PENERAPAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) YANG DIPADU DENGAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

SISWA KELAS XII MIPA-1 SMA NEGERI 3 DEMAK

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Dwi Setyono

SMA Negeri 3 Demak

ABSTRAK

STAD (Student Team Achievement Division) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan, antara lain: siswa dapat melatih kerjasama dengan baik. Mind Mapping merupakan teknik mengingat yang sangat efektif dalam memahami konsep. Perpaduan STAD dan Mind Mapping diberikan agar siswa memiliki rasa tanggung jawab kelompok, dan lebih antusias dalam memperhatikan serta merangkum penjelasan guru saat di kelas.Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan penerapan STAD yang dipadu dengan mind mapping dalam pembelajaran Biologi pada siswa kelas XII MIPA-1 di SMA Negeri 3 Demak ; (2) mendeskripsikan pelaksanaan STAD yang dipadu dengan mind mapping dalam pembelajaran Biologi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII MIPA-1 di SMA Negeri 3 Demak ; (3) mendeskripsikan pelaksanaan STAD yang dipadu dengan mind mapping dalam pembelajaran Biologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII MIPA-1 di SMA Negeri 3 Demak ; (4) mengetahui respons siswa mengenai penggunaan STAD dipadu dengan Mind Mapping dalam pembelajaran Biologi di SMA Negeri 3 Demak. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbasis Lesson Study (LS) dengan menggunakan dua siklus.  Hasil penelitian tindakan menunjukkan bahwa: 1) penerapan STAD dipadu Mind Map memiliki keterlaksanaan pembelajaran sangat baik dengan tahap (Plan, Do, See) dalam LS yang digunakan dalam perbaikan pada setiap pertemuan, 2) penerapan STAD dipadu Mind Map berhasil meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Selanjutnya penerapan STAD Mind Map ini membutuhkan instruksi yang jelas, dan pengelolaan waktu yang baik.

Kata kunci: STAD, Mind Mapping, Motivasi Belajar, Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Banyak faktor yang mendukung keberhasilan suatu pembelajaran. Faktor-faktor tersebut antara lain media pembelajaran yang digunakan, metode yang digunakan oleh guru, kemampuan guru dalam mengelola kelas, motivasi siswa, partisipasi siswa, potensi siswa, serta interaksi antara siswa dengan guru pada proses pembelajaran. Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan keefektifan suatu pembelajaran. Keefektifan pembelajaran akan terjadi jika siswa secara aktif dilibatkan dalam suatu proses belajar dan pengorganisasian penemuan informasi (pengetahuan). Oleh karena itu, untuk keberhasilan proses pembelajaran guru harus mencari alternatif pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dan ikut mengalami sendiri proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan di SMA Negeri 3 Demak tanggal 09 Juni 2015, pembelajaran biologi yang dilakukan masih menerapkan metode ceramah agar target tercapai. Apabila guru menerapkan metode ceramah dalam mengajar, siswapun cenderung malas dan bosan. Metode ceramah merupakan bukti yang telah menyebabkan berkurangnya motivasi siswa selama kegiatan belajar mengajar serta menurunnya hasil belajar siswa.

Motivasi belajar biologi rendah ditunjukkan dengan rendahnya perhatian, irama perasaan, dan usaha siswa yang rendah. Adapun gejalanya ditunjukkan dari tingkah laku siswa yang kurang memusatkan perhatian pada penjelasan guru, sebagai contohnya adalah ketika guru menerangkan di depan kelas siswa cenderung banyak melakukan aktivitas sendiri-sendiri seperti berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Siswa berbicara sendiri/membuat kesibukan lain pada saat pembelajaran berlangsung, sebagai contohnya siswa lebih senang memainkan buku ataupun pensil dibangku daripada memperhatikan penjelasan guru. Siswa tidak mengikuti semua instruksi yang diajukan oleh guru, siswa tidak mengikuti kegiatan belajar pembelajaran dengan gembira dan senang, siswa mengantuk selama pembelajaran di kelas yang ditandai dengan siswa sering menguap dan meletakkan kepala di atas meja, siswa tidak berusaha mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dimengerti, siswa kurang berani menjawab pertanyaan yang diajukan teman/guru, siswa kurang bersungguh-sungguh untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas.

