Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Melalui Model STAD Dengan Memedi Sumpek
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MATERI OPERASI HITUNG PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DENGAN MEMEDI SUMPEK PADA SISWA KELAS III
SEMESTER 1 SD NEGERI 3 TLAGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Arif Setiya Pramono
SD Negeri 3 Tlaga UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas III SD Negeri 3 Tlaga Kecamatan Punggelan Tahun Pelajaran 2017/2018. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar Matematika. Secara umum penelitian ini bermanfaat mengetahui strategi pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran Matematika untuk peningkatan minat dan prestasi belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD serta sebagai dasar penelitian selanjutnya. Subjek penelitian 23 siswa terdiri 15 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Kegiatan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan dan pengamatan. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil siklus 1: minat belajar siswa baru mencapai 65,22%. Minat yang kategori tinggi dari 5 siswa menjadi 15 siswa, sedang minat yang rendah dari 13 siswa menjadi 7 siswa. Prestasi belajar nilai tertinggi 100, terendah 47, rata-rata 74 dan ketuntasan belajar baru mencapai 65,22%. Siklus II minat siswa kategori tinggi 22 siswa atau 95,65%. Siswa yang memiliki minat sedang 0 siswa atau 0% dan siswa memiliki minat kategori rendah 1 siswa atau 4,35%. Ini berarti ada kenaikan dalam minat siswa dari siklus 1 dari 15 siswa menjadi 22 siswa atau 65,22% menjadi 95,65%. Untuk data siklus II hasil nilai tertinggi 100, terendah 57 dan nilai rata-rata 91,6. Pada siklus I nilai rata-rata 74 sehingga ada kenaikan menjadi 91,6 dan ketuntasan belajar dari 65,22% menjadi 95,65% di siklus II. Dengan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Memedi Sumpek dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Oleh sebab itu guru perlu menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Memedi Sumpek di sekolahnya.
Kata kunci: minat siswa, prestasi belajar, Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
PENDAHULUAN
Pembelajaran Matematika yang dilakukan di Kelas III SD Negeri 3 Tlaga belum menggunakan model pembelajaran yang menarik atau bervariasi. Matematika sering kali hanya dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit sehingga banyak siswa yang kurang menyukainya. Bagi siswa pelajaran Matematika dianggap pelajaran yang paling sulit, membosankan, menakutkan, dan sangat tidak menyenangkan, sehingga menyebabkan minat dan prestasi belajar matematika sangat kurang.
Minat dan prestasi sebagian besar siswa kelas III SD Negeri 3 Tlaga selama proses pembelajaran Matematika masih tergolong rendah. Hal ini dapat peneliti lihat bahwa dalam pembelajaran Matematika, banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, bermain-main dengan temannya, berjalan-jalan bahkan berlarian dengan teman-temannya, menyanyi sendiri, berbicara dengan temannya, ada yang menggambar, dan ada yang mengganggu teman-temannya. Anak usia SD masih tergolong pada tahap operasional konkret. Sehingga anak senang bermain dan suka mengelompok. Karena dalam pembelajaran yang digunakan oleh hanya memberikan pengetahuan dengan cara verbal, menghafal, berpusat pada guru, dan belum memanfaatkan media pembelajaran yang memadai sehingga pembelajaran kurang bermakna dan sulit dipahami oleh siswa.
Dalam hal ini peneliti harus memilih model pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada anak usia SD. Model pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai pelajaran yang diajarkan guru. Agus Suprijono (2015: 152 – 153) mengemukakan dalam STAD langkah-langkahnya diantaranya membentuk kelompok yang anggotanya sama dengan emat orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lian-lain), guru menyajikan pelajaran, guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti, guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu, memberi evaluasi dan kesimpulan.
Ketika guru melakukan studi pendahuluan tentang mata pelajaran Matematika. Hasil minat dan tes prestasi belajar tingkat pemahaman materi sangat rendah. Hal ini terbukti hanya 8 siswa atau 35% yang mencapai ketuntasan belajar dari 23 siswa. Jika hal ini dibiarkan atau tidak segera diatasi berpengaruh buruk terhadap proses belajar selanjutnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas III SD Negeri 3 Tlaga dengan langkah melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Perkalian Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Memedi Sumpek Siswa Kelas III Semester 1 SDN 3 Tlaga Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pembelajaran
Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford (1992) menyebut belajar sebagai kegiatan pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran, diartikan sebagai upaya membuat individu belajar, yang dirumuskan Robert W. Gagne (1977) sebagai pengaturan peristiwa yang ada di luar diri seseorang peserta didik, dan dirancang serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar. Pengaturan situasi pembelajaran biasanya disebut management of learning and conditions of learning ((Nabisi Lapono, dkk, 1-14).
