran Kabupaten, Banjarnegara. penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran matematika. selama 2 siklus. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Februari sampai Mei 2017.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Darmayasa berjumlah 16 siswa, terdiri dari 8 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. SD Negeri 1 Darmayasa tersebut tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar
Sumber Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah: 1) Sumber data siswa meliputi: data tentang kemampuan aktivitas belajar, data tentang hasil belajar pada mata pelajaran Matematika dan data tentang Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture. 2) Sumber data guru meliputi data keterampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture. 3) Sumber data kolabolator meliputi pengamatan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture dan hasil refleksi bersama guru peneliti.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan teknis tes, dan pengamatan. Teknik Tes, Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran Matematika lembar tes hasil yang terdiri dari 20 soal tes pilihan ganda, 10 soal isian singkat dan 5 soal uraian. Teknik Pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengamatan tentang kemampuan aktivitas belajar, pengamatan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Model Picture and Picture dalam proses pembelajaran dan pengamatan perilaku peserta didik. Observasi dilakukan pada saat guru memberikan tindakan dengan mengisi lembar observasi. Observasi dilakukan oleh pengamat atau observer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran mata pelajaran matematika yang dilakukan peneliti pada umumnya masih menggunakan metode ceramah sebagai satu-satunya metode yang digunakan dalam pembelajaran dan belum menggunakan media pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi kurang bevariasi, siswa pasif, dan tidak memotivasi siswa dalam pembelajaran.
Kondisi proses pembelajaran seperti ini berakibat kemampauan aktivitas menjadi rendah. Hal ini ditunjukan hasil pengamatan dari 16 siswa hanya 3 siswa atau 18,75 yang mencapai Aktivitas Belajar tingkat tinggi. Secara lengkap sebagai berikut jumlah siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah ada 8 siswa atau 50%, Aktivitas Belajar sedang ada 5 siswa atau 31,25%, Aktivitas Belajar tinggi ada 3 siswa atau 18,75%. Secara umum Aktivitas Belajar dalam proses pembelajar dalam proses pembelajar matematika di SDN 1 Darmayasa kelas III kategori rendah.
Kondisi rendahnya kemampuan aktivitas berdampak juga pada rendahnya hasil belajar. Hal ini ditunjukan hasil tes hasil matematika pada KD 2.3. Menghitung hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang dan antar satuan berat semester 1 nilai rata-rata yaitu 58,75 dari KKM 70. Dari nilai tes hasil belajar prasiklus menunjukan banyaknya siswa yang belum tuntas atau yang mendapatkan nilai lebih kecil dari KKM = 70 ada 12 siswa dengan kentuntasan dengan 25 %. Nilai tertinggi 85, nilai terendah 40 dengan rentang nilai 40 – 85 dengan nilai rata-rata 58,8.
Kondisi lain pada pra siklus, dalam proses belajar mengajar siswa hanya sebagai pendengar, hal ini berakibat siswa kurang konsentrasi, kurang bersemangat, kurang aktif, kurang memahami masalah, serta kurang dalam menyelasaikan masalah dan menafsirkan solusi.
Deskripsi Siklus I
Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan Picture And Picture aktivitas belajar hanya 18,75% atau 3 siswa dari 16 siswa. Situasi pembelajaran monoton, siswa tidak aktif, tidak antusias dalam pembelajaran, guru kurang inovatif, situasi kelas kurang konduksif.
Pada siklus I diperoleh hasil, siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi ada 8 atau 50%, siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang ada 3 atau 18,75% dan siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah ada 5 atau 31,25%. Ini berarti terjadi kenaikan aktivitas belajar sebanyak 6 siswa dari pra siklus hanya 3 siswa menjadi 9 siswa pada siklus I.
Selain hal tersebut hasil belajar matematika masih rendah, nilai rata-rata pada pra siklus baru mencapai 58.8. Hasil siklus I hasil nilai tertinggi 92 nilai terendah 56 nilai rata-rata 65,00. Pada kondisi awal nilai rata-rata 58,8 sehingga ada kenaikan 6,20 meskipun siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru mencapai 56,25 %.
Akhir siklus I menunjukan bahwa hasil penelitian aktivitas belajar baru mencapai 56,25%, sehingga dinyatakan belum berhasil. Hasil tes Hasil belajar baru mencapai ketuntasan belajar 56.25% sehingga juga dinyatakan belum berhasil. Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan menambah kegiatan pemberian tugas berupa pekerjaan rumah, hal ini sesuai pendapat Suherman dan Winataputra (2002:86) Tugas dan resitasi merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. “Metode pemberian tugas sebagai suatu bentuk usaha yang dilakukan guru dengan memberi sejumlah tugas kepada siswa, baik berupa soal pekerjaan rumah secara individual maupun secara kelompok, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswaâ€.
