Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Matematika Realistik Berbantuan Kertas Origami
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PECAHAN
MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN
KERTAS ORIGAMI PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 03 KARANGANYAR
Kondang Pranoto
SD Negeri 03 Karanganyar
ABSTRAK
Matematika merupakan ilmu yang kajian objeknya bersifat abstrak, sehingga diperlukan pembelajaran yang membantu siswa dalam mengkonkretkan materi matematika yang abstrak. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat menjembatani materi matematika yang abstrak adalah pendekatan matematika realistik. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran pecahan dengan menerapkan pendekatan matematika realistik berbantuan kertas origami. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri 03 Karanganyar tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 24 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif menggunakan teknik tes dan non tes. Berdasarkan data awal sebelum penelitian, persentase hasil belajar siswa materi penjumlahan dan pengurangan pecahan sebesar 55,89%. Hasil pelaksanaan siklus I diperoleh nilai performansi guru sebesar 78,26 (B). Pada siklus II, nilai performansi guru meningkat menjadi 87,97 (A). Pada siklus I, persentase aktivitas belajar siswa mencapai 68,35% dan pada siklus II meningkat menjadi 82,9%. Pada siklus I, rata-rata nilai hasil belajar siswa mencapai 82,89 dengan persentase tuntas klasikal sebesar 85,29%. Sementara, pada siklus II rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi 90,46 dengan persentase tuntas belajar klasikal sebesar 91,18%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan matematika realistik berbantuan kertas origami dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pecahan.
Kata Kunci: Kertas Origami; Kualitas Pembelajaran; dan Pendekatan Matematika Realistik.
Pendahuluan
Matematika merupakan ilmu yang kajian objeknya bersifat abstrak. Marshall Walker (1955:155) dalam Sundayana (2014:3) mendefinisikan matematika sebagai studi tentang struktur-struktur abstrak dengan berbagai hubungannya. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada siswa sejak sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematik, kritis, dan kreatif. Dengan belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, dalam kenyataannya banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika. Hal ini terbukti dari banyaknya siswa yang belum mencapai KKM dalam pelajaran matematika. Salah satu materi matematika yang sulit dipahami siswa adalah penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kesulitan belajar dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan ini juga dialami oleh siswa kelas V SD Negeri 03 Karanganyar. Berdasarkan hasil studi dokumentasi di kelas V, diperoleh keterangan bahwa masih banyak siswa belum mencapai KKM. Dari 24 siswa kelas V tahun pelajaran 2016/2017, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM hanya 55,89% dengan KKM 70.
Kesulitan belajar tersebut terjadi karena siswa sulit memahami materi matematika yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu, dalam diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat menjembatani keabstrakan objek matematika tersebut. Selain itu, perlu diakui bahwa guru selama ini masih menggunakan pendekatan pembelajaran tradisional. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Materi yang disampaikan juga tidak dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari, sehingga siswa mudah lupa dan tidak dapat mengaplikasikannya.
Pendekatan matematika realistik merupakan pendekatan matematika yang mengajak siswa untuk menemukan ide dan konsep matematika dengan mengeksplorasi masalah nyata di sekitar mereka. Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Dalam pendekatan matematika realistik ini, konteks digunakan untuk mempermudah siswa membayangkan dan memahami konsep. Dalam pendekatan matematika realistik siswa didorong untuk memahami konteks menggunakan pengalaman mereka, intuisi dan akal sehat. Realistis disini bukan hanya merujuk pada dunia nyata, tetapi juga merujuk pada masalah nyata yang dapat difikirkan dan dibayangkan oleh anak. Devrim (1959) menyatakan bahwa pendekatan matematika realistik berusaha mendekatkan matematika untuk anak-anak dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Masalah yang di berikan pada siswa dapat berupa masalah yang dikaitkan dengan dunia nyata, namun hal ini tidak selalu diperlukan. Masalah awal dapat diberikan pada siswa melalui modelling. Dengan menggunakan model siswa akan mengamati dan menganalisis masalah yang sedang disajikan dalam model. Media yang digunakan guru dalam pembelajaran ini adalah kertas origami. Kertas origami atau lebih dikenal dengan kertas lipat merupakan kertas yang biasa digunakan sebagai media kesenian melipat kertas. Dalam pembelajaran ini, kertas origami dilipat dan dibentuk sesuai dengan materi pecahan untuk memberikan bayangan awal pada siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka guru kelas V tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Melalui Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan Kertas Origami Pada Siswa Kelas V SD N 03 Karanganyarâ€.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama membutuhkan waktu 2 jam pelajaran dan pertemuan kedua membutuhkan waktu 3 jam pelajaran. Dalam setiap siklus harus memuat empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
Data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah performansi guru, hasil belajar siswa, dan aktivitas siswa. Data yang akan diambil dari siswa yaitu data mengenai aktivitas dan hasil belajar setelah menerapkan pendekatan matematika realistik berbantuan kertas origami dalam pembelajaran matematika materi pecahan. Aktivitas belajar diukur melalui pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan. Sementara hasil belajar siswa akan diukur menggunakan tes formatif. Sumber data guru berasal dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru selama pembelajaran dengan menggunakan APKG I dan APKG II. APKG I digunakan untuk menilai perencanaan pembelajaran yang dibuatguru dan APKG II digunakan untuk menilai performansi guru dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh teman sejawat.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan non tes. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang dilakukan melalui tes formatif. Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan performansi guru. Dokumentasi meliputi hasil tes formatif siswa dan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa serta lembar pengamatan performansi guru. Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yang diolah dalam penelitian ini adalah nilai tes formatif, nilai rata-rata kelas, ketuntasan belajar secara individu dan ketuntasan belajar secara klasikal. Analisis tingkat keberhasilan tindakan pada setiap siklusnya diukur menggunakan tes formatif yang diberikan pada siswa setiap akhir siklus. Data kualitatif dalam penelitian diperoleh melalui observasi terhadap aktivitas siswa dan performansi guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan kertas origami.
