Supervisi Klinis
SUPERVISI KLINIS
SEBAGAI USAHA PENINGKATAN PEMBELAJARAN PENGAJARAN MIKRO
BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA PMIPA FKIP-UNS SOLO
JS. Sukardjo, Sri Mulyani dan Lina Mahardiani
Staff pengajar/Dosen Prodi Kimia PMIPA FKIP-UNS Solo.
Abstrak
Pelaksanaan pembimbingan pengajaran mikro bagi mahasiswa S1 Prodi Kimia belum menunjukkan kompetensi pengajaran mikro yang sesungguhnya atau belum menunjukkan hasil yang memadai. Hal ini terlihat dari beberapa indikator antara lain: menjelang pelaksanakan program pengalaman lapangan (PPL) para mahasiswa kimia masih merasa takut untuk mengajar di depan kelas sekolah latihan, meskipun nilai pengajaran mikronya bagus dan kalaupun mau PPL inginnya di kelas X SMA (kelas yang bawah). Para dosen pembimbing belum berfungsi dengan baik dalam proses pembimbingannya karena lebih banyak menyalahkan dan mengkritik para mahasiswa (bersifat non klinis), saat membimbing pelaksaanan pembelajaran Pengajaran Mikro.
Untuk memecahkan masalah tersebut dilakukan peneliti-an tindakan kelas yang bersifat kolaboratif artinya di dalam kelompok peer teaching dibimbing oleh dua dosen pembimbing yang bertindak sebagai peneliti.
Upaya pemberdayaan pembimbingan pengajaran mikro adalah pendekatan supervisi klinis sebagai usaha peningkatan kualitas pembelajarannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan oleh dosen pembimbing yang mampu menampilkan pem-bimbingan secara pendekatan supervisi klinis dan pada gilirannya, berdampak positif terhadap kegiatan latihan mengajar/keteram-pilan mengajar para peserta/mahasiswa prodi kimia yang memperlihatkan kesungguhan dan kegairahan dalam berlatih ketrampilan mengajar, sehingga siap untuk PPL.
Kata kunci: Pengajaran mikro, Supervisi Klinis, PPL.
PENDAHULUAN
Pengajaran mikro adalah merupakan mata kuliah yang harus dilaksanakan dan diikuti oleh seluruh mahasiswa FKIP-UNS pada semester VI yang telah mencapai 86 SKS.
Program pengajaran mikro merupakan bagian dari program praktek mengajar di dalam program pengalaman la-pangan yang berusaha untuk menumbuhkan, mengembangkan, serta membina keterampilan-keterampilan tertentu dari mahasis-wa calon guru dalam menghadapi tugas mengajar di kelas.
Pelaksanaan program pengajaran mikro bertujuan mem-berikan latihan praktek mengajar dalam situasi tertentu, sehingga calon guru dapat berlatih berbagai keterampilan mengajar dalam keadaan terkontrol, agar kompetensinya dapat ditingkatkan untuk dapat menunjang pembentukan profesionalitas guru atau tenaga kependidikan yang lain. Sasaran yang hendak dicapai oleh program pengajaran mikro adalah pribadi mahasiswa calon praktikan program pengalaman lapangan (PPL) yang menguasai berbagai keterampilan mengajar untuk dapat diterapkan dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pendidikan dan penga-jaran di sekolah latihan.
Berbekal pengalaman mengajar secara mikro diharapkan mahasiswa akan dapat menerapkan dan mengembangkan berba-gai keterampilan mengajarnya dalam situasi proses belajar mengajar yang sesungguhnya dan mahasiswa dapat cepat beradaptasi dengan tugas-tugas sebagai calon guru, terutama tugas dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas.
