PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

PADA SISWA KELAS IXD MTSN JEKETRO

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Sisnodo

MTsN Jeketro

 

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah Mendeskripsikan penerapan pendekatan Saintifik dalam pembelajaran IPA kelas IXD MTs N Jeketro dan Mengetahui peningkatan prestasi belajar kelas IXD MTs N Jeketro setelah penerapan pendekatan Saintifik dalam pembelajaran IPA. Penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas IXD MTs Negeri 1 Jeketro Kabupaten Grobogan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilakukan selama dua siklus dengan pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintific. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan cara deskriptif kualitatif yaitu dengan cara menganalisis data perkembangan siswa dari siklus 1 sampai siklus 2. Pada Siklus I sudah ada peningkatan hasil belajar, akan tetapi rata-rata nilai hasil belajar masih di bawah KKM yaitu 68,5 dari kondisi awal 52,5. Pada siklus II diadakan perbaikan dan hasil belajar siswa pada siklus II prestasi belajar siswa meningkat dengan rata-rata nilai 82. Simpulan penelitian ini adalah penggunaan pendekatan Saintific dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas IXD MTs N Jeketro Kabupaten Grobogan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Pendekatan Saintific, Pembelajaran IPA. MTs.N Jeketro

 

LATAR BELAKANG

Dalam proses pembelajaran di sekolah, hal yang sangat penting dan utama harus diperhatikan adalah bagaimana siswa dapat menyerap ilmu pengetahuan sekaligus pengalaman berharga yang dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Hal ini mengandung pengertian bahwa keberhasilan kegiatan belajar mengajar sangat bergantung pada proses dan kegiatan individu yang belajar. Dengan demikian guru dikatakan berhasil dalam mengajar jika para siswa mampu menyerap secara maksimal terhadap materi yang diajarkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya kondisi belajar mengajar yang diciptakan dan disediakan guru untuk keperluan pembelajaran dalam proses belajar mengajar masih rendah. Siswa diposisikan hanya sebagai pendengar ceramah guru dalam proses belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap anak didik yang pasif tidak hanya pada mata pelajaran tertentu tetapi hampir terjadi pada semua mata pelajaran termasuk IPA.

Kurangnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dapat juga disebabkan karena media pembelajaran yang minim di dalam suatu kelas. Tidak adanya media pembelajaran yang menarik, seperti komputer, LCD juga akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam mempelajari suatu pelajaran. Di dalam kelas, guru menerangkan hanya memakai papan tulis saja sehingga siswa difungsikan untuk melihat dan mendengarkan ceramah guru, berakibat siswa tersebut akan bosan serta tidak adanya aktivitas siswa yang menyenangkan di dalam kelas.

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang membosankan bagi siswa. Apalagi guru mengajar IPA dengan cara mentransper begitu saja tanpa diuraikan dalam buku. Guru cenderung menyampaikan materi dengan model konvensional yaitu siswa akan kurang termotivasi dan merasa bosan dalam menerima pelajaran model pembelajaran dengan cara ceramah (Astuti, 2009)

Dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif melalui aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat dapat membuat mereka berfikir tentang materi pelajaran terutama IPA. Pada saat siswa belajar secara pasif, siswa mengalami proses tanpa ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik belajar siswa. Pada saat siswa belajar secara aktif, mereka mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu, misalnya dengan cara bertanya. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan, sehingga apa yang dipelajari akan lebih bermakna, dan tertanam dalam pikiran siswa.

Rendahnya aktivitas dan prestasi belajar IPA juga dialami siswa MTs N Jeketro di Grobogan. Faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas dan prestasi belajar IPA di MTs N Jeketro di Grobogan adalah pembelajaran IPA yang terpusat pada guru. Dalam penyampaian materi, guru cenderung monoton menguasai kelas sehingga siswa kurang leluasa dalam menyampaikan ide-idenya. Siswa kurang rajin dalam mengerjakan latihan- latihan soal. Siswa takut bertanya kepada guru apabila kurang jelas dan tidak faham. Akibatnya aktivitas belajar IPA kurang optimal serta perilaku belajar yang lain seperti suasana kelas yang menyenangkan dalam pembelajaran IPA hampir tidak tampak.

