PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPS

TENTANG GEJALA ALAM DI INDONESIA

BAGI SISWA KELAS VI SDN 3 RANDUBLATUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Titik Sulistyorini

SDN 3 Randublatung Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Penelitian dilakukan dengan tujuan meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS tentang gejala alam di Indonesia pada siswa kelas VI di SDN 3 Randublatung melalui model kooperatif tipe snowball throwing. Penelitian dilaksanakan di SDN 3 Randublatung. Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas VI dengan jumlah siswa 32. Penelitian mengunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pemberian tindakan pada dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data dalam penelitian dikumpulkan dengan teknik tes dan nontes. Teknik tes dilakukan dengan melakukan ulangan harian sedangkan teknik nontes dilakukan dengan pengamatan proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan tingkat ketuntasan belajar yang pada kondisi awal sebesar 46,88% meningkat menjadi 65,63% pada Siklus I dan meningkat lagi menjadi 90,63% pada Siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang gejala alam di Indonesia pada siswa kelas VI SDN 3 Randublatung tahun pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran IPS, model snowball throwing

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam Kurikulum Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat membantu peserta didik dalam menumbuhkan pengetahuan dan pemahaman untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kajian antar disiplin ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, konsep, fakta dan generalisasi yang berkaitan dengan isu – isu atau masalah – masalah sosial.

Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik atau siswa diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan di Indonesia diusahakan agar lebih maju dan bermutu. Upaya peningkatan mutu pendidikan dilaksanakan antara lain dengan mengusahakan penyempurnaan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar meliputi seluruh aktivitas yang pada intinya menyangkut pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang bermanfaat. Peningkatan mutu dan kualitas proses belajar mengajar bertujuan agar siswa memperoleh prestasi atau hasil belajar yang lebih baik.

Metode mengajar merupakan teknik yang harus dikuasai guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat diterima, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Dalam memilih metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi pelajaran dan bentuk pengajaran (individu dan kelompok). Metode mengajar ada berbagai macam misalnya: ceramah, diskusi, demonstrasi, inquiri, kooperatif (kelompok) dan masih banyak yang lainnya. Pada dasarnya tidak ada metode mengajar yang paling baik, sebab setiap metode mengajar yang digunakan pasti memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, dalam mengajar dapat digunakan berbagai metode sesuai materi yang diajarkan.

Menurut observasi awal, proses pembelajaran di kelas VI SDN 3 Randublatung, guru masih banyak menggunakan metode yang didominasi metode ceramah yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar atau teacher centered. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif selama kegiatan belajar berlangsung. Siswa pada umumnya hanya mendengarkan, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Di dalam pembelajaranpun siswa belum banyak yang berani bertanya atau berpendapat. Selain itu hanya beberapa anak saja yang berani mengemukakan pendapatnya sehingga terjadi pendominasian bagi anak – anak yang lainnya yang cenderung pasif. Dengan kata lain bahwa keterampilan proses siswa belum berkembang atau belum dimaksimalkan dengan sepenuhnya.

Data yang lain juga menunjukkan bahwa hasil evaluasi atau ulangan harian pada materi gejala alam di Indonesia juga menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dari KKM yang telah ditentukan yaitu 70, hanya sekitar 15 dari 32 siswa yang mampu melampaui KKM dan selebihnya yaitu 17 siswa belum dapat mencapai KKM yang telah ditentukan. Rata-rata nilai ulangansiswa adalah 63,44.

Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar. Yaitu metode yang memuat pengalaman belajar dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode yang dapat memuat keaktifan dan pengalaman belajar siswa tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Prinsipnya model pembelajaran kooperatif tipe ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok mempunyai satu orang ketua yang akan bertugas untuk menjelaskan materi yang diberikan guru kepada anggota kelompoknya. Lalu tiap siswa menulis satu pertanyaan dan dilempar seperti bola salju kepada siswa yang lain. Selain itu pembagian kelompok ini bertujuan agar siswa dapat berkolaborasi dengan teman, lingkungan dan guru sehingga diharapkan setiap siswa akan siap dalam kegiatan pembelajaran dan merangsang siswa untuk belajar baik belajar dari guru maupun belajar dari siswa yang lain. Dengan dasar latar belakang inilah maka dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPS Tentang Gejala Alam Di Indonesia Bagi Siswa Kelas VI SDN 3 Randublatung Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu: “Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang gejala alam di Indonesia bagi siswa kelas VI SDN 3 Randublatung tahun pelajaran 2017/2018?”

