PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KLASIFIKASI

 MAKHLUK HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MIND MAPPING BAGI SISWA KELAS V PADA SEMESTER I

MI NEGERI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017

 

Sumiyati

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Boyolali

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup” dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping pada Siswa Kelas V semester 1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa Kelas V semester 1 Madrasah Ibtidaiyah I Negeri Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 36 orang siswa. Penelitian dilakukan pada semester 1 selama 5 (lima) bulan, yaitu mulai bulan September 2016 sampai dengan Desember 2016. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan. Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup” bagi siswa Kelas V semester 1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri Boyolali, tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dan jumlah siswa dengan nilai hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Kata kunci: Hasil belajar, pembelajaran IPA, Mind Mapping

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembelajaran IPA harus diajarkan baik sebagai produk maupun sebagai proses. Produk IPA terdiri atas fakta, konsep, prinsip, prosedur, teori, hukum dan postulat. Semua itu merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metoda ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah (Trianto, 2009: 8).

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang mengajarkan IPA hanya sebatas IPA sebagai produk. Siswa jarang diajak untuk melakukan pembelajaran sebagai proses sehingga siswa kerap kali mempelajari IPA sebatas teori dan hukum-hukum, serta postulat-postulat dalam IPA. Pembelajaran hanya berorientasi pada hasil tes/ujian, pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal tersebut berdampak pada kurang optimalnya kemampuan siswa dalam mengembangkan sikap ilmiah yang sangat diperlukan dalam setiap pembelajaran.

Pembelajaran yang bersifat teacher centered, di mana guru hanya meyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual akan berdampak pada kurang berkembangnya sikap ilmiah siswa. Hal ini dikarenakan peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya, cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor.

Hal yang sama juga terjadi di MI Negeri Boyolali Kabupaten Boyolali. Pembelajaran IPA yang dilakukan guru masih cenderung bersifat teacher-centered. Siswa hanya didorong untuk belajar IPA dengan menghafal teori dan konsep-konsep sehingga sikap ilmiah tidak berkembang secara optimal yang pada gilirannya berakibat pada kurang optimalnya daya serap siswa terhadap materi ajar.

Kurang berkembangnya sikap ilmiah pada siswa sangat terlihat pada siswa Kelas V di semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 pada materi “Klasifikasi Makhluk Hidup”. Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan guru menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa di kelas tersebut baru mencapai 2.16 atau baru pada klasifikasi Cukup Baik (C). Ditinjau dari banyaknya siswa yang sudah memperoleh nilai dengan klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B), jumlahnya baru mencapai sebanyak 11 orang siswa atau baru mencapai 26.83% dari jumlah siswa yang ada, yaitu sebanyak 41 orang. Hal ini dapat diartikan bahwa dari jumlah tersebut, siswa yang masih memperoleh nilai dengan klasifikasi Cukup Baik (C) dan Kurang Baik (D) masih ada sebanyak 30 orang siswa atau 73.17%.

Kenyataan bahwa hasil belajar siswa masih rendah tersebut mendorong diperlukannya suatu perbaikan pembelajaran guna meningkatkan sikap ilmiah pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang dipandang dapat mendorong berkembangnya sikap ilmiah adalah model pembelajaran Mind Mapping. Melalui pembelajaran model pembelajaran Mind Mapping, siswa didorong untuk belajar memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang disukai dan mudah dimengerti oleh pembuatnya. Dengan demikian maka tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung dari cara kerja koneksi-koneksi di dalam otak. Model ini sangat sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran mata pelajaran IPA yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Pemilihan metode pembelajaran Mind Mapping sebagai sarana perbaikan yang dilakukan guru tersebut tidak terlepas dari materi yang diajarkan dan disertai pertimbangan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pembelajaran IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup” dalam pembelajaran IPA Biologi sangat tepat apabila dilakukan dengan metode pemetaan pikiran (mind mapping).

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, selanjutnya dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut ini:

  1. Pembelajaran IPA yang dilakukan guru masih dilakukan sebatas IPA sebagai produk. Siswa hanya didorong untuk belajar IPA dengan menghafal teori dan konsep-konsep sehingga sikap ilmiah tidak berkembang secara optimal.
  2. Siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya, cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor.
  3. Pembelajaran yang dilakukan masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya hasil belajar siswa.

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

  1. Metode pembelajaran dibatasi pada metode mind mapping (pemetaan pikiran).
  2. Hasil belajar dibatasi pada hasil belajar IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup” yang diajarkan bagi siswa Kelas V pada semester 1;
  3. Subjek dibatasi pada siswa Kelas V semester 1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri Boyolali Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 36 orang siswa.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup” bagi siswa Kelas V semester 1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri Boyolali Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 melalui penggunaan metode pembelajaran Mind Mapping.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Bagi Siswa. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk dijadikan sebagai wahana mengembangkan sikap ilmiah.

