PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN BENDA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TALKING STICK BAGI SISWA KELAS VI SDN KODOKAN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Sri Indartatik

SDN Kodokan Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar IPA tentang perubahan benda pada siswa kelas VI SDN Kodokan Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora melalui penerapan model pembelajaran tipe talking stick. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subyek siswa kelas VI SDN Kodokan Kecamatan Kunduran sejumlah 12 siswa. Sedangkan waktunya selama tiga bulan pada semester II tahun pelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitianan ini adalah metode penelitian tindakan kelas, terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Data yang diperoleh meliputi data keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar berupa nilai ulangan siswa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskripsi komparatif yaitu membandingkan hasil kondisi awal, hasil siklus I dan hasil siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dari rendah denganpersentase 52% ke kategori tinggi dengan persentase 78%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 50,00% tuntas belajar menjadi 78% tuntas belajar.

Kata kunci:    keterampilan berpikir kritis, hasil belajar, pembelajaran IPA, model pembelajaran talking stick

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

            Guru sebagai salah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar dilingkungan sekolah, ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur dibidang pendidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Salah satu tugas profesional guru adalah terampil dalam melaksanakan pembelajaran. Terampil dalam melaksanakan pembelajaran yang dimaksud yaitu membuka, mengelola dan menutup pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran diperlukan materi, berbagai media, model dan berbagai faktor pendukung yang sesuai serta melakukan aktivitas seperti, ide, mendemostrasikan, memotivasi, apersepsi, membimbing, memfasilitasi, mendisipinkan, tanya-jawab dan memberikan penguatan.

            Pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga tidak terlepas dari adanya kurikulum. Kurikulum pendidikan dasar memuat beberapa mata pelajaran, salah satu mata pelajaran tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terjadi di alam semesta seperti sifat-sifat benda, perubahan benda, makhluk hidup, dan sebagainya.

            Pada dasarnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) meliputi dua aspek: kerja ilmiah, pemahaman konsep dan penerapannya. Namun dalam pembelajaran IPA kerja ilmiah atau proses lebih diutamakan, sehingga pembelajaran IPA melibatkan keaktifan siswa, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental, dan berfokus pada siswa, yang berdasar pada pengalaman keseharian siswa dan minat siswa.

            Namun dalam kenyataannya, pembelajaran IPA yang dilakukan di sekolah khususnya di kelas VI SDN Kodokan Kecamatan Kunduran lebih berfokus pada pemahaman konsep bukan pada proses atau kerja ilmiah yang telah menjadi dasar dari pembelajaran IPA itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil hasil analisis awal proses dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Kodokan yang menunjukkan bahwa guru kurang terampil dalam melaksanakan pembelajaran sehingga standar keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa beserta ketuntasan yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai. Analisis awal data tentang pembelajaran IPA materi perubahan benda menunjukkan hasil keterampilan berpikir kritis siswa kelas masuk kategori rendah dengan persentase 52% dengan kentuntasan belajar….% dan rata-rata nilai ulangan hariannya…..

            Selama kegiatan belajar mengajar, guru sama sekali tidak menjelaskan materi kepada siswa, melainkan meminta siswa langsung mengerjakan soal-soal IPA yang terdapat dalam satu buku paket. Dalam hal ini berarti, guru tidak memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengetahuan melalui berbagai sumber, jadi dapat dikatakan bahwa guru tidak menempatkan siswa pada pusat proses pembelajaran karena menempatkan siswa pada pusat proses pembelajaran berarti memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengonstruksi hal yang dipelajarinya berdasarkan pengetahuan yang diketahuinya dan menginterpretasi konsep, bukan memberikan informasi melalui buku teks.

