Pembinaan Berkelanjutan Dalam Meningkatkan Kompetensi Mengelola Pembelajaran
PEMBINAAN BERKELANJUTAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI MENGELOLA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC BAGI GURU KELAS IV GUGUS HASANUDIN
KECAMATAN MATESIH SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Sri Partini
UPT Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru kelas IV Gugus Hasanudin kecamatan Matesih semester II tahun pelajaran 2016/2017 dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan scientific melalui pembinaan berkelanjutan. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan saintifik bagi guru-guru di gugus Hasanudin kecamatan Matesih semester II tahun 2016/2017.
Kata Kunci: Pembinaan Berkelanjutan, Pendekatan Saintifik,
PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan mutu hasil belajar siswa, maka dibutuhkan guru yang profesional. Profesionalisme guru dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapasitas untuk mampu bersaing baik di forum local, nasional maupun internasional. Untuk menjadi guru yang profesional perlu adanya pembinaan secara terus menerus yang berkelanjutan, pembinaan tersebut salah satunya dapat dilaksanakan oleh pengawas sekolah maupun oleh kepala sekolah, karena hal itu sesuai dengan peran, fungsi serta tugas dan tanggungkawabnya adalah melakukan pengawasan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi termasuk melaksanakan supervise.
Berdasarkan hasil evaluasi Pengawasan Sekolah Semester I tahun pelajaran 2016 /2017 serta hasil identifikasi masalah supervisi akademik yang berfokus pada rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan scientific terhadap kinerja guru-guru kelas IV di Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih, diperoleh kesimpulan bahwa kompetensi guru-guru khususnya dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan scientific belum mencapai hasil yang maksimal. Hal tersebut juga didukung fakta penilaian EDS maupun Akreditasi Sekolah khususnya dalam komponen standar proses belum mencapai angka yang memuaskan.
Predikat profesional bagi seorang guru erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Dalam menjalankan tugasnya, guru hendaknya selalu mengupayakan optimalisasi ketercapaian hasil belajar. Penggunaan model pembelajaran konvensional ternyata tidak dapat memberikan suasana belajar yang menarik. Pembelajaran cenderung terpusat pada guru.
Fenomena diatas tentunya terkait dengan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru, berbagai masalah tersebut anatara lain: keberagaman kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, serta belum adanya pembinaan yang mencerminkan kebutuhan guru dalam mengembangkan kompetensi profesional dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan scientific.
Berangkat dari temuan pada kegiatan kepengawasan sekolah mengindikasikan kebutuhan paling mendasar dan mendesak terhadap guru saat ini adalah pembinaan dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific. Keluhan terbanyak tentang pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific pada sekolah binaan adalah kemampuan menterjemahkan, menerapkan perencanaan pembelajaran terutama dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan scientific dalam pembelajaran keseharian guru.
Salah satu indikator keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan scientific dapat diukur dari bagaimana guru tersebut menerapkan pembelajaran dengan pendekatan scientific yang telah tersusun dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Kiat-kiat pengawas sekolah dibutuhkan untuk memberikan layanan pembinaan dan pendampingan serta solusi yang dibutuhkan guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific. Hal ini perlu disadari juga adanya saling keterbukaan dan kesepakatan antara guru dengan pengawas sekolahnya. Hal ini disampaikan penulis karena di lapangan masih timbul beberapa masalah diantaranya keengganan guru untuk menjadikan pengawas selaku konsultan dalam mengatasi kesulitannya, termasuk ada rasa kurang enak kalau kelasnya sering dikunjungi pengawas serta dimungkinkan kemampuan pengawas dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific juga kurang memadai.
Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap agar kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan scientific khususnya guru kelas IV Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih yang menurut penilaian berdasarkan hasil supervisi akademik harus mendapat perhatian dan tindak lanjut. Hal tersebut didukung oleh pertimbangan bahwa kelas IV pada tahun ini mulai melaksanakan pembelajaran tematik dengan pendekatan scientific.
Dengan latar belakang kondisi di atas maka peneliti yang sekaligus sebagai pengawas sekolah di Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih mempuyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan guru khususnya guru kelas IV dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific di sekolahnya sekaligus Penelitian Tindakan Sekolah ini juga sebagai laporan atas tindakan aktif pengawas sekolah dalam peningkatan mutu pengelolaan pembelajarana secara profesional di dabinnya.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka penelitian ini dibatasi pada masalah: Masalah yang dihadapi oleh guru – guru kelas IV dalam melaksanakan tupoksinya banyak sekali, namun dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada masalah meningkatkan kompetensi guru kelas IV dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific dengan pendampingan pengawas Gugus Hasanudin dalam bentuk pembinaan berkelanjutan.