Bagi Guru. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru sebagai tambahan wawasan tentang penggunaan metode pembelajaran Mind Mapping.

Bagi Sekolah. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah untuk dijadikan tambahan informasi mengenai penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dalam pembelajaran IPA.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pembelajaran IPA Biologi di SD

Biologi, menurut Saptono (2008: 15), adalah bagian dari IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan mencakup ilmu-ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan di alam semesta ini. Pengetahuan tersebut dapat berupa fakta, konsep, teori, maupun generalisasi yang menjelaskan tentang gejala kehidupan.

Mata Pelajaran biologi (IPA) di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar siwa mampu menguasai konsep-konsep biologi (IPA) dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kata menguasai disini mengisyaratkan bahwa pendidikan IPA harus menjadikan siswa tidak sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep konsep IPA, melainkan harus menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami konsep konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain (Depdiknas, 2008: IV-9).

Mata pelajaran IPA biologi di sekolah dasar menekankan pada fenomena alam dan penerapannya yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Saptono, 2008: 18): 1) Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem; 2) Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan, hewan dan manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat; dan 3) Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi, bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

Prestasi Belajar IPA

Menurut Tirtonagoro (2011: 43) bahwa: “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.” Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Maslow (dalam Sudjana, 2012: 22) bahwa:

”Prestasi belajar suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu pula manusia yang berada di bangku sekolah”

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet, tekun, sehingga bisa memberikan kepuasan dan pemenuhan hasrat ingin tahu siswa. Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa prestasi belajar merupakan hasil siswa setelah melakukan suatu proses pembelajaran. Dikaitkan dengan IPA, maka prestasi belajar IPA adalah hasil siswa setelah melakukan suatu proses belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Metode Pembelajaran Mind Mapping

Metode ini dikembangkan di luar negeri oleh seorang bernama Tony Buzan. Metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran IPA dan bidang lain. Mind Map yang ditemukan oleh Tony Buzan sistem revolusioner dalam perencanaan dan pebuatan catatan yang telah mengubah hidup jutaan orang di selurah dunia. Pembuatan Mind Map didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan mampu menyalakan percikan-percikan kreatifitas dalam otak karena melibatkan kedua belah otak kita.

Berikut ini merupakan beberapa pengertian Mind Map (Buzan, 2008: 3-4): 1) Mind Map adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut; 2) Mind Map mengembangkan cara pikir divergen, berpikir kreatif,efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran – pikiran kita; 3) Mind adalah alat berpikir organisasional yang sangat hebat; 4) Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan; dan 5) Mind Map adalah hasil dari metode Mind Mapping yang berupa hasil visualisasi yang berupa symbol atau gambar, yang dapat digunakan sebagai ganti catatan tertulis dan hasilnya lebih cepat untuk diingat.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil identifikasi awal, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup” pada siswa Kelas V semester 1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri Boyolali Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 masih belum optimal. Belum optimalnya hasil belajar yang diperoleh siswa diindikasikan dengan hasil ulangan harian yang di mana diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa di kelas tersebut baru mencapai 2.16 atau baru pada klasifikasi Cukup Baik (C). Ditinjau dari banyaknya siswa yang sudah memperoleh nilai dengan klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B), jumlahnya baru mencapai sebanyak 11 orang siswa atau baru mencapai 26.83% dari jumlah siswa yang ada, yaitu sebanyak 41 orang. Hal ini dapat diartikan bahwa dari jumlah tersebut, siswa yang masih memperoleh nilai dengan klasifikasi Cukup Baik (C) dan Kurang Baik (D) masih ada sebanyak 30 orang siswa atau 73.17%.

Kurang optimalnya hasil belajar siswa ditengarai disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan guru cenderung lebih bersifat teacher centered. Siswa lebih banyak didorong untuk belajar IPA dengan menghafal teori dan konsep-konsep sehingga sikap ilmiah tidak berkembang secara optimal yang pada gilirannya berakibat pada kurang optimalnya daya serap siswa terhadap materi ajar.

Berpijak dari kenyataan tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran bagi siswa di kelas tersebut. Upaya perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping. Melalui pembelajaran model pembelajaran Mind Mapping, siswa didorong untuk belajar memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep permasalahan tertentu.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Melalui penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup” bagi siswa Kelas V semester 1 MI Negeri Boyolali Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2016/2017”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V semester 1 MI Negeri Boyolali tahun pelajaran 2016/2017. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah: a) Merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian; dan 2) siswa Kelas V semester 1 memerlukan perbaikan dalam pembelajaran pembelajaran IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup”.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian dilakukan selama 4 (empat) bulan yaitu mulai bulan September 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V semester 1 MI Negeri Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang siswa. Alasan pemilihan subjek dilandasi pada kenyataan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap siswa dalam pembelajaran IPA di kelas tersebut belum optimal.