Selama pembelajaran berlangsung pun, siswa lebih banyak bergurau dengan teman lainnya dari pada menyelesaikan soal yang diberikan. Dari hal ini didapat bahwa guru tidak mampu mendisiplinkan siswa sehingga suasana kelas ramai atau kurang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Selain itu, guru juga tidak mengajak siswa untuk melakukan kegiatan tanya jawab ataupun saling mengemukakan pendapat. Sedangkan dalam proses pembelajaran, setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respon siswa perlu dilakukan, agar siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir. Jika siswa tidak memiliki keterampilan berpikir kritis maka suatu saat nanti siswa tidak akan mampu untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat. Sebab untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat adalah dengan membentuk budaya berpikir kritis di masyarakat. Prioritas utama dari sebuah sistem pendidikan adalah mendidik siswa tentang bagaimana cara belajar dan berpikir kritis.

Dari permasalahan tersebut, guru berupaya menyelesaikan masalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick (tongkat bicara). Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick (tongkat bicara) merupakan model yang memfokuskan siswa untuk berbicara melalui kegiatan tanya-jawab. Penerapan model tersebut dalam pembelajaran IPA dapat mempengaruhi proses berpikir kritis siswa.

Rumusan Masalah

            Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.   Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA materi perubahan benda bagi siswa kelas VI SDN Kodokan tahun pelajaran 2016/2017?

2.   Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi perubahan benda bagi siswa kelas VI SDN Kodokan tahun pelajaran 2016/2017?

Tujuan Penelitian

            Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan:

1.   Meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA materi perubahan benda bagi siswa kelas VI SDN Kodokan tahun pelajaran 2016/2017.

2.   Meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi perubahan benda bagi siswa kelas VI SDN Kodokan tahun pelajaran 2016/2017.

Manfaat Penelitian

            Dari penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat terutama bagi siswa yaitu meningkatnya keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi perubahan benda. Bagi guru diharapkan makin meningkatkan keprofesionalannya serta menambah wawasan tentang berbagai metode dan model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Manfaat bagi sekolah adalah semakin meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah sehingga mampu menghasilkan output yang berkualitas dan mampu bersaing di jenjang pendidikan selanjutnya.

KAJIAN TEORI

Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut Johnson (2007:183) berpikir kritis merupakan sebuah proses terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Sementara itu Angelo (Arief, 2007) menyatakan bahwa ‘berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi: analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian’.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan yang melibatkan kegiatan tanya-jawab dan berpikir tentang pemikiran sendiri untuk menganalisis suatu informasi yang bersifat terbuka secara jelas, relevan, masuk akal, tepat, dan terarah dalam menentukan sebab dan akibat.

Jika siswa telah menguasai materi yang telah diberikan serta kemampuan berpikir kritis siswa mulai meningkat maka hasil dari belajar tersebut dipastikan juga akan meningkat. Hal ini karena hasil belajar merupakan suatu perubahan sikap yang ditunjukkan siswa setelah melakukan proses belajar mengajar baik dalam bentuk kegiatan yang dilakukan maupun dalam proses saling bertukar pikiran dengan teman lainnya.

 

 

Hasil Belajar

Menurut Leighbody (Susila 2013) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup, kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, ‘kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, kecepatan mengerjakan tugas, kemampuan membaca gambar dan atau simbol, keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan’.

Menurut Anderson, dkk (Ana Ratna Wulan, 2010:02) ranah kognitif adalah ranah yang berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan berkreasi (C6). Menurut Huzaifah (2013) ranah psikomotor adalah “ranah yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya”. Menurut Huzaifah (2013) ranah afektif adalah “ranah yang mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri dan moral”.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran IPA

            Menurut Abdullah (2009:18) menyatakan bahwa: IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:157) pembelajaran adalah “proses yang diselenggarakan oleh guru untuk mempelajarkan siswa dalam belajar untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA merupakan suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah dengan pemikiran yang kritis dengan lebih baik.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

            Model pembelajaran tingkat SD memiliki banyak jenis. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Pembelajaran cooperative learning merupakan “suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri” (Etin Solihatin & Raharjo, 2011:04).

Riyanto (2012:267) menyatakan, “langkah-langkah umum dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 1. berikan informasi dan sampaikan tujuan serta skenario pembelajaran; 2. mengorganisasikan siswa dalam kelompok kooperatif; 3. membimbing siswa untuk melakukan kegiatan/berkooperatif; 4. evaluasi; dan 5. berikan penghargaan”. Model Pembelajaran Talking stick merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif (Suyatno 2009:71).

