Peran Pembelajaran IPS Dalam Menghadapi Tantangan Global
PERAN PEMBELAJARAN IPS
DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBAL
Adi Fitriansyah Rizqoni
SMPN 4 Satu Atap Mantewe Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu
ABSTRAK
Pembelajaran IPS memiliki peran yang besar dalam mengahadapi tantangan di era globalisasi. Tantangan globalisasi saat ini bukan hanya dibidang ekonomi saja, tetapi sudah masuk ke dalam setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat seperti budaya, social dan politik. Globalisasi yang ditandai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ternyata selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negative yang dapat melemahkan generasi bangsa. IPS mempersiapkan peserta didik untuk hidup dalam bermasyarakat yang mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude), sehingga diharapkan dapat menciptakan manusia-manusia Indonesia yang mampu bersaing dengan Negara lain yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
Kata kunci: pembelajaran IPS, Globalisasi
Pendahuluan
Bangsa Indonesia saat ini ditengarai sedang mengalami penurunan kualitas. Hal ini ditandai dengan munculnya degradasi moral yang tidak saja menimpa kepada pelajar dan mahasiswa, tetapi keadaannya sudah mewabah di masyarakat luas. Secara kasat mata degradasi moral itu tampak pada perilaku keseharian di masyarakat, seperti tergesernya nilai sopan santun dan penyimpangan perilaku lain seperti mabuk, seks bebas, tawuran, kebut-kebutan dan sebagainya. Lebih luas lagi degradasi moral itu sudah mewabah secara kronis seperti berbohong, bolos sekolah, mencuri, berjudi bahkan aborsi. Pada dasarnya permasalahan itu semakin hari tidak kunjung terselesaikan, tetapi sebaliknya malah “menjadi-jadiâ€. Permasalahan tersebut terus berkembang di masyarakat, sepertinya menjadi tidak terkendali yang kemudian menjadi penyakit social semakin parah, seperti merebaknya paham individualistis, yakni lebih suka mementingkan diri sendiri dan kelompok daripada kerja sama dalam masyarakat, munculnya permasalahan bangsa yang sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme, dan maraknya kebohongan public dari pemimpin bangsa (Saridi Salimin, 2011:3)
Penurunan kualitas bangsa Indonesia yang ditandai dengan degradasi moral bisa jadi karena pengaruh globalisasi. Globalisasi memang menjanjikan berbagai kemudahan dalam kehidupan, namun ia juga menebarkan berbagai bentuk ancaman dan dampak buruk.
Globalisasi sebagai suatu kecenderungan merupakan proses pembentukan suatu sistem global yang mencakup kehidupan di bidang politik, ekonmi, dan sosial budaya. Sebagai proses kesadaran subjektif menunjukkan suatu proses dalam kesadaran manusia yang melihat dirinya sebagai partisipan, dalam masyarakat drinya sebagai partisipan dalam masyarakat dunia yang semakin menyatu. Sedangkan sebagai kenyataan objektif globalisasi merupakan menyempitnya ruang dan waktu, menciutnya dunia yang berkembang dalam kondisi yang penuh dengan paradoks (Tri Widiarto, dalam Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara (Dalam Era Global), Jurnal Widya Sari).
