PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI MELALUI LAYANAN

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK ROLE PLAYING

PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 PAKIS

 

Harni

Guru di SMP Negeri 2 Pakis Kabupaten Magelang

 

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan percaya diri menggunakan Layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing pada siswa kelas VIIIA SMP N 2 Pakis. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling, dengan subjek penelitian siswa kelas VIIIA SMP N 2 Pakis, yang berjumlah 28 siswa. Masalah penelitian ini adalah bagaimana Layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing yang efektif untuk mengembangkan kepercayaan diri siswa? Tujuan penelitian ini menghasilkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing yang efektif untuk peningkatkan kepercayaan diri siswa. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (Educational Research and Development). Sampel yang digunakan purposive sampling. Ada enam tahap pengembangan yaitu: (1) study lapangan dan kajian pustaka, (2) merancang model, (3) uji kelayakan hipotetik dan uji kelayakan rasional adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penel(4) perbaikan model hipotetik, (5) uji lapangan dan (6) model akhir. Analisis data yang digunakan itian adalah mengunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Tingkat kepercayaan diri siswa mengalami kenaikan sebesar 20,86% dari sebelumnya 57,57% meningkat menjadi 78,43%. Peningkatan tersebut terjadi pada semua aspek kepercayaan diri. Hasil uji statistik wicoxon menunjukkan nilai probabilitas dibawah 0,05 (0,0025<0,05), artinya bahwa layanan bimbingan kelompok teknik role playing efektif untuk mengembangkan kepercayaan diri siswa. Hasil implementasi model menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terbukti efektif meningkatkan kepercayaan diri siswa. Layanan bimbingan kelompok dengan teknik role dapat digunakan konselor sebagai salah satu layanan dalam membantu siswa SMP untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa.

Kata kunci: Percaya diri, Layanan bimbingan kelompok, teknik role playing

 

PENDAHULUAN

Kepercayaan diri yang dimiliki individu dapat terlihat dari kesadaran individu akan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, keyakinan individu akan adanya rasa percaya dalam dirinya yang akan menimbulkan pemikiran yang positif. Kepercayaan diri juga dapat terlihat dari kepuasan individu terhadap dirinya baik yang bersifat batiniah maupun jasmaniah, dapat bertindak sesuai dengan kapasitasnya sebagai individu. Kemudian kepercayaan individu juga dapat nampak dari kemampuan individu mengendalikan dirinya dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Terkait dengan proses pendidikan di sekolah, siswa yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya di mana saja. Sedangkan siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah tidak akan dapat melakukan sesuatu secara optimal. Hal ini dikarenakan kemampuan yang dimiliki siswa saja belum cukup tanpa adanya keyakinan dalam diri siswa untuk melakukan sesuatu tersebut.

Angelis (2003: 15) menyatakan bahwa kepercayaan diri yang dimiliki oleh siswa akan berdampak pada akademik dan non akademiknya. Siswa tersebut tidak akan dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya. Terdapat sejumlah siswa memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi memiliki kelemahan pada sisi di luar akademiknya. Contohnya siswa yang mempunyai prestasi belajar yang bagus di sekolah tetapi memiliki kepercayaan diri yang rendah (grogi berbicara di depan kelas). Terdapat pula siswa yang kemampuan sosialnya baik tetapi kepercayaan dirinya rendah. Siswa kemampuan sosialnya baik akan mudah beradaptasi dan berkembang secara baik. Tetapi bagi kemampuan sosialnya rendah akan mengalami hambatan–hambatan. Salah satu hambatannya adalah kurang kepercayaan diri.

Hasil pengamatan peneliti di SMP Negeri 2 Pakis Magelang, menunjukkan bahwa pelaksanan bimbingan kelompok belum dapat dilaksanakan dengan optimal karena waktu yang tersedia bagi guru pembimbing di sekolah yang sangat terbatas. Kemudian diketahui juga bahwa masih banyak siswa yang belum memiliki kepercayaan diri. Hal tersebut nampak pada saat proses belajar di dalam maupun di luar kelas.

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah akan sangat membantu siswa mengatasi hambatan-hambatan yang ada selama proses belajar. Sudah merupakan tugas dari guru pembimbing di sekolah membantu siswa mengoptimalkan potensi yang dimilikinya melalui berbagai macam layanan yang ada di sekolah. Agar mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan maka harus ada kesesuaian antar layanan yang diberikan dengan masalah yang dialami oleh siswa.