Deskripsi Siklus II
Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan Picture And Picture, aktivitas belajar baru mencapai 56,25% atau 9 siswa dari 16 siswa yang ada. Akan tetapi situasi pembelajaran lebih konduksif, lebih menyenangkan, lebih bermakna, siswa lebih aktif, lebih antusias dalam pembelajaran dan guru lebih inovatif.
Pada siklus II diperoleh hasil, siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi ada 13 atau 81,25%, siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang ada 1 atau 6,25% dan siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah 2 atau 12,5%. Ini berarti terjadi kenaikan aktivitas belajar pada kategori tinggi dari siklus I yang berjumlah 9 siswa menjadi 13 siswa pada siklus II.
Selain hal tersebut hasil belajar matematika juga mengalami peningkatan pada siklus II. Nilai rata-rata sudah mencapai 76.8 dengan ketuntasan belajar 87,5%. Hasil belajar siklus II hasil nilai tertinggi adalah 98, nilai terendah 64 dan nilai rata-rata 76,8. Pada siklus I nilai rata-rata masih 65,0 menjadi 76,8 sehingga ada kenaikan sebanyak 11,8 pada siklus II dan siswa yang mencapai ketuntasan belajar sudah mencapai indikator keberhasilan.
Akhir siklus II menunjukan bahwa hasil penelitian aktivitas belajar telah mencapai 13 siswa atau 81,25%, sehingga sudah berhasil melampaui indikator keberhasilan. Hasil tes hasil belajar sudah mencapai rerata 76,8 dengan ketuntasan belajar 14 siswa atau 87,5% sehingga sudah berhasil melampaui indikator keberhasilan.
Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian sudah diakhiri pada siklus II, karena indikator Aktivitas Belajar sudah tercapai yaitu 81,25% melebihi indikator keberhasilan 75% dan kriteria keberhasilan hasil belajar sudah mencapai 87,5% melebihi kriteria yang ditentukan yaitu 75% dan rerata 76,8 lebih dari 70.
Pembahasan
Pada pengamatan pra siklus Aktivitas Belajar tinggi hanya 18,75% atau 3 siswa dari 16 siswa, Aktivitas Belajar sedang hanya 31,25% atau 4 siswa dari 16 siswa, Aktivitas Belajar rendah mendominasi sebanyak 50% atau 8 siswa dari 16 siswa. Jadi Aktivitas Belajar berkategori tinggi pada pra siklus adalah 3 siswa atau hanya 18,75%, setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Picture And Picture Aktivitas Belajar mengalami peningkatan. Aktivitas Belajar tinggi menjadi 56,25% atau 9 siswa dari 16 siswa, Aktivitas Belajar sedang 18,75% atau 3 siswa dari 16 siswa, Aktivitas Belajar rendah hanya tersisa 25% atau 4 siswa dari 16 siswa. Aktivitas Belajar berkategori tinggi pada siklus I adalah 56,25% atau 9 siswa. Hal ini terjadi disebabkan karena situasi pembelajaran lebih bermakna, aktif dan kreatif, siswa tidak lagi pasif sebagai pendengar, guru hanya berperan sebagai fasilitator, dan situasi kelas lebih menyenangkan. Namun sayangnya Aktivitas Belajar belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75% sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan perbaikan.
Pada siklus II penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture mengalami perbaikan dengan pemberian tugas berupa pekerjaan rumah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut, Aktivitas Belajar tinggi 81,25% atau 13 siswa dari 16 siswa, Aktivitas Belajar sedang 6,25% atau 1 siswa dari 16 siswa, Aktivitas Belajar rendah 12,5 % atau 2 siswa dari 16 siswa. Jadi Aktivitas Belajar pada siklus II adalah 13 siswa atau 81,25%.
Perbandingan hasil penelitian pra siklus dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perbandingan Aktivitas Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Aktivitas Belajar |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Tinggi |
3 |
9 |
13 |
2 |
Sedang |
5 |
3 |
1 |
3 |
Rendah |
8 |
4 |
2 |
Berdasarkan data di atas pada siklus I ada kenaikan Aktivitas Belajar dari 3 siswa atau 18,75% menjadi 9 siswa atau 56,25%. Pada siklus II ada kenaikan Aktivitas Belajar dari 9 siswa atau 56,25%. menjadi 13 siswa atau 81,25%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Demonstrasi dapat meningkatkan Aktivitas Belajar dari 3 siswa (18,75%) menjadi 13 siswa (81,25%).
