Peningkatkan Keaktifan Berdiskusi Kelompok Melalui Strategi KIKAS
UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN BERDISKUSI KELOMPOK DALAM MENULIS PUISI BEBAS MELALUI STRATEGI KIKAS
BAGI SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP MTs NEGERI JEKETRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Ecih Sri Rohayati
MTs Negeri Jeketro
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah hasil kegiatan belajar mengajar di sekolah yang seringkali tidak sesuai dengan yang diinginkan. Adanya minat siswa yang menurun karena rendahnya minat baca siswa kelas VIII. Guru masih mencari strategi pembelajaran yang tepat dalam menyajikan materi Bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam berdiskusi kelompok dengan strategi KIKAS, khususnya dalam materi menulis puisi di kelas VIII. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan data yang diperoleh untuk kemudian mengambil simpulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIIC tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 40 siswa dengan 16 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Penerapan strategi pembelajaran KIKAS dapat membuat sebagian besar peserta didik lebih mudah dalam menulis puisi bebas; dapat memupuk kerja sama antarpeserta didik; memberi kesempatan peserta didik berani berbicara; membuat pembelajaran menjadi lebih menarik; dan membuat materi pelajaran mudah dipahami.
Kata kunci: minat siswa, menulis, puisi bebas, strategi pembelajaran KIKAS.
Latar Belakang
Keterampilan siswa dalam menulis perlu mendapat perhatian yang sangat serius. Hal ini terkait begitu besarnya peranan menulis dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai kepentingan dan tujuan dapat tercapai salah satunya karena terampil menulis. Suwardi (2004) menjelaskan, kemampuan menyampaikan gagasan, saran, hasil observasi, kajian atau yang lainnya dalam bentuk tertulis dapat meningkatkan citra diri bahkan dapat memperlancar kesuksesan suatu karier.
Meskipun demikian, keterampilan menulis tersebut di atas belum sepenuhnya dikuasai oleh para peserta didik, termasuk di tingkat Madrasah Tsanawiyah. Bahkan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek menulis dapat dikatakan mengalami kegagalan. Kekurangan, kelemahan, atau ketidakmampuan siswa dalam menulis tersebut menunjukkan ketidakberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek menulis.
Berbagai upaya dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah dengan diskusi kelompok yang penulis lakukan dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi bebas. Di sini, penulis menyusun formasi anggota kelompok sedemikian rupa, sehingga antaranggota dapat saling mengisi, saling belajar satu sama lain. Hal ini sejalan dengan Arifin (2009:1), yang mengatakan bahwa pembelajaran menulis harus mengaktifkan siswa. Tugas dan peran pengajar tidak hanya memberikan tugas dan menilai hasil, tetapi membimbing pembelajaran dalam proses menulis. Cara ini mengantarkan siswa lebih aktif, kreatif, dan produktif. Nilai-nilai imajinasi siswa tertuntun sehingga arah dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan benar.
Namun, kegiatan belajar dengan diskusi kelompok belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini karena berdasarkan pengamatan ketika mereka bekerja kelompok, tidak semua siswa secara individu dalam kelompoknya aktif. Masih ada beberapa siswa yang pasif, tidak berinisiatif, hanya numpang nama pada kertas kerja kelompok. Bahkan ada beberapa siswa yang kadang malah membuat gaduh yang negatif. Bukan gaduh positif karena bertukar opini dengan teman.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan pembelajaran KIKAS. Strategi KIKAS merupakan suatu cara berdiskusi kelompok dalam pembelajaran menulis. KIKAS kepanjangan dari Kelompok, Individu, Kelompok, Aktif, Selalu. Strategi ini dimulai dengan pembentukan kelompok yang terdiri atas 4-5 orang. Kemudian, setiap siswa secara individu dalam kelompok mendapat tugas yang berbeda. Dalam kegiatan ini setiap siswa dalam kelompok mempunyai peran yang harus dilaksanakan. Jika dia tidak menjalankannya akan mendapat teguran dari teman satu kelompoknya. Hasil kerja per individu dalam kelompok dibahas bersama dalam kelompok dan dituangkan pada kertas kerja sebagai hasil kerja kelompok. Dalam kegiatan ini, setiap individu dalam kelompok harus Aktif Selalu. Sebab hasil akhir kerja kelompoknya tidak lengkap, jika dia tidak menyelesaikan pembagian tugas dalam kelompok.