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Model dan strategi tindakan dalam penelitian ini mengacu pada model Kemmis & Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 69) dengan dua siklus. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Setiap siklus tindakan mencakup empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi hasil tindakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan hasil tes ulangan harian yang diperoleh dari 41 orang siswa di Kelas V MI Negeri Boyolali pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dapat diketahui bahwa nilai terendah diperoleh sebesar 1.40 dan nilai tertinggi diperoleh sebesar 3.60. Adapun nilai rata-rata diperoleh sebesar 2.16. Mengingat nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 2.16, maka hasil belajar siswa Kelas V semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 di MI Negeri Boyolali sebelum dilaksanakan tindakan termasuk ke dalam klasifikasi Cukup Baik (C).

Nilai hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut selanjutnya dikonversikan ke dalam nilai klasifikasi A, B, C, dan D. Berdasarkan hasil klasifikasi, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi Sangat Baik (A) adalah sebanyak 1 orang siswa (2.44%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi Baik (B) adalah sebanyak 10 orang siswa (24.39%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi Cukup Baik (C) adalah sebanyak 54 orang siswa (58.54%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi Kurang Baik (D) adalah sebanyak 6 orang siswa (14.63%).

Data perolehan nilai hasil ulangan harian dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

Nilai Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal

No. Klasifikasi Nilai Jumlah %
1. Klasifikasi A 1 2.44%
2. Klasifikasi B 10 24.39%
3. Klasifikasi C 24 58.54%
4. Klasifikasi D 6 14.63%
  Jumlah 41 100.00%

 

Deskripsi Tindakan Siklus I

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan Siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan selama 2 X 40 menit. Pertemuan pertama tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 8 Oktober 2016. Pertemuan kedua tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal, 15 Oktober 2016. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua tindakan Siklus I sama seperti pertemuan sebelumnya. Pertemuan ketiga tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2016. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ketiga tindakan Siklus I sama seperti pertemuan sebelumnya. Pertemuan diakhiri dengan pemberian tes akhir tindakan Siklus I. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok dengan anggota masing-masing 8 dan 9 orang siswa.

Hasil tes menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 1.80 dan nilai tertinggi adalah 3.80. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 2.59. Mengingat nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 2.59, maka hasil belajar siswa dapat diklasifikasikan ke dalam klasifikasi B- atau klasifikasi baik. Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi Sangat Baik (A) adalah sebanyak 4 orang siswa (9.76%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi klasifikasi Baik (B) adalah sebanyak 18 orang siswa (43.80%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi Cukup Baik (C) adalah sebanyak 19 orang siswa (46.34%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi Kurang Baik (D) sudah tidak ada (0.00%). Dengan demikian jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai dengan klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) adalah sebanyak 22 orang siswa (53.66%).

Data hasil belajar siswa pada tindakan Siklus I selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

Nilai Hasil belajar Siswa Tindakan Siklus I

No. Klasifikasi Nilai Jumlah %
1. Klasifikasi A 4 9.76%
2. Klasifikasi B 18 43.90%
3. Klasifikasi C 9 46.34%
4. Klasifikasi D 0 0.00%
  Jumlah 41 100.00%

 

Deskripsi Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada Siklus II sama dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan pada Siklus I. Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus ini sama dengan yang dilakukan pada siklus sebelumnya dengan disertai beberapa perbaikan. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan cara guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok dengan anggota masing-masing 5 orang siswa, sehingga ada 1 kelompok yang beranggotakan 6 orang siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terdorong lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Tindakan Siklus II dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 13 Nopember 2016. Pertemuan kedua tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal, 20 Nopember 2016. Pertemuan ketiga tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 Nopember 2016. Pertemuan diakhiri dengan pemberian tes akhir tindakan Siklus II.

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan banyaknya siswa dengan hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 2.40, dan nilai tertinggi adalah sebesar 4.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 3.08. Mengingat nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh adalah sebesar 3.08, maka nilai rata-rata hasil belajar siswa dapat diklasifikasikan ke dalam klasifikasi Baik (B). Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi Sangat Baik (A) adalah sebanyak 8 orang siswa (19.51%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi klasifikasi Baik (B) adalah sebanyak 31 orang siswa (75.61%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi Cukup Baik (C) adalah sebanyak 2 orang siswa (4.88%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan klasifikasi Kurang Baik (D) sudah tidak ada (0.00%). Dengan demikian jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai dengan klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) adalah sebanyak 39 orang siswa (95.12%).