Hasil belajar mata pelajaran matematika yang diukur melalui tes menunjukan hasil pada pra siklus rerata 58.8 dengan ketuntasan belajar 25 %. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan picture and picture mengalami peningkatan. Pada siklus I rerata menjadi 65,0 dan ketuntasan belajar 56,25% dari hasil refleksi, hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dengan pemberian tugas, hasil tes Hasil pada siklus II rerata menjadi 76,8 dan ketuntasan belajar 87,5%. Perbandingan hasil tes Hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan evaluasi pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, siklus I dan Siklus II
No |
Hasil Belajar Matematika |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai Tertinggi |
85 |
92 |
98 |
2 |
Nilai Terendah |
40 |
56 |
64 |
3 |
Nilai Rata-rata |
58.8 |
65 |
76.8 |
4 |
Ketuntasan Bealajar |
25% |
56.25% |
87.5% |
Pada tabel di atas terlihat pra siklus nilai rata-rata 58,8, pada siklus I rata-rata 65,0 dan siklus II rata-rata 76,8. Dengan demikian pembelajaran dengan metode Demonstrasi, dapat meningkatkan rerata Hasil belajar pada siklus I dari 58,8 menjadi 65,0 dan siklus II dari 65,0 menjadi 76,8. Ketuntasan belajar pada pra siklus sebanyak 25%, pada siklus I sebanyak 56,25% dan siklus II sebanyak 87,5%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan sebanyak 31,25% dari 25% menjadi 56,25% sedangkan pada siklus II meningkat sebanyak 31,25% dari 56,25% menjadi 87,5%. Pembelajaran dengan menerapkan metode Demonstrasi dapat meningkatkan ketuntasan belajar sebanyak 62,5% dari 25% menjadi 87,5%.
Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture berdampak pada perubahan situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain sangat aktif, sangat antusias dan sangat bersemangat. Kondisi kelas sangat menyenangkan, sangat konduksif dan sangat bermakna. Hal ini menyebabkan Aktivitas Belajar dan Hasil belajar menjadi meningkat.
Hamdani,2010;89 mengatakan bahwa Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Sehingga siswa yang cepat mengurutkan gambar jawaban atau soal yang benarPenerapan Model Pembelajaran Picture and Picture dalam poses pembelajaran tidak jauh berbeda dengan tipe kooperatif yang lain. Model Pembelajaran Picture and Picture mempunyai ciri khusus yaitu mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Dari kedua pendapat di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa keunggulan Model Pembelajaran Picture And Picture adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan disampakan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya Model Pembelajaran Picture And Picture, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya.
Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil bahwa Model Pembelajaran Picture And Picture dapat meningkatkan Aktivitas Belajar dari 3 siswa atau 18,17% menjadi 13 siswa atau 81,25% dapat meningkatkan Hasil belajar rata-rata 58,8 menjadi 76,8.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Picture And Picture dapat meningkatkan aktivitas belajar, mata pelajaran matematika siswa kelas III SD N 1 Darmayasa semester II tahun pelajaran 2016/2017 dari pra siklus 3 siswa atau 18,75% menjadi 13 siswa atau 81,25% pada akhir siklus II.
2. Penerapan model pembelajaran Picture And Picture dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD N 1 Darmayasa semester II tahun pelajaran 2016/2017 nilai rerata dari pra siklus 58,8 menjadi 76,8.pada akhir siklus II.
Saran
1. Saran Untuk Peneliti Lanjut
Pada pengumpulan data masih ada kelemahan pada indikator kemampuan aktivitas belajar belajar. Pada pengumpulan data masih ada kelemahan pada indikator kemampuan aktivitas antara lain: 1) Siswa berani menanggapi penjelasan dari guru, 2) Siswa mencari sumber-sumber untuk memecahkan masalah.. Sedangkan pada hasil belajar juga masih ada beberapa indikator yang lemah antara lain: 1) Siswa dapat menuliskan lambang bilangan pecahan berdasarkan cerita/ilustrasi., 2) Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar persegipanjang. Dari beberapa kelemahan dari indikator variabel kemampuan aktivitas dan hasil belajar tersebut diharapakan peneliti lain dapat memprioritaskan indikator variabel tersebut diatas dalam penelitiannya.
2. Penerapan Hasil Penelitian
Mengingat penerapan model pembelajaran Picture And Picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran matematika, maka guru perlu menerapkan dalam model pembelajaran Picture And Picture di sekolahnya. Sekolah perlu memberikan fasilitas guru agar menerapkan model pembelajaran Picture And Picture agar aktivitas dan hasil belajar meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani, M 2010.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Istarani 2011, 58 Model Pembelajaran Inovatif ( Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). Medan: Media Persada
Prihandoko, Antonius Cahya. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta: Depdiknas.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rostiyah, 2008. Stategi Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Renika Cipta
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Sudjana, Nana. 2006. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Susilana, R. 2006. Kurikulun dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI.
Syah, Muhibbin. 2005.Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Thursan, Hakim. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.
Wakiman, T. 2001. Alat Peraga Pendidikan Matematika I. Yogyakarta: FIP UNY.