Strategi tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa secara individu ketika berdiskusi kelompok melalui pembelajaran menulis puisi bebas bagi siswa kelas VIII semester genap pada MTs Negeri Jeketro tahun pelajaran 2014/2015.
Landasan Teori
Hakikat Keaktifan
Keaktifan merupakan kata hasil proses afiksasi yang terdiri dari (1) aktif sebagai kata dasar dan ke-an sebagai imbuhan (afiks). Kata aktif dalam KBBI (2002:23) bermakna beraksi dan bereaksi. Dengan demikian, keaktifan artinya suatu hal/proses yang selalu bergerak, tidak diam atau statis, bertenaga, dan dinamis.
Hakikat Diskusi
Diskusi adalah suatu percakapan yang terarah yang berbentuk pertukaran pikiran antara dua orang atau lebih secara lisan untuk mendapatkan kesepakatan atau kecocokan dalam usaha memecahkan masalah (Atar Semi, 1995: 10).
Atar Semi pun menjelaskan bahwa percakapan terarah di sini bukan suatu obrolan yang boleh saja seseorang memborong seluruh pembicaraan, sedangkan yang lain hanya pasif, melongo. Dalam diskusi tidak boleh ada seseorang yang hanya sebagai pendengar pasif. Jadi, hakikat diskusi terpenuhi apabila tercipta suasana pertukaran pikiran yang terarah dan bermanfaat.
Manfaat Diskusi
Menurut Atar Semi, manfaat dari kegiatan diskusi kelompok dirinci sebagai berikut: 1) Menumbuhkan sikap demokratis dan membiasakan bekerja dan berpikir secara bersama-sama mencapai mupakat; 2) Meningkatkan kualitas moral, mempererat persahabatan, tenggang rasa, mampu menahan emosi, terbinanya sikap saling memberi manfaat dan menerima; 3) Membina kebiasaan berpikir kritis dan terbuka; 4) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan menggunakan bahasa, terutama bahasa Indonesia (1995: 14).
Hakikat Diskusi Kelompok
Salah satu jenis diskusi adalah diskusi kelompok, selain forum, diskusi panel, simposium, dan seminar. Hal ini diungkapkan Atar Semi (1995: 14). Menurutnya, diskusi kelompok adalah suatu bentuk pertemuan/diskusi yang terdiri dari jumlah terbatas yang membahas suatu topik tertentu yang diberikan/ditugasi oleh kelompok besar (paripurna).
Dalam pembelajaran di sekolah, diskusi kelompok kerap dilakukan. Disini, pertama guru membagi kelas sebagai kelompok besar menjadi 6 atau 10 kelompok kecil. Setiap kelompok kecil diberi tugas oleh guru untuk menyelesaikan masalah tertentu berkaitan dengan mapel yang diajarkan. Hasil kerja kelompok kecil selanjutnya dibahas dalam kelompok besar (secara klasikal).
Hakikat Menulis
Kegiatan menulis merupakan bagian dari catur tunggal keterampilan berbahasa, yaitu empat keterampilan yang menggunakan bahasa sebagai medianya, dan masing-masing berintegrasi satu sama lain, serta membentuk satu kesatuan, yang meliputi kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Keempat kegiatan tersebut jalin-menjalin, saling mengisi dan melengkapi, berkaitan antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu menjadikan seseorang disebut sebagai insan cendikia. Sedangkan seseorang bisa dikategorikan sebagai insan cendikia jika ia memiliki ketajaman pikiran, lekas mengerti kalau diberitahu sesuatu, cerdas, cepat mengerti situasi dan pandai mencari jalan keluar atau menggunakan kesempatan, serta cerdik.
Menurut Rusyana (1988:191), menulis merupakan kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Menulis/mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan.1986: 21).
Dari definisi-definisi di atas, menulis dapat diartikan sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan penulis.
Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi. Menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Tulisan adalah wadah sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Dan melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Marwoto dan Mujiyanto (1998:19) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan mengekspresikan sesuatu, menghasilkan sesuatu secara tulisan. Kegiatan ini bisa dikerjakan tanpa dilandasi keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Kegiatan menulis sebagaimana berbicara, lebih bersifat aktif kreatif, karena kegiatan ini bukan menerima atau menimba, melainkan justru memberi, berkarya, dan mencipta, yaitu mengekspresikan dan menghasilkan sesuatu secara tulisan.
Hal senada disampaikan oleh Suyitno dan Purwadi (1997:1), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang meng-gambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Kegiatan menulis memiliki kesamaan sifat dengan kegiatan berbicara, yaitu ekspresif dan produktif. Ekspresif, bahwa kegiatan menulis mampu mengungkapkan gambaran maksud, gagasan, dan perasaan secara tepat. Sedangkan produktif mengandung makna mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru. Kegiatan menulis persoalannya lebih pelik dibandingkan kegiatan membaca dan menyimak.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan ketiga tahun 2002, menulis merupakan penjabaran dari kata tulis yang berarti melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis bukan hanya sekedar menuliskan apa yang diucapkan (membahasatuliskan bahasa lisan), tetapi merupakan kegiatan yang terorganisir sedemikian rupa sehingga terjadi suatu tindak komunikasi (antara penulis dan pembaca). Bila apa yang dimaksudkan oleh penulis sama dengan yang dimaksudkan pembaca, maka seseorang dikatakan telah terampil menulis.
Berkaitan dengan hal itu, untuk dapat melaksanakannya dengan baik, seseorang tentu saja harus memiliki pemahaman yang tinggi dan baik terhadap ide-imaji, pengalaman hidup, dan ilmu pengetahuan yang hendak diekspresikan. Kalau ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, dan ide-imaji serta aspirasi itu mereka timba dari berbagai sumber atau orang lain, hendaklah semua itu sudah diolah-kembangkan, diperkaya, dan diperluas. Seorang penulis yang baik bukanlah orang yang semata bersifat reproduktif dan konsumtif, tetapi harus benar-benar produktif dan kreatif.
Pembelajaran Menulis Puisi Bebas dengan Strategi KIKAS
Istilah strategi dapat diartikan secara sempit maupun secara luas (Arif S. Sadiman, 1984: 130). Dalam arti sempit, strategi identik dengan metode atau teknik, yaitu cara menyampaikan isi pesan kepada audience untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan secara luas strategi bisa mencakup antara lain metode, pendekatan, pemilihan sumber-sumber (termasuk medianya).
Menurut bahasa, strategi diartikan sebagai siasat, kiat; trik, atau cara. Secara istilah, strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Sedangkan strategi KIKAS adalah prosedur yang sistematik dalam mengkomunikasiÂkan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu secara umum, khususnya untuk peningkatan keaktifan siswa berdiskusi kelompok dalam menulis puisi bebas.
KIKAS adalah kepanjangan dari K = Kelompok, I = Individu, K = Kelompok, A= Aktif, S =Selalu. Maksudnya, ketika berdiskusi, pertama siswa dikelompokkan, kemudian setiap individu (siswa) dalam kelompok melakukan tugas masing-masing yang berbeda antara anggota satu dengan yang lain. Setelah mengerjakan tugas kelompok secara individu kemudian setiap individu mendiskusikan hasil kerjanya dalam kelompok. Ketika mereka melaksanakan tugas-tugas tersebut, setiap individu dalam kelompok aktif selalu. Tidak ada yang pasif. Semua beraktivitas sesuai dengan tugasnya masing-masing.
METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Sunardi 2012: 36) prosedur penelitian terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, melakukan tindakan, observasi, dan refleksi. Refleksi dalam tiap siklus, dan akan berulang kembali pada siklus–siklus berikutnya. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi, dan dokumen. Analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif, membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2.
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 Februari 2015 untuk siklus I dan tanggal 9 Maret 2015 untuk siklus II. Lokasi penelitian adalah MTs Negeri Jeketro yang terletak di Jalan Raya Jeketro, Gubug, Grobogan. Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIIIC MTs Negeri Jeketro, kabupaten Grobogan, tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 40, terdiri dari 16 peserta didik putra dan 24 peserta didik putri.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Tes diagnostik yang dilakukan sebelum diterapkannya pembelajaran dengan metode KIKAS menunjukkan bahwa hasil rata-rata yang dicapai peserta didik sebesar 58,3 yang berarti di bawah kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditentukan yaitu 70, dengan ketuntasan klasikal sebesar 16% karena dari 40 peserta didik yang mencapai KKM baru 6 orang.