Data hasil belajar siswa pada tindakan Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

 

 

 

 

 

Nilai Hasil belajar Siswa Tindakan Siklus II

No. Klasifikasi Nilai Jumlah %
1. Klasifikasi A 8 19.51%
2. Klasifikasi B 31 75.61%
3. Klasifikasi C 2 4.88%
4. Klasifikasi D 0 0.00%
  Jumlah 41 100.00%

 

Pembahasan Hasil Tindakan

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “melalui penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup” bagi siswa Kelas V semester 1 MI Negeri Boyolali tahun pelajaran 2016/2017” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan jumlah siswa dengan nilai hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Berdasarkan hasil identifikasi awal, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 2.16 (klasifikasi C). Jumlah siswa dengan nilai hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) pada tahap awal sebelum dilakukannya tindakan pembelajaran adalah sebanyak 11 orang siswa (26.83%). Merujuk pada kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup” dengan menerapkan metode pembelajaran Mind Mapping.

Pada tindakan Siklus I, guru menerapkan metode metode pembelajaran Mind Mapping dengan kelompok besar. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok sebanyak 8 dan 9 orang siswa.

Perbaikan yang dilakukan pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan jumlah siswa dengan nilai hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 2.16 (klasifikasi C) pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 2.59 (klasifikasi B-) pada tindakan Siklus I. Jumlah siswa dengan nilai hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) mengalami peningkatan dari sebanyak 11 orang siswa (26.83%) pada kondisi awal, meningkat menjadi 22 orang siswa (53.66%) pada tindakan Siklus I.

Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dianggap belum optimal, meskipun nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa sudah mencapai klasifikasi Baik. Hal ini diindikasikan dengan belum terpenuhinya indikator kinerja bahwa jumlah siswa dengan nilai hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) mencapai > 80.00% dari jumlah siswa.

Atas dasar hal tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada tindakan Siklus II. Tindakan perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan metode pembelajaran Mind Mapping dalam pembelajaran IPA dengan kelompok kecil. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok sebanyak 5 orang siswa, sehingga ada 1 kelompok yang beranggotakan 6 orang siswa.

Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan jumlah siswa dengan nilai hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 2.59 (klasifikasi B-) pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi sebesar 3.08 (klasifikasi B) pada akhir tindakan Siklus II. Jumlah siswa dengan nilai hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) mengalami peningkatan dari sebanyak 22 orang siswa (53.66%) pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 39 orang siswa (95.12%) pada akhir tindakan Siklus II.

Peningkatan hasil belajar siswa dari tahap awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Pembelajaran Siklus II

No. Klasifikasi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Klsfks A 1 2.44 4 9.76 8 19.51
2. Klsfks B 10 24.39 18 43.90 31 75.61
3. Klsfks C 24 58.54 19 46.34 2 4.88
4. Klsfks D 6 14.63 0 0.00 0 0.00
  Jumlah 41 100.00 41 100.00 41 100.00
Nilai Rata-rata 2.16 2.59 3.08
Klasifikasi C B- B

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan temuan-temuan penelitian dan analisis, maka selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi “Klasifikasi Makhluk Hidup” bagi siswa Kelas V semester 1 MI Negeri Boyolali , tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dan jumlah siswa dengan nilai hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 2.16 (klasifikasi C) pada kondisi awal, meningkat menjadi 2.59 (klasifikasi B-) pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 3.08 (klasifikasi B) pada akhir tindakan Siklus II. Jumlah siswa dengan nilai hasil belajar klasifikasi Sangat Baik (A) dan Baik (B) mengalami peningkatan dari sebanyak 11 orang siswa (26.83%) pada kondisi awal, meningkat menjadi sebanyak 22 orang siswa (53.66%) pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi sebanyak 39 orang siswa (95.12%) pada akhir tindakan Siklus II.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

Bagi Siswa. Siswa diharapkan lebih tekun dan aktif dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan sehingga prestasi belajar yang diperoleh semakin optimal.

Bagi Guru. Guru disarankan untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif untuk memberikan pengalaman belajar yang baru kepada siswa mereka sehingga siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.

Bagi Sekolah. Sekolah disarankan untuk memotivasi para guru agar menerapkan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan berbagai pelatihan tentang metode pembelajaran bagi guru melalui Diklat atau in house training.

DAFTAR PUSTAKA

Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia.

Depdiknas. 2008. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Pelangi Pendidikan Edisi X. Jakarta. Depdiknas.

Gardner, Howard. 2012. The Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Nasution,S. 2009. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Poerwanto, Ngalim. 2012. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Saptono, S. 2008. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: Biologi UNNES.

Sudjana, Nana. 2012. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D. Surakarta: Fairuz Media.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Tirtonagoro, Suratinah. 2011. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. 2009. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publiser.

Wiriatmadja, Wiriati. 2006. Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas. Kerja sama PPs UPI – PT. Remaja Rosda Karya

Winkel, W. S. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.