Rumusan masalah sebagai berikut: Apakah kompetensi dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific dapat ditingkatkan melalui pembinaan berkelanjutan bagi guru kelas IV Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih pada semester genap tahun pelajaran 2016/ 2017
Tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan kompetensi guru kelas IV Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific di kelasnya melalui pendampingan dalam bentuk pembinaan berkelanjutan oleh pengawas sekolah.
KAJIAN TEORI
Kajian Teori Tentang Pembinaan Berkelanjutan
Secara terminologis, Pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah, Penilik Sekolah serta Pengawas lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksud Pembinaan guru adalah supervisi, maka banyak pakar yang memberikan pengertian berbeda dengan inti yang sama. Kurikulum 1975 memberikan batasan supervisi sebagai bantuan kepada staf untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Depdibbud, 1975). Adams (1959) memberikan batasan sebagai perencanaan program perbaikan pengajaran. Sementara itu Wiles memberikan batasan Supervisi sebagai berikut:Supervision is service activity that exists to help teachers do their job better (Wiles, 1955:3). Pandangan Kolaborativ Pembinaan Guru
Menurut pendapat Ali Imron (2007,hal 74-75) menyatakan bahwa pandangan Kolaborativ pembinaan guru mendasarkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam psikologi kognitif. Belajar siswa dalam pandangan psikologi kognitif adalah merupakan konvergensi antara pandangan behavioristik dan pandangan humanistik. Jika pandangan behavioristik lebih menekankan kontrol instrumen lingkungan, maka pandangan humanistik memandang belajar sebagai usaha penemuan sendiri atas sesuatu. Dengan demikian, dalam pandangan psikologi kognitif, belajar sesungguhnya merupakan konvergensi antara kontrol instrumental lingkungan dan usaha penemuan oleh diri sendiri.
Supervisi atau Pembinaan guru yang dilakukan menginspeksi tersebut ternyata tidak hanya ditemukan dalam kepustakaan Indonesia. Dalam kepustakaan asing supervisi dengan pengertian inspeksi pun ditemukan,seperti dikemukakan oleh Gwynn (1961) sebagai berikut: Supervision originated as inspection of school and continued with that its major emphasis to about 1920 (Gwynn, 196: 8).
Fungsi Pembinaan Guru
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, kemudian dapat diidentifikasi fungsi-fungsi Pembinaan guru. Fungsi-fungsi tersebut meliputi:memelihara program pengajaran sebaik-baiknya, menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar, memperbaiki situasi belajar anak-anak Supervisi juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru,mengkoordinasi semua usaha sekolah,memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru,menstimulasi usaha-usaha yang kreatif,memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru. Bahwa fungsi Pembinaan guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya Pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional.
Kajian Teori tentang Kompetensi Guru
Kompetensi adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diaktualisasikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (E Susilowati. 2006: 4). Menurut Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, bahwa kompetensi adalah kemampuan berfikir, bersikap dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik (seseorang).
Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah kompetensi guru sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28, standar kompetensi pendidik/ guru meliputi kompetensi: pedagogic, kepribadian, profesional, dan sosial.
Sesuai Peraturan Mendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikasi Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Kompetensi yang dimaksud adalah merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus di miliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Ada empat kompetensi guru yaitu: 1) Kompetensi Pedagogic, 2) Kompetensi Kepribadian, 3) Kompetensi Sosial, 4) Kompetensi Profesional.
Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu: (1) Pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena; (2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa; (3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis; (4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik; (5) Mendorong dan menginspirasi siswa; (6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris; (7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Kerangka Berpikir Peneliti
Upaya peningkatan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific termasuk hal yang penting untuk diupayakan sehingga guru mendapatkan kompetensi yang memadai serta hasil yang maksimal yang bermuara pada tingkat pencapaian hasil belajar siswa menjadi maksimal dan optimal, upaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan tupoksinya (tugas pokok fungsinya) dalam hal ini kemampuan dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan scientific.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Melalui penerapan Pembinaan Berkelanjutan diduga dapat meningkatkan kompetensi mengelola pembelajaran dengan pendekatan scientific bagi guru kelas IV Sekolah Dasar Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2016 /2017
METODE PENELITIAN
Seting Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
Subjek penelitian dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah: Guru-guru Klas IV di Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih yang berasal dari 8 sekolah yang merupakan sekolah binaan peneliti sejumlah 8 orang guru. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai bulan Januari sampai dengan April 2017, yaitu semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ada dua macam. Pertama teknik tes, adalah cara mengumpulkan data dengan memberikan tes kepada peserta. Peserta mengerjakan soal-soal, dapat dengan cara tertulis maupun lisan, Kedua, teknik non tes, adalah teknik yang tidak menggunakan tes, tetapi menggunakan lembar penilaian atau lembar observasi untuk mengambil data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non tes. Teknik ini dipilih karena sesuai dengan data yang akan diperoleh, yaitu berupa unjuk kerja guru kelas IV dan berupa dokumentasi bukan pengetahuan dan lain-lain.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian dapat berupa (1) soal tes dan non tes, (2) Instrumen ini dipakai untuk menilai unjuk kerja. Dengan demikian sesuai teknik yang digunakan dan karakteristik yang dinilai, maka penelilian tindakan sekolah ini menggunakan alat pengumpul data berupa lembar pengamatan.
Validasi Data
Untuk memvalidasi data dapat digunakan dengan berbagai cara. Data tes agar valid dapat dilakukan dengan cara menyusun kisi-ÂÂkisi. Karena dalam penelitian tindakan sekolah ini data diperoleh melalui pengamatan dengan lembar pengamatan, maka validasi data yang digunakan adalah trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber adalah pengambilan data dengan menggunakan 3 sumber yang berbeda. Dalam penelitian ini data dapat diperoleh dari pengawas, peneliti, teman sejawat dan guru yang menjadi subyek penelilian ini. Dalam penelitian ini teman sejawat yang dipilih adalah Drs.Kristono,M.Pd dengan pertimbangan beliau merupakan Koordinator Pengawas di UPT PUD NFI dan SD Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar dan merupakan pengawas senior.
Indikator Kinerja
Indikator Kinerja pada penelitian ini adalah pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific dinyatakan berhasil apabila telah mencapai skor rata-rata minimal 75 atau lebih dengan kualifikasi baik atau sangat baik.
Prosedur Tindakan
Penelitian ini didesain sebagai penelitian tindakan sekolah (PTS), yang dilaksanakan dalam beberapa rangkaian kegiatan tindakan yang dilaksanakan di Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Secara garis besar penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dan setiap siklus didesain dengan empat tahap, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Untuk mengetahui seberapa kemampuan awal para guru kelas IV di Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan scientific, maka dilakukan observasi ke sekolah-sekolah binaan untuk mengumpulkan data dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Guru dalam mengajar belum berpedoman pada silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih terlihat konvensional, (3) Guru masih perlu pembinaan dalam meningkatkan kompetensi mengelola pembelajaran dengan pendekatan scientific.
Keadaan pada kondisi awal, dengan menggunakan instrumen observasi dan instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran Scientific menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan guru kelas IV Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific baru mencapai angka 62,10.
Kompetensi pembelajaran dengan pendekatan scientific pada kondisi awal diatas dapat dianalisis dengan nilai tertinggi, terendah, rerata dan rentang kompetensi. Nilai terendah 55,18, nilai tertinggi 71,42, dengan rerata 62,10. dengan rentang nilai 16,14.
Deskripsi hasil Siklus I
Hasil kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific pada siklus I dapat dilihat pada laporan berikut: informasi dan gambaran bahwa kemampuan guru klas IV Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih dalam pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific telah mengalami peningkatan bila dibanding dengan kondisi awal yaitu dari rata-rata 62,10 menjadi 74,89 dengan kategori baik. Kompetensi pembelajaran dengan pendekatan scientific pada kondisi awal diatas dapat dianalisis dengan nilai tertinggi, terendah, rerata dan rentang kompetensi. Nilai terendah 68,04, nilai tertinggi 86,44, dengan rerata 74,89. dengan rentang nilai 18,40.
Kegiatan siklus I melalui pengamatan dan penilaian langsung kondisi unjuk kerja guru kelas IV dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan scientific dapat divisualisasikan melalui gambar di bawah ini:
Disini terlihat ibu guru kelas IV di salah satu SD Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih mengajar peserta didik dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan scientific yang mulai nampak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
Deskripsi Hasil Siklus 2
Hasil pengamatan kompetensi pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific pada siklus II ini telah mengalami banyak peningkatan. Siswa telah terlihat sangat antusias dan aktif mengikuti pembelajaran. Rasa ingi tahu dari siswa telah muncul, hal ini terlihat banyak siswa yang mulai mau bertanya tentang pembelajaran. Kerjasama antar siswa juga terlihat sangat bagus. Tidak ada siswa yang pasif. Semua telah ambil bagian dalam kerja kelompok. Guru telah terlihat banyak menggunakan media pembelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk lebih semangat belajar. Kemampuan guru dalam mengembangkan strategi pembelajaranpun semakin meningkat dan bervariasi.