Dapat dilihat bahwa dari 40 peserta didik kelas VIIIC MTs Negeri Jeketro tahun pelajaran 2014/2015 yang terlibat penelitian, baru 13 peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimal, sedangkan 30 peserta didik belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Deskripsi persiklus
Berdasarkan hasil pretes tersebut, maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus.
Hasil Penelitian Siklus I
Setelah melalui serangkaian tindakan, pada akhir siklus I didapatkan hasil berupa hasil test dan hasil non test.
Hasil Tes
Dari 40 peserta didik yang sudah mendapatkan nilai 70 atau lebih sebanyak 35 orang, sedang 5 peserta didik lainnya masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hasil tes di atas dilihat secara klasikal, bila dilihat per kelompok. Kelompok yang mendapat nilai tertinggi adalah kelompok X dengan total skor 310, sedang kelompok yang mendapatkan nilai paling rendah adalah kelompok II dengan jumlah skor 230.
Hasil Non tes
Hasil non tes pada siklus I berupa hasil pengamatan atau observasi. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang memuat materi yang perlu diamati meliputi keaktifan mengikuti pembelajaran, kerjasama dalam kelompok, dan keberanian melakukan presentasi.
Jumlah skor untuk keaktifan peserta didik adalah 86 dari skor 120 atau 71,67%, kerja sama dalam kelompok adalah 73 dari jumlah skor 120 atau sebesar 60,83%, sedangkan keberanaian melakukan presentasi adalah 77 dari skor 120 atau 64,17%. Hal di atas dilihat secara klasikal.
Kelompok yang memiliki nilai terbesar untuk keaktifan adalah kelompok II, yaitu sebesar 83,33%, untuk kerjasama belum ada kelompok yang mencapai 75%, sedangkan untuk keberanian ada 2 kelompok yang mencapai 75% yaitu kelompok II dan X.
Deskripsi Siklus II
Pada prinsipnya pelaksanaan siklus ke-2 sama dengan siklus ke-1. Hal yang membedakan pada kompetensi dasar yang menjadi model. Sebelumnya, pembelajaran mengenai Kompetensi Dasar 16.1: Menulis Puisi Bebas Menggunakan Pilihan Kata yang Sesuai. Tahapan-tahapannya sama seperti siklus ke-1. Materi siklus 1 dan 2 sama, yaitu menulis puisi bebas.
Siklus II
Untuk siklus II, hasil yang didapat berupa hasil tes, hasil pengamatan, hasil wawancara, dan hasil angket. Hasil lengkapnya dapat dilihat di bawah ini.
Hasil Tes
40 peserta didik yang belum mendapatkan nilai 70 sebanyak 4 peserta didik, sedangkan siswa yang sudah mendapatkan nilai 70 atau lebih sebanyak 36 peserta didik. Hasil tes di atas dilihat secara klasikal. Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi adalah kelompok I dan X dengan jumlah skor 340.
Hasil Non Tes
Hasil non tes pada siklus II meliputi hasil pengamatan, hasil angket dan hasil wawancara. Jumlah skor keaktifan pesrta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran adalah 103 dari skor yang seharusnya yaitu 120. Ini berarti bahwa keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran 85,83%. Kerja sama dalam kelompok jumlah skornya 108 dari jumlah skor keseluruhan 120 sehingga besarnya 90,00%. Sedangkan untuk keberanian melakukan presentasi jumlah skornya adalah 89 dari jumlah keseluruhan 120 atau 74,17%.
Untuk masing-masing poin yang diamati, untuk kerja sama masih ada satu kelompok yang belum mencapai 75% yaitu kelompok X. Sedangkan untuk poin keberanian masih ada dua kelompok yang belum mencapai 75%, yaitu kelompok VI, VII, dan IX.
Pada akhir siklus II guru memberikan angket dan melakukan wawncara. Angket diberikan kepada peserta didik pada akhir siklus II untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi KIKALA . Ada lima materi angket yang harus diisi oleh peserta didik dengan memberi cek pada pernyataan sesuai dengan yang dialami oleh peserta didik.