Pendidikan Kimia melaksanakan pengajaran mikro pada semester VI dengan jumlah sekitar 50 mahasiswa, yang awalnya oleh koordinator dosen pembimbing diberikan materi tentang pengajaran mikro, yaitu memberi materi/pengetahuan dan berbagai keterampilan mengajar, yang kemudian akan dipraktek-kan secara terisolasi atau merupakan bagian dari latihan praktek mengajar. Setelah semua mahasiswa memahami materi penga-jaran mikro, kemudian dibagi dalam kelompok kecil (5 – 10 mahasiswa) yang dibimbing oleh dua orang dosen pembimbing yang dikenal dengan bentuk peer teaching. Kondisi seperti situasi belajar mengajar dimikrokan dengan jumlah murid diperkecil (5 – 10 orang), alokasi waktu dipersingkat 10 – 15 menit, kegiatan mengajar difokuskan pada keterampilan mengajar tertentu dan bahan pelajaran hanya tercakup satu aspek yang sederhana.
Salah satu karakteristik pengajaran mikro ialah pemberian balikan secara cepat dan tepat bagi calon guru/ma-hasiswa yang sedang berlatih, oleh karena itu diperlukan penca-tatan yang akurat, lembar observasi, alat perekam atau adanya laboratorium pengajaran mikro.
Berangkat dari balikan untuk mahasiswa yang telah usai latihan, kebanyakan dari dosen pembimbing hanya memberikan kritik atau menyalahkan mahasiswa dan menyampaikan keku-rangan dari mahasiswa calon guru (pembimbingan non klinis), sehingga dapat dikatakan pembimbingan mahasiswa oleh dosen pembimbing pengajaran mikro di Prodi Kimia kurang maksimal juga fasilitas laboratorium masih sangat sederhana sebagai usaha peningkatan kualitas pengajaran mikro mahasiswa S1 Pendidikan Kimia, pembimbingannya menggunakan pendekatan supervisi klinis.
Standar Kompetensi Pengajaran Mikro
Kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang meru-pakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diamati dan diukur. Orang yang memiliki kompetensi berarti memiliki, kemampuan yang dapat diamati dan diukur.
Mengajar adalah memberi pelajaran kepada siswa yang sedang belajar (pembelajar). Dalam hal ini pengajar dan pembelajar memberdayakan diri sendiri sehingga proses pembe-lajaran dapat berlangsung. Pembelajar diharapkan memiliki kompetensi yang telah ditentukan. Pembelajar diposisikan seba-gai subjek belajar, sedangkan pengajar (guru) sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Guru membelajarkan dan memberdayakan pembelajaran hingga pembelajar memiliki kompetensi tertentu.
Mahasiswa calon guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang dimaksud mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
Standar kompetensi Pengajaran Mikro ialah mahasiswa mampu menguasai dan mempraktekkan tuntutan minimal kompe-tensi dasar mengajar yang ditunjukkan oleh kemampuan untuk mendemonstrasikan atau mengaplikasikan kompetensi tersebut dalam proses belajar mengajar berskala mikro.
Kompetensi Dasar Mengajar
Kompetensi dasar mengajar dalam pengajaran mikro adalah kemampuan minimal yang harus dicapai oleh mahasiswa pada pengajaran mikro. Kompetensi dasar dan indikator dalam pengajaran mikro adalah sebagai berikut:
Kompetensi |
Indikator |
1. Memahami dasar-dasar Pengajaran Mikro |
a. Mendeskripsikan makna Pengajaran Mikro. b. Menganalisis prinsip-prinsip Pengajaran Mikro. c. Memahami secara konseptual profil dan penam-pilan mahasiswa calon guru yang mencerminkan empat kompetensi pembelajaran dalam latihan pengajaran mikro. |
2. Menyusun Renca-na Pembelajaran |
a. Mendeskripsikan komponen-komponen Rencana Pembelajaran (RP) dalam Pengajaran Mikro. b. Menyusun komponen-komponan tersebut menjadi RPP. c. Menentukan materi dan uraiannya, metode dan pendekatannya, serta langkah-langkah pembelajar-an yang mendukung tercapainya Kompetensi Dasar (KD). |
3. Mempraktikkan keterampilan da-sar mengajar ter-batas |