Layanan Bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan yang dapat diberikan kepada siswa guna mengembangkan kepercayaan diri. Pada saat layanan bimbingan kelompok siswa dapat membahas hal- hal terkait kepercayaan diri. Sehingga siswa dapat berbagi dan belajar dari sesama anggota kompok lainnya maupun pemimpin kelompok mengenai kepercayaan diri dan cara meningktkannya.

Guna meningkatkan kepercayaan diri siswa, guru pembimbing dapat menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan tehnik role playing untuk peningkatkan kepercayaan diri siswa. Teknik role playing ini mengajarkan kepada siswa berbagai ketrampilan seperti bersosialisasi, spontanitas dan kreativitas secara langsung dalam kelompok dengan cara memerankan suatu peran yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tehnik permainan peran ini siswa akan lebih mudah mempelajari suatu perilaku baru yang lebih baik dengan nyaman tanpa disertai adanya perasaan- perasaan yang biasanya menghambat siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Bimbingan kelompok dengan tehnik role playing dianggap model bimbingan kelompok yang tepat karena dapat membantu individu menjalin hubungan baik antar anggota, komunikasi dan mengembangkan sikap atau tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan dinamika kelompok yang ada kelompok akan dapat lebih efektif dalam membahas topik yang terkait dengan pengembangan kepercayaan diri.

Berdasarkan uraian di latar belakang, peneliti menyimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan di SMP N 2 Pakis Magelang kurang optimal oleh karena itu peneliti menganggap pentingnya pengembangan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa. Atas dasar kondisi tersebut peneliti ingin menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa

KAJIAN TEORITIS

Percaya diri

Percaya diri harus dimiliki semua orang karena rasa percaya diri selalu dibutuhkan seseorang di setiap kegiatan yang melibatan orang lain. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Salirawati (2012: 218) berpendapat bahwa, percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri untuk memenuhi setiap keinginan dan harapan. Oleh karena itu, di dalam kehidupan sosial seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang baik agar meraih apa yang dicita-citakan.

Layanan bimbingan kelompok

Menurut Gazda (dalam Prayitno, 2004: 309), bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Menurut Winkel (2004: 543) “bimbingan kelompok mengupayakan perubahan dalam sikap dan perilaku secara tidak langsung, melalui penyajian informasi yang menekankan pengolahan kognitif oleh para peserta sehingga mereka dapat menerapkan sendiri”. Menurut Tohirin (2007: 170) menyebutkan bahwa definisi bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok. Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Wibowo, 2005: 17). Melalui layanan bimbingan kelompok, siswa diajak bersama-sama mengemukakan pendapat tentang topik-topik yang dibicarakan dan mengembangkan bersama permasalahan yang dibicarakan pada kelompok. Lebih lanjut, Mugiarso (2009: 66) memberikan penjelasan terkait materi layanan bimbingan kelompok meliputi:

  1. Pemahaman dan pemantapan kehidupan beragama dan hidup sehat:
  2. Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu, sosial, budaya serta permasalahannya);
  3. Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik, dan peristiwa yang terjadi di masyarakat serta pengendalian/pemecahannya;
  4. Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif untuk belajar, kegiatan sehari-hari, dang waktu senggang;
  5. Pemahaman tentang adanya berbagai alternative pengambilan keputusan dan berbagai konsekuensinya;
  6. Pengembangan sikap kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar, timbulnya kegagalan belajar, dan cara penanggulangannya;
  7. Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif;
  8. Pemahaman tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan karier serta perencanaan masa depan;
  9. Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan/ program studi dan pendidikan

Prosedur Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (2004: 40) ada empat tahapan, yaitu:

Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Azas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.

Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan sangat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.

Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: (a) menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh berikutnya; (b) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; (c) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikut sertaan anggota; (d) bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:

  1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan
  2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya.
  3. Mendorong dibahasnya suasana
  4. Membuka

Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. Ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.

Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

  1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.
  2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih
  3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan
  4. Kegiatan

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta keikut sertaan seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan

Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai diharapkan mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:

(a) Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

(b) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.

(c) Membahas kegiatan lanjutan

(d) Mengemukakan pesan dan harapan.

Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu menerapkam hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.

Berdasarkan uraian tentang tahap-tahap dalam bimbingan kelompok diatas dapat dipahami bahwa bimbingan kelompok terbagi dalam tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran.

