Peningkatan Perilaku Guru Melalui Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama
PENINGKATAN PERILAKU GURU
DALAM MENGEMBANGKAN PERENCANAAN
PEMBELAJARAN TERINTEGRASI PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER, C4, LITERASI, DAN HOTS
MELALUI BIMBINGAN PELATIHAN DAN KAJIAN BERSAMA
DI WILAYAH BINAAN I SMP KABUPATEN BOYOLALI
PADA SEMESTER 1 TAHUN 2017/2018
Sunarto
Pengawas Wilayah Binaan 1 SMP Kabupaten Boyolali
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah: (1) mendiskripsikan peningkatan proses Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama dalam meningkatkan perilaku guru mengembangkan perencanaan pembelajaran (RPP) dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS dan (2) mendiskripsikan peningkatan perilaku guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran terintegrasi PPK, C4, Literasi, dan HOTS melalui bimbingan pelatihan dan kajian bersama di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali pada semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018.Penelitian ini dilakukan dengan subyek penelitian 24 orang guru dari 7 SMP Negeri dan Swasta di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali. Setting penelitian tindakan sekolah ini adalah di SMP Negeri 1 Boyolali dan SMP Negeri 1 Musuk Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah dengan langkah-langkah penelitian planning, acting, observing, dan reflecting. Pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Hasil penelitian tindakan sekolah yang diperoleh adalah bahwa: (1) terdapatpeningkatan proses bimbingan pelatihan dan kajian bersama dalam penelitian pengembangan perencanaan pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018dari siklus 1 ke siklus 2 pada semua tahapan, yakni: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan peningkatan rata-rata proses kegiatan oleh peserta sebesar 0,39 (16,4%) dan proses kegiatan oleh peneliti sebesar 0,14 (5,5%); (2) terdapat peningkatan perilaku guru yang positif setelah dilakukan Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama pengembangan perencanaan pembelajaran terintegrasi PPK, 4C, Literasi dan HOTS di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali pada semester I tahun pelajaran 2017/2018 dengan hasil sebagai berikut: (1) keaktifan guru meningkat dari cukup pada siklus 1 naik menjadi tinggi pada siklus 2; (2) kedisiplinan gurumeningkat dari cukup pada siklus 1 naik menjadi cukup tinggi pada siklus 2; (3) kepercayaan diri guru meningkat daricukup dengan kondisi belum merata pada siklus 1 meningkat menjadi cukup tinggi dengan kondisi lebih merata pada siklus 2; (4) kemampuan guru bekerjasama dan berbagi meningkat dari cukup tinggi pada siklus 1 meningkat menjadi tinggi pada siklus 2.
Kata Kunci: Perilaku, Bimlat, Kajian Bersama, PPK, 4C, Literasi, HOTS.
ABSTRACT
The objectives of this school action research are: (1) describe the process of Coaching Guidance and Joint Study in improving teacher behavior to develop learning plans (RPP) by integrating PPK, 4C, Literacy and HOTS, and (2) describe the improvement in teacher behavior in developing integrated lesson planning (RPP) PPK, C4, Literacy, and HOTS through coaching training and joint studies in 1 target area of Boyolali Regency Junior High School in semester 1 of 2017/2018 Academic Year. This research was conducted with the target population or research subjects 24 teachers from 7 public and private SMP in Wilbin 1 SMP Boyolali Regency. The setting of this school action research is at SMP 1 Boyolali and SMP 1 Musuk Boyolali. The method used in this study is a school action research method that uses the steps of school action research, namely planning, acting, observing, and reflecting. The implementation of the action in two cycles, namely cycle 1 and cycle 2. Each cycle is held 2 meetings. School action research results obtained are that: (1) there is an increase in the process of training guidance and joint studies in the research development of learning planning by integrating KDP, 4C, Literacy and HOTS in Wilbin I Junior High School Boyolali in semester 1 of the 2017/2018 school year of the cycle 1 to cycle 2 at all stages, namely: preliminary activities, core activities, and closing activities with an average increase in the process of activities by participants by 0.39 (16.4%) and the process of activities by researchers by 0.14 (5, 5%); (2) there was an increase in positive teacher behavior after the Guidance Training and Joint Study of the development of integrated learning planning PPK, 4C, Literacy and HOTS in Wilbin I Junior High School Boyolali Regency in the first semester of the academic year 2017/2018 with the following results: (1) activity the teacher increased from sufficient in cycle 1 to high in cycle 2; (2) teacher discipline increased from sufficient in cycle 1 to increase to quite high in cycle 2; (3) teacher confidence increased from sufficient with uneven conditions in cycle 1 increased to quite high with more equitable conditions in cycle 2; (4) the ability of teachers to cooperate and share increased from high enough in cycle 1 to increase in height in cycle 2.
Keywords: Behavior, Bimlat, Joint Study, PPK, 4C, Literacy, HOTS.
PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah pada lampirannya menyebutkan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap guru wajib melakukan pengembangan perencanaan pembelajaran, pengembangan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Pendekatan pembelajaran kontekstual yang ditekankan dalam Permendikbud ini dalam rangka memperkuat proses berpikir ilmiah ini untuk menghasilkan pembelajaran peserta aktif yang mengintegrasikan pendidikan karakter, kegiatan literasi, dan keteraplan berpikir 4C. Realisasi pengintegrasian ini diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran dengan menuangkan terlebih dulu dalam perencanaan pembelajaran utamanya pada langkah-langkah pembelajaran.
Secara umum kondisi rata-rata perilaku guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran di Wilayah Binaan I SMP Kabupaten Boyolali masih di bawah standar proses pembelajaran yang diharapkan. Persentase guru yang memiliki kemauan untuk aktif dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran sendiri relatif rendah, kepercayaan diri untuk mengembangkan perencanaan pembelajaran juga rendah karena guru terbiasa menerima perangkat pembelajaran produk MGMP, demikian pula kedisiplinan mereka dalam menyusun bukti fisik perencanaan pembelajaran di awal semester sebagian besar terlambat. Kondisi ini diperparah dengan kondisi riil pada umumnya di sekolah bahwa kegiatan MGMP sekolah tidak berjalan sehingga pembiasaan para guru untuk bekerjasama dan saling berbagi hampir dipastikan tidak berjalan sesuai harapan. Kondisi ini sangat berkaitan dengan perilaku guru yang kurang dirangsang dan dikembangkan oleh rata-rata kepala sekolah. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut akan memiliki efek yang besar terhadap semangat kinerja dan profesionalisme mereka sebagai guru dan berpotensi berdampak langsung terhadap pencapaian prestasi peserta didik yang akan mempengaruhi mutu pendidikan secara lebih luas.
Kondisi rata-rata perilaku guru ini ditengarai mempengaruhi produk perencanaan pembelajaran yang telah mereka buat yang tidak relevan dengan kondisi masing-masing sekolah. Hasil supervisi terakhir yang dilakukan sebelum dilaksanakan bimbingan pelatihan membuktikan bahwa data hasil pengembangan perencanaan pembelajaran guru di Wilbin 1 SMP Kabupaten Boyolali Semester 1 Tahun 2017/2018 sebagai berikut: a. Mapel IPA nilai 58,26; b. Mapel Matematika nilai 59,15; c. Mapel IPS nilai 58,26. Adapun rata-rata perolehan nilai supervise adalah 58,63. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran Kurikulum 2013 yang terintegrasi, PPK dan 4C relatif masih rendah. Kondisi ini ditengarai disebabkan olehperilaku para guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati sehingga keaktifan, kepercayaan diri, kedisiplinan dan semangat kerjasama dan berbagi tidak terlihat dalam proses pengembangan perencanaan pembelajaran
Berkaitan dengan masalah-masalah yang terkait dengan perilaku dalam pengembangan perencanaan pembelajaran ini, maka penulis melakukan penelitian tindakan sekolah sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan perilaku guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran kurikulum 2013 yang harus diintegrasikan dengan keterampilan berpikir abad 21 (4C), pendidikan karakter, literasi dan HOTS.
Tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah melaksanakan bimbingan dan pelatihan tentang pengembangan perangkat pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013 yang diintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS kemudian melakukan kajian bersama terhadap hasil pengembangan perangkat pembelajaran dari masing-masing peserta untuk mendapatkan masukan dari teman teman sejawat. Tindakan ini dilakukan sebanyak dua siklus yakni: siklus satu dua kali pertemuan dengan melakukan proses bimbingan pelatihan di hari pertama, kemudian pemberian tugas mandiri mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran kepada masing-masing guru dan pada hari kedua melakukan kajian bersama hasil pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk mendapatkan masukan teman sejawat. Siklus dua dilakukan persis sama dengan siklus satu dengan melakukan refleksi untuk menemukan kekurangan langkah atau tindakan yang tidak optimal untuk diperbaiki dan disempurnakan agar hasil pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran lebih baik.