a. Mendemonstrasikan keterampilan dasar mengajar terbatas yang meliputi: membuka dan menutup pelajaran, menerangkan atau menjelaskan materi, memberikan penguatan, menggunakan media dan alat pembelajaran, mengadakan variasi, membim-bing diskusi, mengelola kelas, teknik bertanya, dan teknik mengevaluasi. b. Mengaplikasikan keterampilan dasar mengajar terbatas ke dalam Pengajaran Mikro. c. Mengkondisikan profit dan penampilan mahasiswa calon guru yang mencerminkan empat kompetensi pembelajaran dalam latihan pengajaran mikro. |
4. Mempraktikkan keterampilan da-sar mengajar ter-padu |
a. Mendemonstrasikan beberapa keterampilan dasar mengajar secara terpadu yang dikonsentrasikan: 1. Merumuskan kompetensi dasar; 2. Menyusun dan merumuskan indikator serta kriteria; 3. Menyusun dan merumuskan alat penilaian; 4. Menentukan dan menyusun materi pokok dan uraiannya; 5. Mengintegrasikan pengalaman belajar berwawas-an Contextual Teaching and Learning (CTL), mengintegrasikan kecakapan hidup dan materi pembelajaran; 6. Menyusun dan merencanakan interaksi pembela-jaran dan skenario pembelajaran. b. Mempraktekkan keterampilan mengajar terpadu. c. Menerapkan empat kompetensi guru dalam pem-belajaran pada praktik pengajaran mikro. |
5. Mengevaluasi praktek pengajaran Mikro |
a. Melakukan observasi dan mengevaluasi kegiatan praktek. Pengajaran mikro yang mencakup empat kompetensi guru dalam pembelajaran. b. Menganalisis hasil praktek Pengajaran Mikro. |
Kompetensi dasar mengajar yang dilatihkan dalam Pengajaran Mikro mencakup penyusunan rencana pembelajaran dan praktek kompetensi dasar mengajar.
Penyusunan Rencana Pembelajaran (RPP)
Rencana pembelajaran merupakan rencana kegiatan guru yang berisi skenario pembelajaran, tahapan aktivitas yang akan dilakukan siswa dan guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Tujuan penyusunan RPP adalah untuk mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Sedangkan komponen-komponen yang ada dalam RPP adalah:
1) Identitas: yang membuat nama mata pelajaran, sekolah, kelas/semester dan standar kompetensi.
2) Kompetensi dasar.
3) Materi pokok dan uraiannya.
4) Indikator.
5) Strategi pembelajaran.
6) Kegiatan (skenario pembelajaran).
7) Penilaian.
8) Alokasi waktu.
9) Sumber, bahan, dan alat.
Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai oleh mahasiswa dalam upaya menyiapkan diri sebagai calon guru yang profesional.
Keterampilan dasar mengajar merupakan berbagai keterampilan mengajar yang terkait erat dengan faktor teknik mengajar. Keterampilan ini harus dimiliki dan dikuasai oleh calon guru sebagai syarat wajibnya. Keterampilan dasar tersebut meli-puti:
1) Keterampilan Membuka
Kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mendapatkan suasana pembelajaran yang memungkinkan siswa siap secara fisik dan mental untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pada kegiatan ini guru harus memperhatikan dan memenuhi kebutuhan pembelajaran serta menunjukkan ke-pedulian besar terhadap keberadaan pembelajar.
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pembelajaran.
2) Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah membuatkan informasi yang di-organisir secara sistematis kepada siswa.
3) Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah tanggapan guru terhadap pelaku siswa yang memungkinkan dapat berulangnya kembali peri-laku tersebut.
4) Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah perubah-an yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi gaya mengajar, penggunaan media pembelajaran, pola interaksi dengan siswa dan stimulasi.
5) Keterampilan Bertanya
Meliputi bagaimana guru menyampaikan pertanyaan kepada siswa dalam proses pembelajaran, baik pertanyaan dasar dan pertanyaan lanjut.
6) Keterampilan Membimbing Diskusi
Diskusi adalah suatu proses, interaksi verbal, secara teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informasi dengan tujuan berbagi peng-alaman atau informasi, mengkonstruksi konsep, mengambil suatu keputusan atau memecahkan masalah.