Untuk mengetahui apakah pesrta didik merasakan manfaat dari penerapan pembelajaran menulis puisi bebas menggunakan strategi KIKAS dan apakah peserta didik setuju bila strategi KIKAAS dilanjutkan, diadakan wawancara kepada peserta didik. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 40 peserta didik, 39 siswa menjawab mendapatkan manfaat dari penerapan pembelajaran trategi KIKAS dan setuju bila model seperti itu dilanjutkan. Hanya 1 siswa yang menyatakan tidak mendapatkan manfaat dari penerapan model pembelajaran tersebut dan tidak setuju bila model pembelajaran itu dilanjutkan.
Pembahasan
Dari semua data yang sudah dipaparkan di atas dapat kita ketahui bahwa sebelum pelaksanaan tindakan dengan setelah pelaksanaan tindakan terjadi kenaikan hasil pembelajaran, baik dilihat dari hasil tes maupun hasil non tes. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini.
Dari 40 peserta didik, pada siklus I yang belum mendapatkan nilai 70 atau lebih sebanyak 5 peserta didik, sedangkan siswa yang sudah mendapat nilai 70 atau lebih sebanyak 35 peserta didik atau 95% dengan hasil rata-rata sebanyak 72,75% dengan ketuntasan klasikal sebesar 75%. Dengan demikian bila dibandingkan antara siklus I dan siklus II rata-rata hanya mengalami peningkatan 4,00 poin. Walaupun hanya sedikit, tetapi yang perlu diperhatikan adalah hasilnya sudah mengalami peningkatan.
Semua kelompok yang terlibat dalam penelitian mengalami peningkatan hasil bila dibandingkan hasil pre tes. Kelompok yang memiliki jumlah skor paling banyak dibanding hasil pada pre tes adalah kelompok I dengan peningkatan sebesar 50 poin. Kelompok yang paling banyak mengalami peningkatan poin adalah kelompok V, VI, dan VII dengan peningkatan sebesar 60 poin. Sedang kelompok yang paling sedikit mengalami peningkatan poin adalah kelompok II yang meningkat hanya 20 poin. Untuk siklus II, delapan kelompok mengalami peningkatan hasil, kelompok yang mengalami peningkatan paling besar adalah kelompok II dengan peningkatan sebesar 50 poin. Dua kelompok yaitu kelompok VI dan VII tidak mengalami peningkatan poin, hal ini disebabkan ada satu anggota kelompok yang sakit ketika pelaksanaan siklus II sehingga nilai yang didapat mengalami penurunan yang berakibat pada penurunan hasil kelompok.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada siklus I, keaktifan peserta didik adalah 86 adri skor 120, kerja sama dalam kelompok 73 dari jumlah total 120, sedangkan keberanian melakukan presentasi 77 dari skor 120. Pada siklus II jumlah skor keaktifan peserta didik 103 dari skor seharusnya 120. Kerja sama dalam kelompok jumlah skornya 108, sedangkan untuk keberanian melakukan presentasi jumlah skornya 89 dari jumlah skor keseluruhan 120. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa untuk keaktifan mengalami kenaikan 17 poin, untuk kerja sama mengalami kenaikan 35 poin, dan untuk keberanian melakukan presentasi mengalami kenaikan sebesar 12 poin.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan, pada siklus I untuk keaktifan jumlah skor yang didapat 68, sedangkan pada siklus II menjadi 103 yang berarti terjadi kenaikan sebesar 15 poin. Untuk kerja sama, pada siklus I skornya 73 menjadi 108 pada siklus II, yang berartit terjadi kenaikan sebesar 34 poin. Mengenai keberanian, dalam siklus I jumlah skor 77 menjadi 91 pada siklus II, sehingga kenaikannya sebesar 15 poin.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penerapan strategi KIKAS dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam berdiskusi kelompok pada pembelajaran menulis puisi bebas, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Hal itu sesuai dengan yang disampaikan oleh Mulyasa (2006) bahwa kualitas pembelajaran dapat di;lihat dari segi proses maupun dari hasil, dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar pesrta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menjadikan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar besar dan rasa percaya diri . Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar. Hal tersebut sesuai pula dengan hasil penelitian dari M. Arifin (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA MENGGUNAKAN STRATEGI 3 M BAGI SISWA KELAS VII MTsN DEPOK BARU TAHUNPELAJARAN 2010†mengatakan bahwa menulis adalah kegiatan ekspresi. Oleh karena itu, pembelajaran menulis diarahkan kepada kegiatan aktif siswa dalam mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan ke dalam bentuk tulisan.