Di era globalisasi Ilmu pengetahuan dan teknologi juga berkembang sangat cepat. Kemajuan teknologi dan informasi telah menyatukan wilayah-wilayah diplanet bumi ini menjadi sebuah kesatuan, yang digambarkan oleh para ahli sebagai bumi yang bordeless. Satu Negara dengan Negara lainnya seakan tidak ada batasnya. Berkat teknologi komunikasi bagian bumi saling terhubung dengan bagian lainnya (Muhammad Hisyam, 2016:5)
Globalisasi juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap bangsa atau kelompok masyarakat tertentu. Dikalangan komunitas peduli moral dan tertib masyarakat, globalisasi dianggap menimbulkan kehidupan hedonis, dekadensi moral, dan kerancuan dalam, dan kerancuan dalam masyarakat. Masyarakat yang berkehidupan liberal, bebas seperti dalam perilaku seks, mengkomunikasikan cara interaksi seksual ke luar budaya mereka melalui pornografi dan porno aksi, menular ke masyarakat yang dasar budayanya puritan terhadap perilaku seks bebas (Muhammad Hisyam, 2016:6)
Dalam globalisasi, bisa saja terjadi difusi pemikiran, nilai estetika, moral, dan budaya yang menyebar ke seluruh dunia. Bagi sebuah Negara yang berkembang yang rakyatnya belum siap untuk mengahadapi globalisasi, maka dapat mengakibatkan penyerapan nilai budaya dari Negara lain tanpa disaring terlebih dahulu, sehingga identitas dari bangsa itu sendiri akan memudar, tenggelam dalam budaya Negara yang lebih superior. Dengan memudarnya identitas nasional itu, maka integrasi suatu bangsa akan mengalami degradasi. Hal yang paling krusial adalah kesadaran nasional yang menghilang dan pada akhirnya Negara pun terancam.
Penyerapan unsur budaya yang terlalu cepat dan tanpa melalui proses internalisasi akan menyebabkan terjadinya ketimpangan budaya. Teknologi yang berkembang di era globalisasi dapat mempengaruhi karakter social dan budaya dari lingkungan social. Oleh karena itu pesatnya laju globalisasi harus diiringi dengan persiapan yang matang serta tetap memfilter budaya-budaya yang tidak sejalan dengan budaya bangsa. Salah satunya adalah mendesain pembelajaran IPS dengan sebaik mungkin untuk menghadapi tantangan globalisasi.
Ilmu pengetahuan Sosial adalah telaah tentang manusia dan hubungannya dengan masayarakat. Manusia sebagai makhluk social akan mengadakan hubungan dengan manusia lainnya mulai dari keluarga sampai masyarakat global. Selain itu manusia juga berinteraksi dengan lingkungan alam dan harus mempertanggungjawabkannya pada Tuhan Yang Maha Esa.
Pelajaran IPS disekolah dirumuskan berdasarkan realitas dan fenomena social sehingga bisa mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi social masyarakat. Harapannya tentu peserta didik akan lebih peka terhadap masalah-masalah yang ada di Masyarakat, baik itu masalah politik, ekonomi,social, budaya dan lain-lain. Sehingga ia nantinya bisa memilih jalan kehidupan yang terbaik dan terhindar dari kubangan globalisasi yang terkadang menjerumuskan ke dalam lembah hitam kehidupan.
Kecenderungan Negatif Globalisasi (Materialisme, Hedonisme, dan Konsumerisme)
Globalisasi pada dasarnya memiliki nilai-nilai positif. Sebagai contoh tentang pemanfaatan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan manusia, peningkatan profesionalitas, revolusi informasi, demokrasi, toleransi, Hak Asasi Manusia, termasuk juga emansipasi wanita. Tetapi, selain memberikan manfaat, globalisasi menyimpan bahaya laten yang menjadi tantangan bagi kaum muda. Pergaulan anak muda usia remaja, serta mobilitas dan komunikasinya sering disebut sebagai generasi layar kaca (televis), generasi Mall, generasi Handphone, generasi KFC, materialisme, konsumerisme dan hedonisme serta gaya hidup kebarat-baratanseolah-olah telah menjadi trend dan candu bagi mereka.
Materialisme adalah pandangan yang menganggap bahwa segala sesuatu itu hanyalah benda atau barang, tidak lebih, tidak kurang (Muhammad Rifai, 2010:68). Kebahagian hidup penganut paham ini terletak pada materi bukan pada landasan spiritual. Di era globalisasi ini kesejahteraan materi ditawarkan dengan sangat gencar dan bertubi-tubi. Setiap hari iklan menghiasi layar kaca Televisi, menyuguhkan berbagai impian tentang kesejahteraan materi, sehingga secara tidak sadar kehidupan masyarakat saat ini telah menjadikan perolehan materi sebagai barometer sukses atau tidaknya seseorang. Orang yang menganut pandangan materialisme ini akan membahayakan manusia lainnya jika mereka mengorbankan manusia demi mencapai tujuan materialnya.