7) Keterampilan Mengelola Kelas
Mengelola kelas adalah menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal apabila terdapat gangguan da-lam proses pembelajaran.
8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pembimbingan Pengajaran Mikro
Dalam Program Pengalaman Lapangan, untuk dapat membentuk mahasiswa calon guru menjadi guru yang profesio–nal, diperlukan supervisi yang tepat. Supervisi itu berupa bimbingan yang memungkinkan calon guru dapat menemukan cara-cara untuk memperbaiki kelemahannya, serta memperkuat apa yang sudah di kuasainya. Hal ini dapat terjadi jika supervisor dalam menjalankan tugasnya menggunakan pendekatan Super–visi klinis, yaitu supervisi yang menganggap hubungan antara pamong/pembimbing dengan praktikan sebagai hubungan teman sejawat, bukan sehagai hubungan antara atasan dengan bawahan.
Dengan supervisi klinis seperti itu diharapkan dapat mendorong mahasiswa calon guru untuk melakukan refleksi sehingga ia dapat memotivasi diri dan menumbuhkan prakarsa memperbaiki diri secara terus menerus. Dengan demikian mahasiswa calon guru secara sistematis dapat tumbuh berkem–bang menjadi guru yang profesional.
Ciri-ciri Supervisi Klinis
Ciri-ciri dari supervisi klinis seperti yang dikemukakan oleh (Sulu Lipu La Sulo, 1998:6):
a. Bimbingan di dalam supervisi bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi, sehingga prakarsa dan tanggung jawab mengembangkan diri tetap di tangan mahasiswa sendiri.
b. Meskipun mahasiswa calon guru di dalam latihan praktek mengajar mempergunakan berbagai ketrampilan meng–ajar secara terintegrasi, tetapi sasaran supervisi tetap dibatasi hanya pada satu atau dua ketrampilan saja.
c. Sasaran supervisi diajukan oleh mahasiswa calon guru, dan dikaji bersama untuk dijadikan kesepakatan (kon–trak).
d. Instrumen observasi dikaji dan ditetapkan di dalam pertemuan antara supervisi dan calon guru, serta pe–ngembangannya di dasarkan atas sasaran latihan.
e. Balikan yang obyektif dan spesifik diberikan dengan sege–ra. Analisis dan interpretasi data hasil observasi dilakukan bersama, dimana supervisor lebih banyak bertanya dari pada mengarahkan.
f. Supervisi berlangsung dalam suatu tatap muka yang terbuka dan intim.
g. Supervisi berlangsung dalam suatu siklus kesimpul–an/tindak lanjut dari latihan sebelumnya akan menjadi masukan untuk perencanaan latihan berikutnya.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pem–bimbingan mahasiswa calon guru dengan pendekatan supervisi klinis mempunyai maksud agar: (1) terjalin hubungan yang akrab antara mahasiswa praktikan, dan dosen pembimbing seperti halnya hubungan teman sejawat, sehingga mahasiswa praktikan tidak merasa tertekan dalam mengemukakan keluhan-keluhan dalam menghadapi kesulitan mengajar. (2) Mahasiswa calon guru diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk merefleksi, yaitu menemukan sendiri keberhasilan-keberhasilannya, kekurangan-kekurangannya dan upaya memperbaiki kekurangan-kekurangan-nya tersebut, sehingga nantinya mahasiswa calon guru dapat mengembangkan diri menjadi guru yang profesional.
Prosedur Supervisi Klinis
Supervis klinis yang berlangsung dalam suatu siklus dengan tiga tahapan dapat di gambarkan sebagai berikut :
Gambar : I Bagan Prosedur Supervisi Klinis
METODOLOGI PENELIIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Program Pendidikan Kimia P.MIPA FKIP UNS Solo, sedangkan subjek penelitian adalah mahasiswa pendidikan Kimia yang menempuh program peng–ajaran mikro semester Pebruari 2007-Juli 2007.
Metode Penelitian
Penelitian merupakan penelitian tindakan kelas yaitu untuk meningkatkan kualitas pengajaran mikro mahasiswa S1 pendidikan Kimia Semester VI.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah mahasiswa pendidikan Kimia yang menempuh mata kuliah pengajaran mikro semester Pebrua–ri 2007 – Juli 2007, diambil 8 mahasiswa bimbingannya yang telah dibagi secara acak.