Selama pelaksanaan tindakan akan dilakukan observasi dan deskripsi perilaku ekologis kepada para guru untuk merekam perubahan perilaku mereka selama mengikuti bimlat dan kajian bersama dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang akan mereka susun.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama dapat meningkatkan perilaku guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali pada semester I tahun pelajaran 2017/2018? (2) Bagaimana peningkatan perilaku guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS selama dilakukan Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali pada semester I tahun pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan proses Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama dalam meningkatkan perilaku guru mengembangkan perencanaan pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS di Wilbin I Boyolali pada semester I tahun pelajaran 2017/2018. (2) Mendeskripsikan peningkatan perilaku guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS di Wilbin I Boyolali pada semester I tahun pelajaran 2017/2018
LANDASAN TEORI
Perilaku Guru
Menurut Skinner seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, sedangkan Sunaryo (2004), mengatakan perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Sementara UURI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut maka perilaku guru adalah aktivitas seorang guru sebagai respon atau reaksi yang timbul karena rangsangan dari luar sehingga tergerak untuk aktif, disiplin, percaya diri dan mau bekerjasama dan berbagi untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas utama guru.Dalam penelitian ini yang dimaksudkan tugas utama guru adalah tugas pengembangan perencanaan pembelajaran
Berdasarkan definisi perilaku guru tersebut diatas, maka karakter karakter perilaku guru yang diprediksi berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran adalah keaktifan, kedisiplinan, kepercayaan diri, serta kemampuan bekerja sama dan berbagi para guru. Keaktifan adalah kegiatan fisik maupun nonfisik (mental) seseorang berupa perbuatan dan pikiran yang terpadu sehingga dia giat bekerja, berusaha, bereaksi, berinteraksi untuk memperoleh sesuatu. Sedangkan kedisiplinan adalah sikap kepatuhan seseorang menghormati menghargai peraturan dan sanggup menjalankannya serta menerima sanksi apabila melanggarnya. Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan diri secara positif dan realistis sehingga merasa ada kepantasan untuk berhasil. Sementara bekerjasama dan berbagi adalah usaha bersama dari sekelompok orang untuk saling memberi dan menerima berbagi pemikiran dengan tujuan memperoleh hasil kerja yang lebih baik.
Pengembangan Perencanaan Pembelajaran (RPP) Terintegrasi PPK, 4C, Literasi, dan HOTS.
Pengembangan menurut Iskandar Wiryokusumo (2011) adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, mengembangkan dasar kepribadian, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal serta pribadi mandiri. Sementara itu menurut Seel & Richey (Alim Sumarno, 2012) mengatakan bahwa pengembangan berarti proses menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fitur fisik. Sedangkan menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 yang tertuang pada lampirannya menyebutkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut Pengembangan RPP adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah oleh seorang guru untuk membuat dan meningkatkan mutu RPP lebih baik yang mampu mengembangkan proses pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat untuk menciptakan mutu pendidikan yang lebih baik. Berdasarkan definisi ini pengembangan RPP berkaitan erat dengan perilaku sadar, terencana dan terarah dari seorang guru untuk memiliki kemauan meningkatkan mutu RPP yang disusunnya agar tewujud mutu pembelajaran yang lebih baik.
Berdasarkan difinisi pengembangan RPP, maka Pengembangan RPP terintegrasi PPK, 4C, Literasi dan HOTS adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah oleh seorang guru untuk membuat dan memperbaiki RPP dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter, membiasakan peserta berpikir Critish Creative Comunicative Colaborative, membudayakan kegiatan literasi dan, melatih keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta.
Bimbingan dan Pelatihan (Bimlat)
Bimbingan menurut Bimo Walgito (2010) adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu ini dapat mencapai kesejahteraan hidup. Sementara Pelatihan menurut Sastrohardiwiryo (2001) adalah proses membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak. Berdasarkan dua pendapat diatas Bimbingan dan Pelatihan (Bimlat) adalah proses membantu seseorang dalam menggunakan potensi yang dimilikinya dan mengatasi permasalahan yang dihadapinya, sehingga dapat mencapai keahlian dan kemampuan tertentu untuk mengembangkan tugas lebih baik dengan penyesuaian diri terhadap lingkungan kerja dan mencapai kesejahteraan hidup.
Kajian Bersama
Pengertian kajian menurut para ahli: Kata ”kajian” berasal dari kata ”kaji” yang berarti (1) ”pelajaran”; (2) penyilidikan (tentang sesuatu). Bermula dari pengertian kata dasar yang demikian, kata ”kajian” menjadi berarti ”proses, cara, perbuatan mengkaji penyelidikan (pelajaran yang mendalam); penelaahan (KBBI1999:431). Sementara Burhan Nurgiyantoro (2007:30) mengatakan bahwa kajian atau pengkajian, mengarah pada pengertian penelaahan, penyelidikan. Pada umumnya kajian disertai oleh kerja analisis yakni mengurai sesuatu atas unsur-unsur pembentuknya. Berdasarkan kedua sumber diatas, kajian adalah proses menelaah, menganalisis sesuatu untuk menemukan unsur-unsurnya. Unsur-unsur disini adalah kelebihan dan kekurangan sesuatu yang sedang dikaji. Kajian bersama dalam penelitian ini adalah proses menelaah dan menganalisis hasil pengembangan dari seseorang oleh orang lain secara bersama-sama untuk mendapatkan masukan berupa saran perbaikan atau tambahan secara tertulis pada komponen dan bagian tertentu yang dipandang masih ada kelemahan atau kekurangan agar dapat diperolah pengembangan sesuatu yang lebih baik.
