PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA TENTANG MAGNET MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BAGI SISWA KELAS V SDN 2 JEPON TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Murniwati

SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar IPA materi magnet melalui metode demonstrasi pada siswa kelas V SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon. Penelitian dilaksanakan di SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dengan subyek penelitian siswa kelas V tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 28 siswa. Waktu penelitian adalah pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Pada setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa dengan cara melakukan ulangan harian pada akhir siklus. Teknik nontes dilakukan untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus, rata-rata nilai ulangan harian 65,71 dan ketuntasan belajar siswa 53,57%. Pada siklus I rata-rata nilai ulangan harian 72,86 dan ketuntasan belajar siswa 67,86%. Siklus II juga terjadi peningkatan. Pada siklus II rata-rata nilai ulangan harian 77,86 dan ketuntasan belajar siswa 82,14%. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi magnet pada siswa kelas V SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon tahun pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: prestasi belajar, pembelajaran IPA, metode demonstrasi

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains (IPA) merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan jaman dan memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi. Pendidikan di masa sekarang ini seyogyanya mampu membekali generasi muda dengan menemukan konsep-konsep sains dengan matang, agar masalah-masalah yang akan timbul dimasa datang dapat diantisipasi.

Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis. Belajar sains tidak cukup hanya mengahafal materinya saja tetapi juga harus dapat memahami konsep-konsep didalamnya. Hal ini dapat tercapai jika pembelajaran tersebut bermakna. Berdasarkan KTSP 2006 tujuan pembelajaran sains meliputi: mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, meningkatkan pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Sekolah Dasar merupakan tempat pembelajran untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan dasar tentang konsep maupun prinsip-prinsip, mengembangkan sikap kritis dan kreatif dimana kemampuan ini menjadi pijakan dalam pembelajaran selanjutnya. Keberhasilan pembelajaran di SD ini akan mendorong keberhasilan pembelajaran di tingkat yang lebih tinggi.

Guru bertugas mengoptimalkan kemampuan dasar siswa agar berkembang secara efektif. Seorang guru harus dapat menjadi fasilitator siswa, agar siswa tidak mengalami kesulitan dan kebosanan dalam kegiatan belajar mengajar.

Melihat hasil ulangan harian siswa pada pembelajaran IPA pada Standar Kompetensi Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi serta fungsinya, Kompetensi Dasar Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi serta fungsinya, khususnya pada materi pembuatan magnet secara konduksi, gosokan dan elektromagnetik ditemukan prestasi belajar siswa yang rendah. Alasan rendahnya prestasi belajar siswa ini dimungkinkan karena pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional yakni menggunakan metode ceramah. Kemungkinan lain adalah guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran, LKS, alat peraga sederhana, dan penggunaan media lainnya. Dengan demikian akan sulit untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Siswa terbiasa dengan menghafal fakta-fakta, prinsip, rumus, hukum-hukum dan problem-problem yang diberikan oleh guru, dengan demikian pemahaman konsep cenderung rendah.

Gambaran nilai ulangan harian yang diperoleh dari 28 siswa kelas V SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon tahun pelajaran 2017/2018 yaitu, rata rata nilai ulangan hariannya adalah 65,71 dengan prosentase nilai yang mencapai KKM hanya 53,57%. Dari gambaran tersebut perlu adanya perlakuan baru guna peningkatan prestasi belajar siswa.

Agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran maka dapat dilakukan perbaikan melalui metode demonstrasi sehingga siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam memahami materi. Dengan metode demonstrasi diharapkan siswa lebih mudah memahami materi karena siswa terlibat langsung dalam proses terjadinya sesuatu. Siswa mempraktikkan langsung, jadi tidak hanya menghafal fakta-fakta, prinsip, rumus, hukum-hukum dan problem-problem yang ada di dalam buku pelajaran.

Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi magnet pada siswa kelas V SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon tahun pelajaran 2017/2018?”

Tujuan Penelitian

            Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi magnet pada siswa kelas V SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan metode demonstrasi.

Manfaat Penelitian

            Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1.   Bagi Siswa

a.   Mempermudah siswa menerima materi pembelajaran.

b.   Meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

c.   Memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

2.   Bagi Guru

a.   Memiliki gambaran tentang proses belajar mengajar mata pelajaran IPA yang efektif.

b.   Dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul di kelas, sekaligus mencari solusi pemecahannya.

c.   Dapat saling berkolaborasi dengan teman sejawat untuk pemberian masukan agar melaksanakan perbaikan pembelajaran yang lebih baik.

