PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

PADA PEMBELAJARAN IPA

MATERI POKOK PERUBAHAN WUJUD BENDA

DI KELAS IV SDK PAIPENGA

 

Hendrikus Nita

Guru di SDK Paipenga, Tanawawo, Sikka, NTT

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil evaluasi belajar siswa pada pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil evaluasi pada pembelajaran IPA di SDK Paipenga, 20% (5 orang) siswa mencapai KKM sedangkan 80% (20 orang) dari siswa tersebut belum mencapai KKM. KKM mata pelajaran IPA ditetapkan sebesar 60. Dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses peneliti berasumsi bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan sekaligus memacu minat siswa dalam belajar IPA. Pada penerapan tindakan Siklus I, sebanyak 12 siswa (48%) mencapai KKM dan pada Siklus II semua siswa tuntas (100%). Dengan hasil demikian, peneliti menemukan bahwa tiga ranah penilaian guru terhadap siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannya Pendekatan Keterampilan Proses.

Kata kunci: hasil belajar, keterampilan proses

 

PENDAHULUAN

Pendidikan sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Suatu bangsa dikatakan maju apabila pendidikan bangsa tersebut berkembang pesat dan memadai. Melalui pendidikan, proses pendewasaan dan pengembangan potensi masyarakat dapat dikembangkan. Masyarakat dengan tingkat pendidikan relatif lebih tinggi memiliki kemampuan beradaptasi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, jika dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia (human investment) yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Bangsa – bangsa maju di dunia pasti ditopang oleh SDM berkualitas sehingga memiliki keunggulan hampir di semua bidang.

            Kemajuan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh sumber daya alam tetapi lebih-lebih oleh sumber daya manusia yang mengelolanya. Sumber daya manusia merupakan aset bangsa yang cukup besar peranannya dalam menata kehidupan. Maka nasib sebuah bangsa tergantung pada sumber daya manusia. Apalah artinya kekayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa kalau tidak dikelola oleh pribadi-pribadi yang mempunyai kemampuan “handal”. Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas tentunya dapat kita peroleh melalui jalur pendidikan.

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui siswa untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam UU No.20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, sekolah minggu, yang terdapat di semua gereja. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Pendidikan yang berlangsung di sekolah pada dasarnya untuk melatih, mendidik, membina agar siswa mampu berpikir. Melalui berpikir mereka memperoleh berbagai pengetahuan.

Kegiatan yang paling penting bagi siswa disemua jalur pendidikan termasuk sekolah adalah kegiatan belajar. Belajar adalah suatu usaha merubah tingkahlaku orang. Perubahan yang dimaksud sebagai suatu akibat hasil belajar meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan sangat berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran. Karena itu yang paling dinilai oleh para guru adalah penguasaan bahan pengajaran. Menurut Santoso, dkk (2007) belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan dan manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar merupakan perilaku belajar itu sendiri.

Dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan berbagai macam pendekatan. Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara memandang terhadap pembelajaran. Ada berbagai macam jenis pendekatan yaitu pendekatan kontekstual yang merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pendekatan konstruksivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreativitas siswa dalam menyalurkan ide –ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan. Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor siswa. Dalam pendekatan keterampilan psoses juga siswa harus memodelkan dan melakukan percobaan.

Di samping menggunakan pendekatan dan strategi, guru juga harus memperhatikan metode pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarakan siswa. Menurut Joni (dalam Anitah, 2008: 1.24) metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa bentuk metode mengajar yang kita kenal adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi, demonstrasi dan sebagainya.

Pembelajaran IPA dapat melatih anak berpikir kritis dan objektif. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran IPA di SD hendaknya lebih menekankan pada pemilikan kecakapan proses dibanding dengan penguasaan materi IPA. Tujuan mempelajari IPA akan dapat memahami diri sendiri dan alam sekitar. IPA juga merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori, hukum-hukum, proses penemuan, dan memiliki sifat ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung yang mengembangkan kompetensi siswa dalam menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang alam sekitar. Dengan demikian pengetahuan IPA menjadi suatu keharusan untuk dipelajari bagi siswa terutama siswa sekolah dasar.