Model pembelajaran kooperatif tipe tongkat bicara merupakan model yang memfokuskan siswa untuk berbicara melalui kegiatan tanya-jawab. Tujuan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick yaitu meningkatkan kecepatan membaca siswa, meningkatkan kecepatan dalam memahami bacaan, meningkatkan kecepatan dalam berpikir kritis, mampu menemukan dan memecahkan masalah dengan cepat dan tepat, selalu siap mengatasi suatu masalah yang tak terduga.

Tukiran, dkk (2011:108) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick: 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat; 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi; 3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya; 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru; 5. Guru memberikan kesimpulan; 6. Evaluasi; 7. Penutup.

Kerangka Berpikir

Keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Kodokan pada mata pelajara IPA materi perubahan benda masih dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan dalam buku. Kondisi ini membuat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sangat kurang.

Penerapan model pembelajaran talking stick diharapkan mampu membuat siswa berkembang dalam berpikir karena dalam model pembelajaran ini siswa dituntut melakukan sesi tanya jawab. Siswa akan berusaha menjawab pertanyaan begitu tongkat berhenti padanya. Dengan model pembelajaran ini, keterampilan berpikir kritis siswa akan meningkat dan akan dibarengi dengan peningkatan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang telah diuraikan di atas ,maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut:

1.   Melalui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA materi perubahan benda bagi siswa kelas VI SDN Kodokan tahun pelajaran 2016/2017.

2.   Melalui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi perubahan benda bagi siswa kelas VI SDN Kodokan tahun pelajaran 2016/2017.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN Kodokan Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Penelitian berlangsung selama 3 bulan dimulai bulan Februari 2017 sampai dengan bulan April 2017. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siwa kelas VI SDN Kodokan Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora yang berjumlah 12 orang siswa.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan proses pembelajaran siswa, pengamatan sikap dan tes hasil belajar siswa. Setelah pembelajaran dilaksanakan maka diadakan tes pada tiap akhir siklus. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data tentang keterampilan berpikir kritis siswa. Data tentang hasil belajar diambil dari hasil tes pada akhir siklus.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis diskriptif komparatif. Analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil penelitian kondisi awal dengan nilai hasil siklus I dan siklus II.

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Secara garis besar ada empat tahapan dalam penelitian tindakan kelas, yakni: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pra Siklus

            Proses pembelajaran pada kondisi awal menunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam kategori rendah dengan persentase 52%. Siswa tidak aktif dalam sesi tanya jawab karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang merangsang siswa untuk berpikir kritis. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan penugasan. Hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus dapat disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Data Nilai Ulangan Pra Siklus

No

Nilai

Jumlah

Kategori

1

40

1

Tidak Tuntas

2

50

2

Tidak Tuntas

3

60

3

Tidak Tuntas

4

70

4

Tuntas

5

80

2

Tuntas

 

            Tabel di atas menunjukkan dari 12 siswa kelas VI SDN Kodokan yang tuntas belajar dengan mencapai nilai 70 ke atas adalah 6 siswa (50,00%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 6 siswa (50,00%). Rata-rata nilai ulangan harian pra siklus adalah 63,33.

Hasil Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2017. Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Terjadi peningkatan semangat dan keaktifan siswa dalam belajar, karena penerapan model pembelajaran talking stick. Siswa mulai aktif dalam melakukan tanya jawab. Keterampilan berpikir kritis siswa masuk kategori sedang dengan persentase 66%. Pada akhir pembelajaran dilakukan ulangan harian untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Data hasil belajar siklus I disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Data Nilai Ulangan Siklus I

No

Nilai

Jumlah

Kategori

1

50

1

Tidak Tuntas

2

60

2

Tidak Tuntas

3

70

5

Tuntas

4

80

2

Tuntas

5

90

2

Tuntas

 

            Tabel di atas menunjukkan dari 12 siswa kelas VI SDN Kodokan yang tuntas belajar dengan mencapai nilai 70 ke atas adalah 9 siswa (75,00%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 3 siswa (25,00%). Rata-rata nilai ulangan harian pra siklus adalah 71,67.

Hasil Siklus II

Pelaksanaan Siklus II pada bulan April 2017. Siswa semakin terbiasa dengan model pembelajaran talking stick. Suasana pembelajaran semakin aktif. Siswa semakin berani dalam menjawab pertanyaan. Keterampilan berpikir kritis siswa masuk kategori tinggi dengan persentase 78%. Pada akhir pembelajaran dilakukan ulangan harian untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Data hasil belajar siklus II disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Data Nilai Ulangan Siklus II

No

Nilai

Jumlah

Kategori

1

60

2

Tidak Tuntas

2

70

4

Tuntas

3

80

3

Tuntas

4

90

2

Tuntas

5

100

1

Tuntas

 

Tabel di atas menunjukkan dari 12 siswa kelas VI SDN Kodokan yang tuntas belajar dengan mencapai nilai 70 ke atas adalah 10 siswa (83,33%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 2 siswa (16,67%). Rata-rata nilai ulangan harian pra siklus adalah 76,67.

Pembahasan

Dalam menentukan tingkat keberhasilan penelitian, perlu dilakukan perbandingan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus. Keterampilan berpikir kritis siswa pada kondisi awal masuk kategori rendah dengan persentase 52%. Pada siklus I, keterampilan berpikir kritis siswa meningkat menjadi kategori sedang dengan persentase 66%. Pada siklus II kembali terjadi peningkatan. Keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus II masuk kategori tinggi dengan persentase 78%.

Dari tingkat ketuntasan belajar siswa, pada kondisi awal jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 6 siswa (50,00%). Pada siklus I, setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran talking stick, jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 9 siswa (75,00%). Pada siklus II tingkat ketuntasan belajar siswa kembali mengalami peningkatan menjadi 10 anak (83,33%).

Selain tingkat ketuntasan belajar, peneliti juga perlu membandingkan rata-rata nilai ulangan harian pada setiap siklus agar penarikan kesimpulan pada penelitian ini valid. Rata-rata nilai ulanagan harian siswa yang pada kondisi awal 63,33 menjadi 71,67 pada siklus I. Pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 76,67.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil penelitian yang dikumpulkan pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.   Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA materi perubahan benda bagi siswa kelas VI SDN Kodokan tahun pelajaran 2016/2017.

2.   Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi perubahan benda bagi siswa kelas VI SDN Kodokan tahun pelajaran 2016/2017.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Kodokan Kecamatan Kunduran maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1.   Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam kegiatan belajar-mengajar memerlukan adanya pengawasan lebih dari guru kepada siswa pada saat belajar secara berkelompok, saat melakukan kegiatan tanya-jawab kelompok dan ketika mengerjakan tes atau soal evaluasi seperti, mengobservasi dan menegur siswa yang mencontek atau membuat kegaduhan agar hasil yang diperoleh lebih optimal.

2.   Pembagian waktu pembelajaran juga harus disesuaikan dengan materi dan kemampuan siswa seperti, memberi waktu yang lebih banyak pada saat mengerjakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) dan tes atau soal evaluasi dari keseluruhan waktu kegiatan inti, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan dan hasil yang didapat juga lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Abdullah & Eny Rahma. 2009. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Arief, Achmad. 2007. Memahami Berpikir Kritis. (Online). http://physicsmaster.orgfree.com/Artikel%20Ilmiah%206.html diakses pada tanggal 11 Februari 2017

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Solihatin, Etin & Raharjo. 2011. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara

Susila, Oka. 2013. Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. (Online). http://susila-besmart.blogspot.co.id/2013/03/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan.html diakses pada tanggal 2 Februari 2017

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka

Taniredja, Tukiran, dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta

Wulan, Ana Ratna. 2010. Taksonomi Bloom-Revisi. FMIPA UPI. taksonomi_Bloom_revisi.pdf.