Pada siklus II ini kompetensi pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan scientific dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dari table maupun grafik di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah 76,89, nilai tertinggi 91,04 nilai rerata 83,20, sedangkan rentang nilai 14,15.
Kegiatan siklus II melalui pengamatan dan penilaian langsung kondisi unjuk kerja guru kelas IV dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan scientific telah banyak mengalami peningkatan baik dari segi kemampuan guru memanfaatkan media pembelajaran, penguasaan materi pelajaran, pengelolaan peserta didik, mengembangkan strategi pembelajaran dan lain-lain yang akhirnya berdampak pula kepada peserta didiknya. Diantaranya siswa terlihat lebih aktif, mulai mau bertanya, mengajukan pendapat, aktif dalam bekerja sama dalam kelompoknya. Peningkatan kompetensi mengelola pembelajaran ngan pendekatan scientific setelah diberikan bimbingan secara berkelanjutan dapat divisualisasikan melalui gambar di bawah ini:
Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kompetensi mengelola pembelajaran dengan pendekatan scientific yang dilakukan oleh guru – guru di Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih, pada tahap ini perlu penulis membandingkan hasil tindakan pra siklus, siklus 1, dengan hasil tindakan siklus 2 seperti hasil berikut:
Deskriptip komparatif kondisi siklus 1 dengan siklus 2. dari kegiatan penelitian pada siklus 1 diterapkan supervisi akademik individu dengan pendekatan kolaboratif, sedangkan kegiatan siklus 2 diterapkan supervisiakademik individual dengan pendekatan non direktif secara kolaboratif dan mendatangkan guru model. Dari kompetensi pengelolaan pembelajaran nilai terendah meningkat 12,28% dari 67,45 menjadi 76,89, nilai tertinggi meningkat 4,15% dari 86,79 menjadi 91,04, dan rerata meningkat 9,71 % dari 74,71 menjadi 83,20.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Simpulan
Atas dasar kajian teoritik dan pengujian empirik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui Pembinaan Berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru kelas IV Gugus Hasanudin Kecamatan Matesih dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan scientific. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan nilai rerata kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran pada kondisi awal sebelum diadakan pembinaan adalah 61,95. Setelah diadakan pembinaan berkelanjutan meningkat menjadi 74,71 pada siklus I dan 83,20 pada siklus II.
Implikasi
Karena secara teori dan empirik pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan scientific, maka pengawas perlu melakukan penelitian-penelitian sejenis guna meningkatkan kompetensi guru dalam menghadapi perkembangan kurikulum 2013 serta meningkatkan kompetensi professional guru
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Munir (2008). Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz media.
Budiyono. 2016. Pengantar Penilaian Hasil Belajar.Surakarta: UNS Press
Depdikbud. (1995) Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis.
Effendi,AR (1997). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Herabudin (2009). Administrasi dan Supervisi PendidikanBandung: CV Pustaka Setia.
Joni, Raka. 1990, Pokok-pokok Pikiran Mengenai Pendidikan Guru. Jakarta: Konsorsium Umum Pendidikan
Kemendikbud. 2013. Model Penilaian Proses dan hasil belajar Peserta didik sekolah menengah Atas. Jakarta; Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat pembinaan SMA.
Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan dasar direktorat Pembinaan SD.
Kemendikbud. 2013. Penilaian pembelajaran dan penulisan rapor SMP. Jakarta: Pusat pengembangan tenaga Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya manusia dan penjaminan Mutu Pendidikan kemendikbud.
Kemendikbud. 2013. Petunjuk Teknis Pengembangan Instrumen penilaian hasil Belajar. Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya manusia dan Penjaminan Mutu pendidikan kemendikbud.
Kusaeri. 2014. Acuan & Teknik penilaian Proses & Hasil Belajar dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kusaeri dan Supranoto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lexy J. Moleong (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Malayu S.P. Hasibuan (2001). Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Martinus & Maisah (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada.
Ngalim Purwanto (2008). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Sarwiji Suwandi (2009). Penelitian Tindakan Kelas(PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Syaiful Sagala (2008). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Syafruddin (2002). Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Depdiknas.
Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.