Peningkatan Keterampilan Bermain Sepak Bola
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAK BOLA
MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SEMESTER I SDN 1 SARIMULYO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Bekti Gendro Winarso
SDN 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Keterampilan Bermain Sepak Bola Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Sarimulyo Semester 1. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan prose pembelajaran, baik keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal dapat terlihar dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Keterampilan guru dengan menerapkan Metode Demonstrasi pada siklus I mendapat skor sebanyak 24 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II mendapat skor sebanyak 30 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan guru. Aktivitas siswa pada pelajaran Penjasorkes dengan menerapkan Metode Demonstrasi mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I memperoleh skor 19,64 dengan rata-rata 2,81 dan masuk dalam kreteria baik. Dan hasil pada siklus II mendapat skor 27,37 dengan rata-rata 3,42 dan masuk dalam kreteria sangat baik. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hasil belajar siswa pada pelajaran Penjasorkes dengan menerapkan Metode Demonstrasi mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas IV pada siklus I yaitu 70,88, dan pada siklus II yaitu 90,44. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 20 siswa sebanyak 58,82%, dan pada siklus II yaitu 33 siswa sebanyak 91,89%. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Metode Demonstrasi pada pembelajaran Penjasorkes dapat meningkatkan Keterampilan Bermain Sepak Bola pada siswa kelas IV SDN 1 Sarimulyo Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015
Kata kunci: Keterampilan Bermain Sepak Bola, Metode Demonstrasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan Jasmani (Penjas) meru–pakan salah satu mata pelajaran yang wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan SMA atau sederajat. Wajibnya Penjas diajarkan di lingkungan sekolah formal dikarenakan mata pelajaran Penjas secara eksplisit tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di setiap jenjang pendidikan (KTSP: 2006). Penjas menurut kurikulum (KTSP: 2006). Pada hakekatnya Penjas dalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani untuk meningkatkan individu secara organic neuromuskular, perseptual, kogni–tif, sosial dan emosional yang direncanakan secara sistematis dan terstruktur. Dalam pendidikan jasmani siswa di berikan kebebasan untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pengalaman belajar ini dapat diarahkan dalam membina, sekaligus membiasakan pola hidup sehat dan aktif pada siswa. Penyelenggaraan pendidikan yang hakiki adalah proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, tepat kirannya apabila sekolah mulai sejak dini telah mendidik para siswanya untuk peduli arti penting kesehatan.
Pendidikan Jasmani bertujuan un–tuk mengembangkan aspek kebugaran jas–mani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis (CDC, 2000; Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998). Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksa–naannya bukan melalui pengajaran kon–vensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.
Menurut SK Menpora nomor 053A/MENPORA/1994 Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan dan pembentukan watak. Namun kenyataan di lapangan siswa masih lemah dalam pendidikan jasmani dimana masih banyak terjadi permasalahan-permasalahan yang terjadi. Berikut merupakan beberapa masalah dalam usaha meningkatkan perkembangan pendidikan jasmani yang ada disekolah-sekolah; (1) kebutuhan jasmani yang selalu dinomor duakan. (2) sempitnya lahan sekolah. (3) minimnya sarana yang ada disekolah. (4) minat dan bakat siswa yang ada disekolah tersebut terhadap kebugaran jasmani.
Gambaran di atas mewakili keadaan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada umumnya. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terjadi di SDN 1 Sarimulyo. Berdasarkan refleksi awal pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes masih belum optimal karena dalam pelaksanaan pembelajaran penjasorkes belum optimal hal ini disebabkan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi penjasorkes sehingga siswa cepat bosan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut didukung data dari pencapaian hasil observasi dan praktek yang dilakukan oleh peneliti tentang bermain sepak bloak pada siswa kelas IV Semester I SDN 1 Sarimulyo sebagian besar masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60, adapun rerata kelas yang dicapai hanya 70. Dengan melihat hasil belajar tersebut perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan teknik lari jarak pendek agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan siswa mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Untuk mengatasi masalah tersebut di SDN 1 Sarimulyo diterapkan model pembelajaran kreatif yaitu Metode Demonstrasi.
Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru atau pelatih yang ditunjuk, setelah didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan melakukan latihan keterampilan seperti yang diperagakan oleh guru atau pelatih.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, cabang olah raga bola sepak bola menarik untuk dikaji bersama sehingga perkem–bangan sepak bola Indonesia semakin diminati masyarakat sekaligus mampu duduk sejajar dengen club-club di negeri luar. Sedangkan masalah yang khusus menarik untuk dibahas bersama dengan judul “Peningkatan Keterampilan Bermain Sepak Bola melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas IV SDN 1 Sarimulyo Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masa–lah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana cara mening–katkan keterampilan dalam bermain sepak bola pada siswa Kelas IV SDN 1 Sarimulyo?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Apakah dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan kete–rampilan guru dalam pembelajaran Penjasorkes materi bermain sepak bola?
b. Apakah dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam bermain sepak bola?
c. Apakah dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan kete–rampilan siswa dalam bermain sepak bola
KAJIAN PUSTAKA
Sejarah Singkat Sepak Bola
Permainan sepak bola berasal dari Inggris. Pada tanggal 26 Oktober 1963 terdapat organisasi yang menyusun peraturan permainan. Yaitu The Foodball Association . Federasi sepak bola dunia yaitu Federaion Internasional the Foodball Association (FIFA) dibentuk pada tanggal 21 September 1904, diketuai oleh guirin.
Metode Demonstrasi
Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru atau pelatih yang ditunjuk, setelah didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan melakukan latihan keterampilan seperti yang diperagakan oleh guru atau pelatih.
Metode demonstrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti Bagaimana Prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang paling baik? Bagaimana dapat diketahui kebenarannya? Melalui peng-amatan induktif.
Metode demonstrasi dapat dilaksa-nakan:
a. Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang atau latihan
b. Bila materi pelajaran berbentuk kete-rampilan gerak, petunjuk sederhana untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing dan prosedur melaksanakan suatu kegiatan.
c. Manakala guru, pelatih, instruktur ber-maksud menyederhanakan akan pelak-sanaan suatu prosedur maupun dasar teorinya.
d. Pengajar bermaksu menunjukkan suatu standar penampilan
e. Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/praktif yang kita laksanakan.
f. Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingka dengan kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca di dalam buku, karena siswa memperoleh gambaran yang jelas atau eksperimen.
g. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi atau eksperimen.
h. Bila siswa turut aktif bereksperimen maka ia akan memperoleh pengala-man-pengalaman praktik untuk me-ngembangkan kecakapan dan memper-oleh pengakuan dan pengharapan dari lingkungan social.
Batas-batas metode demonstrasi
a. Demonstrasi akan merupakan metode yang todak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana para siswa dapat ikut bereksperimen dan menjalankan aktivitas itu pengalaman pribadi
c. Tidak semua hal dapat didemon-strasikan di dalam kelompok
d. Kadang-kadang bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemon-strasikan terjadi proses yang berlainan dengan proses dalam situasi nyata.
Manakala setiap orang diminta mendemon–strasikan dapat menyita waktu yang banyak dan membosankan bagi peserta yang lain.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan dari data awal dari hasil wawancara dengan kolaborator bahwa beberapa faktor yang menjadi penyebab belum optimalnya pembelajaran Penjasorkes Kelas IV SDN 1 Sarimulyo diantaranya cara guru dalam mengajar masih terbilang kurang variatif, membosan–kan dan pembelajaran masih terpusat pada guru sehingga pembelajaran terkesan tidak menarik, siswa cenderug bosan dan fasilitas yang ada kurang di optimalkan.
Untuk mengajarkan Penjasorkes diperlukan metode dan model yang tepat yakni metode dan model yang didalamnya melibatkan aktivitas siswa sehingga pembelajaran berjalan secara maksimal. maka diperlukan model pembelajaran inovatif yaitu menggunakan metode demonstrasi dengan penerapan metode ini aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat berjalan secara maksimal dan siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari.