Dengan demikian, penerapan pembelajaran menggunakan Strategi KIKAS dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, sehingga kualitas pembelajaran baik proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran dapat berhasil dan berkualitas.
Simpulan
Strategi KIKAS merupakan suatu cara berdiskusi kelompok dalam pembelajaran menulis. KIKAS kepanjangan dari Kelompok, Individu, Kelompok, Aktif, Selalu. Strategi ini dimulai dengan pembentukan kelompok yang terdiri atas 4 orang. Kemudian, setiap siswa secara individu dalam kelompok mendapat tugas yang berbeda. Dalam kegiatan ini setiap siswa dalam kelompok mempunyai peran yang harus dilaksanakan. Jika dia tidak menjalankannya akan mendapat teguran dari teman satu kelompoknya. Hasil kerja per individu dalam kelompok dibahas bersama dan dituangkan pada kertas kerja sebagai hasil kerja kelompok. Dalam kegiatan ini, setiap individu dalam kelompok harus selalu aktif sebab hasil akhir kerja kelompoknya tidak lengkap, jika dia tidak menyelesaikan pembagian tugas dalam kelompok.
Penerapan pembelajaran KIKAS dapat membuat sebagian besar peserta didik lebih mudah dalam menulis puisi bebas, dapat memupuk kerja sama antarpeserta didik, memberi kesempatan pesrta didik berani berbicara, membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, dan membuat materi pelajaran mudah dipahami.
Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan adalah guru hendaknya selalu berusaha mencari alternatif cara menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan siswa, baik melalui penggunaan metode, media atau peraga yang lebih bervariasi sehingga mutu pembelajaran meningkat.
Untuk sekolah yang memiliki kondisi hampir sama dengan sekolah penulis, kiranya pembelajaran strategi KIKAS dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan, tentu saja dengan melakukan modifikasi yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Melalui Strategi 3M Bagi Siswa Kelas VII MTs N Depok Baru Tahun 2010.
Badudu, J.S.1993.Inilah Bahasa Indonesia yang Benar I. Jakarta: PT Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran bahasaIndonsia: Buku 2. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program.
Jassin, HB.1954. Gema Tanah Air: Prosa dan Puisi. Jakarta: Perpustakaan Perguruan Kementerian PP dan K.
Keraf, Gorys.1988. Diksi dan Gaya Bahasa: Komposisi Lanjutan I. Jakarta: Gramedia.
Khairudin .2008.Strategi Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Surabaya:Usaha nasional.
Mulyasa,2006.Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moeliono, A.M. (Penyunting Penyelia). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Pertama. Jakarta: Perum Balai Pustaka dan Gajah Mada University Press.
Purnomo.2000. Menulis itu Mudah (?). Yogyakarta:Citra Media.
Semi, M. Atar, Prof. Drs. 1996. Terampil Berdiskusi dan Berdebat. Bandung: Titian Ilmu.
Sunardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga: Widyasari Press.
Suwardi .2004. Keterampilan Menulis. Jakarta: Gema.
Tarigan, Henry Guntur. 1989. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Valdman, Albert.1966.Trends Language Teaching. New York: McGraw Book Company.
Winkler, C. Anthony dan Jo Ray McCuen.Rethoric Made Plan. 1981; Third Edition. New York: Harcurt Brace Jovanovich, Inc.
Zaidan, Abdul Rozaq, Anita K Rustapa, dan Haniah. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/puisi-definisi-dan-unsur-unsurnya.
http://pembelajaran menulis.blogspot.com/
http://www.scribd.com/doc/50174145/6/A-Pengertian-Strategi-Pembelajaran
http://sigodang.blogspot.com/2008/10/pengertian-puisi-selengkapnya.html
http://www.lintasberita.us/topic/menulis+menurut+tarigan.