Menurut M. Djauhar Siddiq, dkk (2008) menyatakan pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu.
Menurut Udin S Winaputra kata pembelajaran mengandung arti “proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan (Ngalimun, dkk, 2016: 29).
Sedangkan menurut Wenger (1998:227; 2006: 1) mengatakan, “Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosialâ€.
Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada sesuatu lingkungan belajar atau yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan proses belajar, pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran yang terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial.
Matematika
Sutrisman Murtadho dan Tambunan (1987: 24) mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang dapat membantu manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan serta dalam mengambil keputusan. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk membuat siswa memahami dan mengerti konsep dalam matematika SD adalah dengan objek langsung kepada anak. Anak dikenalkan benda secara konkrit yang dihubungkan dengan konsep angka dan perhitungan. Objek langsung dalam matematika terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip. Selain objek langsung dalam matematika juga terdapat objek tidak langsung yang terdiri dari mengalihkan perhatian, kemampuan menyelidiki, kemampuan pemecahan soal, disiplin diri, dan apresiasi terhadap struktur matematika. Setiap objek langsung pengajaran matematika tersebut memiliki tingkat kesulitan yang menuntut kemampuan kognitif yang berbeda, maka mengajarkan objek langsung dalam pengajaran matematika memerlukan strategi mengajar tersendiri yang sesuai dengan objek yang sedang dipelajari siswa.
Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif (Sutawijaya,1997:176). Menurut Hudoyo (1990:3) matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sebagai guru matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural (Nyimas Aisyah, dkk, 2007: 1).
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang dapat membantu manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak yang terdiri dari fakta berupa simbol (lambang) angka-angka, jumlah, bentuk dan ukuran.
Memedi Sumpek (Menggunakan Media Sumpit Matematika Perkalian)
Memedi Sumpek merupakan singkatan dari beberapa kata di antaranya yaitu Menggunakan Media Sumpit Matematika Perkalian. Media yang digunakan adalah sumpit untuk mengajarkan mata pelajaran Matematika materi Operasi Hitung Perkalian sehingga diharapkan siswa akan tertarik, lebih memahami dan membantu dalam operasi hitung perkalian.
Sudjana dan Rivai (1992: 2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; 4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain (https://herminegari.wordpress.com/perkuliahan/fungsi-dan-manfaat-media-pembelajaran/)
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamrah (2014: 137), manfaat penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar, terutama untuk tingkat SD, sangat penting. Sebab pada masa ini siswa masih berpikir konkret, belum mampu berpikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu mereka dalam memahami konsep tertentu, yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan itulah dapat diwakili oleh peranan media. Di sini nilai praktis media terlihat, yang bermanfaat bagi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
Menurut Wikipedia (2017), sumpit adalah alat makan yang berasal dari Asia Timur, berbentuk dua batang kayu sama panjang yang dipegang di antara jari-jari salah satu tangan. Sumpit digunakan untuk menjepit dan memindahkan makanan dari wadah, dari piring satu ke piring lain atau memasukkan makanan ke dalam mulut. Sumpit bisa dibuat dari bahan seperti bambu, logam, gading dan plastik yang permukaannya sudah dihaluskan atau dilapis dengan bahan pelapis seperti pernis atau cat supaya tidak melukai mulut dan terlihat bagus.
Dalam pemanfaatannya sumpit tidak digunakan untuk alat makan tetapi digunakan sebagai media pembelajaran berupa Memedi Sumpek (Menggunakan Media Sumpit Matematika Perkalian) untuk membantu Operasi Hitung Perkalian sehingga dapat menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik, memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya, lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan, membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan sebagainya.
METODE PENELITIAN
Subjek, Setting dan Waktu
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 3 Tlaga berjumlah 23 siswa, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Setting penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Tlaga Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Matematika selama 2 siklus. Jadwal pelaksanaan penelitian sebagai berikut, Siklus I tanggal 24 Agustus 2017 s.d. 2 September 2017 Siklus II tanggal 14 September 2017 s.d. 11 Oktober 2017 dengan kompetensi dasar 4.1 Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka.
