Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Media Tirai Kalimat Bersambung
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI
MELALUI MEDIA TIRAI KALIMAT BERSAMBUNG (TIKUNG)
BAGI SISWA KELAS V SDN BLUMBANGREJO KECAMATAN KUNDURAN TAHUN 2017/2018
Wahyu Sulistyowati
SDN Blumbangrejo Kecamatan Kunduran
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui penggunaan media tirai kalimat bersambung (tikung) pada siswa kelas V SDN Blumbangrejo. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Blumbangrejo yang berjumlah 16 siswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes menulis narasi pada akhir setiap siklus. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, wawancara dan tes tertulis. Teknik analisis pengumpulan data, yakni mengunakan analisis diskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tirai kalimat bersambung (tikung) dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas V SDN Blumbangrejo. Rata-rata nilai ulangan harian siswa meningkat dari pembelajaran pra siklus 61,88 menjadi 68,13 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75,63 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari pra siklus 7 anak (43,75%) menjadi 10 anak (62,50%) pada siklus I dan 14 anak (87,50%) pada siklus II.
Kata Kunci: keterampilan menulis narasi, media pembelajaran, media tirai kalimat bersambung
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam peningkatan harkat dan martabat suatu bangsa. Pendidikan dikatakan berhasil atau tidak ditentukan oleh proses pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar guru dan siswa. Berbagai upaya pembenahan sistem pendidikan di Indonesia terus ditingkatkan ditandai dengan munculnya peraturan-peraturan pendidikan yang saling melengkapi dan menyempurnakan peraturan yang sudah tidak relevan dengan kebutuhan saat ini. Itulah yang menjadi salah satu perhatian pemerintah Indonesia seperti yang tertulis dalam tujuan pendidikan nasional khususnya PP No. 32 tahun 2013 Pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswaâ€.
Pembelajaran dapat berjalan efektif apabila dalam praktiknya melibatkan seluruh potensi (aspek) yang dimiliki siswa. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dikembangkan pada setiap kegiatan pembelajaran sekaligus termasuk dalam konteks pembelajaran di sekolah. Namun kenyataannya, banyak siswa yang masih mengalami kesulitan belajar saat ini, dan jika dikaji ternyata banyak faktor yang menyebabkan mereka kesulitan dalam belajar.
Berbagai mata pelajaran diajarkan di sekolah, salah satunya adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan identitas atau ciri-ciri bangsa Indonesia. Oleh sebabnya, pelajaran Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang strategis dalam kurikulum sekolah. Tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan empat keterampilan berbahasa, antara lain keterampilan menyimak (listening skill), keterampilan membaca (reading skill), keterampilan berbicara (speaking skill), dan keterampilan menulis (writing skill). Berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran Bahasa Indonesia ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berhubungan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah guru, siswa, metode mengajar, teknik pembelajaran, kurikulum yang baik, bahan ajar, dan pemanfaatan media yang ada.
Empat keterampilan berbahasa tersebut pada dasarnya bukanlah kegiatan yang mudah dilakukan apalagi untuk taraf anak di jenjang Sekolah Dasar. Menurut Tarigan (2008: 4-19), bahwa keterampilan berbahasa tersebut diperoleh oleh siswa secara bersamaan. Pembelajaran keempat keterampilan tersebut saling berkaitan antaraspek yang satu dengan aspek lainnya. Pengajaran keempat keterampilan berbahasa tersebut masih sulit terlaksana dengan baik karena beberapa faktor penyebab yang pada umumnya yaitu karena kurangnya variasi guru dalam mengajar sehingga minat siswa untuk belajarpun menjadi rendah. Untuk kegiatan menceritakan kembali cerita yang didengar di kelas lanjut yang dalam kegiatan pembelajarannya biasanya hanya bersumber dari buku paket saja, jelas bahwa hal tersebut tidak menarik dan siswapun akan merasa kesulitan dalam mengingat ketika ia harus mengingat kembali cerita yang didengarnya.
Pengembangan keempat keterampilan berbahasa tersebut tentu ada kesulitan tersendiri. Rangsangan bahan ajar yang menarik sehingga dapat memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaranpun sangat dibutuhkan. Meskipun pada kenyataannya saat ini tidak sedikit para pendidik yang kurang memanfaatkan pengembangan produk berupa media ataupun bahan ajar yang dapat merangsang kenaikan hasil belajar siswa sehingga bisa mencapai tujuan pembelajaran. Pedoman dalam pengajaran ataupun evaluasi hanya berpegangan pada buku paket dari sekolah, tentu hal itu akan menjadi kendala tersendiri dalam upaya perbaikan kualitas generasi anak bangsa.
