Peningkatan Kemandirian Belajar Melalui Layanan Penguasaan Konten Dengan Permainan
PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR
MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN
DENGAN TEKNIK PERMAINAN PADA SISWA KELAS VII G
SMP NEGERI 4 ADIWERNA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Nur Hayati
SMP Negeri 4 Adiwerna
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan kemandirian belajar melalui layanan penguasaan konten dengan teknik permainan pada siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018; (2) Mendeskripsikan kendala-kendala apa saja yang dihadapi selama layanan penguasaan konten dengan teknik permainan berlangsung sebagai upaya meningkatkan kemandirian belajar pada siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan populasi penelitian adalah kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 32 siswa dengan jumlah masing-masing siklus dilaksanakan 4 (empat) tahapan yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata nilai kemandirian belajar siswa pada siklus pertama 53,58% atau 14 siswa dengan kriteria kemandirian belajar tinggi meningkat pada siklus kedua 63,59% atau 21 siswa dengan kriteria kemandirian belajar tinggi. Kesimpulan dari hasil penelitian tindakan kelas adalah; Penerapan layanan penguasaan konten dengan teknik permainan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VII G Semester 2 SMP Negeri 4 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018.
Kata Kunci: Kemandirian Belajar, Teknik Permainan
PENDAHULUAN
Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian penting, karena diperlukan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif dalam lingkungannya. Kemandirian merupakan kesanggupan untuk berdiri sendiri, tidak saja secara ekonomi sosial, tetapi terutama secara moral dalam artian bertanggung jawab atas keputusan-keputusannya dalam perkara yang bersifat rasional maupun emosional.
Remaja yang memiliki kemandirian ditandai dengan kemampuan untuk tidak bergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut, serta mampu menggunakan (memiliki) seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting. Kemandirian belajar sebagai suatu kemampuan untuk mengolah dan memanipulasi suatu pengetahuan dalam proses belajar dan untuk memonitor dalam rangka meningkatkan proses belajar. Kemandirian belajar siswa di kelas sangat penting karena apabila siswa tidak mandiri maka siswa itu akan selalu ketinggalan dari teman-temannya dalam menerima, memperoleh dan menerapkan pengetahuannya yang telah diperoleh.
Kenyataan yang ada di SMP Negeri 4 Adiwerna kelas VII G Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 masih banyak siswa yang kemandirian belajarnya rendah. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi aktivitas mengikuti layanan yang terlihat masih rendah keinginan siswa untuk membahas soal dan bertanya di kelas, kecenderungan siswa untuk hanya menerima materi dari guru dan jika ada pekerjaan rumah saling mencontek.
Atas dasar latar belakang bahwa siswa di kelas VII G tingkat kemandirian belajarnya masih kurang dan untuk mengaktifkan siswa agar bisa mandiri dalam belajar, peneliti ingin melaksanakan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Layanan Penguasaan Konten Dengan Teknik Permainan Pada Siswa Kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
Atas dasar latar belakang masalah tersebut, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut (1) Masih banyak siswa yang belum mempunyai kemandirian belajar khususnya kelas VII G. (2) Kemampuan siswa untuk memahami pelajaran dan menyelesaikan masalahnya masih rendah. (3) Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang dapat mengembangkan kemandiriannya dalam menguasai konten suatu mata pelajaran.
Dari latar belakang masalah tersebut diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah kemandirian belajar dapat ditingkatkan melalui layanan penguasaan konten dengan teknik permainan pada siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018? (2) Kendala-kendala apa saja yang dihadapi selama layanan penguasaan konten dengan teknik permainan berlangsung sebagai upaya meningkatkan kemandirian belajar pada siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018?
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti mempunyai dua tujuan penelitian sebagai berikut: (1) Meningkatkan kemandirian belajar melalui layanan penguasaan konten dengan teknik permainan pada siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Mendeskripsikan kendala-kendala apa saja yang dihadapi selama layanan penguasaan konten dengan teknik permaian berlangsung sebagai upaya meningkatkan kemandirian belajar pada siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar
Menurut Slameto (Munawar, 2009:06) “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannyaâ€.