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS tentang gejala alam di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing bagi siswa kelas VI SDN 3 Randublatung tahun pelajaran 2017/2018.      

Manfaat Penelitian

            Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan pembelajaran mata pelajaran IPS, khususnya pada kegiatan belajar mengajar (KBM) di Kelas VI SDN 3 Randublatung. Adapun secara detail manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:

1.   Bagi Guru

Dapat menjadi bekal dalam melaksanakan tugas serta memotivasi dalam usahanya meningkatkan kerja samanya saling mengisi dan konsultasi tentang masalah-masalah yang dianggap menghambat demi kemajuan pendidikan, misalnya: mengenai metodenya, alat bahan dan menyempurnakan strategi pengajarannya.

2.   Bagi Siswa

Dalam hal ini siswa sebagai alternatif yaitu untuk menambah pengetahuan serta perkembangan pendidikan, sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan prestasi belajar.

KAJIAN TEORI

Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain:

1.   Ketrampilan sosial. Artinya ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru.

2.   Interaksi tatap muka. Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok. Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan setiap individu yang turut serta mengambil bagian.

3.   Pelajar harus saling bergantung positif. Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan,saling memenuhi dan bantu-membantu.

Menurut Kagan (1994:69), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat, yaitu: a) Dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa; b) Dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial; c) Dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan; d)Dapat meningkatkan kepercayaan diri; e) dapat meningkatkan kemahiran teknologi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat menciptakan terjadinya interaksi yang positif baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa mampun untuk belajar secara langsung dan belajar dari berbagai sumber belajar lainnya termasuk teman sebaya. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Setiap peserta didik yang ada dalam suatu kelompok memiliki tingkat kemampuan yang berbeda – beda (tinggi, sedang dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan peserta didik akan lebih dapat mengembangkan kemampuannya, komunikasi, serta bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif, melatih peserta didik untuk bertanggungjawab atas tugas yang diberikan dalam kelompoknya.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Snowball Throwing sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif (active learning) pada hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun sebagaimana model pembelajaran lainnya, dalam penerapannya pun ada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi siswa, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran dalam Bayor (2010:89).

Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Pesan dalam hal ini adalah berupa pertanyaan – pertanyaan yang telah dibuat oleh siswa. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.

Menurut pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing adalah pembelajaran secara berkelompok, setiap kelompok beranggotakan beberapa siswa dimana setiap siswa membuat pertanyaan yang kemudian dilemparkan kepada kelompok yang lainnya untuk dijawab. Ketika menjawab pertanyaan yang diperoleh harus dijawab oleh masing – masing individu dengan cara berdiri dari tempat duduknya atau maju ke depan kelas.

Berdasarkan penjelasan mengenai model pembelajaran koopertaif tipe Snowball Throwing, peneliti mengambil kesimpulan ada beberapa kelebihan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing yaitu: 1) Melatih kepercayaan diri dalam diri siswa baik dalam bertanya maupun mengemukakan pendapatnya, 2) Siswa akan dengan mudah untuk mendapatkan bahan pembicaraan karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola, 3) Menghindari pendominasian pembicaraan dan siswa yang diam sama sekali, karena masing-masing siswa mendapatkan satu buah pertanyaan yang harus dijawab dengan cara berargumentasi, 4) Melatih kesiapan siswa, 5)Saling memberikan pengetahuan, 6) Menjembatani siswa dalam mengeksplorasi keterampilan prosesnya yaitu dengan metode ini siswa dapat mengalami sendiri pengalaman belajarnya secara langsung.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat menjadi alternative mengatasi permasalan yang timbul di dalam kelas. Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing menciptakan iklim diskusi yang banyak disukai oleh siswa usia sekolah dasar. Pembelajaran kooperatif dengan tipe seperti ini juga merangsang siswa untuk aktif dan berani mengemukakan pendapatnya. Pembelajaran ini menekankan pada interaksi siswa dengan siswa, jadi pembelajaran tidak hanya didapat dari guru yang menjelaskan di depan secara ceramah tetapi siswa dapat belajar dari siswa lain atau tutor sebaya.

