PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN RENCANA KERJA STRATEGIS SEKOLAH MELALUI PEMBINAAN BERKELANJUTAN BAGI KEPALA SEKOLAH DASAR

 

H.M. Khusnan

UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk meningkatkan motivasi Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah melalui Pembinaan Berkelanjutan bagi Kepala SD di Gugus Ronggo Warsito UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Untuk meningkatkan Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah melalui Pembinaan Berkelanjutan bagi Kepala Sekolah Dasar di Gugus Ronggo Warsito UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir, yaitu: Kemampuan terendah naik 32,5% dari 54 menjadi 80, kemampuan tertinggi naik 32,18% dari 59 menjadi 87, sedangkan kemampuan rata-ratanya juga meningkat sebesar 33,21% dari 56 menjadi 83,85.

Kata-kata Kunci: Pembinaan berkelanjutan, Motivasi, RKSS

 

PENDAHULUAN

Isi dari Standar Pengelolaan Pendidikan salah satunya adalah, bahwa setiap satuan pendidikan wajib mempunyai Rencana Kerja Strategis Sekolah yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu empat tahun. Untuk mewujudkan hal itu Pengawas perlu melakukan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah (RKSS) di daerah binaannya. Di dalam menyusun RKSS tersebut, Kepala Sekolah perlu melibatkan Guru dan Komite Sekolah, dan dilakukan secara bertahap. Diharapkan lewat pembinaan secara berkelanjutan tersebut, Kepala Sekolah mampu menyusun RKSS yang akan dipedomani dan dilaksanakan untuk empat tahun mendatang. Realita yang ada saat ini Kepala Sekolah merasa masih sangat kesulitan dalam menyusun RKSS, karena merupakan hal yang baru. Proses awal penyusunan nya di mulai dengan mengisi tabel profil sekolah.

Sementara yang sudah dilaksanakan pengawas saat ini adalah melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dalam rangka supervisi dan monitoring kegiatan- kegiatan rutin yang dilaksanakan di sekolah binaannya. Untuk kegiatan pembinaan juga sebatas pada permasalahan-permasalahan yang timbul di masing- masing sekolah. Sedangkan untuk pembinaan yang sifatnya umum biasanya pada kegiatan KKKS dan KKG, yang mana pembinaannya juga bersifat insidental. Pengawas memang belum melakukan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan dalam mengatasi masalah-masalah tertentu, misalnya untuk meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun KTSP, Silabus dan RPP dan menyusun RKSS.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang timbul di sekolah dalam proses penyusunan Rencana Kerja Strategis Sekolah , yaitu perlu adanya tindakan dari Pengawas untuk mengadakan pembinaan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kemampuan bagi Kepala Sekolah dalam menyusun RKSS. Hal ini dilakukan agar Kepala Sekolah memiliki kemampuan dalam proses penyusunan RKSS. Sedangkan tindakan yang akan dilakukan Pengawas dalam rangka pembinaan berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah di Gugus Ronggo Warsito Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan ini adalah: mengadakan pembinaan secara umum se-dabin untuk menjelaskan cara mengisi tabel profil sekolah beserta tahap-tahap penyusunan RKSS, fokusnya pada tabel A Identifikasi Tantangan; mengadakan pembinaan secara berkelompok kepada sekolah terdekat. Kemudian menjelaskan pengisian tabel B Alternatif Pemecahan Tantangan; mengadakan pembinaan masing-masing sekolah untuk menyusun tabel C Merumuskan Program dan Kegiatan; mengadakan pembinaan untuk menyusun tabel D yaitu Menghitung Biaya dan Sumber Pendanaan.

Bertolak dari latar belakang tersebut, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut. (1) Mengapa kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah masih rendah? (2) Mengapa kemampuan Kepala Sekolah dalam Menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah perlu ditingkatkan? (3) Faktor-faktor apa yang menyebabkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah masih rendah? (4) Upaya apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah ?