Hedonisme adalah pandangan atau ajaran yang menganggap kenikmatan (materi) sebagai tujuan hidup. Kaum hedonis adalah orang-orang yang hidupnya hanya untuk mengejar kenikmatan dan kesenangan semata. Mereka memuja kenikmatan dan hidup hanya untuk mencari kenikamatan. Konsekuensinya mereka menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. Mereka juga mudah mengeluh pada saat menghadapi kesulitan hidup (Muhammad Rifai, 2010:69). Sedangkan konsumerisme adalah sebuah mentalitas dan gaya hidup boros. Mengahabiskan, menghambur-hamburkan barang dan jasa secara berlebihan. Hal itu lah yang menjadi salah satu penyebab krisis kepribadian yang menjadi bagian dari masalah akibat globalisasi.
Peran Pembelajaran IPS Dalam Mengahadapi Tantangan Globalisasi
IPS adalah integrasi dari berbagai cabang ilmu social seperti sosiologi, ekonomi, sejarah, dan geografi. Mata pelajaran ini merupakan program pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli serta tanggung jawab terhadap lingkungan social dan alam. Pembelajaran IPS bisa menjadi salah satu senjata untuk menangkal pengaruh negatif dari globalisasi. Tetapi itu semua harus ada konektivitas antara guru, peserta didik, orang tua dan masyarakat. Lingkungan masyarakat dengan berbagai problematikanya menjadi kajian IPS yang membantu peserta didik untuk memahami segala persoalan kehidupan di masyarakat.
Pembelajaran IPS mempunyai peran yang besar dalam membentuk karakter peserta didik. Pembelajaran IPS merupakan penunjuk yang berfungsi menuntun peserta didik untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Pembelajaran tersebut secara langsung maupun tidak langsung telah mentransfer muatan budaya yang berisi nilai-nilai,sikap, peran dan pola perilaku, sehingga peserta didik mampu untuk menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat seperti menghargai pendapat orang lain, menghormati keberagaman, mematuhi hukum, menghindari kekerasan, dan lain-lain.
IPS juga berperan untuk mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan skill) dan sikap (attitudes) yang diperlukan untuk hidup secara efektif dan efisien dalam dunia yang sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai saling ketergantungan.
Alam dan masyarakat merupakan laboratorium IPS yang menjadi sumber utama dalam pembelajaran. Oleh karena itu IPS menekankan bagaimana membelajarkan para pembelajar untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat sehingga nantinya memiliki ketajaman intuisi dan prediktif yang berfungsi dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di sekelilingnya.
Pembelajaran IPS diharapkan untuk dapat menciptakan manusia-manusia Indonesia yang mampu bersaing dengan semua masyarakat dari Negara lain. Masalah daya saing dalam era globalisasi yang semakin terbuka merupakan tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali dengan kemampuan dan keunggulan saing yang tinggi maka bangsa Indonesia tidak akan mampu bersaing di dunia internasional. Menurut Nu’man Somantri (2001) daya saing Indonesia akan terwujud bila didukung oleh sumber daya manusia yang handal. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang diperlukan adalah pendidikan. Sebab pendidikan dianggap sebagai mekanisme kelembagaan pokok dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan.