Instrumen
1. Catatan dosen pembimbing saat konsultasi rencana pem–belajaran/kontrak.
2. Catatan hasil observasi saat mahasiswa latihan mengajar secara peer teaching di kelas.
3. Catatan hasil wawancara/pembimbingan sesudah maha–siswa usai/diskusi balik sehabis latihan mengajar dan rencana yang akan dilaksanakan/latihan berikutnya (siklus berikutnya).
HASIL PENELITIAN
Deskripsi hasil penelitian
Tahap demi tahap telah dipaparkan pada setiap siklus secara garis besar hasil penelitian ini disajikan pada uraian berikut ini.
Hasil penelitian pada dasarnya merupakan jawaban atas maslaah yang telah ditetapkan, masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah masih rendahnya kualitas/hasil pembelajaran pengajaran mikro bagi mahasiswa pendidikan kimia yang ada. Sebagai indikatornya adalah masih banyak mahasiswa yang takut melaksanakan PPL, utamanya di sekolah yang tergolong favorit, kebanyakan mahasiswa pada saat latihan mengajar di sekolah minta yang kelas rendah atau minta sekolah lanjutan tingkat pertama, dan masih banyak mahasiswa grogi untuk tampil di depan kelas, baik itu latihan terbimbing atau latihan mengajar secara mandiri. Masalah yang lain adalah cara pembimbingan mahasiswa praktikan pengajaran mikro oleh dosen pembimbing belum tepat atau belum mengena sasaran tujuan pengajaran mikro.
Berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh peneliti adalah memberdayakan dosen pembimbing melalui pendekatan supervisi klinis dengan benar.
Dengan tindakan tersebut, dosen pembimbing berhasil memperlihatkan kemampuan membimbing mahasiswa praktikan melalui pendekatan supervisi klinis dengan baik yang hasilnya dapat membuat mahasiswa praktikan lebih cepat menguasai komponen-komponen keterampilan mengajar dan mampu menilai dirinya tentang kekurangan dan kesalahannya sewaktu latihan mengajar di depan kelas. Secara rinci kemampuan, membimbing dari dosen pembimbing tersebut terefleksi dari indikator-indikator berikut ini kemampuan membimbing saat mahasiswa praktikan konsultasi RPP kemampuan diskusi balikan sehabis latihan mengajar, sedangkan kemampuan mengajar mahasiswa praktik–an terefleksi dari indikator-indikator berikut ini: kemampuan merencanakan pembelajaran, kemampuan menyampaikan materi pelajaran, kemampuan mengelola kelas, khususnya memotivasi siswa. Masing-masing indikator itu akan diuraikan di bawah ini.
Kemampuan Dosen Pembimbing Dalam Membimbing Konsultasi rencana pembelajaran.
Kebiasaan yang dilakukan dosen pembimbing sewaktu membimbing mahasiswa calon guru dalam PPL adalah model non klinis, frekwensi kehadiran dosen di sekolah latihan sangat kurang sehingga hubungan antara dosen pembimbing, guru pamong dan mahasiswa praktikan kurang akrab dan tidak terbuka. Terhadap mahasiswa praktikan, dosen pembimbing lebih banyak mengkritik dari pada mendorong praktikan untuk lebih percaya diri serta mampu meningkatkan diri akibatnya mahasiswa calon guru kurang berkreatif dan lambat dalam mengembangkan ketrampilan mengajarnya.
Setelah melakukan tindakan yakni membimbing mahasis–wa praktikan melalui pendekatan supervisi klinis, sedikit demi sedikit kebiasaan lama sebagaimana dikemukakan di atas mulai ditinggalkan. Hal ini terlihat makin berkurangnya dosen pembim–bing memberikan kritik terhadap rencana pembelajaran yang belum sempurna yang dibuat oleh praktikan. Sebaliknya dosen pembimbing justru semakin banyak bertanya kepada mahasiswa praktikan dalam mengungkap pembuatan rencana pembelajaran, akibatnya mahasiswa praktikan lebih cepat terbentuk rasa percaya dirinya terhadap tugas yang akan dilakukan dan hubungan dengan dosen pembimbing menjadi lebih dekat dan akrab.