Bimlat dan kajian bersama mampu meningkatkan kemampuan guru mengembangkan RPP terintegrasi PPK, 4C, Literasi, dan HOTS.
Berdasarkan kajian teori tentang definisi bimlat, kajian bersama, kemampuan guru, dan pengembangan RPP melalui Langkah-langkah strategis dengan tahapan berikut: (1) melakukan bimlat pengembangan RPP dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS dengan mereview RPP yang telah disusun peserta; (2) melakukan bimlat pengembangan model pembelajaran sesuai hasil review RPP yang telah disusun peserta; (3) memberi tugas mandiri kepada peserta mengembangkan RPP dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS dan model pembelajaran yang sesuai; (4) melakukan kajian bersama hasil tugas mandiri secara berpasangan dan berkelompok; (5) memaparkan hasil kajian bersama untuk mendapatkan masukan dari kelompok lain. Langkah-langkah penelitian ini dilakukan dengan harapan bimbingan pelatihan dan kajian bersama mampu meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan RPP dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi, HOTS dan menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan landasan teori ini, dapat diidentifikasikan nilai-nilai sikap yang perlu dikembangkan agar pelaksanaan tindakan bimlat dan kajian bersama terlaksana secara optimal yaitu nilai kemauan, kesadaran, terencana, terarah, dan telaah bersama. Sedangkan realisasi tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut yang sangat perlu diukur dan diketahui selama pelaksanaan bimlat dan kajian bersama adalah perubahan perilaku peserta antara lain: keaktifan, kedisiplinan, kepercayaan diri, dan kemampuan kerjasama dan berbagipeserta agar hasilnya optimal.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: (1) Proses Bimlat dan Kajian Bersama yang dapat meningkatkan perilaku guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali pada semester I tahun pelajaran 2017/2018 adalah bimlat dan kajian bersama yang dapat meningkatkan perilaku positif peserta dari sisi keaktifan, kedisiplinan, kepercayaan diri, dan kemampuan kerjasama dan berbagi(2) Perilaku guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS meningkat setelah dilakukan Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali pada semester I tahun pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di 2 (dua) tempat yakni SMP Negeri 1 Boyolali yang beralamat di Jalan Merapi Nomor 22 Boyolali dan SMP Negeri 1 Musuk yang beralamat di Jalan Pemuda Nomor Nomor 1A Musuk Boyolali. Pemilihan kedua tempat ini dengan pertimbangan: (1) letaknya strategis karena terletak di tepi jalan raya, mudah dijangkau dan banyak dilewati angkutan penumpang; (2) Letak kedua sekolah relatif berada di tengah sehingga jarak kedua sekolah ini dari masing-masing sekolah relatif sama; (3) kedua sekolah memiliki media dan sarana pelatihan lebih lengkap dibanding sekolah yang lain.
Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018, mulai awal bulan Februari sampai dengan akhir bulan Juni tahun 2018. Izin penelitian dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali tertanggal 5 Maret 2018 (lampiran 1) dan sudah mendapat persetujuan dari semua kepala sekolah di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali yakni tempat penelitian tindakan sekolah dilaksanakan.
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam dua siklus.Siklus 1 dilaksanakan 2 (dua) kali pertemuan masing-masing pertemuan 5 jam @ 45 menit. pada pertemuan pertama peserta diberi tindakan berupa bimlat dengan pendekatan andragogi dilanjutkan pemberian tugas mandiri di rumah pengembangan RPP 1 terintegrasi PPK, 4C, Literasi, HOTS, dan penerapan model pembelajaran. Pertemuan kedua dilanjutkan kegiatan kajian bersama berpasangan untuk menelaah tugas mandiri secara silang dengan mengidentifikasi kekurangan, kelemahan dan memberikan masukan berupa tambahan atau saran perbaikan. Pada siklus 2 dilaksanakan dengan alokasi waktu yang sama dengan siklus 1 dan tahapan tindakannya sama hanya kajiannya dalam bentuk kajian bersama berkelompok.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik nontes yang meliputi: 1) Observasi proses bimlat dan kajian bersama; 2)Catatan perilaku ekologis; 3) Wawancara; dan 4) Dokumentasi foto. Validasi data yang digunakan dalampenelitian ini adalah triangulation of data collection methode (metode triangulasi data), yaitu penggunaan lebih dari satu teknik pengambilan data dan menggunakan lebih dari satu pengamat pada saat tindakan demi mendapatkan data yang valid dan menyeluruh.
