Peningkatan Kinerja Guru Melalui Pelatihan Berkelanjutan
PENINGKATAN KINERJA GURU TEKNIK KOMPUTER
DAN JARINGAN (TKJ) SEBAGAI BAGIAN PENINGKATAN
CAPAIAN MUTU SEKOLAH MELALUI PELATIHAN BERKELANJUTAN DI SMK NEGERI 5 SUKOHARJO PADA SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Sriyanta
SMK Negeri 5 Sukoharjo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil kinerja guru Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) sebagai bagian peningkatan capaian mutu sekolah di SMK Negeri 5 Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus di SMK Negeri 5 Sukoharjo pada bulan Juli sampai Desember 2019. Metode penelitian melalui pelatihan berkelanjutan dengan pembimbingan individu. Subjek penelitian ini adalah semua guru TKJ SMK Negeri 5 Sukoharjo sejumlah 10 orang. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah dengan observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah bersifat kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang telah diperoleh dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan kinerja guru TKJ dari awal sebelum pemberian tindakan sampai dengan tahapan siklus I sebesar 63%, dari siklus I ke siklus II sebesar 68,6% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 80,5%. Peningkatan kinerja guru terjadi secara signifikan dari siklus I ke siklus II, dan sangat signifikan dari siklus II ke siklus III, Target penelitian untuk meningkatkan kinerja guru TKJ dengan perolehan nilai ≥ 65 minimal 85%. Sedangkan dalam penelitian ini guru TKJ yang memperoleh nilai ≥ 65 pada siklus III mencapai 100%, Terjadi peningkatan kinerja melalui pelatihan berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan berkelanjutan dapat meningkatkan kinerja guru Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) dan merupakan bagian dari peningkatan capaian mutu sekolah di SMK Negeri 5 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.
Kata kunci: kinerja guru; pelatihan berkelanjutan; mutu sekolah
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Undang Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Adapun yang dimaksud dengan keempat jenis kompetensi guru adalah: (1) Kompetensi Kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia; (2) Kompetensi Pedagogik, merupakan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya; (3) Kompetensi Profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya; (4) Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Bila keempat kompetensi tersebut di atas dapat dikuasai oleh seorang guru, maka mutu pendidikan akan meningkat. Namun kenyataan di lapangan masih ada sebagian guru yang mengajar di kelas, terutama di tingkat sekolah menengah kejuruan masih belum layak dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Kelayakan mengajar guru tidak cukup hanya diukur berdasarkan pendidikan formal tetapi juga harus diukur berdasarkan bagaimana kemampuan guru dalam mengajar dan sesi penguasaan materi, menguasai, memilih dan menggunakan metode, media serta evaluasi pembelajaran. Sehubungan dengan hal itu, beberapa ahli menyimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran pada umumnya sangat mengkhawatirkan. Kondisi seperti itu terjadi akibat kurang optimalnya fungsi pengawasan kepala sekolah. Bila selama ini banyak pendapat menyatakan profesionalisme guru di Indonesia relatif rendah atau kurang memadai, hal itu merupakan akibat dari kurangnya kepengawasan kepala sekolah.
Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengkaji dan menggali melalui pelatihan yang berkaitan dengan kinerja guru, antara lain tentang: (1). adanya kecenderungan melemahnya kinerja guru yaitu kehadiran guru, persiapan mengajar guru, serta perangkat pembelajaran, (2) adanya pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah belum dilaksanakan dengan sebaik – baiknya kepada guru. Beberapa rekan penulis yang sama – sama menjabat menjadi kepala sekolah mengaku kurang dalam melaksanakan fungsinya sebagai supervisor, (3) adanya penurunan kinerja guru merupakan salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa SMK Negeri 5 Sukoharjo.
Salah satu kompetensi keahlian yang ada di SMK Negeri 5 Sukoharjo adalah Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Guru pengampu TKJ terdiri dari 10 orang, 4 orang berstatus PNS dan 6 orang berstatus Guru Tidak Tetap (GTT). Diantara 10 orang guru tersebut ada 3 orang yang kualifikasi akademiknya tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Sehubungan dengan hal di atas maka perlu dilakukan pemelitian tindakan sekolah dengan judul: Peningkatan Kinerja Guru Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) sebagai Bagian Peningkatan Capaian Mutu Sekolah melalui Pelatihan Berkelanjutan di SMK Negeri 5 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini adalah Bagaimana proses dan hasil kinerja guru Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) sebagai bagian peningkatan capaian mutu sekolah melalui pelatihan berkelanjutan di SMK Negeri 5 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020?
Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas proses dan hasil kinerja guru Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) sebagai bagian peningkatan capaian mutu sekolah melalui pelatihan berkelanjutan di SMK Negeri 5 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Kinerja Guru
Kata kinerja dapat diterjemahkan dalam perfomance atau unjuk kerja, artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya pada tempat ia bekerja. Kinerja merupakan sesuatu yang esensial terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Maka dari itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap individu perlu diciptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja. Dalam materi diklat “Penilaian Kinerja Guru” yang diterbitkan oleh direktorat tenaga kependidikan, kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi (Barnawi dan Arifin, 2014: 11).
Kinerja guru dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri seorang guru, contoh: kemampuan, keterampilan, kepribadian, persepsi, motivasi, pengalaman lapangan, dan latar belakang keluarga. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar guru, contoh: gaji, sarana dan prasarana, lingkungan kerja fisik, dan kepemimpinan.
Mutu Sekolah
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia seperti kepala sekolah, guru laboran, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organisasi, dan deskripsi kerja. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita. Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakulikuler pada pesrta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelsaikan program pembelajaran tertentu (Danim, 2008: 53).
Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kepala sekolah adalah personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya merupakan tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatif yang mengarah kepada perkembangan dan kemajuan sekolah adalah merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah (Daryanto, 2011: 80).
Menyadari adanya peranan-peranan tersebut kiranya sangat berguna bagi para kepala sekolah untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan menuju ke arah yang lebih baik lagi. Fungsi kepala sekolah secara umum yaitu sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator.
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan supervisor khusus yang independen dan dapat meningkatkan objektivitas pembinaan dan pelaksanaan tugasnya. artinya kepala sekolah berfungsi sebagai pengawas, pengendali, pembina, pengarah, dan pemberi contoh kepada para guru dan staf yang ada di sekolah.
Pelatihan Berkelanjutan
Dalam mewujudkan tercapainya peningkatan mutu pendidikan adalah diadakan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah melalui beberapa cara antara lain: peningkatan profesionalisme guru agar lebih efektif dalam pelaksanaan peran dan fungsinya di sekolah. Sedangkan bentuk latihan sekolah atau model pelatihan yang dilaksanakan adalah pelatihan guru berkelanjutan. Adapun metode pelatihan dilakukan melalui bimbingan personal dan ditekankan pada kompetensi pedagogik.
Tujuan utama pelatihan berkelanjutan adalah untuk memperoleh kecakapan khusus yang diperlukan oleh guru dalam rangka pelaksanaan tugas pembelajaran di sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2002:381) selain itu bertujuan untuk pengembangan pribadi, pengembangan profesional, pemecahan masalah, tindakan yang remedial, motivasi, peningkatan mobilitas, dan keamanan anggota organisasi.
Hipotesis
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka diduga terdapat peningkatan kualitas proses dan hasil kinerja guru Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) melalui pelatihan berkelanjutan sebagai upaya capaian mutu sekolah di SMK Negeri 5 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Peneliti menentukan tempat penelitian dengan alasan: a) peneliti merupakan kepala sekolah di SMK Negeri 5 Sukoharjo sehingga memudahkan untuk pengambilan data, b) belum ada peneliti yang melakukan penelitian tentang hal ini di SMK Negeri 5 Sukoharjo.
Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Septemer 2019 sampai dengan bulan Januari 2020.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru TKJ SMK Negeri 5 Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo yang merupakan tempat tugas peneliti sebagai kepala sekolah pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020, sejumlah 10 guru, terdiri dari 4 guru PNS dan 6 guru GTT
Desain Penelitian
Dalam penelitian ini tindakan dilaksanakan 3 siklus. Kegiatan dilaksanakan dalam semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan September 2019 sampai dengan bulan Januari 2020. Dalam pelaksanaan tindakan, rancangan dilaksanakan 3 siklus dengan 4 tahaapan yang meliputi: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi.
Menurut Zuber dan Skerrit dalam Ismawati (2011: 57) pada prinsipnya penelitian kaji tindak dilakukan dalam siklus yang melibatkan empat proses, antara lain perencanaan strategis, aksi, observasi, dan refleksi kritis.
Sumber Data
Data dari penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu: Guru TKJ: diperoleh data tentang peningkatan kinerja guru
Kepala sekolah : diperoleh data tentang pelatihan berkelanjutan
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara dan observasi, dan angket menggunakan instrumen penilaian kinerja guru.
Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data digunakan dua cara yaitu:
Kuantitatif : untuk menghitung besarnya peningkatan kinerja guru (dalam%).
Kualitatif : untuk memberikan gambaran hasil penelitian.
Indikator Kinerja Guru
Indikator keberhasilan kinerja guru TKJ dalam penelitian ini jika secara individu memperoleh nilai kinerja minimal 65, dan secara klasikal minimal 85% guru yang memperoleh nilai kinerja minimal 65.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Nilai Kinerja Guru TKJ Setiap Siklus
Dari tabel hasil nilai kinerja guru TKJ dari siklus I sampai dengan siklus III dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kinerja guru TKJ sebesar 63%, terdapat 3 guru yang memperoleh nilai ≥ 65 (tuntas) sedangkan 7 orang guru memperoleh nilai kinerja di bawah 65 (belum tuntas).
- Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kinerja guru TKJ sebesar 68,6%, terdapat 6 guru memperolah nilai ≥ 65 (tuntas) sedangkan 4 orang guru memperoleh nilai kinerja di bawah 65 (belum tuntas).
- Pada siklus III diperoleh nilai rata-rata kinerja guru TKJ sebesar 80,6%, semua guru TKJ telah memperolah nilai ≥ 65 (tuntas).
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
- Terjadi peningkatan kinerja guru setelah diberi tindakan yaitu terjadi 63,00% menjadi 68,60% ada kenaikan sebesar = 5,60%
- Dari sebelum tindakan (siklus I) sampai dengan siklus II dari 63,00% menjadi 68,60%, dan dari siklus II ke siklus III juga ada peningkatan sebanyak (80,50% – 68,60%) = 11,90%.
- Ketuntasan nilai kinerja guru sebelum diberi tindakan (siklus I) sebesar 30% kemudian pada siklus II naik menjadi 60% dan pada siklus III naik lagi menjadi 100%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pelatihan berkelanjutan kepala sekolah memiliki dampak positif dalam meningkatkan kinerja guru. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya skor/nilai kinerja guru dari pelatihan yang diberikan oleh kepala sekolah dari siklus I, II, dan III yaitu masing-masing 63,00% ; 68,60%; 80,50% Pada siklus III ketuntasan nilai kinerja guru secara kelompok telah tercapai.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil peningkatan kinerja guru TKJ melalui pelatihan berkelanjutan hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 10 orang guru yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata-rata memperoleh ; 63,00% meningkat menjadi 68,60% dan pada siklus III meningkat menjadi 80,50%.
Dari analisis data di atas bahwa upaya kepala sekolah meningkatkan kinerja guru TKJ melalui pelatihan berkelanjutan membuahkan hasil yang positif, yaitu dapat meningkatkan capaian mutu sekolah khususnya di SMK Negeri 5 Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, oleh karena itu diharapkan kepada para guru SMK dapat meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Berdasarkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dikatakan tuntas apabila guru telah mencapai nilai standar ideal 65 mencapai ≥ 85%. Sedangkan pada penilitian ini, pencapaian nilai ≥ 65 pada (siklus 3) mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam MBS yaitu mencapai 100%. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Kinerja guru TKJ di SMK Negeri 5 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 dapat ditingkatkan melalui pelatihan berkelanjutan ditandai dengan peningkatan rata-rata nilai kinerja guru TKJ dalam setiap siklus, yaitu siklus I (63%), siklus II (68,6%), dan siklus III (80,5%); 2) Peningkatan kinerja guru TKJ melalui pelatihan berkelanjutan adalah bagian peningkatan capaian mutu sekolah di SMK Negeri 5 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jogjakarta: DIVA Press.
Barnawi dan Mohammad Arifin. 2014. Kinerja Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2011. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka.
Purwanto, Ngalim. 1999. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjaun Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.