Kenyataan yang dihadapi di SDK Paipenga saat ini, adalah masih rendahnya daya serap siswa dan kurangnya keaktifan siswa dalam menanggapi materi yang di ajarkan, banyak siswa yang belum menguasai materi IPA secara tuntas dan memperoleh nilai yang baik. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa mata pelajaran IPA adalah pelajaran yang “menakutkan” karena mereka harus dipaksa menguasai konsep dengan metode hafalan.

Hal diatas diperkuat oleh pengamatan peneliti bahwa proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah sedangkan praktek untuk melatih psikomotorik anak masih kurang, sehingga siswa hanya menghafal dan menghitung. Menurut pengamatan peneliti berdasarkan hasil evaluasi pada pembelajaran IPA di SDK Paipenga, 20% (5 orang) siswa mencapai KKM sedangkan 80% (20 orang) dari siswa tersebut belum mencapai KKM. KKM mata pelajaran IPA ditetapkan sebesar 60. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas melalui proses pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Perubahan Wujud Benda di SDK Paipenga?” Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah mendeskripsikan penerapan pendekatan keterampilan proses sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran IPA Materi Pokok Perubahan Wujud Benda di SDK Paipenga.

KAJIAN PUSTAKA

Belajar dan Hasil Belajar

Belajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa, siswa dan lingkungan untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru. Belajar tidak akan terjadi apabila salah satu komponen dalam pembelajaran itu hilang maka pembelajaran itu menjadi tidak bermakna. Pembelajaran tidak mungkin akan dilaksanakan apabila tidak ada guru atau tidak ada siswa. Peran guru sangat penting karena pembelajaran dimulai oleh guru dan diakhiri oleh guru. Walaupun semua komponen sudah ada tetapi apabila tidak ada interaksi maka proses belajar tidak maksimal.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut Hamalik (2007:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Menurut Gagne (Anitah 2008:1.3) Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga ciri utama belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

Sedangkan menurut Abdurrahman (Jihad, 2013:14) hasil belajar adalah kemampuan yang dipeoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Hasil belajar di kelompokan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berpikir termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, menganalisis, dan kemampuan mengevaluasi. Sedangkan ranah afektif mencakup watak perilaku, seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui kemampuan yang tampak dalam bentuk keterampilan yakni kemampuan bertindak individual. Pada sisi lain, Julia (Haris, 2013:15) hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.   

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat di kelompokan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa (intern) yang mempengaruhi hasil belajar antara lain adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan serta kebiasaan siswa. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang di lakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajarinya. Minat ini yang harus lebih awal di munculkan dari dalam diri siswa. Minat, motivasi dan perhatian dapat dikondisikan oleh guru. Setiap individu memiliki kecakapan (ability) yang berbeda-beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokan berdasarkan kegiatan belajar, yakni sangat cepat, sedang, dan lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan, misalnya proses pemahamannya.

Faktor dari luar diri siswa (ekstern) yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah, guru pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah. Guru merupakan faktor paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas.

Pendekatan Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, mengukur, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut.

Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa (Semiawan dalam Hamalik, 2007: 149). Menurut Santoso, (2007: 2.21) pendekatan keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar.

Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang didasarkan atas suatu pengamatan, proses-proses ini dijabarkan dari pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang guru disebut pendekatan ketrampilan proses. Dalam ketrampilan proses ini guru diharapkan bisa memaksimalkan perannya, diupayakan agar siswa terlibat langsung dan aktif. Sehingga siswa dapat mencari dan menemukan konsep serta prinsip berdasarkan dari pengalaman yang dilakukannya.

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan untuk memperoleh suatu keterampilan yang dilakukan melalui suatu proses yang terencana, adanya interaksi antara siswa dengan media atau bahan ajar yang dipelajari. Pada keterampilan proses lebih ditekankan pada proses bukan hasil.