Hakikat IPS

            Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari (social studies). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Nursid Sumaatmadja (1984: 10) diartikan sebagai “ilmu yang mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat, mempelajari gejala dan masalah sosial yang terjadi dari bagian kehidupan tersebut”. Artinya Ilmu Pengetahuan Sosial diartikan sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial serta untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Di dalam program sekolah, Ilmu Pengetahuan Sosial dikoordinasikan sebagai bahasan sistematis serta berasal dari beberapa disiplin ilmu antara lain: Antropologi, Arkeologi, Geografi, Ekonomi, Geografi, Ekonomi, Sejarah, Hukum, Filsafat, Ilmu Politik, Sosiologi, dan juga mencakup materi yang sesuai dari Humaniora, matematika serta Ilmu Alam.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang berupaya mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok hidup bersama dan berinteraksi dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial. Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial ataupun pengetahuan sosial bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial, yang berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat menurut Saidihardjo (2005: 109).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan menurut BSNP (2006: 159).

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:1)Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lilngkungannya. 2)Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3)Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global menurut BSNP (2006: 159).

Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran IPS merupakan mata pelajaran yang mengintegrasi tentang kehidupan sosial dari bahan realita kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Dengan demikian IPS memiliki peranan yang sangat penting yaitu untuk mendidik siswa guna mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang bangga dan cinta terhadap tanah airnya. Pendidikan Ilmu Sosial juga merupakan suatu program pendidikan pada siswa untuk mengenal dunia sosial yang ada di sekitar lingkungannya.

Kerangka Berpikir.

Sebelum melakukan tindakan, hasil belajar siswa masih rendah, hal ini dapat dapat dilihat dari banyaknya jumlah siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan masih cukup banyak. Penggunaan pembelajaran Snowball Throwing diharapkan dapat membantu siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Langkah ini diambil juga berdasar pada penelitian-penelitian sebelumnya dengan materi pelajaran yang sama ternyata penggunaan media potongan kertas mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang gejala alam di Indonesia bagi siswa kelas VI SDN 3 Randublatung tahun pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

            Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Randublatung Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2018. Subjek dari penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN 3 Randublatung pada tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

            Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi , angket, dan tes tertulis. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu: (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal. Disamping itu untuk mengatahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian mana yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga digunakan metode observasi yang dilakukan teman sejawat untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

            Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah di revisi, tindakan, pengamatan dan refleksi.

            Untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan maka digunakan analisis kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kuantitatif. Indikator keberhasilan penelitian yang dilakukan ditunjukkan apabila minimal 80% siswa kelas VI SDN 3 Randublatung mampu tuntas belajar dengan KM 70 pada kondisi akhir.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

            Sebagai data awal, peneliti mengambil data hasil belajar pada daftar nilai siswa pada materi gejala alam di Indonesia. Dari data hasil belajar siswa, diketahui pada kondisi awal tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 46,88% atau 15 siswa dari 32 siswa. Adapaun 17 siswa atau 53,12% masih belum tuntas belajar.

Jumlah siswa yang mendapat nilai 30 adalah 1 anak, mendapat nilai 40 adalah 3 anak, mendapat nilai 50 adalah 6 anak, mendapat nilai 60 adalah 7 anak, mendapat nilai 70 adalah 7 anak, mendapat nilai 80 adalah 5 anak, dan mendapat nilai 90 adalah 3 anak. Rata-rata nilai pada pembelajaran Pra Siklus adalah 63,44.

Siklus I

            Perencanaan tindakan siklus I dimulai dengan penyusunan RPP. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada bulan Februari 2018 melalui beberapa kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir dilakukan ulangan harian untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi.

            Data hasil ulangan Siklus I menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar 65,63% atau 21 siswa tuntas belajar. Sedangkan 34,37% atau 11 siswa belum tuntas belajar.

Jumlah siswa yang mendapat nilai 40 adalah 2 anak, mendapat nilai 50 adalah 3 anak, mendapat nilai 60 adalah 6 anak, mendapat nilai 70 adalah 9 anak, mendapat nilai 80 adalah 6 anak, mendapat nilai 90 adalah 4 anak, dan mendapat nilai 100 adalah 2 anak. Rata-rata nilai pada pembelajaran Siklus I adalah 70,63.

Siklus II

            Perencanaan tindakan siklus II juga dimulai dengan penyusunan RPP. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada bulan Maret 2018 melalui beberapa kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir juga dilakukan ulangan harian seperti halnya pada Siklus I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi.

            Data hasil ulangan Siklus II menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar 90,63% atau 29 siswa tuntas belajar. Sedangkan 9,37% atau 3 siswa belum tuntas belajar.