Kemampuan Dosen Pembimbing Dalam Membimbing Diskusi Balikan Sehabis Mengajar
Kebiasaan dari model pembimbingan non klinis setelah latihan mahasiswa praktikan selesai mengajar yang sering dilakukan oleh Dosen Pembimbing adalah memberikan evaluasi terhadap hasil praktek latihan mengajar dan praktikan, yakni memberitahukan (mengoreksi). Kepada praktikan tentang keku–rangan kemampuan mengajarnya dan mungkin kesalahan konsep atau prinsip dari materi bahan ajar. Sebagai akibatnya mahasiswa praktikan tidak mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi diri hasil mengajarnya, sehingga mahasiswa praktikan menjadi lambat dalam mengembangkan ketrampilan mengajarnya.
Setelah melakukan tindakan, yakni secara bersama-sama antara dosen pembimbing dan mahasiswa praktikan melakukan diskusi balikan sehabis praktikan mengajar dengan menekankan pendekatan supervisi klinis, sedikit demi sedikit kebiasaan lama sebagaimana dikemukakan diatas mulai ditinggalkan. Hal ini terlihat makin berkurangnya usaha dosen pembimbing untuk mengkritik/menunjukkan kekurangan praktikan tentang hasil mengajarnya yang makin bertambah dilakukan oleh dosen pembimbing adalah memberi kesempatan kepada praktikan untuk mengevaluasi diri sehabis ia mengajar. Secara umpan balik dosen pembimbing memberikan pertanyaan sehingga praktikan dapat menemukan sendiri kekurangannya sekaligus dapat mengatasi (merencakan perbaikan) sendiri pada praktek berikutnya.
Kemampuan Mahasiswa Praktikan Dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Kebiasaan dari model pembimbingan non klinis setelah mahasiswa praktikan menerima materi bahan ajar dari guru pamong untuk praktek mengajar, praktikan langsung membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan petunjuk dari guru pamong. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh praktikan jarang sekali yang dikonsultasikan kepada guru pamong dan dosen pembimbing, biasanya RPP ini langsung dimintakan pengesahan ke guru pamong dan kemudian diserah–kan kembali ke guru pamong/dosen pembimbing saat praktikan akan praktek mengajar didepan kelas. Sebagai akibatnya proses pembelajaran yang dilaksanakan praktikan di kelas sering tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat–nya. Selain itu praktikan juga tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sebagai komponen ketrampilan mengajar yang belum dikuasai, karena tuntutan dari guru pamong umumnya berkisar pada penyampaian materi bahan ajar secara benar.
Setelah dilakukan tindakan oleh guru pamong dan dosen pembimbing dengan cara praktikan diharuskan mengkonsultasi–kan RPP nya ke guru pamong dan dosen pembimbing terlebih dahulu sebelum praktikan melakukan praktek mengajar sedikit demi sedikit kekurangan sebagaimana dikemukakan di atas segera dapat diatasi. Dengan keterbukaan dan kesabaran dari guru pamong dan dosen pembimbing yang membimbingnya dengan menerapkan pendekatan supervisi klinis mahasiswa praktikan dapat cepat tanggap dan menyadari akan kekurangan dari R.P.P yang dibuatnya, sehingga praktikan masih mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya. Selain itu dengan model pendekatan supervisi klinis, mahasiswa praktikan memiliki kesempatan untuk latihan mengembangkan komponen ketrampil–an mengajar yang belum dikuasai dengan baik.
Kemampuan Mahasiswa Praktikan dalam Praktek Latihan Mengajar.