Menurut Hamalik (2007: 150-151) ada tujuh jenis kemampuan yang hendak dikembangkan melalui proses pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses yakni: (a) Mengamati; Siswa harus mampu menggunakan alat-alat inderanya: melihat, mendengar, meraba, mencium dan merasa. Dengan kemampuan ini, dia dapat mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan kepentingan belajarnya; (b) Menggolongkan atau mengklasifikasikan; Siswa harus terampil mengenal perbedaan dan persamaan atas hasil pengamatannya terhadap suatu obyek serta mengadakan klasifikasi berdasarkan ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Pembuatan klasifikasi memerlukan kecermatan dalam melakukan pengamatan; (c) Menafsirkan atau menginterpretasikan; Siswa harus memiliki keterampilan menafsirkan fakta, data, informasi, atau peristiwa. Keterampilan ini diperluhkan untuk melakukan percobaan atau penelitian sederhana; (d) Meramalkan; Siswa harus memiliki keterampilan menghubungkan data, fakta dan informasi. Siswa dituntut terampil mengantisipasi dan meramalkan kegiatan atau peristiwa yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang; (d) Menerapkan; Siswa harus mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dan dikuasai kedalam situasi atau pengalaman baru. Keterampilan itu digunakan untuk menjelaskan tentang apa yang akan terjadi dan dialami oleh siswa dalam proses belajarnya; (e) Merencanakan penelitian; Siswa harus mampu menentukan masalah dan variabel-variabel yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian. Dia harus menentukan langkah-langkah kerja pengumpulan dan pengolahan data serta prosedur melakukan penelitian; dan (f) Mengkomunikasikan; Siswa harus mampu menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan menyampaikan perolehannya, baik proses maupun hasil belajarnya kepada siswa lain dan peminat lainnya.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses antara lain: Pertama; Mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam percobaan perubahan wujud benda. Guru menjelaskan prosedur atau langkah-langkah percobaan perubahan wujud benda, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan ketika melakukan percobaan; Kedua; Membimbing siswa melakukan percobaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kinerja siswa selama kegiatan berlangsung; Ketiga; Siswa belajar dalam bentuk kelompok. Setiap kelompok melakukan percobaan perubahan wujud benda; Keempat; Siswa melakukan diskusi, menafsirkan dan menjelaskan hasil percobaan perubahan wujud benda yang sudah dilakukan. Hasil percobaan yang diperoleh siswa kemudian dilaporkan dalam forum diskusi kelas. Sementara itu, kelompok lain juga menanggapi apa yang sudah disampaikan oleh kelompok yang maju. Setelah itu, siswa menyusun kesimpulan dari keseluruhan percobaan disertai bimbingan dari guru. Selain itu, guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami; dan Kelima; Guru melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto (2007:3) PTK merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja ditimbulkan yang terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Penelitian ini berfokus pada upaya mengubah kondisi rill sekarang ke arah kondisi yang diharapkan. Dalam kegiatan ini penelitian tindakan kelas dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan wujud benda kelas IV SDK Paipenga melalui pendekatan keterampilan proses.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan pendekatan keterampilan proses agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Masalah ini akan diselesaikan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC. Taggart menurut Arikunto (2007:4), model ini mengandung empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Sesuai dengan model penelitian tindakan kelas prosedur penelitian yang akan ditempuh adalah suatu bentuk pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling berkaitan dan berkesinambungan. Adapun model PTK yang dimaksud menggambarkan adanya empat tahap yaitu: (1) Tahap 1: Perencanaan; Menyusun rancangan tindakan (perencanaan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan; (2) Tahap 2: Tindakan; yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan yakni mengenai tindakan kelas; (3) Tahap 3: Pengamatan atau observasi yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat; dam (4) Tahap 4: Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.

Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian

Penelitian ini terjadi di SDK Paipenga dengan subyek penelitiannya adalah siswa-siswi kelas IV. Jumlah siswa kelas adalah 25 orang, dengan perincian siswa laki-laki sebanyak 17 orang dan siswa perempuan sebanyak 8 orang. Waktu penelitian terjadi pada bulan Agustus hingga September 2018.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara kerja yang digunakan dalam penelitian, guna untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang terkait. Jadi teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain: (1) Tes, yaitu suatu teknik pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dijawab oleh responden untuk memperoleh informasi tentang kemampuan penguasaan aspek-aspek lain berdasarkan ketentuan yang diberikan. Tes yang diberikan adalah soal evaluasi setelah kegiatan pembelajaran untuk memperoleh nilai yang dapat menentukan berhasil tidaknya hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses; (2) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan catatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menerapakan pendekatan keterampilan proses. Pada penelitian ini, pedoman observasi di titik beratkan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung; dan (3) Dokumentasi, adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data seperti Administrasi, gambar – gambar dan lain sebagainya. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan letak sekolah, data siswa, data lulusan, data struktur organisasi sekolah, profil sekolah, data tenaga pendidik (guru) dan foto-foto pada saat pembelajaran berlangsung.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan teknis analisis data dalam tiga ranah penilaian, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Teknik analisis kognitif yang digunakan dalam menganalisis data untuk menentukan ketuntasan belajar siswa dengan rumus sebagai berikut: (a) Daya Serap Individual, dengan rumus berikut:

Daya Serap Individual =   100%

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika presentase daya serap individu sekurang-kurangnya 60; (b) Daya Serap Klasikal, dengan rumus berikut:

Daya Serap Klasikal =  100%

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika presentase daya serap klasikal sekurang-kurangnya 60.

Untuk analisa data proses siswa dalam belajar dan hasil observasi guru menggunakan analisis presentase rata-rata, sebagai berikut:

Presentase nilai rata-rata =   100%

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar digunakan nilai standar berskala yaitu berupa rentangan nilai dari 1-100. Nazammim (dalam Arikunto, 2010: 242-245), nilai tersebut dikonversi ke dalam beberapa kelompok dengan kategori sebagai berikut: 80-100 (sangat tinggi); 66-79 (tinggi); 56-65 (sedang); 40-55 (rendah); dan ≤ 44(sangat rendah).

Sedangkan analisis data Observasi Penilaian Afektif (Sikap) dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, apakah dilaksanakan berdasarkan rencana atau tidak. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua level afektif yaitu menerima (A1) dan merespon (A2) Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran maupun keaktivan belajar siswa ini digunakan kategori (sangat baik), (baik), (cukup), (kurang) untuk setiap aspek yang dinilai dengan pengisian skor sebagai berikut: (1) Berikan skor 3 apabila keterlaksanaan pembelajaran maupun keaktifan belajar siswa dilakukan dengan baik; (2) Berikan skor 2 apabila keterlaksanaan pembelajaran maupun keaktifan belajar siswa dilakukan dengan cukup; (3) Berikan skor 1 apabila keterlaksanaan pembelajaran maupun keaktifan belajar siswa dilakukan dengan kurang.

Untuk menganalisis data Observasi Penilaian Psikomotorik (Keterampilan) melalui dua level yaitu memanipulasi (P2) dan artikulasi (P4). Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran peneliti melakukan beberapa hal berikut: (1) Mengoreksi persiapan alat dan bahan; (2) Kemampuan membuat atau melakukan suatu percobaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan; (3) Menggunakan alat dan bahan sesuai dengan langka-langka ditentukan; (4) Merancang kecepatan mengerjakan tugas; (5) Memulai percobaan sesuai dengan langka-langka ditentukan; (6) Mendemonstrasikan hasil percobaan; dan (7) Kemampuan menjeniskan atau menggolongkan.

Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan, Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu siswa melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes siswa. Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku siswa ketika praktik. Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas IV SDk Paipenga, Kecamatan Tanawawo, Kabupaten Sikka, ditemukan bahwa hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan penyampaian materi dengan metode konvensional dan tanpa media yang mendukung dalam penyampaian materi pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja, sehingga keaktifan dan kreatifan siswa sama sekali tidak terlihat. Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang, siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kekreatifan siswa maupun gagasan yang muncul dan siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran yang dilakukan guru tidak menunjukkan proses pembelajaran aktif dan dibuat aktif, sehingga nilai rata-rata pelajaran IPA siswa rendah.

Nilai rata-rata yang didapatkan dari 25 siswa sebelum tindakan adalah 55,85 Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥60) hanya 5 siswa dengan persentase 20% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 20 siswa dengan persentase 80%. Nilai tertinggi yang didapatkan siswa sebelum tindakan sebesar 80 sedangkan nilai terendahnya sebesar 43. Adanya perbedaan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas menjadi masalah yang harus segera diatasi.