Berbagai usaha telah dilakukan guru IPA di MTs N Jeketro di Grobogan dalam mengatasi permasalahan tersebut, seperti melakukan diskusi dan tanya jawab dalam kelas. Namun, usaha tersebut belum mampu merangsang siswa untuk aktif dalam pembelajaran, karena siswa yang menjawab pertanyaan guru, cenderung beberapa siswa saja. Sedangkan siswa yang lain hanya mendengarkan dan mencatat informasi yang disampaikan oleh temannya. Usaha lain yang dilakukan guru adalah dengan mengadakan diskusi dalam kelompok kecil. Akan tetapi,siswa lebih banyak bekerja sendiri-sendiri dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, kurang adanya diskusi antar siswa.

Dalam permasalahan tersebut di atas, hendaknya guru dalam menyampaikan pembelajaran IPA harus mampu memilih dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk lebih aktif dalam belajar IPA dan meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA. Prestasi belajar yang dicapai MTs N Jeketro akhir-akhir ini juga kurang memuaskan, khususnya pada kelas IXD Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal itu bisa dilihat dari hasil Ujian Tengah Semester (UTS) yang telah dilaksanakan. Pada kelas IXD dari 40 jumlah siswa, yang mencapai KKM hanya 57,5 yaitu 23 siswa yang dinyatakan lulus. 17 siswa yang lainnya masih harus melakukan perbaikan.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Slameto (2005) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu. Secara lengkap, pengertian pembelajaran dapat dirumuskan sebagai berikut: “pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ”Pendidikan adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diterapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar (Sadirman, 2009). Tercapai tidaknya tujuan pengajaran salah satunya adalah terlihat dari prestasi belajar yang diraih siswa. Dengan prestasi tinggi para siswa mempunyai indikasi berpengetahuan yang baik. (Soetomo, 2003) menyatakan bahwa “pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah guru mempunyai empat peranan yang utama dalam membimbing anak agar mencapai tujuan yang diharapkan”. Semuanya itu sangat menentukan keberhasilan anak dalam mencapai tujuan adanya perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil belajar.

Berdasar beberapa pendapat di atas maka disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di MTs yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam. IPA membahas tentang gejala – gejala alam yang tersusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia (Samatowa, 2010). Sedangkan menurut Depdiknas Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang identik dengan lingkungan dan alam sekitar. Dalam hal ini siswa diharapkan mampu memahami konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari, IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA yang dikehendaki adalah menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP/MTS dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa Standar Kompetensi IPA merupakan Standar Minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inkuiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. (Depdiknas, 2007).

Dalam pembelajaran IPA anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkansikap ingin tahu. Hal ini akan mendorong anak untuk mengembangkan cara berfikirlogis. Cullingford dalam (Samatowa, 2010) kualitas pembelajaran IPA dapat ditingkatkan, bila anak berkelakuan sebagai seorang ilmuwan. Mereka memahami konsep baru dengan lebih mudah dan menyenangkan melalui suatu percobaan/pengamatan. Claxton dalam (Samatowa, 2010).   

 

Prestasi Belajar

(Poerwanto, 2007)memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport” Selanjutnya (Winkel, 1997) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya” Sedangkan menurut (Nasution, 2009) prestasi belajar adalah “ kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran mempunyai pengertian kegiatan nyata yang mempengaruhi anak didik dalam situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan belajarnya, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal dan pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup (mulyasa, 2013).

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah atau saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa (Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, 2013). Jadi dengan pendekatan Saintifik yang untuk mengembangkan sikap, prestasi belajar siswa ranah afeksi siswa akan terbentuk proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan suatu kebenaran dengan demikian proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip- prinsip, atau kriteria ilmiah.

Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini (mulyasa, 2013): a) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata; b) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru- siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; c) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran; d) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran; e) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran; f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan; g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Sunardi 2012: 36) prosedur penelitian terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, melakukan tindakan, observasi, dan refleksi. Refleksi dalam tiap siklus, dan akan berulang kembali pada siklus–siklus berikutnya. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi, dan dokumen. Analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif, membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober – 18 Oktober 2016. Lokasi penelitian adalah MTs Negeri Jeketro yang terletak di Jalan Raya Jeketro, Gubug, Grobogan. Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IXD MTs Negeri Jeketro, kabupaten Grobogan, tahun pelajaran 2016/2017, dengan jumlah siswa 40 siswa yang terdiri dari 16 laki–laki dan 24 perempuan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran Awal (Prasiklus)

Sebelum melaksanakan pembelajaran awal peneliti merencanakan terlebih dahulu dengan teman sejawat. Diantaranya menyiapkan sumber bahan dan media gambar, menyusun RPP dan menyusun lembar kerja.

Pembelajaran awal yang dilaksanakan pada hari Selasa, 04 Oktober 2016 dengan objek penelitian siswa kelas IXD MTS N Jeketro Desa Jeketro, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, dengan dibantu teman sejawat, yang bertindak sebagai pengamat. Dengan merencanakan Pembelajaran awal, diharapkan hasil pembelajaran sesuai yang diharapkan.

Nilai tes formatif Pembelajaran Awal secara rinci. Dari 40 siswa ternyata yang memperoleh nilai 30 ada 4 siswa, nilai 40 ada 7 siswa, nilai 50 ada 9 siswa, nilai 60 ada 15 siswa dan nilai 70 ada 5 siswa.

Dapat dilihat bahwa nilai yang belum tuntas yaitu antara 20-69 ada 35 siswa sedangkan nilai yang tuntas yaitu antara 70-100 ada 5 siswa. Untuk itu peneliti mengadakan penelitian mengapa pembelajaran Kemagnetan tidak bisa diterima siswa dengan baik, dengan kenyataan hasil evaluasi dari 40 siswa yang mendapat nilai diatas 70 atau tuntas hanya 5 siswa (12,5%) dan siswa yang belum tuntas atau mendapat nilai kurang dari 70 ada 35 siswa (87,5%). Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan perbaikan pembelajaran.

Pada penilaian observasi saat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh 2 observer, menunjukkan bahwa siswa pada saat pembelajaran berlangsung kurang begitu aktif dan minim komunikasi dengan teman diskusi. Dari aspek-aspek perilaku yang diamati oleh teman sejawat, yang ada pada lembar pengamatan telah disepakati sebelumnya antara guru sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai pengamat yang membantu dalam pelaksanaan, secara keseluruhan dalam pembelajaran awal aktivitas siswa, interaksi pembelajaran dan prestasi belajar belum memenuhi target maka peneliti memutuskan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I.

Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Pelaksanaan Perbaikan pembelajaran Siklus I peneliti merencanakan terlebih dahulu dengan teman sejawat. Diantaranya menyiapkan sumber bahan dan media, menyusun RPP, menyusun lembar kerja, memilih metode pembelajaran, model pembelajaran yang pada pembelajaran awal belum diterapkan, menyusun dan merancang observasi.

Pada Perbaikan Pembelajaran siklus I ini Peneliti Menerapkan pendekatan saintifik 5 M (mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan) serta dalam kegiatan inti pembelajaran peneliti juga membagi menjadi tiga (Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi). Dengan begitu diharapkan mampu meningkatkan prestasi siswa.

Diperoleh gambaran nilai tes formatif pembelajaran siklus I secara rinci. Dari 40 siswa ternyata yang memperoleh nilai 40 ada 2 siswa, nilai 50 ada 1 siswa, nilai 60 ada 12 siswa, nilai 70 ada 13 siswa dan nilai 80 ada 10 siswa, dan nilai 90 ada 2 siswa,.