Proses belajar mengajar yang selama ini masih sering dijumpai menggunakan pendekatan tradisional merupakan salah satu faktor penghambat kreativitas mengarang siswa. Guru sebagai penentu proses pembelajaran siswa secara pasif hanya menerima rumus atau kaidah. Pada umumnya pendekatan tradisional tidak membangkitkan kreativitas siswa sehingga siswa mengalami kesulitan. Permasalahan tentang kreativitas mengarang ini sebenarnya bisa dilatih dan dijadikan sebuah keterampilan dengan cara membiasakan diri berlatih mengarang. Maka perlu ditemukan metode mengarang yang tepat dan praktik mengarang berdasarkan metode tersebut (Budiyanto, 2009).
Hasil nilai mengarang narasi siswa Sekolah Dasar khususnya kelas V masih berada dalam kategori rendah sampai cukup. Menurut para guru, siswa umumnya tidak menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap pelajaran mengarang narasi. Guru juga memberikan tugas mengarang hanya sekedar mengikuti kurikulum yang berlaku dan semuanya menggunakan metode konvensional yang sudah biasa dilakukan yaitu berupa ceramah dan pemberian tugas. Dari 16 siswa kelas V SDN Blumbangrejo, rata-rata nilai menulis karangan narasi hanya mencapai 61,88. Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 7 siswa.
Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang menarik dan membantu pemahaman siswa. Selama ini guru terkesan dalam menyampaikan materi pelajaran lebih senang dengan menggunakan metode ceramah yang kurang menarik bagi siswa (Budiyanto, 2009). Terkait dengan hal tersebut, agar kegiatan belajar-mengajar tidak monoton dan siswa dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, diperlukan media dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan media tirai kalimat bersambung (tikung) karena dengan adanya media dapat memacu imajinasi dan keterampilan siswa dalam menuangkan gagasan.
Untuk meningkatkan kemampuan mengarang, telah banyak media pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, salah satu pilihannya adalah dengan menggunakan media tirai kalimat bersambung (tikung). Media tirai kalimat bersambung (tikung) dianggap memiliki daya tarik yang tinggi bagi siswa kelas V Sekolah Dasar. Dengan mengaplikasikan media tirai kalimat bersambung (tikung) untuk pembelajaran menulis narasi pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN Blumbangrejo diharapkan dapat dijadikan alat untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana media tirai kalimat bersambung (tikung) dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi bagi siswa kelas V SDN Blumbangrejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi bagi siswa kelas V SDN Blumbangrejo pada tahun pelajaran 2017/2018 melalui penggunaan media tirai kalimat bersambung (tikung).
Manfaat Penelitian
Berdasarkan judul penelitian yang diambil, secara teoretis diharapkan dapat memberikan manfaat terutama dalam pengembangan teori bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, khususnya dalam pembelajaran menulis menggunakan media tirai kalimat bersambung. Diharapkan pada penelitian ini bisa bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Memberikan informasi tambahan tentang penggunaan media tirai kalimat bersambung terhadap keterampilan menulis narasi pada siswa kelas V SDN Blumbangrejo.
b. Dapat menjadi bahan memperkaya dalam memanfaatkan media pada pembelajaran keterampilan menulis narasi melalui media tirai kalimat bersambung pada siswa kelas V SDN Blumbangrejo
2. Bagi Siswa
a. Melalui media tirai kalimat bersambung, mampu memberikan suasana pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan bagi siswa
b. siswa dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya dalam menulis cerita sesuai gambar dan kalimat serta kaidah atau tata tulis bahasa indonesia yang baik dan benar
3. Bagi sekolah
a. Hasil penelitian bisa dijadikan upaya peningkatan kualitas belajar mengajar di sekolah dasar
b. Menambah bahan referensi bagi guru di SDN Blumbangrejo untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
KAJIAN PUSTAKA
Keterampilan Menulis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan berasal dari kata “terampil†yang berarti kecakapan, kecekatan, atau kemampuan dalam melakukan sesuatu dengan baik dan cermat (menggunakan keahlian). Tarigan (2013: 1), membagi keterampilan berbahasa menjadi empat jenis meliputi: (1) keterampilan menyimak (listening skill); (2) keterampilan berbicara (speaking skill); (3) keterampilan membaca (reading skill); (4) keterampilan menulis (writing skill). Tiap keterampilan tersebut sangat erat hubungannya dengan ketiga keterampilan lainnya dan beraneka ragam.