Makmun (2003:16) mengemukakan “belajar merupakan suatu perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentuâ€. Sejalan dengan definisi diatas Gagne (Dahar, 1996:11) mendefinisikan “belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalamanâ€.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.
Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar menurut Haris Mudjiman (2007:01) adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Jerold E.Kemp (1994:155) menyatakan bahwa siswa yang ikut dalam program belajar mandiri akan lebih rajin, lebih banyak dan mampu lebih lama mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kelas konvensional.
Menurut Kartono (1999:14) pribadi yang mandiri berarti mampu memiliki pandangan yang jelas tanpa mengabaikan saran dan nasehat, mampu mengambil keputusan sendiri, bebas dari pengaruh berlebihan dari orang lain, mampu bertindak sesuai dengan nilai baik yang dihayati dalam lubuk hatinya dan bilamana perlu melawan arus.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Joan Freeman dan Utami Munandar (1996:142) yang menjelaskan bahwa tipe anak yang mandiri, mempunyai keberanian untuk bertindak berbeda dari teman-temannya. Hal tersebut dilatar belakangi oleh rasa percaya diri dan keinginan untuk sesekali berjalan di luar garis, sebagai pewujudan dari sikap kreatif.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah suatu kegiatan belajar aktif yang didorong dengan kemampuannya dalam menerima konsep, pemerolehan pengetahuan, mengelola pengetahuan dan dapat mengungkapkan pengetahuan yang dimilikinya dengan tanggung jawab.
Layanan Penguasaan Konten
Dalam perkembangan dan kehidupan setiap individu perlu menguasai sebagai kemapuan ataupun kompetensi. Layanan penguasaan konten merupakan kompetensi yang dimilki oleh guru pembimbing, definisi Layanan Penguasaan Konten adalah:
Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa dapat memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, ketrampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya.
Layanan penguasaan konten membantu individu menguasai aspek-aspek konten tersebut secara tersinergikan. Dengan penguasaan konten, individu diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya.
Hipotesis Tindakan
Dari kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan bimbingan dan konseling “Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan teknik permainan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
METODE PENELITIAN
Objek Tindakan
Objek tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemandirian belajar siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Melalui Penggunaan layanan pengguasaan konten dengan teknik permainan peneliti berupaya meningkatkan kemandirian belajar dengan memperhatikan keaktifan belajar siswa. Kriteria kemandirian belajar yang dimiliki siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 masih banyak yang mempunyai rata-rata sedang, maka dari itu peneliti berusaha meningkatkan menjadi kriteria kemandirian belajar dengan rata-rata tinggi atau sangat tinggi. Adapun keterangan tentang kriteria kemandirian belajar sebagai berikut: kriteria kemandirian belajar sangat tinggi jumlah skor 76 – 100, kriteria kemandirian belajar tinggi jumlah skor 50 – 75, kriteria kemandirian belajar sedang jumlah skor 26 – 50 dan kriteria kemandirian belajar rendah jumlah skor 0 – 25.
Seting Dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Kabupaten Tegal. Penelitian dilakukan oleh guru BK sebagai peneliti dan dibantu dengan guru BK yang lain sebagai observer. Pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan mulai bulan Januari hingga bulan Juni 2018. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 32 terdiri atas 16 siswa putra dan 16 siswa putri. Dipilihnya siswa kelas VII G sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan siswa kelas VII G terlihat kurang bersemangat dalam menerima pelajaran, kurang adanya motivasi berprestasi, kurang berminat dalam menerima pelajaran dan kurangnya kemandirian belajar sehingga hasil ulangan semester 2 rendah.
Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan yang digunakan adalah data non tes yaitu dengan lembar pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti yang dibantu observer dan lembar angket yang ditujukan pada siswa.
2. Alat Pengumpulan Data
Berdasarkan variabel yang diteliti, maka digunakan 3 (tiga) jenis pengumpulan data yaitu: Lembar Observasi, Angket, dan Dokumentasi.