Hasil dan Pembahasan
Tahap awal dari proses penelitian yaitu menyusun instrumen. Instrumen pada penelitian berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar APKG, dan soal tes formatif. Rencana pelaksanaan pembelajaran di rancang sesuai dengan pendekatan matematika realistik. Pengamatan performansi guru dilakukan oleh guru sejawat. Hasil penilaian terhadap aktivitas siswa, performansi guru, dan hasil belajar siswa selama siklus I dan siklus II dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Gambar 1. Diagram Rata-rata Hasil Siklus I dan Siklus II
Dari diagram diatas, diketahui bahwa nilai performansi guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Pada siklus I rata-rata nilai performansi guru dari hasil pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 78,26. Pada siklus II, guru melakukan perbaikan terhadap kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran siklus I, sehingga terjadi peningkatan hasil performansi dengan rata-rata nilai pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 87,9. Nilai tersebut sudah mencapai kriteria keberhasilan A (≥86-100) dan telah memenuhi target, sehingga tidak diperlukan lagi siklus berikutnya.
Nilai aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan pada siklus II. Pada siklus I persentase rata-rata aktivitas belajar siswa dari pertemuan I dan pertemuan II adalah 68,35%. Aktivitas belajar siswa pada siklus I secara keseluruhan tergolong dalam kriteria tinggi namun belum mencapai kriteria keberhasilan. Sebagian besar siswa masih takut dan malu-malu untuk menanyakan materi yang belum mereka pahami dan mengemukakan pendapat mereka sendiri. Hal tersebut menjadikan kegiatan diskusi kelas menjadi pasif. Kegiatan diskusi kelompok masih didominasi oleh siswa-siswa yang pandai saja. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum terbisa dengan pendekatan matematika realistik. Siswa tidak terbiasa untuk melakukan percobaan, presentasi, dan mengemukakan pendapat. Pada siklus II, siswa yang biasanya pasif mulai berani untuk maju mengungkapkan pendapatnya meskipun jawaban yang diungkapkan kurang benar. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru dengan menggunakan kertas origami juga meningkat pada siklus II. Ketekunan dan kerja sama siswa dalam mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok juga mulai terbentuk. Hanya beberapa siswa yang masih malu-malu untuk mengemukakan pendapatnya. Pada siklus II diperoleh persentasee rata-rata nilai aktivitas siswa adalah 82,9%. Nilai ini telah memenuhi target keberhasilan yang diharapkan dengan kriteria sangat tinggi (≥75%), sehingga tidak diperlukan lagi siklus berikutnya.
Hasil belajar siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Pada siklus I, persentase tuntas belajar klasikal adalah 85,29% dengan rata-rata 82,89. Hasil siklus I tersebut sebenarnya sudah cukup optimal dan memenuhi target keberhasilan, namun masih dapat ditingkatkan pada siklus berikutnya. Pada siklus II persentase tuntas belajar klasikal adalah 91,18% dengan rata-rata 90,46. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi pada siklus II. Banyak siswa memperoleh nilai 100, dan hanya 3 siswa yang tidak tuntas KKM (70) dengan nilai terendah 44,44. Dari data analisis yang telah diperoleh peneliti, pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan kertas origami telah berhasil meningkatkan aktivitas siswa, hasil belajar siswa, serta performansi guru.
SIMPULAN
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada aktivitas dan hasil belajar siswa, serta performansi guru pada siklus II dalam penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan kertas origami pada materi penjumlahan dan perngurangan pecahan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan kertas origami dapat meningkatkan kualitas pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 03 Karanganyar.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Andayani. 2011. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung: Yrama Widya
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Devrim dan Sevinc. 2006. Attitudesof 7th Class Students Toward Mathematics in Realistic Mathematics Education. International Mathematical Forum. Online. Avaliable at http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.m-hikari.com%2Fimf-password%2F37-40-2006%2FuzelIMF37-40-2006.pdf&ei=ITfIVIr5PKS1mwWZ24CACQ&usg=AFQjCNGXPO2sK5R6zsWwyYM1bwb47BVaeg&bvm=bv.84607526,d.dGY [Diakses 24/01/2015]
Rifa’i dan Anni, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yonny, Acep dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.