Tarigan (2008:22), mengartikan bahwa menulis adalah melukiskan atau menurunkan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa agar mudah dipahami dan dibaca oleh seseorang. Selanjutnya Zainurrahman (2011: 186), mengemukakan bahwa menulis sebagai kegiatan sekaligus keterampilan yang terintegrasi, sama halnya dengan membaca. Menurut Dalman (2014: 4), menyimpulkan bahwa menulis adalah proses menyampaikan pikiran, angan-angan, dan perasaan dalam bentuk lambang/tanda/tulisan yang bermakna.
Dari pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa menulis adalah bentuk komunikasi mengemukakan pendapat, ide, dan gagasan melalui media bahasa kepada orang lain yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Pada kegiatan menulis seseorang akan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang/tanda/tulisan berupa kumpulan beberapa huruf yang membentuk kata, kumpulan beberapa kata yang membentuk kalimat, kumpulan beberapa kalimat yang membentuk paragraf atau alinea, dan kumpulan paragraf yang membentuk wacana/karangan/cerita yang utuh dan bermakna.
Tujuan menulis menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan, 2008: 25-26), mengemukakan bahwa tujuan menulis antara lain adalah: 1) sebagai tujuan penugasan, yaitu tujuan yang terjadi karena penugasan bukan berdasarkan keinginan, 2) sebagai tujuan altruistik, yaitu tujuan yang digunakan untuk menghibur atau membuat pembaca senang, 3) sebagai tujuan persuasif, yaitu tujuan yang meyakinkan pembaca terhadap kebenaran ide atau gagasan yang dituliskan, 4) sebagai tujuan informasional, yaitu tujuan menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pembaca, 5) sebagai tujuan pernyataan diri, yaitu tujuan untuk mengenalkan tentang penulis kepada pembaca, 6) sebagai tujuan kreatif, yaitu tujuan yang berkaitan dengan menyatakan diri atau mencapai nilai-nilai artistic, 7) sebagai tujuan penyelesaian permasalahan, yaitu tujuan ingin menyelesaikan atau memecahkan masalah yang dihadapi penulis.
Menurut Tarigan (2008: 24), menjelaskan bahwa tujuan menulis yakni memberitahukan atau menginformasikan, meyakinkan, menghibur, dan mengutarakan atau sebagai bentuk ekspresi perasaan penulis yang berapi-api. Akan tetapi semua tujuan pokok menulis yaitu sebagai kegiatan interaksi atau komunikasi melalui tulisan secara tidak langsung.
Manfaat Menulis Menurut Komaidi (2011: 9-10), memaparkan bahwa terdapat enam manfaat dalam menulis antara lain:1) Meningkatkan keingintahuan dan melatih kepekaan dalam mengamati kenyataan kehidupan, 2) Mendorong seseorang untuk menemukan dan memeroleh sumber informasi lain, seperti buku, koran, majalah, jurnal, dan sebagainya, 3) Melatih dalam menyusun pendapat atau pemikiran secara sistematis, urut, dan logis, 4) Mengurangi atau bahkan mungkin menghilangkan ketegangan (stres), 5) Memeroleh kepuasan lebih apabila tulisan berguna bagi orang lain melalui media massa, 6) Memeroleh tingkat keterkenalan di kalangan masyarakat. Menulis bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hambatan utama yang sering dialami adalah sulitnya penuangan ide berupa penulisan kata pertama untuk mengawali tulisan.
Kadang kala dalam menulis selalu muncul pertanyaan: apa yang akan ditulis, bagaimana menuliskannya, dan pantaskah disebut sebuah tulisan. Meskipun sebenarnya ide itu bisa didapatkan dari mana saja, misalnya dari pengalaman diri sendiri; dari cerita orang lain; peristiwa alam; ataupun dari khayalan, menulis tetap dianggap tidak mudah. Kesulitan dalam menuangkan ide ternyata juga sering dialami oleh siswa Sekolah Dasar. Padahal berdasarkan aspek keterampilan berbahasa Indonesia, keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi berbahasa yang harus dimiliki oleh setiap siswa selain keterampilan membaca, mendengarkan, dan berbicara (Tarigan, 2008: 27).
Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti ‘tengah’, ‘pengantar’, atau ‘perantara’. Bovee (dalam Asyhar, 2012: 4), mengatakan bahwa media sebagai pengantar atau perantara pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media dapat diartikan sebuah alat komunikasi yang mengantarkan atau menjadi perantara dalam penyampaian suatu pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Sebagai sumber belajar, media dapat didefinisikan dengan manusia, benda, maupun peristiwa atau kejadian yang membuat siswa memeroleh suatu pengetahuan dan keterampilan (Djamarah, 2010: 120). Dalam dunia pendidikan, media atau yang sering disebut dengan media pembelajaran menjadi alat bantu dalam penyampaian pesan berupa materi pelajaran oleh guru kepada siswa untuk meningkatkan kualitas belajar agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Briggs (2012: 7), mengartikan bahwa media berfungsi sebagai sarana fisik yang digunakan untuk merangsang siswa dalam belajar. Sedangkan menurut Wulandari (2015: 9), media adalah sesuatu yang dapat menyalurkan atau menyampaikan pesan kepada penerima agar mendapatkan pengetahuan dalam menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal yang disampaikan. Menurut Munadi (2012: 7), menarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah sesuatu yang digunakan dalam penyampaian dan penyaluran pesan dari sumber atau guru dengan perencanaan yang dapat menciptakan lingkungan belajar siswa yang kondusif sehingga penerima pesan mampu melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien.
Menurut Sanjaya (dalam Prameswari 2014: 16), berpendapat bahwa secara garis besar media merupakan manusia, benda atau materi, dan kejadian atau peristiwa yang menciptakan kondisi pembelajaran dan memungkinkan siswa memeroleh pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan pengertian tersebut, media tidak hanya berupa alat perantara seperti radio, televisi, atau bahan cetakan, melainkan dapat meliputi manusia sebagai sumber belajar atau dapat berupa kegiatan berdiskusi, seminar, karyawisata, dan simulasi dalam menambah wawasan, pengetahuan, serta untuk merubah perilaku atau sikap siswa. Jadi, media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu atau perantara dalam proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas sebagai interaksi (komunikasi) guru dengan siswa yang digunakan secara massal berupa radio, televisi, slide, film, video, OHP, modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sesuatu yang terdiri dari manusia atau materi sebagai perantara, mampu membangun kondisi dalam merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian sehingga dapat memudahkan penerimaan pesan atau penyampaian informasi pada siswa.
Menurut Sutedjo (2009: 36), suatu media dapat dipilih sebagai penunjang pembelajaran apabila media tersebut memberikan daya tarik yang tinggi dari siswa, selain itu juga sebaiknya tidak terlalu memerlukan biaya yang mahal dan tidak memerlukan banyak waktu dalam proses pembelajaran.
Media Tirai Kalimat Bersambung (TIKUNG)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 1002), media adalah alat komunikasi atau perantara. Tirai adalah potongan kain atau kain penutup. Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata yang berdiri sendiri dan menyatakan makna. Bersambung adalah bertambah panjang, menghubungkan, berturut-turut, atau menggabungkan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media tirai kalimat bersambung (tikung) adalah suatu alat komunikasi atau perantara dalam proses belajar mengajar berupa potongan kain sebagai penutup pada kotak atau kubus yang digunakan untuk menghubungkan beberapa kata membentuk sebuah kalimat yang bermakna.
Media tirai kalimat bersambung dirancang dengan menggunakan sebuah kotak (kubus) berukuran 40 cm x 40 cm. Pada keempat sisinya masing-masing terdapat urutan gambar dan kalimat yang mengandung isi materi atau tema yang diajarkan, yaitu tema Sehat Itu penting materi Pentingnya Air Bagi Kehidupan. Gambar pertama terletak pada sisi kotak atau kubus dengan gambar air. Gambar kedua terletak pada sisi kotak atau kubus dengan gambar air bagi manusia. Gambar ketiga terletak pada sisi kotak atau kubus dengan gambar air bagi tanaman. Dan gambar keempat terletak pada sisi kotak atau kubus dengan gambar air bagi hewan.
Pembelajaran menggunakan media tirai kalimat bersambung berbentuk kata-kata yang disusun menjadi kalimat yang saling berkaitan sesuai dengan urutan gambar yang terletak pada masing-masing sisi kotak atau kubus dan ditutupi dengan tirai. Siswa membuat judul pada cerita atau karangannya kemudian menceritakannya dalam bentuk tulisan sesuai gambar secara runtut. Cerita yang dibuat harus berdasarkan gambar, bermakna, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, menggunakan ejaan dan tata tulis bahasa Indonesia yang benar, serta tulisan dibuat menarik namun tetap jelas agar mudah dibaca dan mudah dipahami.