Globalisasi menyasar setiap lapisan masyarakat. Menyiapkan masyarakat yang cerdas, kompeten, dan memiliki keahlian merupakan sebuah keharusan. Tapi itu semua tidak cukup, harus diimbangi dengan sikap dan karakter yang baik, sehingga masyarakat Indonesia nantinya tidak jatuh dalam sifat materialisme, hedonis, konsumerisme dan gaya hidup kebarat-baratan yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Bangsa ini memiliki sejarah panjang dijajah oleh negara-negara barat. Penjajahan secara fisik itu menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi rakyat. Setelah merdeka, tidak serta merta penderitaan rakyat itu berhenti, meskipun negara ini merdeka tapi kenyataannya kita masih dijajah secara non fisik. SDA alam kita dikeruk oleh negara lain, westernisasi membuat kearifan lokal mulai terpinggirkan. Oleh karena itu, melalui pembelajaran IPS Kompetensi pendidikan karakter seperti cinta tanah air, peduli, rela berkorban, gotong royong dan lain-lain dapat ditanamkan, karena IPS selalu terkait dengan masalah-masalah kehidupan manusia dan lingkungannya.
Globalisasi harus dimanfaatkan oleh guru, menjadikannya sebuah kekuatan agar bisa menyiapkan peserta didik untuk menghadapi globalisasi, sebab sitiasi sosial yang dinamis mengharuskan peserta didik untuk siap dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh guru untuk peserta didik dalam mengahadapi globalisasi adalah:
1. Mendesain pembelajaran IPS yang tidak hanya bertumpu pada aspek kognitif saja, tetapi lebih menekankan pada kemampuan social siswa dengan cara terjun langsung dalam masyarakat, melihat permasalahan-permasalahan yang ada untuk dipecahkan bersama.
2. Menggunakan berbagai media komunikasi dalam pembelajaran IPS, seperti Televisi, Radio, surat kabar, internet dan media lainnya. Dengan menggunakan media tersebut maka peserta didik dapat mengetahui kasus-kasus yang sedang berkembang dalam masyarakat untuk dipelajari.
3. Guru harus menanamkan kearifan lokal untuk menangkal pengaruh negatif globalisasi dengan cara Think Globally Act Locally.
4. Guru harus menguasai teknologi untuk mengimbangi peserta didik zaman sekarang yang telah cakap dalam menggunakan teknologi. Kemajuan teknologi memiliki andil yang sangat besar dalam pembelajaran IPS. Guru dan peserta didik dapat dengan mudah mengakses bahan pembelajaran. Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk dapat memilih dan memilah mana informasi yang baik dan informasi yang tidak baik, agar tidak terjadi penyimpangan terhadap penggunaan teknologi yang dapat menyebabkan pergeseran terhadap nilai-nilai budaya dalam masyarakat.
Kesimpulan
Pembelajaran IPS dapat menangkal pengaruh negatif dari globalisasi. IPS menekankan bagaimana membelajarkan para pembelajar untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat sehingga nantinya memiliki ketajaman intuisi dan prediktif yang berfungsi dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di sekelilingnya. Pembelajaran IPS juga dapat mentaransfer muatan budaya yang berisi nilai-nilai, sikap, peran dan pola perilaku, sehingga peserta didik mampu untuk menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai moral itu yang nantinya akan memfilter globalisasi, menyerap sesuatu yang baik dan membuang yang buruk.
Globalisasi merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Memahami dan memaknai globalisasi dalam pendidikan penting agar tidak memandang globalisasi itu dari satu sudut pandang saja. Memang globalisasi memberikan ruang terhadap budaya asing yang bertentangan dengan norma yang dipegang oleh masyarakat, sehingga hal seperti itu harus dihindari. Tetapi, dari sudut pandang yang lain globalisasi itu adalah sebuah wahana untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu mengendalikan dan memanfaatkan perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh proses globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Laurence Peters. 2011. Pendidikan Global, menggunakan Teknologi Untuk Memperkenalkan Dunia Global Kepada Siswa. Jakarta: PT Indeks
Muhammad Hisyam, Cahyo Pamungkas. 2016. Indonesia, Globalisasi dan Global Village. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor indonesia
Muhammad Rifai. 2010. Menggali Spirit Sumpah Pemuda. Klaten: Cempaka Putih
Nu’man Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Saridi Salimin. 2011. Membentuk Karakter yang Cerdas. Tulungagung: Cahaya Abadi
Tri Widiarto, dalam, Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara (Dalam Era Global). Jurnal Widya Sari. 18(3).