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis data kualitatif yang diperoleh melalui hasil observasi proses bimlat dan kajian bersama, catatan perilaku ekologis, dan dokumentasi foto. Data tersebut dianalisis dan dideskripsikan secara detail. Hasil analisis data kualitatif digunakan untuk mengetahui peningkatan proses bimlat dan kajian bersama dan perubahan perilaku peserta bimlat dan kajian bersama yang mencakup empat karakter positif peserta, yaitu keaktifan, kedisiplinan, kepercayaan diri, dan kemampuan bekerja sama dan berbagi selama dan setelah melaksanakan bimlat dan kajian bersama. Sedangkan data dokumen foto digunakan untuk mendukung deskripsi peningkatan proses pelatihan hasil observasi dan catatan perubahan perilaku ekologis peserta.
Kriteria keberhasilan penelitian tindakan sekolah ini ditinjau dari tiga hal, yaitu: (1) peningkatan proses bimlat dan kajian bersama; dan (2) peningkatan perilaku positif peserta (guru) selama pelaksanaan bimlat dan kajian bersama. Indikator keberhasilan peningkatan proses bimlat dan kajian bersama adalah tingkat tinggi, sedangkan indikator perubahan perilaku minimal baik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil penilaian perilaku guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran pada kondisi awal mendekati kurang, hal ini sesuai dengan kondisi nyata rata rata di sekolah bahwa persentase guru yang memiliki kemauan menyusun sendiri dan mengembangkan perencanaan pembelajaran (RPP) relatif rendah. Kondisi ini disebabkan oleh faktor ketersediaan perangkat pembelajaran dari MGMP dan hasil wawancara dengan beberapa guru bahwa frekwensi supervisi akademik oleh kepala sekolah relatif rendah dan tidak rutin dilakukan. Supervisi akademik itupun dilakukan hanya sekedar memenuhi kewajiban tanpa didukung keinginan agar guru memiliki kemauan untuk mengembangkan perangkat pembelajarannya.
Deskripsi Siklus 1
Proses Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama Berpasangan dengan Tugas Mandiri pada Siklus 1
Pada pertemuan pertama dan kedua siklus 1, tahap pendahuluan diawali dengan penyampaian salam, berdoa, bersyukur, menanyakan kabar dan mempresensi peserta. Apersepsi dilakukan dengan menanyakan pengertian RPP dan komponen-komponennya, motivasi diberikan ketika penulis menyampaikan judul paparan bimlat tentang integrasi PPK, 4C, Literasi, HOTS, tahap ini diakhiri dengan penjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan peserta dilanjutkan membentuk kelompok guru mapel IPA, IPS dan Matematika dengan anggota masing-masing 8 orang.
Tahap kegiatan inti diawali dengan kegiatan eksplorasi yakni mengajak peserta sharing mengingat kembali dengan bertanya jawab interaktif tentang definisi RPP, komponen RPP dan tentang PPK, 4C, Literasi, HOTS dan Model-model Pembelajaran. Pada kegiatan elaborasi penulis memberikan tugas menelaah RPP kondisi awal yang telah disusun peserta sebelum tindakan secara berpasangan dilanjutkan kegiatan konfirmasi yakni menyampaikan aturan ideal penyusunan RPP sesuai Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar.
Pada kegiatan penutup, secara bersama diambil kesimpulan tentang langkah mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS, penerapan model-model pembelajaran, penilaian autentik dalam RPP. Refleksi dikemukakan oleh dua peserta tentang hal-hal yang telah dipahami dan yang masih remang-remang dan kesempatan bertanya kepada peserta dimanfaatkan oleh seorang peserta menanyakan tentang pembatasan integrasi PPK. Tugas mandiri 1 mengembangkan RPP 1 dan akhirnya pertemuan 1 siklus 1 ditutup dengan doa dan salam
Pertemuan kedua siklus 1, pendahuluan diawali dengan apersepsi menampilkan salah satu hasil tugas mandiri kelompok mapel yakni pengembangan RPP 1 ditanggapi cukup aktif oleh kelompok peserta lain kemudian peneliti mengulas paparan dan mengaitkan materi pertemuan pertama dengan materi pertemuan kedua yakni kajian bersama berpasangan.
Kegiatan inti kajian bersama berpasangan diawali dengan melakukan koreksi silang tugas mandiri 1 dan tampak mulai diisinya instrumen telaah RPP dan mulai muncul coretan di RPP 1 untuk menuliskan saran perbaikan, pembetulan, ataupun mencoret beberapa kalimat yang tidak efektif. Selanjutnya masing-masing pasangan mengembalikan RPP yang telah ditelaah dan terlihat peserta saling mengkonfirmasi manakala ada hal-hal yang tidak sepaham untuk dikonsultasikan ke narasumber (penulis) untuk diambil keputusan yang benar. Pada langkah berikutnya tahap perbaikan hasil pengembangan RPP oleh peserta.