Sumber Data
Data yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas ini berasal dari dua jenis sumber data yaitu data observasi dan data angket. Data observasi berupa lembar observasi yang dibagikan dan diisi oleh siswa sebagai observer, sedangkan data angket berupa beberapa pertanyaan yang sudah ada jawabannya.
Cara Pengambilan Simpulan
Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya kemandirian belajar siswa ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat perhatian siswa, antusias siswa dalam mengikuti pelajaran sangat tinggi. Sehingga tugas yang diberikan guru dapat diselesaikan secara mandiri. Kelas dikatakan berhasil tingkat kemandiriannya apabila sudah mencapai 75% atau ada sejumlah 24 siswa yang tingkat kemandiriannnya tinggi dari 32 siswa yang ada dikelas tersebut.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini bertujuan memecahkan permasalahan yang dihadapi guru yang pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Model action research menurut Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari empat komponen yaitu: planning, Implementing, Observing, dan Reflecting.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
SMP Negeri 4 Adiwerna merupakan salah satu SMP Negeri di Kabuapeten Tegal yang beralamat di Jl. Raya Kaliwadas, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Nilai Akreditasi terakhir yang diperoleh adalah â€A†dengan jumlah tenaga pendidik 44 orang, jumlah tenaga administrasi 14 orang. Pada Tahun Pelajaran 2017/2018 SMP Negeri 4 Adiwerna memiliki 27 rombongan belajar terdiri atas 9 rombongan belajar kelas VII, 9 rombongan belajar kelas VIII, dan 9 rombongan belajar kelas IX dengan jumlah keseluruhan 887 siswa.
|
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 32 terdiri atas 16 siswa putra dan 16 siswa putri. Dipilihnya siswa kelas VII G sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan siswa kelas VII G terlihat kurang bersemangat dalam menerima pelajaran, kurang adanya motivasi berprestasi dan kurang adanya kemandirian belajar dalam menerima pelajaran. Namun setelah dilaksanakan penelitian tindakan bimbingan konseling situasi subjek penelitian terjadi perubahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan layanan penguasaan konten dengan teknik permainan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VII G Semester 2 SMP Negeri 4 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018 terutama pada Tugas Perkembangan 6 yaitu Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karir dan berperan dalam masyarakat. Dengan jenis layanan: Penguasaan konten, dan Topik Bahasan 1. Kiat mengerjakan PR, 2. Nilai dan cita-citaku. Dari data penelitian di atas terlihat bahwa layanan penguasaan konten dengan teknik permainan sudah maksimal, hal ini terlihat dari rata – rata kriteria kemandirian siswa adalah meningkat.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pra siklus dilakukan selama 1 kali pertemuan 1 jam pelajaran yaitu 1 x 40 menit. Pada kegiatan inti, guru membagikan angket tentang kemandirian belajar siswa yang harus diisi oleh siswa. Adapun data hasil penelitian pada pra siklus adalah sebagai berikut:
1. Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa
Distribusi data hasil perolehan angket tentang kemandirian belajar siswa dalam layanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut ini:
Berdasarkan hasil pengamatan awal, diperoleh nilai angket siswa tentang kemandirian belajar sebagai berikut: (a) 2 siswa memiliki kemandirian belajar sangat tinggi, (b) 5 siswa memiliki kemandirian belajar tinggi, (c) 21 siswa memiliki kemandirian belajar sedang, (d) 4 siswa memiliki kemandirian belajar rendah.
Berdasarkan laporan tersebut, diperoleh persentase nilai tentang kemandirian belajar sebagai berikut: (a) 6,25% siswa memiliki kemandirian belajar sangat tinggi, (b) 15,625% siswa memiliki kemandirian belajar tinggi, (c) 65,625% siswa memiliki kemandirian belajar sedang, (d) 12,5% siswa memiliki kemandirian belajar rendah.
