Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Penggunaan Media Pembelajaran Virtual Melalui Supervisi Klinis
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VIRTUAL MELALUI SUPERVISI KLINIS
DI SD NEGERI 1 NGAWEN KECAMATAN NGAWEN
KABUPATEN BLORA SEMESTER 1 TAHUN 2020/2021
Rintoningsih
Pengawas Sekolah Dasar Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah ini menggunakan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa SDN 1 Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Supervisi klinis dapat meningkatkan motivasi guru dalam kemampuan menggunakan Media Pembelajaran Virtual. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami penggunaan media sesuai kebutuhan pembelajaran di massa pandemi, apalagi setelah mendapatkan bimbingan pengembangan dari peneliti. Informasi ini peneliti peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan wawancara dan bimbingan pengembangan dalam menggunaan Media Pembelajaran Virtual kepada para guru. Supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan Media Pembelajaran Virtual. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil observasi/pengamatan yang memperlihatkan bahwa Kemampuan guru dalam menggunakan Media Pembelajaran Virtual meningkat. Guru lebih menguasai indikator dalam penguasaan Media Pembelajaran Virtual. Guru dapat memilih media yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru lebih terbuka saat mendapatkan permasalahan khususnya dalam penentuan Media Pembelajaran Virtual. Berdasarkan peningkatan kemampuan menggunaan Media Pembelajaran Virtual melalui supervisi klinis, kemampuan guru dalam menggunaan Media Pembelajaran Virtual menigkat sehingga dapat mempengaruhi hasil nilai siswa dalam pembelajaran tahun 2020.
Kata kunci: Media Pembelajaran Virtual, Supervisi Klinis
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus. Satuan pendidikan dalam kondisi khusus dapat menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. “Kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus memberikan fleksibilitas bagi sekolah untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa,” jelas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam taklimat media Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19, secara virtual, di Jakarta, Jumat (07/08).
Pelaksanaan kurikulum pada kondisi khusus bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi satuan pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. Satuan pendidikan pada kondisi khusus dalam pelaksanaan pembelajaran dapat 1) tetap mengacu pada Kurikulum Nasional; 2) menggunakan kurikulum darurat; atau 3) melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri. “Semua jenjang pendidikan pada kondisi khusus dapat memilih dari tiga opsi kurikulum tersebut,” terang Mendikbud.
Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) yang disiapkan oleh Kemendikbud merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum tersebut dilakukan pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya.
Kemendikbud juga menyediakan modul-modul pembelajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang diharapkan dapat membantu proses belajar dari rumah dengan mencakup uraian pembelajaran berbasis aktivitas untuk guru, orang tua, dan peserta didik. “Dari opsi kurikulum yang dipilih, catatannya adalah siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan, dan pelaksanaan kurikulum berlaku sampai akhir tahun ajaran,” tegas Mendikbud.
Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar jarak jauh hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar jarak jauh sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini senada juga ditulis Madri M dan Rosmawati, bahwa terjadinya proses pembelajaran itu ditandai dengan dua hal yaitu: (1) siswa menunjukkan keaktifan, seperti tampak dalam jumlah curahan waktu untuk melaksanakan tugas ajar, (2) terjadi perubahan perilaku yang selaras dengan tujuan pengajaran yang diharapkan (2004: 274).
Pada kenyataannya dari hasil temuan di lapangan masih banyak guru yang belum optimal dalam penggunaan media dalam pembelajaran jarak jauh. Kondisi tersebut juga terjadi di di SDN 1 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Dari 8 (delapan) guru, 6 (enam) orang diantaranya selalu menggunakan memberi tugas tanpa menjelaskan materi pembelajran melalui grup WA.
Berdasarkan hal di atas sudah seharusnya dalam proses belajar mengajar seorang guru mampu memilih dan menggunakan Media Pembelajaran Virtual yang sesuai, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai tujuan yang diharapkan. Peranan guru dalam menentukan Media Pembelajaran Virtual sangatlah penting, sehingga guru hanya sebagai fasilitator saja. Kondisi tersebut tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi kepala sekolah. Oleh karena itu, pada tahap awal peneliti yang sekaligus kepala sekolah di SDN 1 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora berupaya melakukan upaya pendekatan dengan sesama guru melalui perbincangan untuk mengetahui hal-hal yang menjadi kendala oleh guru dalam memilih Media Pembelajaran Virtual yang tepat dan sesuai dengan pembelajaran.
Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul “Peningkatan Keterampilan Guru dalam Penggunaan Media Pembelajaran Virtual melalui Supervisi Klinis di SD Negeri 1 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Semester 1 Tahun 2020/2021”.
Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah diatas, kondisi yang terjadi di SDN 1 Ngawen dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
- Sebagian besar guru di SDN 1 Ngawen belum mampu menggunakan Media Pembelajaran Virtual yang variatif.
- Pemilihan Media Pembelajaran Virtual terkendala tidak semua orang tua memiliki guget, sehingga hasilnya kurang optimal.
- Sebagian besar guru SDN 1 Ngawen mengalami kesulitan dalam penguasaan membuat media belajar virtual yang menenarik karena kurangnya pengetahuan tentang hal itu.
- Pelatihan tentang penerapan Media Pembelajaran Virtual belum pernah di lakukan, sehingga beberapa guru berusaha mencari informasi sendri melalui internet.
Pembatasan Masalah
Dari permasalahan yang muncul di SDN 1 Ngawen, agar hasil penelitian tindakan sekolah ini lebih maksimal maka permasalahan yang akan dibahas dibatasi pada: upaya meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan Media Pembelajaran Virtual melalui supervisi klinis.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: bagaimanakah upaya meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan Media Pembelajaran Virtual melalui supervisi klinis?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui upaya peningkatan kemampuan guru dalam penggunaan Media Pembelajaran Virtual melalui supervisi klinis di massa pandemi.
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
Kemampuan Guru SD dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat (Depdiknas, 2002: 1).
Dalam proses belajar mengajar menggambarkan adanya satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar, antara kedua kegiatan ini terjadi interaksi yang sangat menunjang.
Kemampuan sering disebut dengan kompetensi. Menurut Abdul Majid (2005: 5-6) kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindak baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar tapi juga pandai mentrasfer ilmunya kepada peserta didik.
Salah satu kemampuan/kompetensi yang sangat menentukan keberhasilan dari kegiatan pembelajaran adalah mampu mengelola program kegiatan belajar mengajar. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan memilih dan menerapkan Media Pembelajaran Virtual yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Media Pembelajaran Virtual
Pengertian Pembelajaran Virtual
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menawarkan berbagai kemungkinan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. TIK dapat dimanfaatkan untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional dosen/guru, sebagai sumber belajar dalam pembelajaran, sebagai alat bantu interaksi pembelajaran, dan sebagai wadah pembelajaran (Depdiknas, 2004).
Pembelajaran Virtual
Virtual learning mengacu pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas maya yang berada dalam cyberspace melalui jaringan Internet (Pannen, 1999). Karakteristik dari pembelajaran jarak jauh adalah adanya keterpisahan, baik keterpisahan secara fisik, psikologis maupun komunikasi, antara pengajar dan peserta belajarnya, sebagaimana yang dikemukakan Moore (1983). Penerapan virtual learning ditujukan untuk mengatasi masalah keterpisahan ruang dan waktu antara peserta didik dan pengajar melalui media komputer. Peserta didik dapat memperoleh bahan belajar yang sudah dirancang dalam paket-paket pembelajaran yang tersedia dalam situs Internet. Dengan menerapkan virtual learning, peserta didik dapat mempelajari bahan belajar sendiri atau jika diperlukan siswa meminta bantuan dalam bentuk interaksi yang difasilitasi oleh komputer, seperti belajar berbantuan computer (computer-based learning/CAL) atau interactive web pages, belajar berbantuan pengajar atau tutor secara synchronous (dalam titik waktu yang sama) dan asynchronous (dalam titik waktu yang berbeda), atau belajar berbantuan sumber belajar lain seperti dengan peserta didik lain atau pakar, e-mail, dan sebagainya. Penilaian juga dilakukan secara jarak jauh melalui komputer dan terbuka. Melalui penerapan sistem penilaian terbuka, peserta didik dapat mengikuti penilaian kapan saja peserta didik siap untuk dinilai.