Nilai yang belum tuntas yaitu antara 2070 ada 15 siswa sedangkan nilai yang tuntas yaitu antara 70-90 ada 25 siswa. Untuk itu peneliti mengadakan penelitian mengapa pembelajaran kemanetan tidak bisa diterima siswa dengan baik, dengan kenyataan hasil evaluasi dari 40 siswa yang mendapat nilai diatas 70 atau tuntas hanya 25 siswa (62,5%) dan siswa yang belum tuntas atau mendapat nilai kurang dari 70 ada 15 siswa (37,5%). Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan perbaikan pembelajaran siklus 2

Dari aspek-aspek perilaku yang diamati oleh teman sejawat, yang ada pada lembar pengamatan telah disepakati sebelumnya antara guru sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai pengamat yang membantu dalam pelaksanaan, secara keseluruhan dalam perbaikan pembelajaran siklus I aktivitas siswa, interaksi pembelajaran, metode pembelajaran, model pembelajaran, pendekatan pembelajaran dan hasil tes belum memenuhi harapan maka peneliti memutuskan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II.

Observasi saat kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan oleh 2 observer, menunjukkan bahwa siswa pada saat pembelajaran berlangsung kurang begitu aktif dan minim komunikasi dengan teman diskusi.

Dari aspek-aspek perilaku yang diamati oleh teman sejawat, yang ada pada lembar pengamatan telah disepakati sebelumnya antara guru sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai pengamat yang membantu dalam pelaksanaan, secara keseluruhan dalam pembelajaran siklus 1 aktivitas siswa, interaksi pembelajaran dan prestasi belajar belum memenuhi target maka peneliti memutuskan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II.

Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Dalam Pelaksanaan Perbaikan pembelajaran Siklus II peneliti merencanakan terlebih dahulu dengan teman sejawat. Diantaranya menyiapkan sumber bahan dan media pembelajaran, menyusun RPP, menyusun lembar kerja, memilih metode pembelajaran, model pembelajaran , nedia pembelajaran yang pada pembelajaran siklus I belum diterapkan, menyusun dan merancang observasi.

Perbaikan Pembelajaran siklus II ini Peneliti mencari kekurangan pada perbaikan pembelajaran siklus I dan memaksimalkan penerapkan metode demonstrasi dan pembuatan LKS yang mudah dipahami dalam kegiatan pembelajaran peneliti menerapkan pendekatan saintifik yang didalam KBM terdapat 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi siswa dari yang sebelumya. Dengan begitu diharapkan mampu meningkatkan prestasi siswa.

Nilai tes formatif Pembelajaran siklus II secara rinci. Dari 40 siswa ternyata yang memperoleh nilai 60 ada 3 siswa, nilai 70 ada 2 siswa, nilai 80 ada 21 siswa, nilai 90 ada 12 siswa dan nilai 100 ada 2 siswa.

Dari data di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan Prestasi belajar siswa pembelajaran siklus I dan siklus II. Pada pembelajaran siklus II prestasi belajar yang dicapai siswa sudah memuaskan dan sesuai dengan harapan peneliti. Dari 40 siswa, 37 siswa (92,5%) sudah mencapai standart ketuntasan. Hanya 3 siswa (7,5%) yang belum tuntas karena siswa tersebut memerlukan pelayanan khusus dalam belajarnya.

Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang Kemagnetan berakhir pada siklus II

Observasi saat kegiatan belajar mengajar pada siklus II yang telah di lakukan oleh 2 observer, menunjukkan bahwa siswa pada saat pembelajaran berlangsung begitu aktif dan komunikasi dengan teman diskusi.

Dari aspek-aspek perilaku yang diamati oleh teman sejawat, yang ada pada lembar pengamatan telah disepakati sebelumnya antara guru sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai pengamat yang membantu dalam pelaksanaan, secara keseluruhan dalam perbaikan pembelajaran siklus II aktivitas siswa, interaksi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan hasil tes telah dilaksanakan dengan maksimal sehingga pada perbaikan pembelajaran siklus II telah memenuhi harapan maka peneliti memutuskan untuk mengakhiri perbaikan pembelajaran ini pada siklus II.

PEMBAHASAN DARI SETIAP SIKLUS

Pembelajaran Awal

Dari pembelajaran awal diperoleh data bahwa tingkah laku siswa yang tidak mendukung terciptanya pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan sangat tinggi. Tingkah laku yang tidak relevan seperti siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak mau menjawab pertanyaan guru, tidak mau bertanya meskipun belum mengerti, bicara sendiri, tidak serius dalam mengerjakan tugas kelompok, dan tidak mampu menjawab pertanyaan guru sangat besar.

Dari hasil pengamatan tersebut terlihat persentase kompetensi guru dalam mengelola proses pembelajaran tampak monton dan hanya menerapkan metode ceramah atau klasikal, selain itu juga karena media yang dugunakan hanya gambar pada pembelajaran tentang gaya lorentz Pada pembelajaran awal ini masih banyak siswa yang hasill tesnya masih dibawah standar ketuntasan. Sehingga hasil yang diinginkan dalam pembelajaran belum tercapai.

Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Pembelajaran yang dilaksanakan dalam perbaikan siklus I adalah upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pokok bahasan gaya gerak listrik (GGL Induksi). Perbaikan pembelajaran siklus I menerapkan pendekatan saintifik (5M) . Penulis mengawali perbaikan siklus I dengan memberikan apersepsi berupa pertanyaan prasarat tentang Induksi Elektromagnetik. Hal ini untuk menggali prakonsepsi siswa tentang pemahaman gaya gerak listrik yang ada disekitarnya.

Dalam kegiatan Inti terbagi menjadi tiga yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dengan seperti itu diharapkan dapat meningkatan prestasi belajar dalam menerima materi. Meskipun masih ada beberapa siswa yang belum aktif. Namun dengan motivasi dari guru keaktifan siswa dapat meningkat dibandingkan pembelajaran awal.

Kesungguhan siswa dalam mengikuti perbaikan pembelajaran siklus I ini berdampak pada hasil belajar mereka melalui tes formatif yang mencapai ketuntasan belajar 62,5%

Kegiatan evaluasi berbentuk penilaian observasi sikap dilaksanakan oleh observer .Tugas diskusi kelompok dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung. Pada akhir pembelajaran diadakan tes formatif. Dari data nilai yang dianalisa ternyata siswa belum dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Dari hasil tes formatif dari 40 siswa hanya 25 siswa (62,5%) yang mencapai ketuntasan. Dengan seperti itu maka dilanjutkan dengan perbaikan pembelajaran siklus II.

Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa yang belum mencapai tingkat pemahaman optimal. Agar dapat mencapai tingkat prestasi belajar siswa optimal peneliti memaksimalkan penerapan pendekatan saintifik.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Pada kegiatan awal adalah mengamati pada kegiatan ini guru mengadakan demonstrasi yang dilakukan perwakilan siswa dibantu oleh guru agar siswa bisa termotivasi dan menarik perhatian siswa. Pada kegiatan inti yang terbagi menjadi lima yaitu mencoba. Pada kegiatan mencoba menalar dan mengkomunikasikan diharapkan guru membimbing setiap kelompok tentang praktikum, mekanisme praktikum, dan analisis data praktikum agar mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehingga penerapan pendekatan saintifik ini telah mencapai pemahaman materi tingkat optimal karena materi semakin diperjelas dalam perbaikan pembelajaran siklus II ini.

Kegiatan evaluasi pada perbaikan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan dengan kesungguhan dan penuh semangat oleh siswa. Nilai hasil belajar 40 siswa meningkat dari perbaikan pembelajaran siklus I yang hanya 25 siswa (62,5%) yang mencapai ketuntasan meningkat menjadi 37 siswa (92,5%) dalam perbaikan pembelajaran siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai penulis laporan penelitian telah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan karena dari tes yang diberikan telah dapat mengukur tingkat prestasi belajar siswa terhadap materi yang diberikan. Siswa telah mampu menjawab soal-soal yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggali aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang menyatakan bahwa tujuan belajar adalah untuk mendapat hasil berupa keterampilan-keterampilan: informasi, verbal, intelektual, kognitif, afektif, dan psikomotor.

SIMPULAN

Setelah melakukan perbaikan pembelajaran dengan cara penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IXD dengan materi kemagnetan dapat disimpulkan bahwa:

1.     Penerapan Pendekatan saintifik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahua Alam (IPA) dapat meningkatakan prestasi belajar dan meningkatkan keaktifan siswa dalam pemebelajaran khususnya pada materi “Kemagnetan”.

2.     Aktifitas siswa kelas IXD MTs Negeri Jeketro Desa Jeketro Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang kemagnetan pada awal pembelajaran dari 40 siswa hanya ada 5 siswa atau (312,5%) siswa yang mampu dan faham dengan materi yang diajarkan, sedangkan 35 siswa atau (87,5%) siswa belum bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru.

3.     Dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IXD MTs Negeri Jeketro Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada siklus I kurang berhasil.

4.     Prestasi belajar siswa kelas IXD MTs Negeri Jeketro Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan dengan menerapkan Pendekatan Saintifik pada mata pelajaran Imu Pengetahuan Alam pada pokok bahasan kemagnetan sangat memuaskan, dengan perolehan hasil tes siswa 92,5% di atas 7

SARAN DAN TINDAK LANJUT

            Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka ada beberapa hal yang sebaiknya dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, diantaranya:

1.     Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam hendaknya guru membawa siswa pada situasi komunikasi yang nyata, yaitu para siswa diajarkan langsung mempraktekkannya/ mengamati langsung pada objek yang sedang dipelajari.

2.     Guru hendaknya lebih banyak memberikan motivasi kepada siswa dengan memberikan media gambar agar siswa pada awal pembelajaran termotivasi untuk menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi.

3.     Guru hendaknya memberikan tugas yang menarik, mudah dipahami dan dapat menemukan konsep sendiri dengan bahasa dan pemahamannya masing-masing, sehingga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan jauh dari ketegangan sehingga membuat siswa belajar dengan tenang dan santai.

4.     Prestasi belajar menjadi meningkat apabila guru menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

Demikian hal-hal yang penulis temukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Untuk mencapai hasil yang lebih baik perlu Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) diberdayakan.Untuk memberi masukan, saran, dan pengalaman masing-masing dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Daftar Pustaka

Astuti, T. (2009). Konsep Dasar IPA dan Praktikum. Singaraja: Universitas Pendidkan singaraja.

Depdiknas. (2007). Kurikulum tingkat satuan pendidikan . Jakarta: Direktorat Jendral Menegemen Tingkat Dasar dan Menengah.

Hamzah, & Nurdin, M. (2013). Belajar dengan pendekatan paikem. Jakarta: Bumi Aksara.

Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. (2013). Konsep Pendekatan Saintifik. Jakarta.

Margono. (2009). Dasar-dasr Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Rosda Karya.

mulyasa, e. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2009). Bebagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Poerwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya.

Riyani, N. A. (2013). Desain Pembelajaran Pendidikan . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sadirman. (2009). Interaksi dan Motivasi belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Siregar, E., & Hartini, N. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Slameto. (2005). Belajar dan Fakto-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soetomo. (2003). Dasar-dasar Interaksi Belajar mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Sunardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga: Widyasari Press.

Surya, M. (2006). Psikologi Pengajaran dan Pembelajaran . Bandung: Pustaka Bani Quraisi.

Winkel, S. (1997). Psikologi Pendidkan dan Evaluasi belajar. Jakarta: Gramedia.