Dengan pembelajaran inovatif ini maka akan tercipta pembelajaran yang menarik, menyenangkan, tidak memaksa sehingga pembelajaran terkesan tidak menakutkan dan membosankan, serta yang paling penting siswa dapat memperoleh hasil yang optimal.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui metode demonstrasi maka keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan bermain sepak bola siswa kelas IV SDN 1 Sarimulyo pada pembelajaran Penjasorkes akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini berlangsung pada Semester I yang dimulai dari bulan September hingga bulan November 2014.
Penelitian ini berlangsung di kelas IV SDN 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru. Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Sarimulyo tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 34 anak, yang terdiri dari siswa laki-laki 21 anak, dan siswa perempuan 13 anak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS–AN
Deskripsi Data Pelaksanan Tindakan Siklus I
1) Hasil Observasi Keterampilan Guru
Dari hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran Penjasorkes melalui metode demonstrasi pada siklus I, diperoleh jumlah skor dari semua indikator yaitu 24 dan rata-rata 3 dengan kriteria baik/B. Tetapi keterampilan guru dalam membimbing siswa dalam bermain sepak bola masih cukup. Sehingga perlu perbaikan pada pertemuan berikutnya.
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran Penjasorkes melalui Metode demonstrasi pada siklus I di atas, diperoleh jumlah keseluruhan yaitu 19,64 dengan persentase 561,76%. Sehingga diperoleh rata-rata 2,81 dengan persentase 70,22%. Hasil observasi aktivitas siswa untuk siklus I masuk dalam kriteria baik/B.
3) Paparan Hasil Belajar Siklus I
Dari tabel hasil tes pembelajaran Penjasorkes melalui Metode Demontrasi pada siklus I di atas, diperoleh data sebagai berikut: siswa yang memperoleh nilai 90-100 sejumlah 8 orang, dengan persentase 29,88% dan dinyatakan tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 80-89 sejumlah 7 orang, dengan persentase 23,24% dan dinyatakan tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 70-79 sejumlah 5 orang, dengan persentase 14,52% dan dinyatakan tuntas.
Siswa yang memperoleh nilai 60-69 sejumlah 8 orang, dengan persentase 19,92% dan dinyatakan tidak tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 50-59 sejumlah 6 orang, dengan persentase 12,44% dan dinyatakan tidak tuntas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes pembelajaran Penjasorkes melalui Metode Demonstrasi pada siklus I yaitu 20 orang siswa atau 58,82% mengalami ketuntasan dan 14 orang siswa atau 41,18% dinyatakan tidak tuntas.
4) Refleksi
Refleksi pembelajaran Penjasorkes melalui Metode Demonstrasi pada siklus I, difokuskan pada tiga hal, yaitu: (1) keterampilan guru, (2) aktivitas siswa, dan (3) hasil nilai permainan sepak bola.
Refleksi ini dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Keterampilan Guru
Refleksi keterampilan guru selama pembelajaran berlangsung pada siklus I, sebagai berikut:
Pada, keterampilan guru dalam pembelajaran secara keseluruhan sudah masuk dalam kategori baik/B, tetapi masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki.
2) Aktivitas Siswa
Refleksi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung pada siklus I, sebagai berikut:
Pada, aktivitas siswa secara keseluruhan sudah masuk dalam kategori baik/B, tetapi masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki.
3) Hasil Belajar
Persentase ketuntasan hasil tes pembelajaran Penjasorkes siklus I sebesar 58,82%, sehingga belum memenuhi indikator keberhasilan, oleh karena itu peneliti melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya.
4) Revisi
Melihat hasil observasi keterampil–an guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran Penjasorkes melalui Metode Demonstrasi siklus I, maka yang perlu diadakan perbaikan agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Penjasorkes.
Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II
1) Hasil Observasi Keterampilan Guru
Dari hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran Penjasorkes melalui Metode Demontrasi oleh jumlah skor dari semua indikator yaitu 30 dan rata-rata 3,75 dengan kriteria sangat baik/A.