Kebiasaan dari model pembimbingan non klinis, pening–katan kualitas mengajar dari mahasiswa praktikan sangat lambat, praktikan hanya menerima petunjuk dan pengarahan dari guru pamong dalam meningkatkan kualitas mengajarnya. Praktikan tidak diberi kesempatan untuk mengevaluasi diri hasil praktek mengajarnya di bawah pengawasan guru pamong dan dosen pembimbing, sehingga praktikan agak terlambat dalam mengem–bangkan ketrampilan mengajarnya.
Setelah guru pamong dan dosen pembimbing menerap–kan pembimbingan model supervisi klinis, peningkatan kualitas mengajar dari mahasiswa praktikan menjadi cepat. Hal ini terlihat dari hasil penelitian tindakan yang baru saja dilaksanakan, yakni baru empat kali tampil praktek mengajar, praktikan sudah dapat menguasai kelas, praktikan sudah kelihatan tenang tampil di depan kelas, praktikan sudah dapat tampil dengan benar dalam menerapkan beberapa ketrampilan khusus mengajar seperti ke–trampilan membuka dan menutup pelajaran, ketrampilan berta–nya, ketrampilan mengadakan varisai dan beberapa ketrampilan lain, proses pembelajarannya sudah sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuatnya, praktikan sudah mampu memoti–vasi siswa sehingga siswa mau mengikuti pelajaran secara serius.
Kemampuan Mahasiswa Calon Guru Dalam Mengikuti Diskusi Balikan Sehabis Mengajar.
Di awal tindakan (siklus pertama) mahasiswa praktikan masih sulit mengutarakan pengalaman mengajarnya. Praktikan masih merasa kesulitan dalam mengevaluasi dirinya sehabis mengajar. Hal ini mungkin disebabkan oleh guru pamong dan dosen pembimbing yang belum sempurna dalam menerapkan pendekatan suervisi klinis, karena di awal tindakan dalam diskusi balikan sehabis mengajar, guru pamong dan dosen pembimbing masih banyak melakukan kritik dan langsung mengutarakan kekurangannya sewaktu praktikan mengajar di kelas.
Setelah dosen pembimbing dapat melaksanakan pende–katan supervisi klinis dengan benar, yakni dalam diskusi balikan ini guru pamong dan dosen pembimbing lebih banyak bertanya dan meminta praktikan untuk mengutarakan sendiri pengalaman mengajarnya dan kekurangan yang masih dialaminya, maka sedikit demi sedikit keberanian mahasiswa praktikan untuk mengevaluasi diri menjadi cepat bertambah. Inisiatif praktikan untuk memperbaiki kekurangan ketrampilan mengajarnya muncul dengan cepat. Kreativitas membuat media/alat peraga untuk memperlancar proses pembelajaran juga sudah meningkat dengan baik.
SIMPULAN PENELITIAN
Di dalam membimbing pengajaran mikro dosen pembim–bing memainkan peranan yang sangat penting, terlebih dalam pembimbingan dengan model pendekatan supervisi klinis. Dosen pembimbing menjadi salah satu elemen dalam proses pengajaran mikro mahasiswa calon guru khususnya mahasiswa prodi Kimia PMIPA FKIP UNS. Pentingnya dalam sistem ini ditunjukkan oleh peranannya sebagai pihak yang harus meningkatkan keterampil–an mengajar kimia bagi mahasiswa praktikan agar kelak dia dapat meningkatkan diri secara berkesinambungan yang siap melaksa–nakan PPL hingga menjadi guru yang profesional (SKGP). Begitu pula halnya dengan dosen pembimbing yang dalam sistem ini ditunjukkan oleh peranannya sebagai pihak yang harus mening–katkan keterampilan menyampaikan materi bidang studi Kimia bagi mahasiswa praktikan agar dapat diterima oleh siswa dengan jelas dan mudah dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (1984). Supervisi Klinis. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayan Dirjen Pendidikan Tinggi.
Depdikbud (2003). Kurikulum 2004 : Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktoret Pendidikan Menengah Umum.
Saoli Abimanyu (1985). Panduan Pengajaran Mikro. Jakarta : Proyek Pengembangan LPTK
Sulu Lipu La Sulo (1998). Supervisi Klinis. Jakarta : Proyek PGSM, Dirjen Dikti