3.   Bagi Sekolah

a.   Mengembangkan kurikulum tingkat sekolah dan kelas.

b.   Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

c.   Membantu mewujudkan efisiensi pengelolaan pendidikan.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

Hakikat Belajar

Dimyati Mahmud (dalam Rumini, dkk ,2006:59) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.

Menurut teori Gestalt yang dikutip dalam buku Ibrahim, belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian. Dalam belajar siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian satu dengan yang lainnya. Penangkapan makna dari hubungan inilah yang disebut memahami, mengerti atau insight (Ibrahim,2003:20-21).

Menurut Ernest Hilgard (dalam Ibrahim, 2003:21) ada enam ciri dari belajar yang mengandung pemahaman, yaitu: 1) pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar; 2) pemahaman diperngaruhi oleh pengalaman belajar masa lalu; 3) pemahaman tergantung pada pengaturan situasi; 4) pemahaman didahului oleh usaha coba-coba; 5) belajar dengan pemahaman yang dapat diulangi; 6) pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi di dalam diri seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung berdasarkan pengalaman.

Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga Departemen Pendidikan Nasional (2002:895) prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). Pengertian Prestasi Akademis (belajar) diartikan sebagai hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditemukan melalui pengukuran dan penilaian. Belajar penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Metode Pembelajaran

Metode adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

Ibrahim (2003:106-107) menyatakan metode yang biasa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode pemberian tugas, metode karyawisata, metode sosiodrama dan lain-lain.

Metode ceramah, merupakan cara mengajar yang paling tradisional. Ceramah adalah penuturan bahan ajaran secara lisan. Metode tanya jawab adalah metode yang memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Sedang metode diskusi, pada dasarnya adalah bertukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas.

Metode demonstrasi, merupakan metode mengajar yang cukup efektif sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu. Metode eksperimen, merupakan metode yang langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan. Metode pemberian tugas, dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa melakukan tugas/kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran.

Metode karyawisata, siswa-siswa diajak mengunjungi tempat-tempat tertentu diluar sekolah, setelah melakukan kunjungan siswa-siswa diminta untuk membuat / menyampaikana laporan. Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang sering digunakan dalam mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Materi IPA tentang membuat magnet dapat diajarkan kepada siswa dengan metode demonstrasi. Diharapkan dengan metode demonstrasi berdasarkan hasil diskusi kelompok siswa lebih aktif sehingga aktivitas belajar siswa dapat meningkat.

Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2010:210).

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2004:22).

Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2006:2) bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

Menurut Syaiful (2010:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas. Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006:211) kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: 1) Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya; 2) Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama; 3) Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek; 4) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya; 5) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak; 6) Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

Adapun kekurangan metode demonstrasi (Syaiful Bahri Djamarah, 2008:211) adalah: 1) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol; 2) Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama; 3) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik; 4) Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas; 5) Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum; 6) Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya; 7) Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan kesabaran.

Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secra mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.

Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proes mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara engan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

Kerangka Berpikir

Hasil observasi dan evaluasi belajar siswa kelas V SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mata pelajara IPA tentang magnet masih rendah, untuk itu harus diadakan perbaikan pembelajaran. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

Dalam proses pembelajaran guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satunya adalah menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Guru diharapkan mempunyai kemampuan dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang merangsang anak untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk itu guru memilih metode demonstrasi untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas V SDN 2 Jepon dalam pembelajaran IPA materi magnet.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut: Melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi magnet pada siswa kelas V SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon tahun pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

            Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2017/2018. Alasan pemilihan lokasi penelitian didasarkan pertimbangan bahwa penulis bertugas mengajar di kelas V sekolah tersebut. Waktu penelitian adalah pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Sebagai subyek Penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 28 anak yang etrdiri dari 18 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan nilai ulangan harian pada konsisi Awal, Siklus I dan kondisi Siklus II.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes ulangan harian. Ulangan harian dilakukan dengan menggunakan alat butir soal digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa. Prosedur dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan atau observasi dan tahap refleksi.