Data, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan: 1) Teknik tes yang digunakan adalah tes prestasi belajar Matematika, 2) Teknik pengamatan, 3) Teknik dokumentasi, dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen pra siklus tentang kemampuan minat belajar, prestasi belajar serta dokumen perangkat pembelajaran. Selain hal tersebut digunakan dokumentasi foto kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini analisis data menggunakan analisis data tes prestasi belajar, analisis data pengamatan, dan analisis data dokumentasi.
Prosedur Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Empat tahapan dalam PTK tersebut sering disebut dengan satu siklus. Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada penelitian ini dirujuk dari model Kemmis & Taggart yang meliputi: 1) Menyusun perencanaan, 2) Melaksanakan tindakan, 3) Pengamatan, dan 4) Refleksi. Keempat tahap dalam penelitian tersebut adalah unsur yang membentuk sebuah siklus (Suharsimi Arikunto, 2006: 16).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Pembelajaran mata pelajaran Matematika yang dilakukan peneliti pada kondisi awal pembelajaran Matematika minat siswa rendah. Hal ini ditunjukkan hasil observasi dari 23 siswa diperoleh hasil yakni hanya ada 5 siswa atau 22% yang memiliki kemampuan kategori minat tinggi. Jumlah siswa yang memiliki minat rendah 13 siswa atau 56%, minat sedang 5 siswa atau 22%, kemampuan siswa tinggi 5 siswa atau 22%. Secara umum kemampuan minat dalam proses pembelajaran Matematika di SD Negeri 3 Tlaga kategori rendah.
Dari nilai tes prestasi belajar pra siklus menunjukkan banyak siswa yang belum tuntas dari KKM 70 ada 5 siswa dengan ketuntasan belajar 35%. Nilai tertinggi 80, nilai terendah 20 dan nilai rata-rata 59.
Siklus I
Minat Siswa
Hasil selengkapnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 1 Daftar Distribusi Frekuensi Minat Pada Siklus I
Rentang Data |
Tally |
Frekuensi |
% |
S X F |
36 – 48 |
|
15 |
65,22 |
42x15= 630 |
24 – 35 |
l |
1 |
4,35 |
29,5x1= 29,5 |
12 – 23 |
|
7 |
30,43 |
17,5x7= 122,5 |
Jumlah |
|
23 |
100 |
782 |
Rata-rata |
|
|
|
34 |
Berdasarkan tabel di atas kemampuan minat diperoleh hasil sebagai berikut: siswa yang memiliki skor rentang data 36–48 termasuk kategori tinggi berjumlah 15 siswa atau 65,22%, skor rentang data 24–35 kategori sedang berjumlah 1 siswa atau 4,35%, skor rentang data 12–23 kategori rendah berjumlah 7 siswa atau 30,43%, dan skor rata-rata 34.
Tes Prestasi Belajar
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis prestasi belajar siswa. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 2 Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Pada Siklus I
Rentang Data |
Tally |
Frekuensi |
% |
S X F |
91-100 |
lll |
3 |
13 |
95,5 x 3= 286,5 |
81-90 |
ll |
2 |
8,7 |
85,5 x 2= 171 |
71-80 |
|
10 |
43,5 |
75,5 x 10= 755 |
61-70 |
ll |
2 |
8,7 |
65,5 x 2= 131 |
51-60 |
llll |
4 |
17,4 |
55,5 x 4= 222 |
41-50 |
ll |
2 |
8,7 |
45,5 x 2= 91 |
Jumlah |
23 |
100 |
1656,5 |
|
Rata-rata |
|
|
72 |
Diskusi refleksi dilakukan pada hari Senin tanggal 4 September 2017 di SD Negeri 3 Tlaga dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif diperoleh data berdasarkan kriteria keberhasilan 1) Kemampuan minat baru mencapai 65,22% atau 15 siswa yang memiliki minat tinggi sehingga belum berhasil karena kriteria keberhasilan 75%, 2) Prestasi belajar mata pelajaran Matematika nilai rata-rata baru mencapai 74 dengan ketuntasan belajar 65,22% sehingga belum berhasil karena kriteria keberhasilan nilai rata-rata dengan ketuntasan belajar 75%.
Keputusan refleksi bersama kolaborator maka kekurangan yang segera diperbaiki adalah: 1) Media atau alat peraga masih kurang, 2) Memaksimalkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Akhirnya memutuskan untuk melanjutkan siklus II.