Metode Role Playing (Bermain Peran)

Pengertian Metode Role Playing

Masitoh dan Laksmi Dewi menyatakan bahwa role playing (Bermain peran) merupakan permainan dalam bentuk dramatisasi sekelompok siswa dalam melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan guru. Simulasi ini menitik beratkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang peristiwa tersebut bermakna bagi kehidupan sekarang

Selanjutnya Oemar Hamalik berpendapat bahwa metode bermain peran atau teknik sosiodrama adalah suatu jenis simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dan hubungan digunakan untuk pendidikan sosial dan hubungan antarinsani. Teknik ini bertalian dengan studi kasus, tetapi studi kasus tersebut melibatkan indivdu manusia dan tingkah laku mereka atau interaksi

Langkah-langkah dan persiapan bermain peran

Agar proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode bermain peran tidak mengalami kaku, maka perlu adanya langkah-langkah yang harus kita pahami terlebih dahulu adalah sebagai berikut:

  1. Identifikasi masalah dengan cara memotivasi para peserta didik,
  2. Memilih tema,
  3. Menyusun skenario pembelajaran,
  4. Pemeranan,
  5. Tahapan diskusi dan evaluasi,
  6. Melakukan pemeranan ulang, melakukan diskusi dan evaluasi,
  7. Membagi pengalaman dan menarik generalisasi

Prosedur Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (2004: 40) ada empat tahapan, yaitu:

Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Azas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.

Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan sangat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.

Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: (a) menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh berikutnya; (b) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; (c) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikut sertaan anggota; (d) bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:

  1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan
  2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya.
  3. Mendorong dibahasnya suasana
  4. Membuka

Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. Ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.

Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

  1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.
  2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
  3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
  4. Kegiatan selingan.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta keikut sertaan seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.

Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai diharapkan mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:

  1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
  2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
  3. Membahas kegiatan lanjutan
  4. Mengemukakan pesan dan harapan.

Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu menerapkam hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.

Berdasarkan uraian tentang tahap-tahap dalam bimbingan kelompok diatas dapat dipahami bahwa bimbingan kelompok terbagi dalam tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran.

METODE PENELITIAN

Tujuan akhir dari penelitian ini adalah menghasilkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik Role playing untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa SMP Negeri 2 Pakis Magelang. Dengan memperhatikan tujuan akhir dari penelitian ini, maka desain penelitian ini termasuk dalam Research and Development, yaitu “metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut” (Sugioyono 2010: 407). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixing methods. Menurut Samsudi (2009: 93-94) mixing methods merupakan penggabungan antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif.

Layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa mengadopsi 10 tahapan pengembangan menurut Borg & Gall (dalam Sugiyono 2010: 409), namun dalam penelitian ini dimodifikasi menjadi enam tahap. Hal ini dilakukan dengan alasan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Keenam tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

Tahap I: Persiapan Pengembangan Layanan Bimbingan kelompok

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian pendahuluan (studi evaluasi) yaitu mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan siswa yang berorientasi pada pengembangan kepercayaan diri, kondisi objektif fasilitas bimbingan dan konseling, implementasi aktual bimbingan kelompok di SMP N 2 Pakis Magelang, untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan dan kebutuhan siswa akan layanan bimbingan kelompok serta kekurangan dalam implementasi bimbingan kelompok diukur dari layanan bimbingan kelompok yang ideal (konseptual).

Tahap II: Merancang Model Hipotetik Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Role playing

Tahap ini merancang model hipotetik berdasarkan kajian studi evaluasi, kajian teoretik, kajian hasil penelitian, dan kajian ketentuan formal. Peneliti melakukan analisis kesenjangan antara model hipotetik dengan implementasi aktual di lapangan. Setelah itu kemudian peneliti mendiskripsikan kerangka kerja kolaboratif dalam menguji kelayakan model hipotetik.

Tahap III: Uji kelayakan Model Hipotetik Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Role playing.

Tujuan pengujian layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing yaitu untuk menggali informasi dan bahan-bahan pertimbangan dalam merevisi model produk yang dikembangkan serta menentukan manfaat dan kesiapan model diberlakukan di SMP N 2 Pakis Magelang. Pengujian layanan meliputi pengujian komponen, pengujian sub sistem dan pengujian secara keseluruhan dari sistimatisnya layanan Komponen-komponen layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing diuji terlebih dahulu, kemudian diuji secara keseluruhan dari sistemnya. Pada tahap ini, layanan hipotetik bimbingan kelompok dengan teknik role playing diuji secara rasional (uji kelayakan) melalui uji ahli, dan uji praktisi yang dilakukan melalui diskusi.