Untuk membatasi masalah dalam penelitian ini, maka yang akan menjadi variabel dalam penelitian ini, sebagai berikut. (1) Variabel yang akan diteliti adalah kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah sebagai variabel terikat, sedangkan variabel bebasnya adalah melalui pembinaan berkelanjutan. (2) Penelitian akan dilakukan terhadap Kepala Sekolah Dasar di Gugus Ronggo Warsito UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan. Sedangkan pelaksanaan penelitian selama empat bulan pada Semester I tahun pelajaran 2017/2018. (3) Peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah tersebut akan dilakukan melalui beberapa kali tindakan pembinaan berkelanjutan, baik di tingkat sekolah maupun di tingkat dabin. Pembinaan berkelanjutan tersebut akan dilaksanakan sampai tersusunnya Rencana Kerja Strategis Sekolah di masing-masing sekolah se- Gugus Ronggo Warsito UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan.

            Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Apakah melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi Kepala Sekolahdalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah bagi Kepala Sekolah Dasar di Gugus Ronggo Warsito UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018? (2) Apakah melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah bagi Kepala Sekolah Dasar di Gugus Ronggo Warsito UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018?

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan motivasi Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah melalui Pembinaan Berkelanjutan bagi Kepala SD di Gugus Ronggo Warsito UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Untuk meningkatkan Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah melalui Pembinaan Berkelanjutan bagi Kepala Sekolah Dasar di Gugus Ronggo Warsito UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Motivasi Menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah

Hamzah (2010:1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kekuatan yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong atau membangkitkan suatu tindakan karena ingin mencapai tujuan tertentu.

Faktor – faktor yang mempengaruhi Motivasi

Herzberg (2003) mencoba menentukan factor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi. Ia menemukan dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia: (a) Kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja atua disebut juga motivatorMeliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan atau promosi, pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi. Bila factor ini tidak ada di tempat kerja, pegawai akan kekurangan motivasi, namun tidak berarti tidak puas dengan pekerjaan mereka. (b) Kebutuhan yang berkaitan dengan ketidak puasan kerjadisebut juga factor pemeliharaan (maintenance) atau kesehata (hygiene), meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi, kebijakan organisasi, dan hubungan antar pribadi dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan ditempat kerja. Faktor ini berkaitan dengan lingkungan atau konteks pekerjaan alih-alih dengan pekerjaan itu sendiri. Bila factor ini ditanggapi secara positif, pegawai tidak mengalami kepuasan atau tampak termotivasi; namun bila factor-faktor tersebut tidak ada, pegawai akan merasa tidak puas.

Kemampuan Menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah

a.   Hakikat Rencana Kerja Strategis Sekolah

Pada hakikatnya Rencana Kerja Strategis Sekolah merupakan rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun, yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. (Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) secara eksplisit dinyatakan bahwa setiap sekolah pada semua satuan, jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah/madrasah harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Salah satu upaya untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan tersebut, setiap sekolah/madrasah wajib membuat Rencana Kerja Strategis Sekolah .

b.     Langkah-langkah Menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah

Dalam proses menyusun RKSS seperti yang diuraikan dalam panduan penyusunan RKSS tersebut di atas memiliki langkah-langkah: identifikasi tantangan; analisis pemecahan tantangan; merumuskan program sekolah; dan menyusun rencana anggaran sekolah. Dengan adanya panduan langkah-langkah dalam menyusun RKSS tersebut dapat membantu Kepala Sekolah dalam membuat rencana kerja empat tahun dan rencana kerja tahunan.

Melalaui tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam penyusunan RKSS tersebut, dapat membantu Kepala Sekolah dalam menyusun RKSS di sekolahnya masing-masing. Tahapan-tahapan tersebut nantinya akan dilakukan dalam pertemuan-pertemuan rutin yang sudah diprogramkan melalui siklus-siklus yang dilaksanakan dalam penelitian ini.