Kegiatan penutup, diawali dengan penegasan kesimpulan pertemuan pertama yakni tentang pentingnya mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS, penerapan model-model pembelajaran, penilaian autentik pada RPP Kurikulum 2013. Refleksi dikemukakan oleh tiga peserta, kesempatan bertanya dimanfaatkan oleh dua orang peserta dan pertemuan kedua siklus 1 ditutup dengan doa dan salam. Hasil Observasi pada Siklus 1 dapat disimpulkan bahwa dalam proses bimbingan pelatihan pada siklus 1 menunjukkan bahwa peran serta peserta dalam bimlat pada kategori sedang (2,38) dan peran serta peneliti dalam bimlat pada kategori tinggi (2,61).
Perubahan Perilaku Guru selama Mengikuti Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama Berpasangan Perangkat Pembelajaran
Perubahan perilaku peserta pada siklus 1 dijelaskan dalam empat karakter peserta, yaitu keaktifan, kedisiplinan, kepercayaan diri, serta kemampuan bekerja sama dan berbagi. Hasil perubahan perilaku berdasarkan catatan perilaku ekologis dan dokumen foto, penulis dapat paparkan sebagai berikut:
Keaktifan peserta selama melaksanakan proses pelatihan pada siklus 1 terlihat cukup aktif, mulai berkonsentrasi dan ada beberapa yang bertanya dan menjawab pertanyaan. Walaupun masih ada dua peserta yang terlihat kurang aktif dan kurang bersemangat melaksanakan pelatihan. Sementara pada kajian bersama berpasangan keaktifan peserta untuk saling mengkaji tugas mandiri belum optimal terkesan mereka belum siap melakukan kajian.Kondisi demikian menunjukkan keaktifan peserta dalam memperhatikan penjelasan peneliti masih belum optimal.
Kedisiplinan peserta dapat dilihat dari situasi kelas selama pelatihan berlangsung. Sebagian peserta mau memperhatikan pada saat peneliti menyampaikan materi, meskipun masih ada beberapa peserta yang berbicara dengan teman. Pada waktu membentuk pasangan, peneliti segera mengondisikan peserta untuk segera berkumpul dengan pasangannya, namun ada beberapa peserta yang tidak segera berkumpul, dan ada beberapa peserta masih sibuk mengatur tempat duduknya. Kehadiran rata-rata peserta pada siklus 1 dari 24 peserta, yang hadir tepat waktu 18 peserta dan 6 peserta terlambat dan 65% peserta tepat waktu saat mengumpulkan tugas mandiri pada pertemuan kedua.
Kepercayaan diri secara individual masing-masing pasangan tampak guru yang relatif baru dan muda cenderung menyerahkan paparan kepada guru yang lebih senior demikian pula ketika diberi kesempatan untuk menanggapi paparan guru-guru senior lebih mendominasi. Kemampuan bekerjasama dan berbagipada saat kegiatan elaborasi, tampak ketika berdiskusi dan kerja kelompok kajian tugas mandiri berpasangan, masing-masing kelompok secara umum cukup interaktif baik kerjasama antar anggota pasangan maupun antar kelompok pasangan. Kegiatan bekerjasama dan berbagi antar anggota pasangan dan antar kelompok pasangan nampak kompak saling memberi dan adu argumentasi untuk saling memperkaya dan melengkapi RPP yang dikembangkan oleh masing-masing guru.
Deskripsi Siklus 2
Proses Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama Berkelompok dengan Tugas Mandiri pada Siklus 2
Pada pertemuan pertama siklus 2, peneliti mengawali kegiatan pendahuluan dengan menyampaikan salam, berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas dan mengajak bersyukur atas nikmat yang dirasakan bersama pada pagi itu dilanjutkan menyapa dan mempresensi peserta. Apersepsi dilakukan dengan mencoba bertanya tentang RPP dan langkah-langkah penyususunannya. Motivasi kembali diberikan oleh penulis dengan menyampaikan pertanyaan mengapa PPK, 4C, Literasi, HOTS perlu diintegrasikan dalam RPP? Tahap pendahuluan diakhiri dengan penjelasan pelaksanaan kegiatan inti pada pembelajaran siklus 2 dan membentuk kelompok mapel dengan anggota masing-masing 8 orang.
Kegiatan eksplorasi, mengawali tahap kegiatan inti dengan melakukan penguatan materi pengembangan RPP dengan sharing dan tanya jawab interaktif. Penguatan diutamakan pada hasil refleksi siklus 1 yakni merumuskan indikator untuk mengembangkan soal HOTS, merumuskan tujuan pembelajaran dirumuskan dengan pola ABCD dan degree PPK, merangsang peserta lebih memahami tentang fakta, konsep, prosedural, dan metakognitif dan penyusunan soal HOTS dan penerapan model-model pembelajaran. Kegiatan elaborasi melaksanakan tugas menelaah RPP-1 dilanjutkan penyampaian konfirmasi dengan mengacu Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pada kegiatan penutup, secara bersama diambil kesimpulan tentang hal-hal pokok dalam pengembangan perencanaan pembelajaran. Refleksi dikemukakan oleh dua peserta dan kesempatan bertanya kepada peserta langsung dimanfaatkan oleh seorang peserta dengan menanyakan tentang persentase soal HOTS. Penulis menyampaikan Tugas mandiri 2 dan akhirnya pertemuan 1 siklus 2 ditutup dengan doa dan salam. Pertemuan kedua siklus 2, pendahuluan dilakukan dengan penyampaian salam hangat dan mengecek kehadiran peserta sedangkan apersepsi menampilkan salah satu hasil tugas mandiri 2 yakni RPP 2 yang sudah diintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS dan ditanggapi secara aktif oleh kelompok peserta lain.