2. Hasil Observasi Siswa
Distribusi data hasil observasi keaktifan siswa dalam layanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut ini: (a) 2 siswa berkategori sangat aktif, (b) 3 siswa siswa berkategori aktif, (c) 13 siswa siswa berkategori cukup aktif, (d) 12 siswa siswa berkategori kurang aktif, (e) 2 siswa siswa berkategori tidak aktif.
Berdasarkan laporan tersebut, diperoleh persentase nilai tentang keaktifan belajar sebagai berikut: (a) 6,25% siswa berkategori sangat aktif, (b) 9,375% siswa siswa berkategori aktif, (c) 40,625% siswa siswa berkategori cukup aktif, (d) 37,5% siswa siswa berkategori kurang aktif, (e) 6,25% siswa siswa berkategori tidak aktif.
Dari data penelitian pra siklus di atas terlihat bahwa layanan bimbingan konseling belum maksimal, hal ini terlihat data kemandirian belajar siswa masih kategori sedang yaitu 48,28%. Didukung dengan hasil penilaian aktivitas siswa yang rata-rata masih berkategori cukup aktif yaitu 48,55%.
Deskripsi Siklus 1
Adapun data hasil penelitian pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
1. Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa
Distribusi data hasil perolehan hasil angket tentang kemandirian belajar siswa dalam layanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut ini: (a) 4 siswa memiliki kemandirian belajar sangat tinggi, (b) 10 siswa memiliki kemandirian belajar tinggi, (c) 15 siswa memiliki kemandirian belajar sedang, (e) 3 siswa memiliki kemandirian belajar rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, diperoleh persentase nilai angket siswa tentang kemandirian belajar sebagai berikut: (a) 12,5% siswa memiliki kemandirian belajar sangat tinggi, (b) 31,25% siswa memiliki kemandirian belajar tinggi, (c) 46,875% siswa memiliki kemandirian belajar sedang, (d) 9,375% siswa memiliki kemandirian belajar rendah.
2. Hasil Observasi siswa
Distribusi data hasil observasi keaktifan siswa dalam layanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut ini: (a) 3 siswa berkategori sangat aktif, (b) 10 siswa berkategori aktif, (c) 14 siswa berkategori cukup aktif, (d) 5 siswa berkategori kurang aktif, (e) 0 siswa berkategori tidak aktif.
Berdasarkan deskripsi di atas diperoleh skor persentase nilai keaktifan sebagai berikut: (a) 9,375% siswa berkategori sangat aktif, (b) 31,25% siswa siswa berkategori aktif, (c) 43,75% siswa siswa berkategori cukup aktif, (d) 15,625% siswa siswa berkategori kurang aktif, (e) 0% siswa siswa berkategori tidak aktif.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan dalam pembahasan maka dapat disimpulkan, bahwa dengan melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Tehnik Permainan pada siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna dapat meningkatkan kemandirian belajar. Setelah diberi tindakan melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Tehnik Permainan, maka tingkat kemandirian belajar pada siswa lebih meningkat dibandingkan dengan sebelum diadakan tindakan.
Pada saat dilakukannya Layanan Penguasaan Konten dengan Tehnik Permaianan ada perubahan pada aspek kondisi layanan. Perhatian pada materi keaktifan yaitu keantusiasan dalam mengikuti layanan dan dalam kemandirian mengalami peningkatan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan. Walaupun peningkatan tidak selalu signifikan tetapi selalu meningkat. Dan lima kriteria penilaian observasi kriteria menjadi yang paling rendah tingkat peningkatnnya pada setiap tindakan.
Hasil peningkatan kemandirian belajar melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Tehnik Permainan dari tahap prasiklus hingga siklus II masih terdapat 1 siswa yang mempunyai kemandirian rendah, hal ini dikarenakan siswa tersebut tingkat keaktifan belajarnya masih kurang. Skor rata-rata kemandirian belajar melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Tehnik Permainan pada akhir siklus II, yaitu 63,59%.