Pembinaan Berkelanjutan

a.   Hakikat Pembinaan Berkelanjutan

Pembinaan berkelanjutan disini adalah memberikan arahan, bimbingan, contoh dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah secara terus menerus. (Rohmanto, 2007:207). Lebih lanjut diuraikan bahwa pembinaan pengawasan, sebagian meliputi: memberikan arahan agar menjadi terarah dan mencapai tujuan; memberikan bimbingan agar mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara melaksanakannya; memberi saran-saran ke arah peningkatan mutu, terutama peningkatan mutu pendidikan; dan peran pembina adalah sebagai: peneliti, konsultan/penasehat, fasilitator, inovator, dan orang yang mampu mengendalikan diri.

b.   Prinsip-prinsip Pembinaan Berkelanjutan

Menurut Rohmanto (2007:208) bahwa prinsip-prinsip pembinaan diantaranya: pembinaan hendaknya dimulai hal-hal yang positif; hubungan hendaknya dilakukan dilakukan atas dasar hubungan kerabat kerja; pembinaan hendaknya didasarkan pada pandangan yang obyektif; didasarkan pada tindakan yang manusiawi; dapat mendorong pengembangan potensi, inisiatif dan kreatifitas guru; pembinaan harus dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan; pembinaan hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing; pembinaan hendaknya dilaksanakan atas dasar kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan dan keteladanan dan pembina hendaknya selalu tampil dalam peran yang beragam.

Menurut Shertzer dan Stones, seperti yang dikutip Wagiman (2007:44) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses bantuan kepada individu untuk memahami diri sendiri dan dunianya. Kata “proses“ menunjuk kepada gejala perubahan yang berkelanjutan, atau kegiatan yang pelaksanaannya berlangsung tahap demi tahap dan menuju pada suatu tujuan.

Pada prinsipnya pembinaan berkelanjutan yang akan dilakukan disini dimaksudkan untuk memberikan bantuan tahap demi tahap untuk proses penyusunan Rencana Kerja Strategis Sekolah bagi Kepala Sekolah Dasar, mulai dari tahap awal sampai tersusunnya sebuah dokumen RKSS yang akan dijadikan pedoman kerja Kepala Sekolah di satuan pendidikan masing-masing selama kurun waktu empat tahun.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Motivasi Menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah

Hamzah (2010:1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.

Menurut Suprihanto (2003) Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kekuatan yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong atau membangkitkan suatu tindakan karena ingin mencapai tujuan tertentu.

Langkah-langkah Menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah

Dalam proses menyusun RKSS seperti yang diuraikan dalam panduan penyusunan RKSS tersebut di atas memiliki langkah-langkah: identifikasi tantangan; analisis pemecahan tantangan; merumuskan program sekolah; dan menyusun rencana anggaran sekolah. Dengan adanya panduan langkah-langkah dalam menyusun RKSS tersebut dapat membantu Kepala Sekolah dalam membuat rencana kerja empat tahun dan rencana kerja tahunan.

Pembinaan Berkelanjutan

Pembinaan berkelanjutan disini adalah memberikan arahan, bimbingan, contoh dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah secara terus menerus. (Rohmanto, 2007:207). Sedangkan

Menurut Rohmanto (2007:208) bahwa prinsip-prinsip pembinaan diantaranya: pembinaan hendaknya dimulai hal-hal yang positif; hubungan hendaknya dilakukan dilakukan atas dasar hubungan kerabat kerja; pembinaan hendaknya didasarkan pada pandangan yang obyektif; didasarkan pada tindakan yang manusiawi; dapat mendorong pengembangan potensi, inisiatif dan kreatifitas guru; pembinaan harus dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan; pembinaan hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing; pembinaan hendaknya dilaksanakan atas dasar kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan dan keteladanan dan pembina hendaknya selalu tampil dalam peran yang beragam.

Menurut Shertzer dan Stones, seperti yang dikutip Wagiman (2007:44) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses bantuan kepada individu untuk memahami diri sendiri dan dunianya. Kata “proses“ menunjuk kepada gejala perubahan yang berkelanjutan, atau kegiatan yang pelaksanaannya berlangsung tahap demi tahap dan menuju pada suatu tujuan.

Pada prinsipnya pembinaan berkelanjutan yang akan dilakukan disini dimaksudkan untuk memberikan bantuan tahap demi tahap untuk proses penyusunan Rencana Kerja Strategis Sekolah bagi Kepala Sekolah Dasar, mulai dari tahap awal sampai tersusunnya sebuah dokumen RKSS yang akan dijadikan pedoman kerja Kepala Sekolah di satuan pendidikan masing-masing selama kurun waktu empat tahun.