Tahap IV: Perbaikan Model Hipotetik (Teruji 1)

Perbaikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing hipotetik. Berdasarkan uji kelayakan diperoleh balikan (feedback) yang diperlukan bagi peyempurnaan model. Perbaikan layanan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan konselor di sekolah. Setelah melalui proses tersebut barulah dapat dihasilkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing yang telah teruji tahap I.

Tahap V: Uji-Lapangan (Uji-Empirik) Model Hipotetik

Uji-lapangan (uji-empirik) layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing hipotetik. Uji-lapangan dilakukan melalui penelitian partisipatoris, yaitu dilakukan bersama konselor dalam menyusun rencara kegiatan uji- lapangan, melaksanakan uji lapangan dan mendeskripsikan hasil pelaksanaan uji-lapangan. Uji lapangan dilakukan di SMP N 2 Pakis Magelang yang melibatkan melibatkan 3 orang konselor dan 10 siswa (anggota kelompok). Dari hasil terhadap proses pelaksanaan uji-lapangan, diperoleh balikan (feedback) yang diperlukan bagi penyempurnaan layanan.

Tahap VI: Merancang layanan“Akhir” Bimbingan kelompok dengan teknik role playing (Teruji II).

Kemudian merancang layanan“akhir” bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Berdasarkan balikan yang diperoleh melalui uji lapangan (uji-empirik) dilakukan evaluasi hasil uji- lapangan dan perbaikan model secara kolaboratif antara peneliti dan konselor di sekolah. Setelah melalui proses tersebut barulah dapat dihasilkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing sebagai layanan yang telah teruji tahap II.

Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP N 2 Pakis Magelang sebanyak 10 orang dari populasi yang berjumlah 28 siswa yang dipilih secara purposive sampling. Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan skala kepercayaan diri. Adapun teknik yang digunakan dalam analisis kelayakan layanan meliputi: a. Uji rasional layanan dengan melibatkan pakar bimbingan dan konseling; b. Uji kepraktisan layanan dengan melakukan forum group disscustion dengan para praktisi atau guru BK di SMP N 2 Pakis Magelang

Metode yang digunakan untuk mengetahui keefektifan layanan dalam penelitian ini menggunakan metode pre-experimental designs dengan desain one group pre-test and post-test design, yaitu dengan menganalisis kepercayaan diri siswa sebelum dan sesudah mengikuti bimbingan kelompok dalam pengujian lapangan model. Selanjutnya u pentingnya pengembangan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing untuk mengembangkan kepercayaan diri siswa. Atas dasar kondisi tersebut peneliti ingin mengembangkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa. Konselor dalam menyusun rencara kegiatan uji- lapangan, melaksanakan uji lapangan dan mendeskripsikan hasil pelaksanaan uji-lapangan. Uji lapangan dilakukan di SMP N 2 Pakis Magelang yang melibatkan melibatkan 3 orang konselor dan 10 siswa (anggota kelompok). Dari hasil terhadap proses pelaksanaan uji-lapangan, diperoleh balikan (feedback) yang diperlukan bagi penyempurnaan model.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa layanan bimbingan kelompok di SMP N 2 Pakis Magelang telah dilaksanakan oleh konselor namun model BKp yang dilaksanakan masih bersifat umum belum menggunakan pendekatan ataupun teknik-teknik khusus. Pelaksanaan program bimbingan kelompok (BKp) di SMP N 2 Pakis Magelang lima kali dalam satu tahun. Fasilitas bimbingan dan konseling SMP N 2 Pakis sudah cukup memadai. Implementasi evaluasi dan tindak lanjut sudah dilakukan namun pada pelaksanaannya tidak selalu relevan dengan program yang direncanakan. Dukungan sistem terhadap layanan bimbingan kelompok belum optimal.

Hasil studi tentang kepercayaan diri siswa yang dilakukan pada seluruh kelas VIII A dengan responden 28 siswa diperoleh hasil 3, 12% memiliki tingkat kepercayaan sangat tinggi, 73,66% siswa memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi, 7,14% siswa memiliki kepercayaan diri sedang, 15,18% siswa memiliki kepercayaan diri rendah dan 0,45% siswa memiliki kepercayaan diri sangat rendah.