Hasil belajar biologi rendah, aspek afektif siswa rendah ditunjukkan melalui siswa belum mampu membandingkan fungsi berbagai jaringan hewan vertebrata, mengaitkan struktur dan fungsi berbagai jaringan hewan vertebrata. Aspek psikomotor yang rendah ditunjukkan dengan sifat ilmiah siswa yang masih rendah, misalnya menggambar hasil pengamatan gambar jaringan epitel, tulang kompak, otot polos, otot rangka, dan otot lurik, menunjukkan nama bagian-bagian yang ada pada pengamatan gambar jaringan hewan, memberi keterangan bagian-bagian gambar pengamatan dari struktur jaringan hewan.

Salah satu pembelajaran yang dapat mengatasi masalah mengenai kurangnya motivasi siswa dalam proses belajar mengajar adalah pembelajaran kooperatif, karena dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat saling bekerjasama dalam suatu kelompok, saling mendorong dan memberi semangat dan dapat saling membelajarkan sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan membangun pengetahuan sendiri. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling mendukung dalam kerja kelompok guna menuntaskan materi yang dipelajari.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif ini dapat diterapkan melalui model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions). Model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain: 1) siswa menjadi lebih paham dengan tingkat kesiapan yang cukup tinggi, 2) siswa dapat melatih kerjasama dengan baik, 3) siswa lebih mempunyai tanggung jawab terhadap angggota kelompok, dan 4) siswa dapat meningkatkan hubungan interpersonal dengan teman kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif STAD akan diterapkan melalui strategi pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping. Tujuan penggabungan model pembelajaran STAD dan Mind Mapping menyebabkan siswa saling memiliki kesempatan untuk berdiskusi dalam mengerjakan LKS yang diberikan. Setelah itu peran Mind Mapping akan muncul ketika siswa menjelaskan kepada teman-temannya di depan kelas dengan menggunakan Mind Mapping buatan kelompoknya sendiri, hal ini dirasa akan dapat mengatasi permasalahan motivasi belajar yang ada di SMA Negeri 3 Demak. Siswa di kelas lebih tertarik dengan teknik mencatat yang mengedepankan keindahan dengan berbagai warna bukan teknik mencatat yang membosankan. Diharapkan melalui penggabungan ini motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan sehingga hasil belajar yang diperoleh juga meningkat.

Lesson Study merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran yaitu dengan melakukan kolaborasi dengan guru lain untuk merancang, mengamati, dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran. Pelaksanaan refleksi dilakukan bersama-sama oleh kelompok guru dengan mendiskusikan bersama keterlaksanaan yang telah dirancang dan dilakukan, selanjutnya dilakukan revisi dan menyusun pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil refleksi (Ibrohim, 2008).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbasis Lesson Study (LS) dengan menggunakan dua siklus. Pada konteks ini siklus diartikan sebagai suatu putaran kegiatan yang terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Demak didasari dengan berbagai macam pertimbangan antara lain: a) lingkungan sekolah sudah dilengkapi fasilitas wifi, b) ruang kelasnya memiliki fasilitas multimedia, seperti LCD, c) lokasi penelitian merupakan lokasi tugas mengajar dari peneliti.

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Demak Semester I tahun ajaran 2015/2016 kelas XII MIPA-1. Siswa kelas XII MIPA-1 terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Demak pada siswa kelas XII MIPA-1 Semester I 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan 9 kali pertemuan selama 1 bulan 2 minggu dengan melibatkan 1 kelas. Setiap pertemuan ada yang 2 jam pelajaran, dan ada yang satu jam pelajaran dengan alokasi waktu 16 x 45 menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus, siklus I dilaksanakan pada tanggal 1, 3, 5, dan 8 oktober 2015 dengan topik materi KD 2.2 mendeskripsikan struktur jaringan hewan Vertebrata dan mengaitkannya dengan fungsinya. Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini perlu diketahui bahwa ada pertemuan yang menggunakan kegiatan dari Lesson Study (LS) karena penelitian ini berbasis LS.

Senin tanggal 5 Oktober 2015 dialokasikan selama 1 jam pelajaran pukul 09.00-09.45 adalah hari pertama guru model masuk kelas XII MIPA-1. Pada awal pertemuan guru membagi kelompok secara heterogen dan menjelaskan sintaks STAD untuk pertemuan yang kedua. Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari yaitu bab jaringan hewan. Guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok untuk membuat powerpoint yang akan dipresentasikan pada hari Rabu 7 Oktober (4 kelompok sebagai penyaji, 4 kelompok sebagai pembanding) dengan topik yang berbeda (topiknya yaitu 4 sub materi pokok yang dikaji pada jaringan hewan yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf). Pada tahap Plan direncanakan siswa melakukan diskusi sesuai dengan topik masing-masing kelompok, setiap kelompok ini mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas kemudian dilakukan diskusi kelas.

Pada pertemuan kedua yaitu 7 Oktober 2015 aktivitas siswa adalah melakukan kegiatan presentasi kelompok (topik yang dibahas ada empat materi pokok: jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan syaraf) di kelas. Setelah selesai pertemuan kedua dilanjutkan dengan kegiatan Refleksi (See) dan Plan untuk pertemuan selanjutnya, karena pada pertemuan ini dilakukan kegiatan LS.

Pada pertemuan ketiga tanggal 12 Oktober 2015, pembelajaran kali ini sepertinya lebih menarik dilihat dari banyaknya siswa yang berkonsentrasi mengerjakan LKS. Selain itu banyak juga siswa yang awalnya sering ramai di kelas sekarang ini lebih termotivasi mengerjakan karena mereka dilibatkan langsung dalam tugas yang diberikan, meskipun ada juga yang kelompoknya sumber belajarnya tidak optimal sehingga mengganggu kinerja kelompok lain kegiatan siswa adalah mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. Kemudian setelah LKS dibahas bersama-sama, siswa diminta mengeluarkan kertas karton dan crayon oleh masing-masing kelompok untuk membuat Mind Mapping di kelas.

Pada pertemuan kali ini yaitu pada tanggal 12 Oktober 2015, hari ini guru memberikan tes siklus I kepada siswa. Kelompok yang mendapatkan nilai terbaik dalam pembuatan Mind Map mendapat reward dari guru, kegiatan tersebut di lakukan setelah tes siklus I selesai.

Refleksi pada siklus I ini kemauan belajar siswa masih rendah, terutama apabila siswa diminta untuk memperhatikan teman maupun guru saat menjelaskan materi di depan kelas, hal tersebut nampak ketika ada kelompok yang presentasi anggota kelompok yang mendapatkan topik berbeda pasti ramai. Pada siklus ini masih banyak kelompok yang belum siap dalam penyajian materi presentasi, sehingga mengganggu jalannya diskusi seakan-akan kelompok penyaji tidak di respons. Hasil yang diperoleh pada siklus I ini masih kurang sesuai dengan tujuan peneliti, karena di siklus I ini guru meminta siswa untuk melakukan presentasi dan diskusi terlebih dahulu baru yang terakhir mengerjakan LKS. Motivasi siswa dalam mengikuti jalannya diskusi dan menghargai kelompok lain memang rendah, akan tetapi siswa sangat antusias dalam mengerjakan tugas yang diminta menunjukkan sisi kreatifitas siswa seperti proses pembuatan Mind Map. Solusi yang diberikan adalah pada siklus II nanti, guru akan memberikan perubahan sistem. Sistem tersebut adalah siswa diminta mengerjakan LKS terlebih dahulu barulah point-point dari jawaban tadi dipresentasikan di depan kelas, sehingga semua anggota kelompok dapat memantau jalannya diskusi.

Kegiatan Tindakan Kelas siklus II dilaksanakan pada tanggal 2, 4, 9, dan 11 November 2015 dengan topik materi KD 3.2 menjelaskan keterkaitan antara sturktur, fungsi, dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem perdaran darah. Pertemuan pertama yaitu 2 November 2015, pada pembelajaran pada kali ini dimulai dengan menjelaskan apa yang akan dipelajari dalam bab sistem sirkulasi darah manusia, setelah itu dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan melalui powerpoint mengenai submateri komponen darah, sel-sel darah, proses pembekuan darah. Guru model kemudian memberikan LKS 1 kepada siswa untuk dikerjakan di kelas yang nantinya akan dibahas bersama-sama.

Pada pertemuan kedua kali yaitu hari Rabu, 4 November 2015 ini peneliti mengadakan Lesson Study yang dibantu oleh dua orang observer, kegiatan awal dari pertemuan sebelumnya guru model meminta peserta didik duduk sesuai kelompok sambil menunggu ketenangan kelas peneliti mempersiapkan LCD untuk penjelasan mengenai praktikum yang akan dilakukan. Setelah siswa mulai tenang kegiatan intinya guru model memperagakan cara yang benar dalam praktikum tes golongan darah dan mengukur tekanan darah, barulah setelah itu siswa diminta bekerja di kelompoknya masing-masing namun masih tetap dalam pantauan guru model. Suasana praktikum berjalan lancar, dengan kondisi siswa yang sangat senang dan tertarik. Berdasarkan masukan dari para observer diperoleh hasil refleksi atau See yaitu semua siswa senang belajar hari ini karena semua terlibat langsung dan melakukan praktikum dalam kelompok masing, selain itu siswa yang biasanya ramai dan gaduh di kelas menjadi termotivasi untuk membantu kelompoknya dalam melakukan praktikum.

Pada pertemuan ketiga hari Senin 9 November 2015 adalah guru mereviu topik rhesus golongan darah, serta menjelaskan mengenai materi alat peredaran darah. Kemudian siswa diberi LKS 2 dan 3 (mengenai sistem limfatik dan kelainan penyakit pada sistem sirkulasi manusia) untuk dikerjakan secara berkelompok, namun berhubung pertemuan kali ini hanya satu jam pelajaran jika tidak selesai pada hari ini akan dibahas pada hari Rabu 11 November 2015.

Pada pertemuan keempat hari Rabu 11 November 2015 diadakan LS dengan bantuan tiga orang Observer. Guru model memaksimalkan pertemuan ini dengan membahas LKS 2 dan 3 agar siswa menguasai materi dan siap menghadapi ulangan harian Senin 16 November 2015. Pada kenyataannya semakin banyak mereka berlatih menjawab soal di LKS maka akan membuat mereka semakin membaca dan mencari, yang biasanya mengantuk dan ramai juga bertanya pada pertemuan ini. Sedangkan pada pertemuan kelima ini 16 November guru model memberikan ulangan harian atau tes bab sistem sirkulasi darah pada manusia.

Refleksi siklus II ini guru mencoba menerapkan masukan dari para Observer pada saat sikuls I, pada siklus II ini guru lebih menguasai kelas karena kuncinya ada pada kegiatan awal pelajaran. Pada saat kegiatan awal ini guru menjelaskan mengenai topik apa yang akan dipelajari hari ini melalui powerpoint dan video singkat, dengan penjelasan singkat kegiatan awal ini guru dapat mencuri perhatian siswa di kelas. Aspek yang perlu diperhatikan lagi adalah ikut terlibatnya siswa dalam setiap kegiatan yang direncanakan oleh guru, misalnya siswa melakukan kegiatan praktikum tes golongan darah. Pada saat praktikum dilakukan cukuplah guru hanya sebatas memperagakan cara melakukan praktikum, lalu biarlah perwakilan siswa tiap kelompok bertanggung jawab atas terlaksananya praktikum tersebut.

Pengalaman seperti inilah yang membuat siswa lebih semangat dalam menghargai kontribusi kelompok, selain itu hal tersebut pasti meningkatkan rasa percaya dirinya. Aspek lain yang menjadi perhatian adalah jangan sampai guru membuat siswa diam tanpa melakukan apapun, pada siklus II ini terlaksana dengan baik dikarenakan hal tersebut. Pada setiap pertemuan siswa diberi LKS yang akan membuat mereka sibuk, selain itu siswa mulai antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, perubahan juga terlihat dari bagaimana kerjasama antar kelompok lebih memiliki rasa tanggung jawab menjelaskan kepada anggota kelompok lain yang belum paham cara menjawab soal pada LKS tersebut.

Motivasi Belajar

Hasil analisis angket motivasi belajar sebelum dan sesudah pelaksanaan STAD dan Mind Mapping di kelas XII MIPA-1 SMA Negeri 3 Demak dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Data Persentase Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas XII MIPA-1 Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan STAD Dipadu Dengan Mind Mapping

Motivasi Sebelum (%) Sesudah (%) Peningkatan(%)
A 72,8 85,3 12,5
R 73,6 83,5 9,9
C 74,9 82,8 7,9
S 73,6 84,3 10,7
Kategori Baik Sangat Baik

 

Berdasarkan Tabel 2 terjadi peningkatan motivasi klasikal siswa kelas XII MIPA-1 pada saat pelaksanaan STAD dipadu dengan Mind Mapping. Hasil analis angket motivasi belajar siswa pada setiap aspek motivasi mengalami peningkatan, analisis ini sesuai dengan keberhasilan yang diharapkan oleh peneliti yaitu kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif yang dipadu dengan Mind Mapping dapat meningkatkan motivasi belajar biologi siswa.

Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak dua siklus, dan dilakukan perubahan atau penyempurnaan dalam hal tindakan pada siklus II. Pada pelaksanaan tindakan siklus I masih kurang bagus karena guru masih belum dapat menyajikan suatu fenomena yang dapat mendorong siswa untuk menyelidiki kemudian memecahkannya, kurang lancarnnya guru dalam tahap ini disebabkan guru memberikan LKS kepada siswa akan tetapi pada saat presentasi di depan kelas siswa masih menjelaskan jauh dari harapan guru. Kurang bagusnya pembelajaran siklus I juga disebabkan oleh guru yang tidak memandu siswa dalam mengerjakan LKS dan apa yang seharusnya dijelaskan oleh siswa pada saat presentasi, sehingga siswa bingung karena minimnya rambu-rambu yang diberi oleh guru. Motivasi pada saat siklus I ini rendah juga dikarenakan siswa yang kemampuannya kurang baik tidak mau membantu teman yang lebih baik karena pada saat presentasi siswa tersebut tidak tau apa yang harus dijawab.

Pada pelaksanaan tindakan siklus II disini sudah terjadi perbaikan, yaitu guru sudah dapat membuat siswa antusias dan lebih gampang menyajikan presentasi di kelas. Perbaikan itu terjadi pada sistemnya, jadi pada awal pertemuan guru sudah mulai memberikan LKS kepada siswa berbeda dengan siklus I tadi presentasi baru LKS diberikan. Sistem yang diperbaiki adalah guru membimbing siswa menyajikan presentasi di kelas dengan cara siswa menjawab pertanyaan yang ada di LKS menjadi sebuah powerpoint, hal tersebut tentunya diharapkan akan ada pembagian jatah untuk menjawab soal tersebut baik itu siswa yang kemampuannya baik serta yang kurang baik. Sistem inilah yang akan membuat siswa lebih berinteraksi sesama kelompok, serta akan saling membantu dalam mendapatkan informasi, maka dari itulah tujuan pembelajaran kooperatif itu sendiri dalam hal ini akan tercapai.

Dengan adanya belajar kelompok dan unjuk kerja akan menuntut siswa untuk aktif mengumpulkan informasi dan membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan peran guru hanya sebagai fasilitator, dengan begitu pembelajaran akan lebih berpusat kepada siswa (Susilo,2006). Pada saat kerja kelompok menghargai konstribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, memeriksa ketepatan, serta aspek bertanya banyak terlihat oleh siswa. Hal ini juga mendukung pernyataan Slavin dalam Flowers (2004), menyatakan bahwa ketika siswa berinteraksi dengan siswa lain, mereka harus menjelaskan dan mendiskusikan pandangan mereka satu sama lain, hal tersebut akan membawa mereka pada pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi.

Hasil Belajar

Data hasil observasi terhadap ketuntasan hasil belajar kognitif siswa kelas XII MIPA-1 pada siklus I rata-rata nilai kelasnya adalah 75, dengan persentase (%) ketuntasan belajar siswa 64,2 sudah tuntas, sedangkan 35,8 masing belum tuntas. Hasil observasi terhadap ketuntasan hasil belajar kognitif siswa kelas XII MIPA-1 berikut bahwa data di siklus II ini telah terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar kognitif siswa XII MIPA-1 yaitu dengan rata-rata nilai kelas adalah 82, dengan persentase (%) ketuntasan belajar siswa 92,8 sudah tuntas, sedangkan 8,2 masih belum tuntas. Data Presentase Hasil Belajar Kognitif Siswa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Data Presentase Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I & II

Hasil Belajar Siklus I (%) Siklus II (%) Peningkatan (%)
Nilai Tes 64,2 92,8 28,6
Rata-rata Kelas 75 82 7

 

Penerapan STAD dipadu dengan Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena STAD membuat siswa memiliki pembagian kelompok secara heterogen. Siswa yang berasal dari kelompok bawah diharapkan mendapat kesempatan belajar serta mendapat informasi sama atau bahkan lebih banyak dari teman satu kelompok yang dirasa lebih rajin. Perpaduan dengan Mind Mapping dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan serta juga usaha dan tanggung jawab siswa dalam kelompok menjadi semakin erat dan menyenangkan, dengan Mind Map siswa lebih efektif dalam belajar karena mereka akan semakin banyak mencari literatur-literatur lain dalam usaha pembuatan Mind Map. Selain itu kegiatan menggunakan Mind Map dalam pembelajaran Biologi di sini yaitu sebagai upaya yang dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan, yang kemudian aplikasinya sangat membantu untuk memahami masalah dengan cepat karena telah terpetakan.

Penerapan pembelajaran kooperatif model STAD menjadikan anggota kelompok yang kurang tau akan belajar ke yang lebih tahu, sedangkan anggota kelompok yang lebih tahu akan belajar lebih banyak, inilah sebenarnya fungsi dari pembelajaran dengan menggunaan model STAD. Dalam penerapannya pembelajaran ini dianggap mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena pembelajaran yang aktif seperti yang dilakukan pada penerapan model STAD, dapat mengajak siswa untuk membangun rasa solidaritas antar kelompok dan pembangunan karakter tanggung jawab terhadap kelompok serta menjadikan pembelajaran tersebut lebih bermakna. Pembelajaran aktif mendukung peningkatan hasil belajar siswa, sedangkan kecendrungan belajar pasif dapat menyebabkan risiko kegagalan akademik (D’Antoni, 2009).

Penggunaan Mind Map dapat membuat seseorang menyeleksi informasi apa saja yang perlu diterima dan menyimpannya dengan lebih jelas. Selain itu teknik ini dapat membantu seseorang berpikir dan mengingat lebih baik dalam memecahkan masalah secara kreatif. Hal ini didukung oleh (Sugiarto, 2004: 75) yang mengemukakan bahwa “Pemetaan pikiran (Mind Mapping) adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya”. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Aprilisa, 2011) yang ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata nilai tes hasil belajar kognitif siswa. Pada siklus I rata-rata nilainya 74,9 dengan ketuntasan kelas 62,9%. Pada siklus II rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 78,2% dengan persentase ketuntasan kelas 68,57%.

Respons Siswa terhadap Pembelajaran menggunakan Mind Mapping

Penerapan Mind Mapping terhadap kelas XII MIPA-1 dilakukan pada akhir akhir pertemuan sebelum mereka melaksanakan tes siklus. Mengapa diletakkan pada akhir agar siswa dapat mudah dalam merangkum semua informasi-informasi penting yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran dari awal pertemuan hinggan akhir pertemuan. Respons siswa terhadap pembelajaran menggunakan teknik ini yaitu siswa merasa pelajaran lebih menarik dan menyenangkan apabila menerapkan Mind Mapping. Berdasarkan angket respons siswa mereka merasa lebih mudah dalam merangkum materi serta memahami apabila belajar menggunakan gambar beserta keterangan singkat dari pada harus menghafal buku satu bab seperti halnya Mind Mapping yang di terapkan pada kelas XII MIPA-1. Siswa juga merasa senang ketika Mind Map milik kelompoknya ditempel di kelas serta wajah yang berseri-seri terutama ketika diberi reward dari guru.

KESIMPULAN

  1. Berdasarkan hasil Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran STAD dengan Mind Mapping siswa kelas XII MIPA-1 SMA Negeri 3 Demak diperoleh taraf keterlaksanaan (81,8%).
  2. Berdasarkan hasil monitoring pelaksanaan pembelajaran PTK berbasis Lesson Study di kelas XII MIPA-1 diperoleh taraf keterlaksanaan LS sangat baik (88,35%), dengan rincian pada tahapan Plan 83,33%, Do 88,88%, dan See 92,85%.
  3. Berdasarkan penerapan STAD yang dipadu dengan Mind Mapping dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII MIPA-1 SMA Negeri 3 Demak dengan rincian Attention meningkat (12,5%) Relevance meningkat (9,9%) Confidence (7,9%) Satisfaction meningkat (10,7%).
  4. Berdasarkan penerapan STAD yang dipadu dengan Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII MIPA-1 SMA Negeri 3 Demak dengan rincian siklus I mencapai ketuntasan 64,2% sedangkan siklus II meningkat mencapai ketuntasan 92,8%.
  5. Berdasarkan respons siswa terhadap Pembelajaran STAD dipadu dengan Mind Mapping, siswa merasa lebih mudah dalam merangkum materi serta memahami apabila belajar menggunakan gambar beserta keterangan singkat dari pada harus menghafal buku satu bab seperti halnya Mind Mapping yang di terapkan pada kelas XII MIPA-1.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

  1. Bagi Guru: Penerapan STAD dipadu dengan Mind Mapping membutuhkan instruksi yang jelas agar dapat dimengerti oleh siswa dengan baik, agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif. Selain itu juga membutuhkan pengelolaan waktu yang baik serta harus mempersiapkan rencana pembelajaran, alat, dan media pembelajaran dengan matang, agar proses pembelajaran dapat berlangsung seefektif mungkin.
  2. Bagi Siswa : Siswa harus memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru agar melaksanakan pembelajaran STAD dengan Mind Mapping dengan baik, serta jangan malu dan jangan ragu untuk aktif bertanya.
  3. Bagi Peneliti Selanjutnya : Penerapan Mind Mapping harus lebih di tingkatkan lagi, dalam penelitian ini hanya dilaksanakan Mind Map dalam satu siklus saja.

Lebih baik lagi kalau peneliti selanjutnya menggunakan Mind Map setiap siklus sehingga data yang diperoleh lebih valid.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim, 2009. Artikel. Efektivitas Cooperative Learning. (Online), (http://www.xpresiriau.com), diakses 29 Maret 2010).

Anonim, 2009. Artikel. Karakteristik STAD. (Online), (http://www.xpresiriau.com), diakses 29 Maret 2010).

Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bahaudin, T. 1999. Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia. Elex Media Komputindo: Jakarta.

Binham. 2016. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. (Online), (http://binham.wordpress.com/cara-meningkatkan-motivasi-belajar-siswa/, diakses 24 Desember 2016).

Buzan, T. 2004. Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book. Batam: Interaksa.

Buzan, T. 2007. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

D’Antoni. 2009. (Online), (http://www.biomedcentral.com/14722-6920/9/19) diakses 14 Juni 2016).

DePorter, B. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Dryden, G. 2003. Revolusi Cara Belajar: The Learning Revolution Bagian I. Bandung: Kaifa.

Flowers, J. 2004. The Effect of Cooperative Learning Methods on Achievement Retention and Attitude of Home Economics Student in North Carolina. (Online), (http://scholar.lib.vt.edu/e Journal/ v13n2/abu html) diakses 3 Januari 2013

Jensen, E. 2002. Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Bandung: Kaifa.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sardiman. 2007. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Slavin, R. 1994. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Boston: Allyn and Bacon.

Sugiarto, I. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik dan Kreatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Susilo, H. 2010. Lesson Study Berbasis MGMP sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru. Malang: Surya Pena Gemilang.

Syamsuri dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang: FMIPA UM.