Kegiatan inti diawali dengan penjelasan teknis kegiatan kajian bersama berkelompok (8 peserta) oleh penulis dilanjutkan eksplorasi dan elaborasi peserta melakukan kajian bersama berkelompok. Konfirmasi diawali peneliti dengan menyampaikan apresiasi positif terhadap keaktifan dan antusiasme peserta bahwa silang pendapat antar peserta peneliti menyarankan untuk mempelajari dan mendalami Panduan Pengembangan RPP yang diterbitkan Kemdikbud (2017).
Kegiatan penutup, pengambilan kesimpulan dilanjutkan refleksi yang dikemukakan oleh tiga peserta dan kesempatan bertanya tidak dimanfaatkan oleh peserta dan pertemuan kedua siklus 2 ditutup bersama-sama dengan doa dan salam. Berdasarkan hasil observasi dua pertemuan pada siklus 2 dapat disimpulkan bahwa dalam proses bimbingan pelatihan pada siklus 2 menunjukkan bahwa peran serta peserta dalam pelatihan pada kategori tinggi (2,77) dan peran serta peneliti pada kategori tinggi (2,88).
Perubahan Perilaku Guru selama Mengikuti Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama Berkelompok Perangkat Pembelajaran
Keaktifan peserta selama melaksanakan proses pelatihan pada siklus 2 terlihat lebih aktif, tingkat konsentrasi dan frekwensi bertanya-jawab meningkat. Dua peserta yang terlihat kurang aktif dan kurang bersemangat pada siklus 1 tampak menyesuaikan diri dengan peserta lain. Sementara pada kajian bersama berkelompok keaktifan peserta untuk saling mengkaji tugas mandiri lebih optimal karena setiap peserta paparannya akan dicermati oleh semua peserta semapel. Kondisi demikian menunjukkan keaktifan peserta dalam memperhatikan penjelasan penelitimaupun kajian bersama lebih optimal.
Kedisiplinan peserta diperlihatkan dengan peningkatan perhatian mereka pada saat peneliti menyampaikan materi. Pada waktu membentuk pasangan, peneliti segera mengondisikan peserta untuk segera berkumpul dengan pasangannya dan terealisasi kurang dari 3 menit. Kehadiran peserta pada siklus 2dari 24 peserta semua sudah siap sebelum pelatihan dimulai, tingkat pengumpulan tugas meningkat menjadi 85% peserta tepat waktu saat mengumpulkan tugas mandiri pada pertemuan kedua.
Kepercayaan diri secara individual masing-masing pasangan tampak guru yang relatif baru sudah dapat menyesuaikan dengan para seniornya dan semua peserta wajib memaparkan hasil pengembangan RPPnya untuk dikaji oleh semua peserta semapelnya. Kepercayaan diri masing-masing peserta tampak lebih merata dan lebih kaya wawasannya.
Kemampuan bekerjasama dan berbagipada saat kegiatan elaborasi, tampak lebih interaktif baik kerjasama antar anggota pasangan maupun antar kelompok pasangan. Kegiatan bekerjasama dan berbagi antar anggota pasangan dan antar kelompok pasangan nampak kompak saling memberi dan adu argumentasi untuk saling memperkaya dan melengkapi RPP yang dikembangkan oleh masing-masing guru.
PEMBAHASAN
Peningkatan Proses Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama dengan Tugas Mandiri
Berdasarkan hasil observasi proses bimbingan pelatihan, disajikan hasil observasi siklus 1 dan siklus 2 terdapat peningkatan proses bimbingan pelatihan dan kajian bersama pada semua tahapan, yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup yang rata-rata peningkatan proses kegiatan oleh peserta sebesar 0,39 (16,4%) dan proses kegiatan oleh peneliti sebesar 0,14 (5,5%). Hasil penelitian ini sesuai pendapat Mathis (2001) yang menyatakan: “Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang akan terangsang lebih aktif melakukan sesuatu untuk mencapai kemampuan tertentu dan membantu mencapai tujuan organisasi”.