Pada pra siklus data awal persentase kemandirian siswa masih sedang yaitu 48,28%, kemudian pada implementasi siklus I persentase kemandirian siswa meningkat sebesar 53,38% sudah kategori tinggi walaupun masih batas minimal, dan pada implementasi siklus II persentase kemandirian meningkat lagi sebesar 63,59% kategori tinggi. Dari kesimpulan diatas terbukti bahwa penerapan Layanan Penguasan Konten dengan Tehnik Permainan dapat meningkatkan kemandirian belajar pada siswa kelas VII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.
Saran-saran
1. Bagi siswa
a. Siswa disarankan untuk memiliki motivasi dan antusias dalam mengikuti layanan sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kemandirian belajar.
b. Siswa disarankan serius dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti layanan sehingga dapat meningkatkan kemandirian belajar.
2. Bagi guru
a. Guru perlu memahami layanan yang diberikan sehingga mampu melaksanakan layanan sesuai dengan karakteristik kebutuhan siswa.
b. Guru harus mampu menguasai materi layanan agar dapat mengolah berbagai tehnik layanan yang diberikan.
c. Disarankan untuk menerapkan layanan penguasaan konten dengan tehnik permainan pada materi yang lain yaitu mempersiapkan dan berperan dalam masyarakat, jadi tidak hanya pada topik:
3. Bagi sekolah
Disarankan untuk memberikan fasilitas dalam meningkatkan pelaksanaan layanan bimbingan konseling di sekolah dengan memberikan referensi untuk memajukan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, 1994 dalam subiyanto 2011. Faktor yang memepengaruhi kemandirian belajar siswa.
Buhler, Karl, dan Danziger, Schenk, 2009. Makna Bermain, (http://www.fai.umi.umj.ac.id./index.php?option=com_conten&task=view&id=40&Itemid=54, Akses tanggal 2 Pebruari 2016)
Depdiknas, 2000. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah., 2009. Pelayanan Konseling Dalam KTSP, Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Penjas dan BK
Dewa Ketut Sukardi, 2008. Pengantar pelaksanaan proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah,Jakarta: PT Rineka Cipta
Gagne, Dahar, 1996. Belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Haris Mudjiman, 2007. Kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.
(http://www.mail-archive.com/balita anda @indoglobal.com/ msg26054. hmtl, Tanggal 1 Pebruari 2016).
(http://www.fai.umi.umj.ac.id./index.php?option=com_conten&task=view&id=40&Itemid=54, Tanggal 2 Pebruari 2016).
Ifdil, 2010. Jenis-Jenis Layanan Dalam Bimbingan dan Konseling, (http://konselingindonesia.com/index.php?option=com=content&task=view&id=9&Itemid=38, Akses 21 Januari 2016).
Jerold E.Kemp, 1994. Siswa yang ikut dalam program belajar mandiri akan lebih rajin, lebih banyak dan mampu lebih lama mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kelas konvensional.
|
Joan Freeman dan Utami Munandar, 1996. Tipe anak yang mandiri, mempunyai keberanian untuk bertindak berbeda dari teman-temannya.
Kemmis dan Mc. Taggart, Model action research terdiri dari empat komponen yaitu: planning, Implementing, Observing, dan Reflecting.
Kartono, 1999. Pribadi yang mandiri berarti mampu memiliki pandangan yang jelas tanpa mengabaikan saran dan nasehat, mampu mengambil keputusan sendiri, bebas dari pengaruh berlebihan dari orang lain, mampu bertindak sesuai dengan nilai baik yang dihayati dalam lubuk hatinya dan bilamana perlu melawan arus.
Makmun, 2003. Belajar merupakan suatu perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
Mulherin dalam sujarwo & Eva Imania, 2011. Metode permainan merupakan salah satu model bimbingan dan konseling yang dipandang secara efektif dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran diri siswa.
Prayitno, 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), Jakarta: Ghalia Indonesia.
Schunk’s dan Kerlin, 1992. Kemandirian belajar sebagai suatu proses kognitif.
Slameto, Munawar, 2009. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.