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran Penjasorkes melalui Metode Demonstrasi pada siklus II di atas, diperoleh jumlah keseluruhan yaitu 27,37 dengan persentase 684,55%. Sehingga diperoleh rata-rata 3,42 dengan persentase 85,57%. Hasil observasi aktivitas siswa untuk siklus II masuk dalam kriteria sangat baik/A.
3) Paparan Hasil Belajar Siklus II
Hasil tes pembelajaran pada siklus II di atas, diperoleh data sebagai berikut: siswa yang memperoleh nilai 90-100 sejumlah 18 orang, dengan persentase 52,68% dan dinyatakan tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 80-89 sejumlah 13 orang, dengan persentase 39,84% dan dinyatakan tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 70-79 sejumlah 2 orang, dengan persentase 5,37% dan dinyatakan tuntas.
Siswa yang memperoleh nilai 60-69 sejumlah 1 orang, dengan persentase 2,11% dan dinyatakan tidak tuntas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes pembelajaran Penjasorkes melalui Metode Demonstrasi pada siklus II yaitu 33 orang siswa atau 97,89% mengalami ketuntasan dan 1orang siswa atau 2,11% dinyatakan tidak tuntas.
a. Refleksi
Refleksi pembelajaran Penjasorkes melalui Metode Demonstrasi pada siklus II, difokuskan pada tiga hal, yaitu: (1) keterampilan guru, (2) aktivitas siswa, dan (3) hasil nilai permainan sepak bola.
Refleksi ini dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Keterampilan Guru
Refleksi keterampilan guru selama pembelajaran berlangsung pada siklus II, sebagai berikut:
Pada, keterampilan guru dalam pembelajaran secara keseluruhan sudah masuk dalam kategori sangat baik/A, dan tidak perlu diakan perbaikan
2) Aktivitas Siswa
Refleksi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung pada siklus II, sebagai berikut:
Pada, aktivitas siswa secara keseluruhan sudah masuk dalam kategori sangat baik/A.
3) Hasil Belajar
Hasil tes pembelajaran Penjasorkes melalui Metode Demonstrasi pada siklus II yaitu 33 orang siswa atau 97,89% mengalami ketuntasan dan 1orang siswa atau 2,11% dinyatakan tidak tuntas. Sehingga sudah memenuhi indikator keberhasilan, oleh karena itu peneliti tidak perlu melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya.
b. Revisi
Berdasarkan refleksi pada siklus II maka guru harus dapat meningkatkan keterampilan dalam mengajar sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu guru harus dapat menciptakan kegiatan pembelajaran dalam permainan sepak bola yang menarik dan bervariasi sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Karena hasil penelitian sudah mencapai indikator yang diharapkan, maka penelitian tindakan kelas ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus III.
PEMBAHASAN
Pemaknaan Hasil Penelitian
a. Keterampilan Guru
Keterampilan guru pada tiap siklus menunjukkan adanya peningkatan. Untuk siklus I, jumlah skor yang diperoleh guru yaitu 24 dengan kriteria baik/B. Untuk siklus II, jumlah skor yang diperoleh guru yaitu 30 dengan kriteria sangat baik/A.
b. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa pada tiap siklus juga menunjukkan adanya peningkatan. Untuk siklus I, persentase aktivitas siswa yaitu 58,16% dengan kriteria baik/B. Untuk siklus II, persentase aktivitas siswa yaitu 66,63% dengan kriteria baik/B.
c. Hasil Belajar
Secara keseluruhan, hasil belajar siswa dalam pembelajaran Penjasorkes melalui Metode demonstrasi pada tiap siklus, akan diuraikan dalam tabel berikut:
Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Siklus Ke- |
Nilai Rata-rata |
Persentase Ketuntasan Belajar |
Prasiklus |
65 |
50% |
Siklus I |
70.88 |
58.82% |
Siklus II |
90.44 |
97.89% |
Implikasi Hasil Penelitian
Adapun implikasi hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1) Dalam pembelajaran dengan model melalui Metode demonstrasi siswa dapat terlibat dalam pembelajaran secara langsung.