Sebagian besar kepercayaan diri siswa sedang, agar potensi kreatif siswa dapat berkembang lebih optimal dibutuhkan upaya pengembangan layanan bimbingan kelompok yang diharapkan dapat membantu para konselor SMP N 2 Pakis dalam peningkatan kepercayaan diri siswa. Layanan yang dimaksud adalah layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing untuk peningkatan kepercayaan diri siswa. layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing yang dikembangkan dalam penelitian ini dirumuskan dari kerangka kerja yang berlandaskan pada teori bimbingan kelompok secara umum, role playing, kepercayaan diri dan karakteristik siswa SMP.

Layanan Bimbingan Kelompok dengan teknik role playing tersusun atas delapan komponen yaitu: (1) Rasional, (2) Tujuan (3) Asumsi dengan teknik role playing (4) Target Intervensi, (5) Peran dan Kompetensi Pemimpin Kelompok, (6) Materi (7) Tahapan pelaksanaan Bimbingan Kelompok dengan teknik role playing, (8) Evaluasi dan Indikator Keberhasilan.

Untuk menghasilkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing yang teruji secara efektif, maka diperlukan adanya uji kelayakan model. Uji kelayakan model ini dilakukan melalui penilaian pakar bimbingan dan konseling dan penilaian praktisi di lapangan. Kemudian model tersebut diuji cobakan di lapangan sebanyak delapan kali pertemuan.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil yaitu secara keseluruhan kepercayaan diri siswa meningkat dari rata-rata 57,57% menjadi 78,43%, terjadi kenaikan 20,86%. Kemudian diujikan dengan rumus Wilcoxon dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17. Hasil yang diperoleh adalah nilai Z= -2,805. Pada uji statistik Asymp. Sig. (2-tailed) / asymptotic significance untuk uji dua sisi tertera angka 0,005, oleh karena kasus dalam penelitian ini adalah uji satu sisi, maka probabilitas menjadi 0,0025. Sehingga dapat terlihat bahwa probabilitas dibawah 0,05 (0,0025<0,05) maka dapat dikatakan bimbingan kelompok dengan teknik role playing efektif untuk mengembangkan kepercayaan diri siswa

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data, mulai dari tahap penelitian pendahuluan hingga tahap uji coba layanan, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok di SMP N 2 Pakis Magelang telah dilaksanakan oleh konselor akan tetapi masih bersifat umum belum menggunakan pendekatan dan teknik khusus.

Hasil peneitian tentang kepercayaan diri siswa menunjuk pada kategori sedang, hal ini berarti sebagian besar siswa SMP N 2 Pakis memerlukan pengembangan kepercayaan diri.

Layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing disusun berdasarkan pada model Bimbingan kelompok secara umum, teori kepercayaan diri, role playing dan karakteristik siswa SMP, sehingga memiliki spesifikasi yang berbeda dari layanan bimbingan kelompok yang sudah ada di sekolah. Layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing, terdiri dari 8 komponen.

Hasil uji layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terbukti efektif untuk peningkatan kepercayaan diri siswa. Hal ini terlihat dari perolehan skor pengukuran skala kepercayaan diri meningkat dari kondisi awal sebelum diberi perlakuan bimbingan kelompok dengan teknik role playing (pre test) dengan kondisi akhir setelah diberi perlakuan bimbingan kelompok bimbingan kelompok dengan teknik role playing (post test). Uji keefektifan model dibuktikan melalui uji statistik non parametris wilcoxon.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, b&Afiani, T. 1996. Konsep Diri, Harga Diri dan Kepercayaan Diri Remaja. Jurnal Psikologi. 1996 No. 2 23-30.

Angelis, Barbara De. 2003. Confidence Percaya Diri SumbersSukses dan Kemandirian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Azwar, Saifuddin. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Brandon, Nathaniel. 2011. The Six Pillars Of Self Esteem. Semarang: Effhar Offset

Corey, Gerald (2012). Theory and Practice of Group Counseling. Canada. Internasional Edition

Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia

Gazda, M. G. 1984. Group Counseling A Developmental Approach. Thrid Edition. Toronto: Allyn And Bacon Inc

Gibson, R. L. at all. 2010. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gysbers, J. P. , & Henderson, P. 2006. Developing & managing Your School Guidance and Counseling Program. Fourth Edition. Alexandria, VA: American Counseling Association.

Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Reasearch Jilid II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. , 2000. Statistik. Yogyakarta: Andi Offset

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama 2009) Cet. Pertama hal. 120

Mugiarso, Heru. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press.

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 28

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (L6) (L7). Padang: Universitas Negeri Padang.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press

Winkel, W. S dan MM. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia