UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

MELALUI TEORI BRUNNER

DALAM MATERI GEJALA-GEJALA ALAM INDONESIA

DAN NEGARA TETANGGA KELAS VI SDN SEMAWUR

SEMESTER II KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Jariman

SDN Semawur Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora

ABSTRAK

Pada awalnya nilai rata-rata pelajaran IPS kelas VI rendah, yang jelas salah satunya disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan dan kurangnya siswa cinta membaca. Selain itu masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga dari 27 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal 13 siswa (48%), sedangkan yang belum tuntas 14 siswa ( 52%) dengan KKM 75. Sedangkan nilai tertinggi 80, nilai terendah 50 dan rata-rata kelas 67 dari 27 siswa. Dari hasil tes siklus 1 menunjukkan bahwa yang mendapat nilai A = (sangat baik) 5 siswa atau 18,5%, B (Baik) 12 siswa (44,5%), siswa yang mendapat nilai C (Cukup) 7 siswa (26%) sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) 3 siswa (11%). Berdasarkan ketuntasan belajar dari 27 siswa yang tuntas 17 siswa (63%), siswa yang belum tuntas 10 siswa (37%), sedangkan dari hasil tes siklus I nilai tertinggi 90, nilai terendah 50 dan nilai rata-rata kelas 73. Dengan KKM 75. Dari pelaksanaan tindakan siklus II diketahui siswa yang mendapat nilai A = 7 siswa (26%) siswa yang mendapat nilai B = 17 siswa (63%) sedangkan siswa yang mendapatkan nilai C = 3 siswa (11%). Hasil ketuntasan belajar, siswa yang tuntas 24 siswa (89%), yang belum tuntas 3 siswa (11%). Sedangkan nilai rata-rata kelas 78 dari 27 siswa.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Teori Bruner, IPS


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar dapat dicapai apabila kegiatan belajar mengajar di kelas dapat berlangsung dengan baik, efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka peran, kedudukan dan keberadaan guru sangatlah menentukan. Mengingat pentingnya peran guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar, maka idealnya kemampuan mengajar seorang guru perlu terus ditingkatkan. Peningkatan itu meliputi peningkatan pengetahuan akademis, dan peningkatan kemampuan profesional khususnya yang berkaitan dengan bidang proses pembelajaran, mengadakan penelitian, sehingga guru dapat mengetahui dan memantau perkembangan anak didiknya,

Adapun tujuan kegiatan belajar mengajar di kelas adalah agar siswa menguasai materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu guuru perlu melakukan berbagai upaya mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, penggunaan strategi/meto-de yang relevan, menggunakan alat peraga dan melaksanakan penelitian serta umpan balik. Namun demikian kenyataan menunjukkan, bahwa dalam pembelajaran IPS setelah kegiatan berakhir, masih saja terdapat siswa yang belum menguasai materi pembelajaran dengan baik, sebagaimana tercermin dari hasil evaluasi yang diperoleh dari 27 siswa kelas VI SD Semawur Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora hanya 12 yang mencapai tingkat penguasaan materi diatas 37,5% atau melebihi batas tuntas minimal yang telah ditentukan.

Untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa, peneliti sebatas memperbaiki pola pembelajaran. Peneliti akan meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika tenang letak titik koordinat dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Peneliti Tindakan Kelas (PTK) yang memfokuskan pada penggunaan media gambar sebagai model pembelajaran pada siswa kelas VI SD Semawur sehingga mampu meningkatkan minat dan kreativitas belajar siswa yang pada ujungnya dapat meningkatkan pemahaman materi pelajaran.

Perbaikan pebelajaran yang peneli-ti lakukan ini selain untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa juga dimaksudkan untuk memenuhi kepangkatan III B ke III C.

Rumusan Masalah

1. Apakah melalui penerapan teori Brunner dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam materi gejala-gejala alam?

2. Apakah cara penerapan teori Brunner dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas VI SDN Semawur ?

Pemecahan Masalah

1. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS masih rendah karena dalam menyampaikan materi guru terlalu cepat seharusnya dalam penyampaian materi jangan tergesa-gesa sehingga siswa dapat menangkap maksud yang disampaikan guru.

2. Siswa kurang aktif dan kurang memperhatikan dalam menjawab pelajaran guru karena metode yang digunakan kurang bervariasi seharus-nya guru menggunakan metode yang sesuai dan bervariasi seharusnya guru menggunakan metode yang sesuai dan bervariasi sehingga pertanyaan mena-rik untuk dijawab.

3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru karena metode yang digunakan kurang bervariasi seharusnya guru mengguna-kan metode yang sesuai dan bervariasi sehingga pertanyaan menarik untuk dijawab siswa.

Tujuan Penelitian

Laporan Penelitian tindakan kelas ini, para guru SD diharapkan dapat membuat dan memperbaiki Rencana Pembelajaran, melaksanakan pembelajaran efektif, mengidentifikasi masalah, meran-cang perbaikan pembelajaran melalui PTK, melaksanakan perbaikan pembelajaran dan dapat membuat hasil perbaikan yang dilakukan melalui PTK, jika tujuan tersebut diatas terwujud, maka guru yang telah melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui PTK akan berkembang menjadi guru yang penuh percaya diri. Guru mampu secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai tuntunan jaman. Dan pada akhirnya kita para guru SD ini berkembang menjadi guru yang benar-benar profesional. Bagi siswa pembelajaran melalui PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, sehingga akan bersifat lebih kritis terhadap hasil belajarnya.

Manfaat Penelitian

Apapun yang dihasilkan dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pendidikan umumnya. Hasil ini sangat bermanfaat bagi:

1. Siswa

Ø Dapat meningkatkan kreatifitas be-lajar siswa

Ø Dapat meningkatkan prestasi be-lajar

2. Guru

Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

Dapat memperkaya pengalaman dalam penerapan teori Brunner dan pengamatan melalui metode demonstrasi pada semua mata pelajaran.

Dapat menimbulkan kreativitas dan motivasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan melakukan pembelajaran di kelas.

3. Peneliti lain

Untuk digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang sedang dan akan dilakukan.

Dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian lain dengan kasus yang sama.

4. Sekolah

Dapat menghasilkan siswa yang berprestasi dan berkualitas untuk memasuki tingkat-tingkat sekolah yang lebih tinggi.

Dapat dijadikan bahan kajian menentukan kebijakan pelaksana-naan proses pembelajaran selan-jutnya.

Dapat dijadikan sebagai langkah awal pelaksanaan inovasi pendidik-an.

KAJIAN PUSTAKA

Teori Brunner

Belajar penemuan (Discovery Learning) dari Jerome S Brunner adalah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan kepada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan kontruktivisme. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melaku-kan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip untuk diri mereka sendiri. Pada pengembangan model pengajaran kurikulum berbasis kompetensi, teori kontruktivisme ini banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan model kooperatif dan model pembelajaran berdasarkan masalah.

Brunner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami pertistiwa dilingkungannya, menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa didalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa/benda yang dialami atau dikenal.

Menurut Brunner, hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Eractive)

Tahap pertama anak belajar kon-sep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak refleks dan coba-coba.

2. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)

Pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.

3. Tahap Simbolik (Symbolic)

Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutamakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia berjumpa dengan suatu simbol, maka bayangan mental yang ditandai oleh simbol itu akan dapat dikenalnya kembali.

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Selanjutnya Sardiman A.M. (2003: 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua maksud yaitu:

1. Proses Internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.

2. Proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.

Dari uraian tentang belajar di atas peneliti berpendapat bahwa dalam belajar terjadi dua proses yaitu 1. perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar, 2. interaksi dengan lingkungannya, baik berupa pribadi, fakta, dsb.

Jadi peneliti berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas, 2005: 31, belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul D. Dierich, dalam Oemar Hamalik (2001: 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan Visual

Membaca, melihat gambar-gam-bar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan Menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan Menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan Metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, mem-buat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan Mental

Merenung, mengingat, memecah-kan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan Emosional

Minat, membedakan, berani, te-nang dan lain-lain.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai, bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015. Adapun pembagian waktu penelitian dapat diperinci seperti pada tabel 1 dibawah ini:

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Semawur Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Tujuannya adalah untuk memper-baiki proses pembelajaran mata pelajaran Matematika kelas VI Semester II khususnya kompetensi dasar gejala-gejala alam.

3. Mata Pelajaran dan teman sejawat

Penulis mengadakan penelitian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang kompetensi dasar gejala-gejala alam. Dalam penelitian ini penulis juga bekerja sama dengan teman sejawat sebagai observer dan mengambil doku-mentasi.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang ditandai dengan adanya siklus. Adapun penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Setiap terdiri atas: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan (Planing) terdiri atas kegiatan

a) Penyusunan RPP

b) Penyiapan skenario pembelajaran

b. Pelaksanaan (acting) terdiri atas

a) Pelaksanaan program pembelajaran sesuai jadwal tanggal 22 Januari 2015

b) Proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif learning.

c) Penjelasan singkat strategi dalam pembelajaran kooperatif learning model Brunner dengan LKS.

d) Mengadakan observasi pada proses pembelajaran.

e) Mengadakan tes tertulis dan penilaian

c. Pengamatan (observing) mengamati proses pembelajaran (pada lembar observasi siswa)

d. Refleksi (Reflekting) yaitu menyimpul-kan hasil tindakan pada siklus I

2. Siklus II

1. Perencanaan (Planning) terdiri atas kegiatan

a. Pengusunan RPP

b. Penyiapan skenario pembelajaran

2. Pelaksanaan (Acting)

a. Pelaksanaan program pembelajar-an sesuai jadwal tanggal 5 Pebruarii 2015

b. Pembelajaran kooperatif learning model Bruner

c. Siswa menerapkan strategi ko-operatif learning model Teori Bruner.

d. Mengadakan observasi

e. Mengadakan tes tertulis

f. Penilaian hasil tes

3. Pengamatan (Observing) mengamati proses pembelajaran (pada lembar observasi)

4. Refleksi (Reflecting) yaitu menyimpul-kan hasil tindakan pada siklus II merupakan pernyataan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Kondisi Awal

Pembelajaran pra siklus guru mengajar secara konvensional, guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa sehingga siswa pasif bahkan cenderung bosan. Siswa sebagai obyek bukan sebagai subyek.

Melihat kondisi pembelajaran nilai IPS kelas VI SD Semawur pada kegiatan pra siklus tampak seperti pada tabel 4.1 banyak siswa yang belum mencapai KKM, masih dibawah criteria ketuntasan minimal yaitu 75.

Tabel 1 Nilai Tes Pra Siklus

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Arti Lambang

Jumlah Siswa

Persentase

1

86-100

A

Amat baik

0

2

71-85

B

Baik

13

48%

3

56-70

C

Cukup

11

40,7%

4

41-55

D

Kurang

3

11,2%

Jumlah

27

100%

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai A sejumlah 0% atau tidak ada, yang mendapat nilai B sebanyak 48,1% atau 13 anak, nilai C 40,7% atau 11 anak, nilai D 11,2% atau 3 anak.

Deskripsi Siklus I

Tabel 2 Nilai Tes Siklus I

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Arti Lambang

Jumlah Siswa

Persentase

1

86-100

A

Amat baik

5

18,5%

2

71-85

B

Baik

12

44,5%

3

56-70

C

Cukup

7

26%

4

41-55

D

Kurang

3

11,%

Jumlah

27

100%

Dari hasil tes siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mencapai nilai A (baik sekali) adalah 5 siswa ( 18,5% ), siswa yang mendapat nilai B (baik) 12 siswa (44,5%), siswa yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 7 siswa (26%) sedangkan siswa yang mendapat nilai D (kurang) 3 siswa (11%) dari 27 siswa.

Deskripsi Siklus II

Hasil tes pada siklus II dapat dideskripsikan pada tabel di bawah ini:

Tabel:3 Hasil Tes Siklus II

No

Hasil Angka

Hasil Huruf

Jumlah Siswa

Persentase

1

86-100

A

7

26%

2

71-85

B

17

63%

3

56-70

C

3

11%

4

41-55

D

Jumlah

27

100%

Dari digaram diatas dapat diketa-hui siswa yang mendapat nilai sangat baik (A) adalah 7 siswa (26%), yang mendapat nilai baik (B) adalah 17 siswa (63%) yang mendapat nilai cukup (C) adalah 3 siswa (11%) dari 27 siswa.

Tabel: 4 Perbandingan hasil tes pra siklus, siklus I, siklus II

No

Hasil Angka

Hasil Lambang

Arti Lambang

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

86-100

A

Amat baik

5

7

2

71-85

B

Baik

13

12

17

3

56-70

C

Cukup

11

7

3

4

41-55

D

Kurang

3

3

Jumlah

27

27

27

Atas dasar informasi dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pembela-jaran kooperatif learning model team group tournament dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas VI Semester II dengan kompetensi dasar gejala-gejala alam.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini dapat peneliti simpulkan bahwa:

1. Langkah peneliti dengan mengubah skenario pembelajaran yaitu dengan banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi dan tanya jawab, ternyata dapat mengatasi kekurangmampuan siswa siswa bersikap pasif dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.

2. Langkah peneliti dalam memasang gambar dipapan tulis dengan maksud untuk memancing ide, inspirasi atau gagasan siswa ternyata dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas dalam menjelaskan cara-cara menghadapi bencana.

Saran

Berdasarkan simpulan-simpulan diatas dapat disarankan:

1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengatasi kekurangmampuan siswa bersikap pasif dalam menerima materi yang disampaikan guru, maka guru disarankan menggunakan metode yang tepat.

2. Untuk meningkatkan kemampuan siswa guru hendaknya dalam pembelajaran bisa menggunakan alat peraga yang tepat dengan materi yang diajarkan kepada peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi.

Hermawan, Asep Herly, dkk, 2008. Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Lestari, Hera, dkk. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nasution, Noehi. 2005. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Andayani, dkk. 2008. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wiranataputra, Udin, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumaatmadja, H. Nursid, dkk. 2003. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ischak, dkk. 2003. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sardjiyo, Sryandi, Ischak. 2008. Pendidikan IPS Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.