Perubahan Perilaku Guru setelah Mengikuti Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama dengan Tugas Mandiri pada Siklus 1 dan Siklus 2
Peningkatan perubahan perilaku guru selama mengikuti bimbingan pelatihan dan tugas mandiri dipaparkan dari siklus1 ke siklus 2, hal ini disebabkan karena pada kondisi awal tidak ada proses bimbingan pelatihan dan kajian bersama sehingga tidak dapat ditangkap dan didiskripsikan kondisi perilaku peserta. Berdasarkan hasil deskripsi perilaku ekologis selama bimbingan pelatihan dan tugas mandiri dapat disajikan hasil deskripsi kondisi perilaku peserta selama mengikuti bimbingan pelatihan dan kajian bersama pada siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan bahwa tindakan bimbingan pelatihan dan tugas mandiri mampu meningkatkan semua (empat) perilaku ekologis peserta pada kategori cukup tinggi. Hasil penelitian ini sesuai pendapat Sherman dkk (2010) yang menyatakan bahwa “Pelatihan adalah proses yang dimanfaatkan organisasi untuk mengubah perilaku pekerja yang berkontribusi pada keseluruhan misi orang dan pengembangan personal dan profesional individu yang terlibat” demikian pula Ivancevich (2008) yang mengatakan, “Pelatihan (training) adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah, maka simpulan yang dapat disusun adalah terdapat peningkatan proses Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama dalam penelitian mengembangkan perencanaan pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK, 4C, Literasi dan HOTS di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 yakni peningkatan proses kegiatan oleh peserta sebesar 0,39 (16,4%) dan peningkatan proses kegiatan oleh peneliti sebesar 0,14 (5,5%) dengan tahapan proses kegiatan sebagai berikut: (1) Melaksankan bimbingan pelatihan pengembangan RPP terintegrasi PPK, 4C, Literasi dan HOTS dengan penerapan model pembelajaran pola tahapan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi; (2) Memberikan tugas mandiri pengembangan RPP untuk memperdalam dan mempraktekkan pengembangan RPP terintegrasi PPK, 4C, Literasi, HOTS dan menerapkan model pembelajaran; dan (3) melakukan kajian bersama hasil tugas mandiri untuk mendapatkan masukan perbaikan untuk menyempurnakan hasil pengembangan RPP terintegrasi PPK, 4C, Literasi, HOTS dan menerapkan model pembelajaran.
Berdasarkan hasil deskripsi perilaku ekologis terdapat perubahan perilaku guru yang positif setelah dilakukan Bimbingan Pelatihan dan Kajian Bersama pengembangan perencanaan pembelajaran terintegrasi PPK, 4C, Literasi dan HOTS di Wilbin I SMP Kabupaten Boyolali pada semester I tahun pelajaran 2017/2018 dengan hasil sebagai berikut: (1) keaktifan peserta meningkat dari kondisi cukup pada siklus 1 naik menjadi cukup tinggi pada siklus 2; (2) kedisiplinan peserta meningkat dari kondisi cukup pada siklus 1 naik menjadi cukup tinggi pada siklus 2; (3) kepercayaan diri peserta meningkat dari kategori cukup dengan kondisi belum merata pada siklus 1 meningkat menjadi sukup tinggi dengan kondisi lebih merata pada siklus 2; (4) kemampuan kerjasama dan berbagi meningkat dari kondisi cukup tinggi pada kondisi siklus 1 meningkat menjadi tinggi pada siklus 2.
Saran
Bagi para Peneliti lain
Penelitian ini dapat meningkatkan perilaku guru dalam mengembangkan perencanaan terintegrasi PPK, 4C, Literasi dan HOTS dengan bimbingan pelatihan dan kajian bersama tugas mandiri yang dikembangkan peserta, peneliti lain bisa mengembangkan penelitian ini dengan mengembangkan penelitian proses pembelajarannya.
Bagi para Pengawas dan Kepala Sekolah lain
Tindakan Bimlat dan Kajian Bersama Tugas Mandiri ini terbukti mampu meningkatkan perilaku guru dalam pengembangan perangkat pembelajaran terintegrasi PPK, 4C, Literasi dan HOTS dengan demikian ada peluang untuk melakukan pengembangan profesi khususnya Publikasi Ilmiah untuk melakukan penelitian Tindakan Sekolah pada mapel-mapel yang lain.
Bagi para Pengelola Pendidikan
Untuk peningkatan pembelajaran Kurikulum 2013 para pengelola pendidikan hendaknya: (1) mulai mendukung inovasi-inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun kepala sekolah; (2) menyediakan alokasi anggaran untuk pengembangan pembelajaran bagi guru-guru dan kepala sekolah yang bersemangat mengembangkan pembelajaran dan sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alim Sumarno. 2012. Penelitian Kausalitas Komparatif. Surabaya: elearning Unesa.
Bimo, Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi.
Depdikbud, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. 2016. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. 2007. Pedoman Pengembangan RPP. Jakarta: Depdikbud.
Iskandar Wiryokusumo. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Ivancevich, John, M, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi, jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.
Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Sekretariat Negara RI. 2005. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Sekneg RI.
Sherman, Bohlander dan Chruden. 2010. Managing Human Resources Eight Edition. South-Western: Ohio
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC.