PENTINGNYA KONSENTRASI DAN KEMANDIRIAN

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

 

Novy Trisnani

IKIP PGRI Wates

 

ABSTRAK

Konsentrasi dan kemandirian belajar merupakan dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Penulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji pentingnya konsentrasi belajar dan kemandirian belajar, menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang menghambat konsentrasi dan kemandirian belajar, serta hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kedua faktor tersebut. Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka.dari hasil kajiandapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar merupakan modal utama bagi siswa dalam menerima materi pelajaran, dengan kemampuan konsentrasi yang baik terhadap materi, siswa dapat merekam, mengingat, mengembangkan dan melanjutkan materi pelajaran yang diperoleh di sekolah. Kemampuan konsentrasi belajar yang baik dipadu dengan tingkat kemandirian belajar yang baik merupakan kunci kesuksesan dalam meraih hasil belajar yang optimal. Dan tentu saja dalam upaya peningkatan kemampuan konsentrasi dan kemandirian dalam belajar yang dilakukan, dibutuhkan usaha maksimal, konsistensi, dan kesabaran dalam melatih, mengarahkan dan memotivasi anak.

Kata kunci: Konsentrasi belajar, Kemandirian belajar, Hasil belajar

ABSTRACT

Concentration and independence of learning are two factors that influence student learning outcomes. This writing is intended to examine the importance of learning concentration and learning independence, examine the factors that influence or inhibit learning concentration and independence, as well as the things that can be done to improve both factors. This type of research is a literature study. From the results of the study it can be concluded that the concentration of learning is the main capital for students in receiving subject matter, with good concentration skills on the material, students can record, remember, develop and continue the subject matter obtained at school. Good concentration of learning ability combined with a good level of learning independence is the key to success in achieving optimal learning outcomes. And of course in an effort to increase the ability of concentration and independence in learning done, it takes maximum effort, consistency, and patience in training, directing and motivating children.

Keywords: Learning concentration, Learning independence, Learning outcomes

 

PENDAHULUAN

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran pada suatu hal atau kegiatan dengan cara menyampingkan/mengabaikan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan kegiatannya atau fokusnya. Seorang siswa yang dapat belajar dengan baik adalah individu siswa yang dapat berkonsentrasi dengan baik serta dapat memfokuskan konsentrasinya secara konsisten pada pembelajaran. Surya (2003: 20) mengungkapkan bahwa berdasarkan penelaahan para ahli pendidikan, rendahnya kualitas prestasi belajar siswa sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan anak didik untuk dapat melakukan konsentrasi belajar. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Tu’u (2004: 75) menyatakan bahwa perhatian atau konsentrasi yang tinggi pada pelajaran memberikan dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Menurut Aunurrahman, (2009: 181), kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator utama adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, hal itu akan menjadi kendala dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan. Pentingnya konsentrasi belajar pada siswa sangat menentukan hasil belajarnya, konsentrasi belajarnya tersebut dapat dilihat dari fokus atau tidaknya siswa ketika belajar.

Selain konsentrasi belajar, kemandirian belajar merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran yang juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Kemandirian belajar dapat melatih siswa bertanggung jawab dalam mendisiplinkan dan mengatur dirinya sendiri, serta melatih siswa mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Fauzi (2011: 111) menyatakan pentingnya kemandirian dalam belajar karena tuntutan kurikulum agar siswa dapat menghadapi persoalan di dalam kelas maupun di luar kelas yang semakin kompleks serta dapat mengurangi ketergantungan siswa dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Dari uraian di atas, maka konsentrasi belajar dan kemandirian belajar merupakan dua komponen penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penulis memandang perlunya kajian lebih lanjut tentang pentingnya konsentrasi dan kemandirian untuk meningkatkan hasil belajar.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian studi pustaka. Penelitian studi pustaka dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan cara menelaah sumber tertulis seperti buku referensi, ensiklopedia, literatur, jurnal atau karangan ilmiah, serta sumber-sumber tertulis lainnya yang terpercaya baik dalam bentuk tulisan maupun bentuk digital elektronik yang terkait dengan objek atau kajian yang diteliti. Data yang telah dikumpulkan dari hasil studi pustaka kemudian dianalisis dengan metode deskriptif. Penulisan artikel penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pentingnya konsentrasi belajar dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar siswa.

PEMBAHASAN

Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar memegang peranan penting bagi seorang siswa untuk mengingat, merekam, melanjutkan, dan mengembangkan materi pelajaran yang diperoleh di sekolah. Jika konsentrasi siswa rendah, maka akan mengakibatkan kualitas aktivitas belajar siswa menjadi rendah pula serta dapat menimbulkan ketidakseriusan dalam kegiatan belajar dan daya pemahaman siswa terhadap materi pun menjadi berkurang. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran (Dimyati & Mudjiono, 2013: 239). Konsentrasi belajar merupakan modal utama bagi siswa dalam menerima materi ajar serta menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan untuk mengingat, merekam, dan mengembangkan materi pelajaran yang baik memungkinkan anak memperoleh prestasi yang optimal (Hakim, 2005).

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar pada anak usia sekolah adalah kemampuan siswa untuk memusatkan perhatian terhadap objek yang dipelajari selama proses belajar dan mengesampingkan hal-hal yang tidak berkaitan dengan objek tersebut. Besarnya kemampuan berkonsentrasi pada setiap anak berbeda-beda, dipengaruhi oleh keadaan siswa tersebut, lingkungan fisik, faktor guru, masyarakat, dan asupan nutrisi. Konsentrasi belajar dapat berjalan secara efektif apabila seseorang mampu menikmati kegiatan belajar yang sedang dilakukan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Konsentrasi Belajar

Menurut Slameto (2015: 54) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain faktor eksternal yang meliputi lingkungan, guru, masyarakat, dan asupan nutrisi sarapan pagi, sedangkan faktor internal meliputi keturunan, bakat, dan faktor intelegensi anak. Ditambahkan oleh Sunawan (2009: 6-9) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain faktor internal yang meliputi keadaan jasmani dan rohani, serta faktor eksternal yang meliputi lingkungan, keadaan ruangan, serta keadaan sekitar tempat belajar. Beberapa hal yang menjadi penyebab sulitnya siswa berkonsentrasi antara lain (Surya, 2009): 1) lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran, 2) timbulnya perasaan negatif, seperti gelisah, tertekan, marah, khawatir, benci, dan dendam, 3) suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan, 4) gangguan kesehatan jasmani, 5) bersifat pasif dalam belajar, dan 6) tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.

Penyebab-penyebab tersebut sangat mudah ditemui pada saat anak sedang berusaha belajar. Berbagai penyebab tersebut dapat diminimalisir namun tidak dapat dihilangkan karena anak tidak dapat mengontrol seluruh hal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan berbagai usaha atau cara untuk meningkatkan konsentrasi belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi belajar antara lain:

  1. Meningkatkan kesiapan belajar siswa

Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru perlu memeriksa apakah ada masalah atau perasaan negatif baik secara individual maupun umum pada siswa yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Pikiran siswa harus benar-benar jernih, jika hendak melakukan kegiatan pembelajaran. Pikiran yang jernih dapat dicapai dengan cara relaksasi atau memusatkan pikiran untuk sementara.

  1. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

Untuk memperoleh hasil belajar secara optimal maka guru perlu mendukung kegiatan pembelajaran dengan suasana kelas yang kondusif. Untuk itu harus diupayakan tempat dan ruangan kelas (indoor/outdoor) yang nyaman untuk belajar.

  1. Menanamkan minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan kemampuan “berimajinasi” dan “aktif bertanya”

Untuk meningkatkan minat dan motivasi, siswa harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dipelajari, untuk apa mempelajarinya, apa hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, serta bagaimana cara mempelajarinya.

 

  1. Menentukan cara belajar yang sesuai dengan karakteristik siswa

Cara belajar yang baik tentu harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, memuat tujuan yang hendak dicapai, serta cara-cara menghidupkan suasana kelas dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Termasuk di dalam cara belajar yang baik adalah penggunaan macam-macam media/alat peraga pembelajaran, penggunaan model/strategi belajar yang bervariasi, serta seua langkah yang diambil oleh guru untuk melakukan pengelolaan kelas.

  1. Menerapkan metode siswa belajar aktif

Dalam kegiatan pembelajaran, hendaknya snak dituntut untuk aktif belajar dan berani mengungkapkan ketidaktahuan pada guru atau teman. Anak yang belajar proaktif akan menghalau timbulnya proses penjemuan dan pengembaraan pikiran.

  1. Perlu disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (refreshing) saat menghadapi kejemuan belajar

Jika terjadi kebosanan, jangan paksakan diri untuk terus belajar. Berhenti dan sisihkan waktu untuk melakukan istirahat saat belajar atau dapat dilakukan juga metode “ice break”.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh apabila siswa berkonsentrasi ketika pembelajaran antara lain:

  1. Konsentrasi belajar yang baik dapat meningkatkan hasil belajar (Mayasari, 2017; Aslamia, 2018)
  2. Siswa akan dengan mudah menyerap, memahami dan mengolah segala informasi dalam pembelajaran dengan baik (Malawi & Tristiar, 2016)
  3. Konsentrasi belajar siswa yang rendah, akan menimbulkan aktivitas yang berkualitas rendah, ketidakseriusan dalam belajar, serta rendahnya daya pemahaman terhadap materi (Aviana & Hidayah, 2015). Sebaliknya, konsentrasi belajar siswa yang tinggi akan merangsang aktivitas belajarmenjadi lebih berkualitas, siswa menjadi lebih serius dalam pembelajaran, serta daya pemahaman siswa menjadi lebih baik.

Kemandirian Belajar

Kemandirian memiliki pengertian yang lebih luas dari kepercayaan diri, berkaitan dengan apa yang dilakukan. Kemandirian berkenaan dengan pribadi yang mandiri, kreatif dan mampu berdiri sendiri (Parker 2006: 227). Dalam konteks sistem pendidikan terbuka, makna kemandirian dapat dilihat dari sudut pandang konsep pembelajaran mandiri. Bentuk kemandirian dalam sistem pendidikan terbuka adalah kemandirian dalam hal belajar. Kemandirian merupakan sikap yang penting dan harus dimiliki seseorang supaya mereka tidak selalu bergantung dengan orang lain.

Knowles (1975) mendefinisikan belajar mandiri sebagai suatu proses belajar dimana setiap individu dapat mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam hal: mendiagnosa kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar (baik berupa orang maupun bahan), memilih dan menerapkan strategi belajar yang sesuai bagi dirinya, serta mengevaluasi hasil belajarnya. Pendapat senada dikemukakan oleh Kozma, Belle dan Williams (1978: 353), menurut mereka, belajar mandiri merupakan suatu bentuk belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan: tujuan belajar, sumber-sumber belajar dan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Secara singkat dikatakan pula bahwa dalam belajar mandiri, siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Sementara itu, Roberson dan Merriam (2005) mendefinisikan belajar mandiri sebagai suatu bentuk pembelajaran yang disengaja dan direncanakan sendiri, dimana individu yang dikenakan proses pembelajar bertanggung jawab dan bertugas mengendalikan pembelajarannya sendiri.

Menurut Arifin, Dardiri dan Handayani (2016), kemandirian belajar menitikberatkan pada tanggung jawab individu dalam kegiatan belajar. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Nuryanti, (2011: 33) yang menyatakan bahwa kemandirian belajar adalah suatu proses belajar yang terjadi pada diri seseorang dan dalam usahanya untuk mencapai tujuan belajar orang tersebut dituntut untuk aktif secara individu atau tidak bergantung kepada orang lain, termasuk tidak tergantung kepada gurunya. Dalam penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun evaluasi hasil belajar dilakukan sendiri.

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar merupakan sikap siswa dalam pembelajaran yang mampu secara individu untuk menguasai kompetensi, tanpa tergantung dengan orang lain, serta bertanggung jawab, percaya diri dan mampu mengontrol dirinya sendiri. Kemandirian belajar sangat diperlukan siswa agar pencapaian hasil belajar dapat optimal. Tingkat kemandirian belajar siswa dapat ditentukan berdasarkan seberapa besar inisiatif dan tanggung jawab siswa untuk berperan aktif dalam hal perencanaan belajar, pelaksanaan/proses belajar maupun evaluasi belajar. Semakin besar peran aktif siswa dalam berbagai kegiatan tersebut, mengindikasikan bahwa siswa tersebut memiliki tingkat kemandirian belajar yang tinggi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Menurut Basri (1994: 54) kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (endogen), yaitu semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri seperti keadaan keturunan dan kondisi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya, dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (eksogen), yaitu semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan. Ditambahkan oleh Aisah, Kurniasih, dan Fitriani (2018: 85), faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun yang termasuk faktor internal yaitu disiplin, tanggung jawab, percaya diri, inisiatif dan motivasi sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, fasilitas belajar dan kompetensi profesionalisme guru.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian siswa adalah faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa antara lain kedisiplinan, tanggung jawab, percaya diri, inisiatif dan motivasi sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, fasilitas belajar dan kompetensi profesionalisme guru. Adapun Indikator kemandirian belajar menurut Hidayati dan Listyani (2012) yaitu: 1) tidak tergantung pada orang lain, 2) percaya diri, (3) disiplin, 4) bertanggung jawab, 5) berinisiatif sendiri, dan 6) kontrol diri. Kemandirian siswa dalam belajar akan terwujud sangat bergantung pada siswa tersebut melihat, merasakan, dan melakukan aktifitas belajar atau kegiatan belajar sehari-hari di dalam lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Burt Sisco (Hiemstra, 1998: 8), ada 6 langkah kegiatan untuk membantu individu menjadi lebih mandiri dalam belajar, yaitu:

  1. pre-planning(aktivitas sebelum proses pembelajaran),
  2. menciptakan lingkungan belajar yang positif,
  3. mengembangkan rencana pembelajaran,
  4. mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai,
  5. melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring, dan
  6. mengevaluasi hasil pembelajar individu

Meningkatnya kemandirian belajar siswa dapat mendorong terwujudnya, kemauan, inisiatif, kreatifitas, kepercayaan diri, disiplin, dan tanggung jawab, pada diri siswa untuk belajar atas kemauannya sendiri. Dalam menciptakan kemandirian belajar, perlu kerjasama yang sinergi antara, guru, orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar anak. Upaya pengembangan kemandirian yang dilakukan tersebut dapat memicu berkembangnya kemandirian belajar pada diri siswa sehingga siswa dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa adalah: melakukan tindakan penciptaan kebebasan keterlibatan dan partisipasi siswa dalam berbagai kegiatan pembelajaran, pemberian semangat dan motivasi kepada siswa, menciptakan lingkungan belajar yang positif, penerimaan positif tanpa syarat pada pribadi siswa, serta menciptakan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan.

Manfaat Kemandirian Belajar

Berdasarkan uraian pada kajian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa manfaat bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar, antara lain:

  1. mengoptimalkan hasil belajar
  2. meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri siswa
  3. merangsang inisiatif siswa
  4. menyadarkan siswa tentang kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya
  5. meningkatkan kedisiplinan dan sikap bertanggung jawab siswa
  6. membuat siswa menjadi lebih kreatif karena mencari informasi dari berbagai sumber

Kesimpulan

Kemampuan siswa dalam konsentrasi dan kemandirian belajardapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal, faktor-faktor tersebut apabila tidak ditangani secara maksimal, maka dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Konsentrasi belajar merupakan modal utama bagi siswa dalam menerima materi ajar, dengan kemampuan konsentrasi yang baik terhadap materi pembelajaran, siswa dapat mengingat, merekam, melanjutkan, dan mengembangkan materi pelajaran yang diperoleh di sekolah. Kemampuan konsentrasi belajar yang baik dipadu dengan tingkat kemandirian belajar yang baik pula merupakan kunci kesuksesan dalam meraih hasil belajar yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, S., Kurniasih, D., & Fitriani. (2018). Analisis Kemandirian Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Di Kelas X SMA Negeri 3 Sintang. Jurnal Ilmiah Ar-Razi Vol.6 No. 2, Agustus 2018, Hal 76-86.

Arifin, M; Dardiri, A & Handayani, A.N. (2016). Hubungan kemampuan Penyesuaian Diri dan Pola Pikir dengan Kemandirian Belajar Serta Dampaknya Pada Prestasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Pendidikan, Vol 1 (10), 1-9.

Aslamia, S. (2018). Pengaruh Konsentrasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fikih Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Pekanbaru. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Aviana, R., & Hidayah, F. F. (2015). Pengaruh Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa terhadap Daya Pemahaman Materi pada Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 2 Batang. Jurnal Pendidikan Sains (JPS)3(1), 30-33.

Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fauzi, M. A. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah Menengah Pertama. Prosiding International Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics Education. ISSN 978-979-16353-7-0.

Hakim, T. (2005). Belajar Secara Efektif. Jakara: Puspa Swara.

Hidayati, K. & Listyani, E. (2012). Upaya Konselor untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa. Majalah Dinamika Guru, Vol. 6, Nop 2012.

Hiemstra, R. (1998). Self-Advocacy and Self-Directed Learning: A Potential Confluenced Personal Empowerment. A Peper Presented at the SUNY Empire State College Conference “Disabled, But Enabled and Empowered”.

Knowles, M.S. (1975). Self-directed Learning, A Guide for Learners and Teachers. (Chicago: Associates Press Follett Publishing Company, 1975).

Kozma, R.B., Belle, L.W., & Williams, G.W. (1978). Instructional Techniques in Higher Education. New Jersey: Educational Technology Publications Inc.

Malawi, I. & Tristiar, A.A. (2016). Pengaruh Konsentrasi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Manisrejo I Kabupaten Magetan. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran Vol 3 No. 2, Hal 118-131.

Mayasari, F. D. (2017). Pengaruh Konsentrasi Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMK Negeri 1 Ngabang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol.6 No. 6 (2017), hal 1-11.

Nuryanti, E. (2011). Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Parker, D.K. (2006). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Roberson, D.N., Merriam, Sh.B.M. (2005). The Self-Directed Learning process of Older, Rural Adults. Adult Education Quarterly, 55(4): 269-287.

Slameto. (2015). Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka. Cipta.

Sunawan. (2009). Diagnosa Kesulitan Belajar. Semarang: UNNES.

Surya, H. (2003). Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Surya, H. (2009). Menjadi Manusia Pembelajaran. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Genesindo.