Guru bisa menyampaikan pembelajaran menggunakan media tirai kalimat bersambung sebagai pendukung proses pembelajaran. Penggunaan media tirai kalimat bersambung diharapkan dapat membantu siswa fokus terhadap materi yang dijelaskan dan meningkatkan keterampilan menulis siswa. Kelebihan dari penggunaan media tirai kalimat bersambung adalah bahan pembuatan media mudah diperoleh, dapat diaplikasikan dalam beberapa materi pelajaran, memiliki potensi untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan serta kreativitas siswa di kelas terutama dalam keterampilan menulis, serta menciptakan suatu media dan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.
Menurut Tarigan (2008: 55), manfaat yang dapat diambil oleh siswa dari pengembangan paragraf dalam cerita dengan cara menganalisis gambar yaitu: 1) mengembangkan keterampilan siswa dalam mengamati hubungan sebab akibat atau pesan yang terkandung dalam gambar, 2) mengembangkan imajinasi siswa, 3) melatih siswa cermat dan teliti dalam memerhatikan suatu hal, dan 4) mengembangkan daya penafsiran siswa terhadap bentuk visual ke dalam bentuk tulisan. Dengan adanya gambar yang saling berkaitan dan membentuk suatu alur tertentu maka akan memudahkan siswa dalam menulis sebuah cerita.
Media pembelajaran tirai kalimat bersambung dibuat sebagai alasan untuk mengajarkan siswa terampil dalam membuat atau menulis sebuah cerita. Cara menggunakan media tirai kalimat bersambung adalah: 1) Menunjukkan media tirai kalimat bersambung pada siswa, 2) Membuka tirai untuk memperlihatkan isi di dalamnya, 3) Meminta siswa mengamati gambar dan kalimat dalam media, 4) Menjelaskan tentang aturan dan tata cara penulisan yang baik dan benar kepada siswa, 5) Meminta siswa membuat narasi dalam bentuk tulisan sesuai urutan pengamatan pada gambar dan kalimat berupa judul, kerangka karangan, dan isi cerita dengan menggunakan kata-kata dan kalimat sendiri, dan cerita harus mengandung unsur-unsur penulisan cerita atau mengarang.
Media tirai kalimat bersambung (tikung) dipilih sebagai solusi terbaik untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. Hal ini dikarenakan sarana prasarana yang dimiliki sekolah masih belum memadai, seperti tidak adanya LCD proyektor. Selain itu media tirai kalimat bersambung (tikung) mempunyai peranan penting untuk memperjelas maksud alur cerita sehingga diharapkan siswa lebih mudah memahami makna gambar pada media berdasarkan urutan cerita yang terdapat pada gambar. Menurut Brown dkk (dalam Sudjana, 2009: 12), ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif. Dengan menerapkan gambar dalam kegiatan menulis karangan, minat belajar siswa akan tertarik pada pesan gambar yang ditampilkan sehingga secara tidak langsung dapat membantu siswa lebih memahami materi yang diberikan oleh guru.
Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis narasi siswa kelas V SDN Blumbangrejo masih rendah. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran guru belum menggunakan media pembelajaran yang merangsang daya imajinasi siswa sehingga siswa kesulitan dalam menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk karangan. Dengan menggunakan media tirai kalimat bersambung (tikung) diharapkan siswa tidak kesulitan dalam menulis karangan narasi. Hal ini dikarenakan media tirai kalimat bersambung (tikung) mampu merangsang daya imajinasi siswa yang sangat diperlukan ketika siswa menulis karangan narasi.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: melalui penggunaan media tirai kalimat bersambung (tikung) dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi bagi siswa kelas V SDN Blumbangrejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SDN BlumbangrejoKecamatan Kunduran pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas V SDN Blumbangrejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 16 anak, terdiri dari 11 laki-laki dan 5 perempuan.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi pengamatan, wawancara dan hasil tes membuat karangan narasi. Pengamatan dilakukan dalam kelas, tempat terjadinya pembelajaran dan mencatat semua kegiatan yang ada dalam pembelajaran tersebut. Agar dapat membantu menentukan tindakan-tindakan yang akan diberikan dalam setiap siklus. Wawancara dilakukan dengan siswa terkait dengan proses pembelajaranr. Sedangkan tes menulis narasi dilakukan pada akhir siklus untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menulis narasi.
Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam dua siklus yang setiap siklusnya tercakup empat kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian dinyatakan berhasil apabila keterampilan siswa dalam menulis narasi mencapai ketuntasan klasikal minimal 80%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pra Siklus
Data awal penelitian diambil dari hasil ulangan harian menulis narasi. Pada pembelajaran pra siklus, rekapitulasi hasil ulangan harian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Pra Siklus
No |
Nilai |
Jumlah |
Keterangan |
1 |
40 |
2 |
TT |
2 |
50 |
2 |
TT |
3 |
60 |
5 |
TT |
4 |
70 |
5 |
T |
5 |
80 |
2 |
T |
Jumlah |
16 |
||
Ketuntasan |
43,75% |
||
Nilai Rata-rata |
61,88 |
Siklus I
Pembelajaran siklus I guru menggunakan media tirai kalimat bersambung (tikung). Pada akhir siklus dilakukan tes menulis karangan narasi. Hasil penilaian tes yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus I
No |
Nilai |
Jumlah |
Keterangan |
1 |
50 |
2 |
TT |
2 |
60 |
4 |
TT |
3 |
70 |
6 |
T |
4 |
80 |
3 |
T |
5 |
90 |
1 |
T |
Jumlah |
16 |
||
Ketuntasan |
62,50% |
||
Nilai Rata-rata |
68,13 |
Siklus II
Pembelajaran siklus II guru tetap menggunakan media tirai kalimat bersambung (tikung). Namun demikian pada siklus II ini guru menggunakan media tirai kalimat bersambung (tikung) dengan ukuran yang lebih besar. Pada akhir siklus dilakukan tes menulis karangan narasi. Hasil penilaian tes yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siklus II
No |
Nilai |
Jumlah |
Keterangan |
1 |
60 |
2 |
TT |
2 |
70 |
6 |
T |
3 |
80 |
5 |
T |
4 |
90 |
3 |
T |
Jumlah |
16 |
||
Ketuntasan |
87,50% |
||
Nilai Rata-rata |
75,63 |
Pembahasan
Hasil penelitian mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dianalisis oleh guru. Secara keseluruhan terjadi peningkatan pada setiap siklus. Hal ini dapat dilihat pada tabel perbandingan hasil tes menulis narasi berikut ini:
Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian
Nilai |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
40 |
2 |
0 |
0 |
50 |
2 |
2 |
0 |
60 |
5 |
4 |
2 |
70 |
5 |
6 |
6 |
80 |
2 |
3 |
5 |
90 |
0 |
1 |
3 |
Ketuntasan |
43,75% |
62,50% |
87,50% |
Nilai Rata-rata |
61,88 |
68,13 |
75,63 |
Data pada tabel di atas menunjukkan rata-rata nilai tes menulis narasi meningkat dari pembelajaran pra siklus 61,88 menjadi 68,13 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75,63 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari pra siklus 7 anak (43,75%) menjadi 10 anak (62,50%) pada siklus I dan 14 anak (87,50%) pada siklus II.
PENUTUP
Simpulan
Dari deskripsi hasil penelitian pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media tirai kalimat bersambung (tikung) dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi bagi siswa kelas V SDN Blumbangrejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018.
Saran
Penggunaan media tirai kalimat bersambung dapat memberikan kontribusi positif terhadap keterampilan menulis narasi siswa dan baik untuk disosialisasikan di kalangan guru bahasa Indonesia supaya terbiasa menggunakan media tersebut untuk memberi kemudahan siswa dalam menulis narasi.
Hasil penelitian dapat dijadikan upaya peningkatan kualitas belajar mengajar sehingga bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pembelajaran menulis narasi di Sekolah Dasar.
Penelitian ini masih merupakan penelitian dasar yang perlu ditindaklanjuti sehingga menghasilkan penelitian yang lebih memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Tim GP Press.
Budiyanto.2009. Bahasa Indonesia Menjawab Tantangan. Balai Bahasa Jawa Tengah.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Komaidi, Didik. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif: Teori dan Praktek.Yogyakarta: Sabda Media.
Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.
Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai. 2015. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2013. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV. Angkasa.
Zainurrahman.2011. Menulis dari Teori Hingga Praktik.Bandung: Alfabeta.