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

            Pada pembelajaran pra siklus, guru belum menggunakan metode demonstrasi. Data tentang prestasi belajar pra siklus adalah: siswa yang mendapat nilai 40 adalah 2 siswa; siswa yang mendapat nilai 50 adalah 4 siswa; siswa yang mendapat nilai 60 adalah 7 siswa; siswa yang mendapat nilai 70 adalah 8 siswa; siswa yang mendapat nilai 80 adalah 5 siswa; dan siswa yang mendapat nilai 90 adalah 2 siswa. Rata-rata nilai ulangan harian siklus I adalah 65,71. Dari 28 siswa kelas V SDN 2 Jepon yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 15 siswa (53,57%). Sedangkan 13 siswa (46,43%) tidak tuntas belajar.

Siklus I

            Pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan menerapkan metode demonstrasi. Pada akhir siklus dilakukan ulangan harian untuk mengetahui prestasi belajar siklus I. Hasil dari ulangan harian menunjukkan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I adalah 19 anak (67,86%). Sisanya, sebanyak 9 siswa (32,14%) tidak tuntas belajar. Nilai hasil ulangan harian siswa adalah: siswa yang mendapat nilai 50 adalah 3 siswa; siswa yang mendapat nilai 60 adalah 6 siswa; siswa yang mendapat nilai 70 adalah 7 siswa; siswa yang mendapat nilai 80 adalah 6 siswa; siswa yang mendapat nilai 100 adalah 4 siswa; dan siswa yang mendapat nilai 90 adalah 2 siswa. Rata-rata nilai ulangan harian siklus I adalah 72,86.

Siklus II

            Pembelajaran siklus II tetap menerapkan metode demonstrasi. Pada akhir siklus dilakukan ulangan harian untuk mengetahui prestasi belajar siklus II. Hasil dari ulangan harian menunjukkan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II adalah 23 anak (82,14%). Sisanya, sebanyak 5 siswa (17,86%) tidak tuntas belajar. Nilai hasil ulangan harian siswa adalah: siswa yang mendapat nilai 50 adalah 1 siswa; siswa yang mendapat nilai 60 adalah 4 siswa; siswa yang mendapat nilai 70 adalah 8 siswa; siswa yang mendapat nilai 80 adalah 6 siswa; siswa yang mendapat nilai 90 adalah 5 siswa; dan siswa yang mendapat nilai 100 adalah 4 siswa. Rata-rata nilai ulangan harian siklus II adalah 77,86.       

PEMBAHASAN

            Pada pembelajaran pra siklus, tingkat ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 53,57% (15 siswa). Pada siklus I, setelah menggunakan metode demonstrasi, tingkat ketuntasan belajar meningkat menjadi 67,86% (19 siswa). Setelah dilakukan refleksi dan melakukan berbagai pembenahan, pada siklus II tingkat ketuntasan belajar meningkat menjadi 82,14% (23 siswa).

            Nilai rata-rata prestasi belajar juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada pembelajaran pra siklus, rata-rata hasil belajar siswa adalah 65,71. Pada siklus I meningkat menjadi 72,86 dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 77,86.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi magnet pada siswa kelas V SDN 2 Jepon Kecamatan Jepon tahun pelajaran 2017/2018.

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka penulis memberikan saran dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas belajar siswa antara lain:

 

1.   Bagi Siswa

a.     Membiasakan diri berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.

b.     Membiasakan bertanya jika belum memahami materi pembelajaran.

c.     Membiasakan diri lebih aktif dalam pembelajaran

2.   Bagi Guru

a.   Menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan siswa untuk pembelajaran semua mata pelajaran.

b.   Menggunakan media yang tepat dan menarik dalam setiap proses pembelajaran dan usahakan media pembelajaran yang digunakan mudah didapat di lingkungan sekolah dan sekitarnya.

c.    Memperbanyak intensitas latihan agar siswa terbiasa dengan metode yang diterapkan oleh guru dan selalu terpantau hasil belajarnya.

d.   Selalu menambah wawasan baru tentang berbagai metode, media dan alat pembelajaran yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

3.   Bagi Sekolah

a.   Mendorong para guru untuk menerapkan berbagai metode inovatif dalam pembelajaran

b.   Mendorong para guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka mengatasi masalah pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahas Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djamarah B, S dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ibrahim, R dan Nana, Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Rumini, Sri. 2006. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.