Tuntasnya kelima siswa ini dikarenakan sudah dapat menangkap materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah saja dan kelima siswa tersebut memang mempunyai daya tangkap yang lebih dibandingkan teman-temannya yang lain walaupun hanya dengan mendengarkan saja, sedangkan 20 siswa yang lain belum bisa menangkap materi yang disajikan oleh guru hanya dengan ceramah saja karena daya tangkap mereka rendah jika hanya mendengarkan saja mereka belum bisa memahami sepenuhnya tentang materi yang disampaikan, sehingga diperlukan tindakan sesuai Siswa akan lebih paham bila siswa mencari, membuat dan melakukan sendiri serta terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar IPA siswa dalam proses pembelajaran, maka diperlukan metode pembelajaran yang cocok dan tepat. Untuk mengatasi hal tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan keterampilan proes. Setelah peneliti melaksanakan penelitian diperoleh hasil belajar pada Siklus I dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses yang meliputi mengamati, menggolongkan /mengklasifikasi, melakukan percobaan, perolehan dan proses data, komunikasi, menyimpulkan. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥60) sebanyak 12 siswa dengan persentase 48% dan siswa yang mencapai nilai di bawah KKM sebanyak 13 siswa dengan persentase 52%. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 67,35 dengan kategori tinggi. Sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh sebesar 96 dan nilai terendahnya 44. Dibandingkan kondisi awal hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Namun peneliti belum merasa puas karena belum sesuai yang diharapkan. Untuk itu peneliti melakukan tindak lanjut dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan pada siklus I dan memecahkan masalahnya. Pada penelitian di Siklus II dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥60) sebanyak 25 siswa atau 100% artinya bahwa semua siswa tuntas. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 89,05 dengan kategori sangat tinggi. Dan nilai tertinggi 100 dan nilai terendahnya 79. Hasil yang sangat baik jika dibandingkan pada siklus I.

Sedang observasi Aktivitas guru pada siklus I hanya mencapai rata-rata 67,30% dengan kategori Baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dengan rata-rata 84,62 dengan kategori Sangat Baik. Selain aktivitas guru aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yaitu dari siklus I hanya mencapai 52,78% dengan kategori Rendah dan pada siklus II meningkat menjadi 83,33 dengan kategori Sangat Tinggi.

Selain aktivitas siswa ada juga ranah psikomotorik dan ranah afektif siswa yang diamati pada tiap siklus. Pada siklus I ranah psikomotorik siswa hanya mencapai 73% dengan kategori Baik dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu menjadi 91,15 dengan kategori Sangat Tinggi. Sedangakan ranah afektif siswa pada siklus I hanya mencapai 68,55 dengan kategori Baik dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu menjadi 86,25dengan kategori Sangat Baik. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini berhasil pada siklus kedua dan tidak perlu dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.

 

PENUTUP

Penelitian tindakan kelas di SDK Paipenga yang mengambil subyek penelitian siswa-siswa Kelas IV telah memberikan hasil dan pembuktian ketika peneliti menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses dengan memuaskan. Untuk itu, sebagai peneliti perintis di sekolah ini, peneliti merekomendasikan beberapa hal berikut, di antaranya: (a) Bagi Guru: Penguasaan model pembelajaran yang inovatif memungkinkan berkembangnya potensi siswa, guru harus mampu memberi motivator sekaligus menjadi fasilitator bagi siswanya. Hal ini akan merangsang diri siswa sehingga akan mempercepat pemahaman dalam belajar; (b) Bagi Siswa

Suatu keberhasilan dalam bentukan hasil belajar tidak bergantung pada orang lain tetapi lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri. Untuk itu siswa harus terlibat secara penuh baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar mengajar, hal ini akan mempermudah tercapainya tujuan belajar; (c) Bagi Sekolah: Perlu ada upaya untuk mengembangkan pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga model pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses atau model pembelajaran lain perlu diterapkan terutama dalarn setiap mata pelajaran di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri W, 2008, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta

Hamalik, Oemar, 2007, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Jihad, Asep dan Abdul Haris, 2013, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Presindo.

Santoso, dkk, 2007, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: Bumi Aksara