Jumlah siswa yang mendapat nilai 50 adalah 1 anak, mendapat nilai 60 adalah 2 anak, mendapat nilai 70 adalah 9 anak, mendapat nilai 80 adalah 8 anak, mendapat nilai 90 adalah 8 anak, dan mendapat nilai 100 adalah 4 anak. Rata-rata nilai pada pembelajaran Siklus I adalah 80,00.

Pembahasan

            Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II, peneliti melakukan analisis hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran. Hasil belajar pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II dibandingkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian. Dari tingkat ketuntasan belajar siswa, mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada pembelajaran awal jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 15 siswa (46,88%). Setelah dilakukan tindakan pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 21 siswa (65,63%). Terjadi peningkatan dari pembelajaran awal sebesar 18,75%. Pada siklus II, setelah dilakukan ulangan harian, tingkat ketuntasan belajar siswa kembali mengalami peningkatan menjadi 29 siswa (90,63%). Terjadi peningkatan dari siklus I sebesar 25,00%. Secara keseluruhan terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 43,75%.

            Rata-rata nilai ulangan harian siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada pembelajaran awal, nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah 63,44. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata ulangan harian siswa meningkat menjadi 70,63. Terjadi peningkatan sebesar 7,19. Pada siklus II, nilai rata-rata ulangan harian kembali meningkat menjadi 80,00. Terjadi peningkatan sebesar 9,37. Secara keseluruhan, nilai rata-rata ulangan harian terjadi peningkatan dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 16,56.

PENUTUP

Simpulan

            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN 3 Randublatung. Hal tersebut dibuktikan dari beberapa hasil sebagai berikut yaitu pada pra siklus, nilai rata – rata kelas 63,44 kemudian pada siklus II nilai rata – rata siswa menjadi 80,00. Nilai tersebut sudah mencapai KKM dan telah mencapai kriteria keberhasilan dimana lebih dari 80% siswa memperoleh nilai ≥ 70. Ketuntasan belajar juga mningkat dari 54,17% pada pembelajaran pra siklus menjadi 90,63% pada pembelajaean siklus II.

Hasil pengamatan keaktifan, keberanian dan kerjasama siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Ini dibuktikan dengan keaktifan siswa dalam menyampaikan ataupun menanggapi pendapat temannya dan jumlah siswa yang berani bertanya apabila dia belum paham mengalami peningkatan.

Keberhasilan mutlak tersebut terjadi karena adanya diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing yaitu dengan penggunaan undian dalam pembagian materi pembelajaran pada setiap kelompok dan penggunaan bola plastik sebagai media yang digunakan untuk menempelkan pertanyaan yang dibuat oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa melemparkan bola plastik yang sudah ditempel pertanyaan tersebut kepada temannya yang lain

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:

1.   Bagi Guru

a.     Diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS khususnya pada materi gejala alam di Indonesia.

b.     Guru yang sudah memahami model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat membagi pengetahuannya kepada guru yang lain, sehingga guru di sekolah tersebut dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

2.   Bagi Sekolah

a.     Sekolah sebaiknya memberikan motivasi kepada guru untuk selalu mengembangkan pembelajaran yang berkualitas salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran.

b.     Sekolah diharapkan memfasilitasi guru dalam mengembangkan pembelajaran yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo

Aqib Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya

Bayor, A. 2010. Snowball Throwing. Diunduh dari http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html. Diakses pada tanggal 10 Januari 2018

Budiono Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi

Djojo Surodisastro, dkk. 1992. Pendidikan IPS Jilid 3. Jakarta: Dirjen

Endang P dan Nur Widodo.2000. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM

Hidayati. 2002. Pendidikan Ilmu Pengetahuan di Sekolah Dasar.Yogyakarta: FIP UNY

Kagan Spencer. 1994. Cooperative Learning. San Juan Capistrano: Kagan

Kasihani Kasbolah. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud

Mulyani Sumantri & Johar Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas

Mulyasa. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Rosdakarya

Nursid Sumaatmadja. 1984. Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni

Oemar Hamalik. 1993. Metode dan Kesulitan Belajar. Jakarta: Bumi Aksara

Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi

Saidihardjo. 2005. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Depdiknas

Soeparwoto. 2004. Psikologi Perkembangan. Semarang: UNNES

Sugiyanto. 2009. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka

Suharsimi Arikunto, dkk. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi aksara

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara

Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Tindakan Kelas. Yogyakarta: Depdikbud