Siklus II
Minat Siswa
Data tentang minat diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus II, instrumen data berupa lembar data pengamatan yang terdiri dari 12 indikator. Dari data diperoleh kemampuan minat skor 36-48, kategori tinggi, kemampuan minat skor 24-35, kategori sedang, kemampuan minat 12-23 kategori rendah. Hasil selengkapnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 3 Daftar Distribusi Frekuensi Minat Pada Siklus II
Rentang Data |
Tally |
Frekuensi |
% |
S X F |
36 – 48 |
|
22 |
95,65 |
42 x 22 = 924 |
24 – 35 |
– |
0 |
0 |
29,5 x 0 = 0 |
12 – 23 |
L |
1 |
4,35 |
17 x = 17 |
Jumlah |
|
23 |
100 |
941 |
Rata-rata |
|
|
|
41 |
Berdasarkan tabel di atas minat diperoleh hasil sebagai berikut: siswa yang memiliki skor kategori tinggi 22 siswa atau 95,65% pada rentang data 36 – 48, skor kategori sedang 0 siswa pada rentang data 24 – 35 dan skor kategori rendah 1 siswa atau 4,35% pada rentang data 12 – 23.
Tes Prestasi Belajar
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis prestasi belajar terhadap siswa dengan jumlah 23 siswa. Soal terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda, 5 butir soal isian, dan 5 butir soal uraian. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4 Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Pada Siklus II
Rentang Data |
Tally |
Frekuensi |
% |
S X F |
91-100 |
|
13 |
57 |
95,5 x 13 = 1241,5 |
81-90 |
|
6 |
26 |
85,5 x 6 = 513 |
71-80 |
lll |
3 |
13 |
75,5 x 3 = 226,5 |
61-70 |
|
|
|
|
51-60 |
l |
1 |
4 |
55,5 x 1 = 55,5 |
Jumlah |
23 |
100 |
2036,5 |
|
Rata-rata |
|
|
89 |
Berdasarkan tabel di atas nilai tertinggi pada rentang data 91 – 100 berjumlah 13 siswa, nilai terendah pada rentang data 51 – 60 berjumlah 1 siswa, dan diperoleh rata-rata 89.
Pembahasan
Pada pengamatan pra siklus kemampuan minat tinggi hanya 22% atau 5 siswa dari 23 siswa, kemampuan minat sedang 22% atau 5 siswa dan kemampuan minat kurang 56% atau 13 siswa. Jadi rerata kemampuan minat pada pra siklus adalah rendah. Setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mengalami peningkatan.
Kemampuan minat tinggi 65,22% atau 15 siswa dari 23 siswa. Kemampuan minat sedang 4,35% atau 1 siswa. Rerata kemampuan minat pada siklus I adalah sedang. Hal ini pembelajaran lebih efektif dan siswa lebih aktif, bekerjasama dengan baik, saling memotivasi, mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok, dan situasi kelas lebih menyenangkan. Namun media/alat peraga masih belum lengkap dan sesuai sehingga pembelajaran belum mencapai indikator keberhasilan.
Pada siklus II penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD materi perkalian dengan Memedi Sumpek. Hal ini mampu meningkatkan minat siswa secara optimal. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut. Kemampuan minat tinggi 95,65% atau 22 siswa dari 23 siswa. Kemampuan minat sedang 0 siswa atau 0%, dan yang kemampuan minat kurang 1 siswa atau 4,35%.
Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan observasi pada saat proses pembelajaran diperoleh data pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5 Perbandingan Minat Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No |
Kategori Minat |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Tinggi |
5 |
15 |
22 |
2 |
Sedang |
5 |
1 |
0 |
3 |
Kurang |
13 |
7 |
1 |
4 |
Rerata |
27,4 |
33,5 |
41 |
Hal ini dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan rerata kemampuan minat siswa dari 27,4 menjadi 41.