Kerangka Berpikir Penelitian

Kondisi yang ada sekarang pengawas belum menerapkan pembinaan berkelanjutan bagi Kepala Sekolah untuk menyusun RKSS, sehingga kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKSS masih rendah. Supaya kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKSS bisa meningkat, maka diperlukan adanya pembinaan berkelanjutan dari pengawas yang dilakukan melalui dua siklus.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti yang telah diuraikan di atas, maka diajukan hipotesis tindakan adalah: “Melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah bagi Kepala SD di Gugus Ronggo Warsito UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Kerangka Berpikir Penelitian

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pada awalnya pengawas/peneliti belum memberikan pembinaan yang berkelanjutan, akibatnya kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKSS masih rendah. Setelah pengawas memberikan pembinaan berkelanjutan, kemampuan kepala sekolah dalam menyusun RKSS menjadi meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti yang telah diuraikan di atas, maka diajukan hipotesis tindakan adalah: “Melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah bagi Kepala SD di Gugus Ronggo Warsito UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018”.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Semester I selama kurang lebih empat bulan, dari bulan Maret sampai Juni 2014. Sedangkan tempat penelitian di daerah binaan penulis, yaitu di Gugus Ronggo Warsito Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan dengan sasaran 10 SD, yaitu SD Negeri 1 Lemahputih, SD Negeri 3 Lemahputih; SD Negeri 1 Jangkungharjo, SD Negeri 2 Jangkungharjo, SD Negeri 3 Jangkungharjo, SDN 1 Menduran, SD Negeri 2 Menduran, SD Negeri 3 Menduran, dan SDN 4 Menduran, dan SDN 5 Menduran. Subjek penelitian adalah semua kepala sekolah di SD Binaan tersebut di atas.

Metode dan Alat Pengumpulan Data

Dalam Penelitian Tindakan Sekolah, metode yang dipergunakan adalah metode langsung, artinya peneliti melaksanakan proses pengumpulan data secara langsung berhadapan dengan Kepala Sekolah ketika sedang menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah . Data yang diperoleh, terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif.

Metode Analisis data

Dalam proses analisis data terdapat komponen utama yang harus benar-benar dipahami. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dilanjutkan refleksi, yang berdasarkan hasil observasi dan pengamatan dari tiap-tiap siklus.

Validasi Data

Di dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data kualitatif, sehingga untuk menguji kevalidan data menggunakan triangulasi. Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum digunakan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan. Triangulasi ada dua, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Disini penulis menggunakan triangulasi sumber data yang dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek derajad/kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Kemudian untuk instrumen lembar pengamatan yang akan digunakan pada tahap awal dan akhir, validasinya akan dilakukan dengan membuat kisi-kisi/indikator terlebih dahulu.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah . Adapun yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Nilai tes akhir kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKSS mencapai rentang nilai 81-100. (2) Kepala Sekolah mampu menyusun RKSS di tingkat sekolah masing-masing setelah mengikuti pembinaan berkelanjutan. (3) Kepala Sekolah memiliki motivasi yang tinggi dalam menyusun Rencana Kerja Strategis Sekolah .

Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini secara keseluruhan melalui langkah-langkah sebagai berikut. (1) Menentukan metode, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan sekolah. (2) Menentukan banyaknya siklus/tindakan dalam penelitian, dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus. Masing-masing siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan. (3) Menentukan tahapan dalam siklus. Adapun tahapan yang dilaksanakan pada tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: planning, acting, observing dan reflecting.

 

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan hasil penilaian dari lembar instrumen yang diberikan pada Kepala SD di Gugus Ronggo Warsito Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan, menunjukkan bahwa kemampuan Kepala SD dalam menyusun RKSS masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor yang rata-rata memperoleh nilai D (kurang) dengan rentang nilai 54 – 59, nilai reratanya sebesar 56.

Deskripsi Siklus I

Pada siklus yang pertama penulis melaksanakan 4 tahap yaitu; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi, yang mana kegiatan ini merupakan tindakan pertama setelah mengetahui kondisi awal kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKSS. Adapun hasil dari pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat penulis sampaikan sebagai berikut. Rentang nilai sudah mengalami kenaikan, yaitu nilai terendah 60 dan tertinggi 70, atau reratanya sebesar 66,42.

 Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan selama penulis melaksanakan tindakan di siklus pertama ini, penulis mendapatkan data yang berbeda antara kondisi awal sebelum diadakan tindakan dibandingkan dengan kondisi setelah dilaksanakan siklus pertama. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan sebelum penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi awal, dengan data nilai tertinggi baru mencapai 59 dengan rerata 56. Sedangkan tes yang diberikan pada akhir siklus pertama hasilnya menunjukkan adanya peningkatan, dengan data nilai tertinggi mencapai 70 dengan rerata 66,42.

Simpulan: Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKSS meningkat rata-ratanya sebesar 10%, dari kondisi awal baru mencapai 56 meningkat menjadi 66,42. Sedangkan kemampuan terendah meningkat 15% dan kemampuan tertinggi juga meningkat 10%.

Deskripsi Siklus II

Setelah mengetahui hasil evaluasi dari tindakan yang pertama, penulis melaksanakan tindakan yang kedua dengan mengacu pada skenario yang telah penulis persiapkan. Adapun hasil secara rinci dari pelaksanaan siklus yang kedua ini dapat penulis deskripsikan sebagai berikut.

Pada akhir kegiatan di siklus yang kedua ini, penulis memberikan instrumen tes yang sama dengan sebelum tindakan dan setelah dilakukan siklus I. Hal ini penulis lakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam memahami penyusunan RKSS. Hasil tes yang diperoleh di siklus yang kedua ini sekaligus merupakan hasil akhir dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Nilai terendah 80, nilai tertinggi 87, rerata sebesar 83,85.

Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa kemampuan Kepala Sekolah menyusun RKSS dari siklus pertama dibandingkan dengan siklus kedua meningkat rata-ratanya sebesar 8,43%, dari rata-rata 66,42 meningkat menjadi 83,85. Sedangkan Kemampuan terendahnya meningkat 25% dari 60 menjadi 80, dan kemampuan tertingginya juga meningkat 20,68% dari 70 menjadi 87. Dari ketiga item tersebut semua mengalami peningkatan hasilnya.

Pembahasan Antar Siklus

Dari hasil di atas dapat membuktikan bahwa kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKSS dapat ditingkatkan melalui pembinaan berkelanjutan. Secara garis besar peningkatan dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir dapat ditunjukkan sebagai berikut: Kemampuan terendah naik 32,5% dari 54 menjadi 80, kemampuan tertinggi naik 32,18% dari 59 menjadi 87, sedangkan kemampuan rata-ratanya juga meningkat sebesar 33,21% dari 56 menjadi 83,85.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data Penelitian Tindakan Sekolah mulai dari kondisi awal, hasil siklus I, sampai dengan hasil siklus II, yang sekaligus menjadi hasil kondisi akhir, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut. (1) Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKSS dapat ditingkatkan melalui pembinaan berkelanjutan. (2) Pembimbingan dan pembinaan secara rutin oleh pengawas sekolah dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKSS. (3) Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir, yaitu: Kemampuan terendah naik 32,5% dari 54 menjadi 80, kemampuan tertinggi naik 32,18% dari 59 menjadi 87, sedangkan kemampuan rata-ratanya juga meningkat sebesar 33,21% dari 56 menjadi 83,85.

DAFTAR PUSTAKA

­­­Ahmad, Djauzak. 2005. Didaktik / Metodik Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ali, Mohamad. 2002. Konsep dan Penerapan CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif)         dalam Pengajaran. Bandung: PT. Sarana Pancakarya.

Azman, Nur. 2002. Ikhtisar dan Rumus Matematika. Bandung: Penabur lmu.

Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Karso, dkk. 2005. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II.

N.K, Roestiyah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Popham W. James dan Eva L. Baker. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Poerwadi, S. Tanpa tahun. Rumus – Rumus Matematika. Surakarta: CV. Bringin.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Syamsul Hidayat, M. Tanpa tahun. Rumus-Rumus Matematika ( Berhitung ) Lengkap. Surabaya: Apollo.