Peranan Konseling Pastoral Dalam Pelayanan Luka Batin
PERANAN KONSELING PASTORAL
DALAM PELAYANAN LUKA BATIN
Frengki Julie
Ester Purwati
Zakaria Kanto
Amor Jumari
Yohanes Alfius
Program Sarjana Teologi Sekolah Tinggi Teologi Apollos
ABSTRAK
Luka batin adalah menggambarkan keadaan batin seseorang yang terluka, sehubungan dengan timbulnya peristiwa trauma pada masalah lalu dalam kehidupannya. Penyebab luka batin dalam kehidupan seseorang salah satunya adalah adanya kepahitan didalam kehidupan seseorang diakibatkan pengalaman buruk dengan relasi orang-orang terdekat, contoh: trauma, depresi, fobia, penolakan, disebabkan kurangnya perhatian dan kasih saying dari orang-orang terdekat ketika seseorang masih kanak-kanak sampai masa dewasa. Konseling adalah hubungan timbal balik (interpersonal relationship) antara hamba Tuhan (pendeta, penginjil, dan sebagainya) sebagai konselor dengan konseli (klien, orang yang minta bimbingan), dimana Konselor harus membimbing dalam suasana percakapan konseling yang ideal (conductive atmosphere) sehingga Konseli mampu mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri, persoalannya, kondisi hidupnya, dimana dia berada, sehingga ia mampu melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya pada Tuhan dan mencoba mencapai tujuan hidup itu dengan kapasitas, kekuatan dan kemampuan yang sudah diberikan Tuhan. Bahwa konseling pastoral sangat penting untuk di terapkan dalam pelayanan luka batin. Luka batin dapat terjadi pada semua orang. Luka batin adalah luka yang tidak kelihatan, namun dapat dirasakan, terdapat dalam jiwa yang diserang adalah pikiran dan perasaan seseorang. Seseorang yang mengalami luka batin mengalami berbagai ganguan, baik jasmani, rohani, psikologi. Oleh sebab itu perlu adanya penyembuhan luka batin, yaitu melalui konseling pastoral.
Kata kunci: Konseling pastoral, luka batin
Pendahuluan
Manusia mempunyai tubuh, jiwa, roh yang saling berkaitan, apabila salah satu unsur terganggu maka unsur yang lain akan terpengaruh, contoh: orang sakit kangker, fisiknya sakit, jiwapun akan merasa susah, rohnya pun terganggu dalam hubungan dengan Tuhan. Orang yang mengalami luka dalam jiwanya maka fisiknya akan merasa lesu dan tak berdaya, rohnya pun terganggu. Angnes Maria Layantara mengatakan: “Luka batin yang dialami seseorang sangat memperngaruhi seluruh aspek hidupnyaâ€[33]
Luka batin adalah menggambarkan keadaan batin seseorang yang terluka, sehubungan dengan timbulnya peristiwa trauma pada masalah lalu dalam kehidupannya.
Penyebab luka batin dalam kehidupan seseorang salah satunya adalah adanya kepahitan didalam kehidupan seseorang diakibatkan pengalaman buruk dengan relasi orang-orang terdekat, contoh: trauma, depresi, fobia, penolakan, disebabkan kurangnya perhatian dan kasih saying dari orang-orang terdekat ketika seseorang masih kanak-kanak sampai masa dewasa.
Orang yang menderita Luka batin menyebabkan dia susah untuk bergaul, sering menyelahkan rang lain, atau bahkan menyalahkan diri sendiri dan masih banyak lagi dampak buruk yang diakibatkan oleh Luka batin ini. Seolah olah tenang dilihat dari luar tetapi didalam penuh dengan masalah yang menggerogoti hingga penderita benar-benar jatuh dalam masalah besar.
Charles. R. Gerber dalam bukunya “kesembuhan untuk kepahitan hati†mengatakan bahwa secara umum luka batin dapat disebabkan oleh tiga bagian peristiwa penting yaitu: kehilangan, ketidakadilan dan pengkhianatan.[34]
Konseling Pastoral berasal dari dua suku kata, “konseling†dan “pastoral.†Maka dari itu, untuk mengetahui pengertian dari konseling pastoral maka terlebih dahulu, penting untuk mengetahui defenisi dari kedua kata tersebut yakni konseling dan pastoral. Secara etimologi, kata konseling berasal dari kata benda counsel, yang diangkat dari kata Latin consilium, dari kata dasar consilere yang berarti to consult, yaitu mencari pandangan atau nasehat dari orang lain, yang berfungsi sebagai penuntun untuk pertimbangan dan pembuatan keputusan yang akan dilakukan.[35]
Konseling adalah hubungan timbal balik (interpersonal relationship) antara hamba Tuhan (pendeta, penginjil, dan sebagainya) sebagai konselor dengan konseli (klien, orang yang minta bimbingan), dimana Konselor harus membimbing dalam suasana percakapan konseling yang ideal (conductive atmosphere) sehingga Konseli mampu mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri, persoalannya, kondisi hidupnya, dimana dia berada, sehingga ia mampu melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya pada Tuhan dan mencoba mencapai tujuan hidup itu dengan kapasitas, kekuatan dan kemampuan yang sudah diberikan Tuhan.[36]
Koseling Pastoral (Pastoral Counseling) adalah suatu lapangan khusus dari penggembalaan, semacam spesialisasi, karena konseling pastoral hanya kepada orang-orang yang berkesukaran emosi. Konseling pastoral juga mempunyai pengertian satu bentuk pelayanan pastoral yang diberikan oleh gembala kepada jemaat yang bermasalah, yang membutuhkan pertolongan agar mereka dapat menghadapi masalahnya dengan benar dan menang. Didalamnya menyangkut masalah pribadi, pasangan dan keluarga.[37]
Luka Batin adalah luka yang terjadi pada lapisan batin yang terdalam akibat suatu tekanan yang terjadi secara luar biasa berat aau terjadi secara terus menerus. Batin yang terluka akan menimbulkan kesedihan yang mendalam, perasaan tidak menentu, kemarahan, emosi tidak terkendali, kejengkelan, hidup tidak terarah, sesekali timbul keinginan mengakhiri hidup yang terasa pahit. Bagi seseorang yang terluka batinnya semua hal menjadi kelam kelabu, tidak ada warna warni dalam kehidupannya.[38]
Luka Batin membutuhkan konseling Pastoral. Dalam hal ini penyembuhan Luka batin dengan Konseling pastoral adalah dengan memakai metode Setiap bentuk konseling pastoral adalah bagian dari spiritual counseling.
Setiap kita, manusia, mempunyai alam bawah sadar. Alam bawah sadar, seperti komputer yang dapat merekam segala pengalaman dan peristiwa yang pernah dialami selama hidup di dunia ini, baik peristiwa atau pengalaman yang menyenangkan (positif) maupun yang menyakitkan (negatif), sehingga menimbulkan luka batin dalam kehidupan kita, pada akhimya menjadi akar pahitan. Seseorang dapat luka batin di karenakan: trauma, penolakan, akar pahit. Dampak paling kuat yang dipunyai kepahitan yang dipunyai kepahitan kepada seseorang adalah bahwa kepahitan itu menyebar ke semua hubungan dan pada akhinya akan menghancurkan seseorang, dan juga akan berdampak kepada psikologis, ï¬siologis, sosiologis, teologis.
Kalau kita melihat dari penjelasan diatas bagaimana terjadinya lukan batin maka untuk proses penyembuhan luka batin dapat dilakukan dengan cara rekonsiliasi. Melalui rekonsiliasi yang menyembuhkan merupakan proses pengudusan, Melalui rekonsiliasi memulihkan gambar dan konsep diri, Melalui rekonsiliasi membuat cara pandang yang benar terhadap luka-lukan batin, Melalui rekonsiliasi mendamaikan dan memulihkan relasi yang terluka, Melalui rekonsiliasi menjadikan korban sebagai konselor bagi yang terluka, Melalui rekonsiliasi sebagai dasar pertumbuhan rohani yang baik, Melalui rekonsiliasi membuat hidup tidak bersikap defensif (membela diri), Melalui rekonsiliasi memberi kemampuan untuk menerima realita hidup.
Metode Penelitian Dan Hasil Analisa.
Ditinjau dari Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, karena dalam penelitian ini mendeskripsikan keadaan yang terjadi pada saat sekarang secara sistematis dan faktual dengan tujuan untuk memaparkan serta penyelesaian dari masalah yang diteliti. Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.
Pemahaman deskriptif pada bagian ini merupakan informasi gambaran tentang tanggapan responden mengenai jawaban variabel penelitian tentang konselin pastoral, pemuda remaja, luka batin. Pada analisis ini bertujuan mengetahui nilai rata-rata yang menggambarkan persepsi responden atas item-item pertanyaan yang direspon oleh responden.
Hasil statistik diskripsi dari jawaban responden untuk variabel penelitian konseling pastoral yang diukur dengan menggunakan 9 item pertanyaan. Dapat dipaparkan pada tabel 1
Statistik Deskripsi Konseling Pastoral
Sub Variabel |
Indikator |
Frekuensi Jawaban Responden |
Total skor |
Rata-rata skor |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|||||
Koseling Pastoral |
Healing (menyembuhkan) Clary Crabb, 1995 |
Responden terbuka untuk menceritakan permasalahan pada saat konseling |
130 |
8 |
21 |
8 |
1 |
168 |
4,20 |
Responden pernai mengakui dosa yang di perbuat pada saat konseling
|
115 |
16 |
12 |
12 |
2 |
197 |
4,92 |
||
Responden mempunyai pikiran untuk mau diubah pada saat konseling |
125 |
36 |
12 |
2 |
1 |
176 |
4,40 |
||
Sustaining (menopang) Clary Crabb 1995 |
Responden pernah diberikan kekuatan dengan kata-kata yang membangun dalam menyelesaikan masalah |
90 |
68 |
12 |
2 |
0 |
172 |
4,30 |
|
Responden pernah diberikan penghiburan pada saat mengalami masalah
|
95 |
56 |
12 |
6 |
0 |
169 |
4,22 |
||
Responden pernah diberikan sumber kekuatan untuk bangkit dari keterpurakan |
105 |
48 |
15 |
4 |
0 |
172 |
4,30 |
||
Guiding dan Recconciling (menuntun dan mendamaikan) Clary Crabb 1995 |
Responden pernah dituntun untuk mengambil keputusan dan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi
|
85 |
52 |
24 |
2 |
1 |
164 |
4,10 |
|
Responden diperioritaskan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
|
50 |
72 |
27 |
4 |
1 |
154 |
3,85 |
||
Responden pernah didamaikan dan mengampun dengan orang yang telah membuat anda terluka |
55 |
64 |
30 |
6 |
0 |
155 |
3,87 |
||
Rata-rata skor konseling pastoral |
4,41 |
Hasil statistik diskripsi dari jawaban responden untuk variabel luka batin yang diukur dengan menggukan 9 item pertanyaan. Dapat dipaparkan pada tabel 2
Dari tabel 2 tampak bahwa skor rata-rata secara keseluruhan untuk dimensi luka batin sebesar 3,53 hal ini dapat diartikan bahwa kehidupan pemuda remaja tingggi yang mengalami luka batin yaitu mengalami akar pahit dalam kehidupannya sampai membuat hidup pemuda remaja mengalami gelisa dalam kehidupannya sebesar 4,02, menjadi pemuda remaja mengalami trauma tentang masalah lalu sebesar 3,82, sehingga pemuda remaja menjadi pernah mengalami dibedakan dengan orang lain oleh orang tua dan lingkungan 3,65.
Statistik Deskripsi Luka Batin
Variabel |
Sub Variabel |
Indikator |
Frekuensi Jawaban Responden |
Total skor |
Rata-rata skor |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|||||
Luka Batin |
Trauma Hill Magaret 2005 |
Responden pernah mengalami trauma tentang masalah lalu |
115 |
16 |
9 |
6 |
7 |
153 |
3,82 |
Responden pernah mengalami kejadian yang berluang-ulang dari seseorang dari masa kecil sampai dewasa sampai responden merasa takut menghadapi kehidupan ini |
120 |
0 |
6 |
6 |
11 |
143 |
3,57 |
||
Responden pernah mengalami gangguan tidur, mudah terkejut, sangat sensitif, terhadap cahaya, suara, binatang |
115 |
0 |
9 |
14 |
7 |
145 |
3,62 |
||
Penolakan Holf Irene 2001 |
Responden pernah mengalami dibedakan dengan orang lain oleh orang tua dan lingkungan |
90 |
28 |
12 |
10 |
6 |
146 |
3,65 |
|
Responden pernah mengalami mau digugurkan oleh orang tua |
1 |
84 |
0 |
0 |
18 |
103 |
2,75 |
||
Responden pernah pernah menjadi seseorang yang egosentris |
90 |
20 |
6 |
8 |
11 |
135 |
3,37 |
||
Akar Pahit Elisa B Surbakti 2008 |
Responden pernah mengalami gelisa |
100 |
20 |
33 |
8 |
0 |
161 |
4,02 |
|
Responden pernah menjadi orang yang sinis |
70 |
40 |
12 |
18 |
3 |
143 |
3,57 |
||
Responden seseorang yang tertutup, suka curiga |
75 |
36 |
9 |
12 |
7 |
139 |
3,47 |
||
Rata-rata skor konseling pastoral |
3.53 |
Jadi dari hasil seluruh tabel diatas tentang konseling pastoral, pemuda remaja, dan luka batin, tinggi. Dari hasil penelitian diatas maka hipotea dalam skripsi ini dapat diterima sebab dari penelitian yang dilakukan hasil tinggi. Dengan demikian, maka hipotesa yang penulis ajukan yaitu Metode Konseling Pastoral Dalam Pelayanan Luka Batin terbukti kebenarannya yaitu: hasil dari statisti deskripsi konseling pastoral tinggi sebesar 4,41, dan dari statistik deskripsi luka batin sebesar 3,53.
Kesimpulan Dan Saran
Bahwa konseling pastoral sangat penting untuk di terapkan dalam pelayanan luka batin. Luka batin dapat terjadi pada semua orang. Luka batin adalah luka yang tidak kelihatan, namun dapat dirasakan, terdapat dalam jiwa yang diserang adalah pikiran dan perasaan seseorang. Seseorang yang mengalami luka batin mengalami berbagai ganguan, baik jasmani, rohani, psikologi. Oleh sebab itu perlu adanya penyembuhan luka batin, yaitu melalui konseling pastoral.
Sehubungan dengan jurnal ini, penulis ingin memberikan saran kepada pembaca, baik jemaat, mahasiswa teologia dan hamba-hamba Tuhan agar membaca dan mengambil manfaat dari jurnal ini. Melalui penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi orang-orang yang mengalami luka batin, sehingga mereka memiliki kemauan untuk dipulihkan, bagi mahasiswa teologia diharapkan dapat memberi bahan acuan untuk penulisan luka batin selanjutnya, bagi hamba-hamba Tuhan dan para pelayan Tuhan diharapkan dapat membantu pelayanan luka batin melalui konseling pastoral.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab, Jakarta, Lembaga Alkitab Indonesia, 1984
Billy Graham Counseling Departement, Buku Pegangan Pelayanan, 1990, hal 19
Werren W.Wiersbe Paul R.Van Gorder, Howard F Sugdan, Prioritas Seorang Pendeta, Gandum Mas Malang, 1982, hal 52 Pdt. Paulus Daun, M.Div, M.Th, Bidat Kristen dari masa kemasa, serie buku Ttheologis, hal 6-7
Robert Cowles, Gembala Sidang, Klam Hidup Bandung, 1997, hal 7 Pdt. Dr. Stepen Tong, Tritunggal Allah, Lembaga Reformed Injili Indonesia
Riggs Ralp M, Gembala Sidang Yang berhasil, Gandum Mas Malang, 1984
Verkuyl J.DR, Gereja dan Bidat, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1962
[33] Gerber, Charles. R. Kesembuhan untuk Kepahitan Hati. YAKIN. Surabaya. 2006:12
[35] Tomatala Magdalena. Konselor Kompeten; Pengantar Konseling Terapi untuk Pemulihan. YT Leadership Foundation IFTK Jaffray. Jakarta. 2000:239
[36] Susanto, Herry A M.Th, Diktat Konseling Pastoral, Sekolah Tinggi Teologia Torsina, Surkarta, 2010:13
[37] Rodney J Hunter, Dictionary of Pastoral Care and Counselling, Abingdon Press, Nashville, 1990:89
[38] Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene, Buku Psikologi Abnormal Jilid 1, Penerbit Erlangga, 2005:96-101