Supervisi Klinis
Pengertian Supervisi
Supervisi adalah usaha dari pertugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran atau media serta evaluasi pengajaran (Piet A. Sahertian, dkk, 2000: 17).
Supervisi juga didefinisikan sebagai segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-ujuan pendidikan (Ngalim Purwanto, 2009: 76).
Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional (Piet A. Sahertian, 2008: 36).
Dari kedua definisi tersebut di atas, John J. Bolla menyimpulkan bahwa (Ngalim Purwanto, 2009: 91) :
Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata.
Selanjutna La Solo (1983: 56) menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dala pelaksanaan supervise klinis, antara lain adalah:
- Supervisi klinis dilakukan dalam bentuk bimbingan atau berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan perintah atau instruksi atasan pada bawahan.
- Aspek dan jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau sebuah kesepakatan hasil kajian bersama antara guru dengan supervisor.
- Walaupun guru menggunakan berbagai strategi, metode, media dan keterampilan pembelajaran secara terintegrasi, sasaran supervisi klinis hanya pada aspek dan jenis keterampilan yang disepakati.
- Supervisor merefleksikan data dan fakta objektif hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung.
- Supervisor merefleksi data dan fakta objektif hasil observasi selama prses pemelajaran berlangsung.
- Balikan diberikan segera setelah kegiatan supervisi berlangsung.
- Guru yang disupervisi diberikan kesempatan seluas-luasnya memberikan argumentasi yang mendasari pilihan tindakan dan perilaku yang digunakan dalam proses pembelajaran.
- Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengar daripada memberikan arahan apalagi perintah.
- Setelah didapat pemahaman bersama dan dirasa belum mencapai kondisi optimal yang diinginkan. Supervisi dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya.
- Satu siklus supervisi klinis terdiri dari 5 (lima) tahapan kegiatan yaitu: a) merumuskan kesepakatan, b) menyusun perencanaan, c) melaksanakan proses pembelajaran, melakukan observasi dan merefleksi data dan fakta obserbvasi, dan e) merancang siklus berikutnya.
Hasil Penelitian yang Relevan
Salah satu tugas kepala sekolah adalah supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Jika kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik melaksanakan supervisi pendidikan secara efektif dan proporsional maka logikanya pemberian supervisi oleh kepala sekolah akan meningkatkan kinerja guru.
Berkaitan dengan hasil penelitian yang relevan berkaitan dengan upaya peningkatan kemampuan profesionalisme guru melalui supervisi klinis, salah satu peneliti yang menerapkan supervisi klinis adalah Amidon, Shin, dan Martin. Bluberg dan Amidon menemukan bahwa guru lebih menyukai dan menghargai penerapan komunikasi tidak langsung yang merupakan unsur penting dalam supervisi klinis.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yaitu dari bulan Juli hingga bulan September 2020.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di SDN 1 Ngawen Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pada semester I tahun pelajaran 2020/2021.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru- guru SDN 1 Ngawen yang berjumlah 6 orang. Berdasarkan hasil supervisi awal guru-guru yang memegang kelas 1 sampai kelas 6 masih memiliki kinerna yang rendah dalam menyusun RPP Kurikulum 2013.
Sumber Data
Penelitian ini kami dapatkan data dari subjek penelitian yaitu supervisi rutin dan wawancara, yaitu sebgai berikut:
- Data primer: sumber data dari subjek penelitian
- Data skunder: sumber data dari selain subjek penelitian yaitu pengamtan teman sejawat
Teknik dan Alat Pengukuran Data
Teknik pengumpulan data kualitatif diambil melalui observasi dan dokumentasi. Sedangkan pengumpulan data kuantitatif diambil melalui tes.
Validasi Data
Peneliti berusaha melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian. Penelitian yang telah mengikuti prosedur, kembali di uji keabsahan data yang dikumpulkan. Cara yang digunakan peneliti untuk memeriksa keabsahan data penelitian adalah menggunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi yang digunakan ada 3 (tiga) jenis yaitu trianggulasi metode, trianggulasi sumber, dan trianggulasi teori.
HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan supervisi klinis pada dasarnya difokuskan pada perbalikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang Intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan mengadakan modifikasi rasional.
Berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan supervisi klinis di SD Negeri 1 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora, target yang diharapkan adalah kemampuan guru dalam menggunakan Media Pembelajaran Virtual dengan asumsi bahwa melalui penerapan media yang tepat maka proses ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi dalam kegiatan inti pembelajaran dapat dioptimalkan sehingga prestasi belajar siswa menjadi meningkat.
Dasar pertimbangan pengembangan profesionalisme guru pada indikator tersebut karena guru merupakan ujung tombak dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan penanam nilai-nilai dasar pada pendidikan sekolah dasar yang selanjutnya akan sangat bermanfaat bagi perkembangan anak didiknya di masa yang akan datang.
Data tersebut, dapat dijelaskan melalui grafik kemampuan menggunakan Media Pembelajaran Virtual sebagai berikut:
Gambar 3 Persentase Kemampuan Guru Menguasai
Indikator dalam RPP
Secara garis besar melalui kegiatan supervisi klinis diperoleh catatan sebagai berikut:
- Kemampuan guru dalam menggunakan Media Pembelajaran Virtual meningkat.
- Guru lebih menguasai indikator dalam penguasaan Media Pembelajaran Virtual.
- Guru dapat memilih media yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Guru lebih terbuka saat mendapatkan permasalahan khususnya dalam penentuan Media Pembelajaran Virtual.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Mengacu pada hasil penelitian tindakan sekolah melalui kegiatan pembinaan akademik, disimpulkan sebagai berikut:
- Keberhasilan sebuah kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang dating dari guru, siswa, maupun kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah. Salah satu peranan kepala sekolah dalam kegiatan pembelajaran adalah melakukan upaya perbaikan pembelajaran guru dengan menerapkan pendekatan supervisi, diantaranya supervisi klinis.
- Media Pembelajaran Virtual merupakan salah satu komponen yang sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar, karena di dalamnya memuat strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan esifien.
- Peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan Media Pembelajaran Virtual melalui supervisi klinis merupakan salah satu solusi yang cukup efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil akhir penelitian dimana guru dapat menguasai indikator yang ada dalam menentukan Media Pembelajaran Virtual dan mencari media yang benar-benar tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta kondisi lingkungan kelas dan lingkungan sekolah itu sendiri yang selanjutnya memberikan manfaat bagi peningkatan prestasi belajar siswa dan peningkatan mutu sekolah.
Saran-saran
Berkaitan dengan hasil penelitian di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
Bagi Guru
Kemampuan menggunakan Media Pembelajaran Virtual merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru karena akan sangat membantu dalam mencapai target pembelajaran. Jadi sangat bijaksana jika guru berusaha mencari masukan tentang berbagai Media Pembelajaran Virtual yang disesuaikan dengan tujuan kegiatan yang akan dilakukan tanpa meninggalkan faktor siswa, lingkungan, dukungan media, dan sumber belajar agar hasilnya lebih maksimal.
Bagi Komite Sekolah
Sebaiknya komite sekolah memfasilitasi sekolah dengan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan profesionalisme guru sehingga mutu sekolah dapat terus ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Dedi Supriadi, 2002. Laporan Akhir Tahun Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Artikel. Jakarta: Kompas
Depdiknas, 2002. Kurikulum dan HAsil Belajar Kompetensi Dasar. Jakarta: Balitbangdiknas
Depdiknas, 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher
- La Solo, 1983. Pendekatan dan Teknik-teknik Supervisi Klinis. Jakarta: Departemen P dan K, Ditjen Pend. Tinggi (PPLPTK)
Nana Sudjana, 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Ngalim Purwanto, 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Piet A. Sahertian, 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengambangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Samuel Smith, mengjarkan-matematika-sebuah-pemikiran.html diakses dari http://chamisah.blogspot.com
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.