2) Siswa diajarkan agar mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh untuk mempraktekkan permainan sepak bola. Dengan cara ini pengetahuan yang dimiliki siswa tidak akan mudah hilang dan bahkan bersifat permanen.
3) Melalui Metode demonstrasi guru lebih kreatif, guru tidak harus banyak berceramah dan menjelaskan sejelas-jelasnya mengenai materi melainkan mengajak siswa untuk menggali pengetahuan dan menerapkan penge–tahuannya itu secara langsung.
PENUTUP
Simpulan
1. Keterampilan guru dengan menerapkan Metode Demonstrasi pada siklus I mendapat skor sebanyak 24 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II mendapat skor sebanyak 30 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjuk–kan bahwa terjadi peningkatan kete–rampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Demonstrasi dapat meningkat–kan keterampilan guru.
2. Aktivitas siswa pada pelajaran Penja–sorkes dengan menerapkan Metode demonstrasi mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I memperoleh skor 19,64 dengan rata-rata 2,81 dan masuk dalam kreteria baik. Dan hasil pada siklus II mendapat skor 27,37 dengan rata-rata 3,42 dan masuk dalam kreteria sangat baik. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Demontrasi dapat meningkatkan aktivitas siswa.
3. Hasil belajar siswa pada pelajaran Penjasorkes dengan menerapkan Meto–de Demontrasi mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas IV pada siklus I yaitu 70,88, dan pada siklus II yaitu 90,44. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 20 siswa sebanyak 58,82%, dan pada siklus II yaitu 33 siswa sebanyak 97,89%. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Demontrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Saran
1. Untuk melaksanakan metode pembela–jaran demonstrasi memerlukan persi–apan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengeta–huan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Untuk penelitian yang serupa hendak–nya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S.dkk. 2007. Penelitian Timdakan Kelas.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Asma N. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas
Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya
Anni, catharina tri.2006.Psikologi belajar. Semarang UPT MKK UNNES.
Bachrie, Eddy, dkk. 1982. Buku Kerja Pelatih Sepakbola Remajai. Bandung; Binacipta
Betty, C. Eric. 1987. Latihan Sepakbola Metode Baru Pertahanan. Bandung; Pioner Jaya
Coever, Weil. 1982; Sepakbola Pembinaan Pemain Ideal. Jakarta; PT Gramedia.
Dedidwitagama.wordpress.com/…/laporan-penelitian-tindakan-kelas-Penjasorkes/
Engkos S.R. 1994. Penjaskes. Jakarta; Erlangga
Hamalik,Dr.Oemar.Psikologi BelajarMengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH06b4/8d6063a0.dir/doc.pdf Oleh Penenaken Bangun,Dosen STKIP .Riama .Medan.
Http://klikhimabio.blogspot.com/2009/01/observasi-sebagai-alat-evaluasi.html
Mudjito.2009.Pedoman Penilaian Hasil Belajar Dan Kalender Pendidikan di Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas.
Peraturan menteri pendidikan nasional.nomor 22 tahun 2006.Depdiknas.
Poerwanti,Endang,dkk.2008.Asesmen Pembelajaran SD.Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi: Depdiknas.
Remmy, Muchtar. 1992 . Olah Raga Pilihan Sepak Bola, Jakarta; Depdikbud Dirjen Dikti
Roji. 1996. Penjaskes 3, Jakarta; Intan Parawara
Sardiman A.M.2011.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Sajono, 1986. Pembinaan dan Kondisi fisik, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 3. Jakarta; Tiga Serangkai
Sneyer, J. 1988. Sepakbola Latihan dan Strategi, Jakarta; PT. Rosda Karya
Sugandi.Achmad.Drs.20007.Teori Pembelajaran. Semarang:UPT MKU UNNES.
Suharno. 1986, Ilmu Kepelatihan Olah Raga Yogyakarta; IKIP Yogyakarta.
Syafi’I, Imam, 1999, Sepakbola Dasar. Surabaya; UM Press IKIP Surabaya
Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3, Jakarta; PT. Gramedia Widiasmara Indonesia
www.ripiu.com/article/…/laporan-hasil-ptk- -sma “