Sementara dari aspek prestasi belajar mata pelajaran Matematika yang diukur melalui tes prestasi menunjukkan hasil pada pra siklus rerata 27,4 dan ketuntasan belajar 35% setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ada peningkatan. Pada siklus I rerata 74 dan ketuntasan 65,22%. Berdasarkan diskusi refleksi disimpulkan hasil belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dalam media/alat peraga dan memaksimalkan keaktifan siswa. Hasil tes prestasi pada siklus II rerata 91,6 dan ketuntasan belajar 95,65%. Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus dan siklus I setelah dilakukan ulangan pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 6 Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Prestasi Belajar Matematika |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai Tertinggi |
80 |
100 |
100 |
2 |
Nilai Terendah |
20 |
47 |
57 |
3 |
Nilai Rata-rata |
59 |
74 |
91,6 |
4 |
Ketuntasan Belajar |
39 |
65 |
95,65% |
Berdasarkan data pada tabel di atas terlihat pra siklus nilai rata-rata 59, pada siklus I rata-rata 74, dan siklus II rata-rata 91,6. Dengan demikian pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar pada siklus I dengan rata-rata 59 menjadi 74 dan siklus II dari 74 menjadi 91,6. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika meningkatkan rerata dari 59 menjadi 91,6. Ketuntasan belajar pada pra siklus 39%, mengalami kenaikan pada siklus I menjadi 65%, dan siklus II mengalami kenaikan menjadi 95,65%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan ketuntasan dari 39% menjadi 74%. Sedangkan pada siklus II meningkat dari 74% menjadi 95,65%. Dengan demikian pembelajaran melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 39% menjadi 95,65%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Memedi Sumpek dapat meningkatkan minat siswa mata pelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Perkalian siswa kelas III SD Negeri 3 Tlaga semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 dari kemampuan minat rata-rata 59 berkategori rendah pada pra siklus menjadi rata-rata 91,6 berkategori tinggi pada akhir siklus II, 2) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Memedi Sumpek dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Perkalian siswa kelas III SDN 3 Tlaga semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 dari pra siklus rata-rata 59 dengan ketuntasan belajar 39% menjadi rata-rata 91,6 dengan ketuntasan belajar 95,65% pada akhir siklus II.
Saran
Saran untuk penelitian lanjut diantaranya 1) teknik pengumpulan data pada indikator analisa hasil tentang minat dan prestasi belajar Matematika materi Perkalian melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Memedi Sumpek didapatkan hasil yang belum maksimal. Peneliti lain selanjutnya dapat menemukan tehnik yang tepat agar peningkatan minat dan prestasi belajar matematika lebih maksimal, 2) peneliti lain disarankan untuk menambah siklus, 3) disarankan menggunakan instrumen validitas dan reabilitas yang standar. Sedangkan saran untuk penerapan hasil penelitian adalah mengingat penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Memedi Sumpek dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika maka guru perlu menerapkan di sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi. 1999. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud.
Aina Mulyana. 2012. Pengertian Minat dan Minat Belajar Siswa. http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/minat-belajar.html. Tanggal akses 18 okt 2017.
Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Ani Sakti. 2016. Pengertian, Faktor, Ciri-Ciri Tes Prestasi Belajar Lengkap. http://anisakti.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-faktor-ciri-ciri-tes.html#. Tanggal akses 18 Oktober 2017.
Arikunta, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asra, dkk. 2007. Komputer dan Media Pembelajaran di SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gugut Luficha. 2012. Pengertian Prestasi Belajar. http://ggugutlufichasepti.blogspot.co.id/?m=1. Tanggal akses 24 Oktober 2017.
Hariyanto. 2010. Pengertian Prestasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/pengertian-prestasi-belajar/. Tanggal akses 24 Oktober 2017.
Heni Yuliastuti. 2014. “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SD Negeri Sukowuwuhâ€. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Herminegari. 2012. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran. https://herminegari.wordpress.com/perkuliahan/fungsi-dan-manfaat-media-pembelajaran/. Tanggal akses 18 Oktober 2017.
Huda, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2016. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Lapono, Nabisi. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Murtadho, Sutrisman, dkk. 1987. Pengajaran Matematika. Jakarta, Universitas Terbuka.
Ngalimun, dkk. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Priyo Darmanto & Puji Wiyoto. 2007. Kamus Inggris Indonesia. Surabaya: Arloka.
Siddiq, M. Djauhar, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Diterjemahkan oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
Sunar Prasetyono, Dwi. 2009.Yuk Belajar Matematika 2.Yogyakarta: Power Books (Ihdina).
Supraptiningsih, dkk. 2017. Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan SD Kelas Awal Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan Pengembangan Soal: Kelompok Kompetensi A. Jakarta: Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003.
Wikipedia. 2017. Sumpit. https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpit. Tanggal akses 26 Oktober 2017.
. 2016. Prestasi Belajar, Pengertian dan Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa. http://prestasibelajar-siswa-pengertian-dan.html. Tanggal akses 24 Oktober 2017.