UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BILANGAN PECAHAN MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD KELAS VI SEMESTER II SDN CABAK KECAMATAN JIKEN KABUPATEN BLORA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Tri Partono

SDN Cabak Kecamatan Jiken Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1) untuk mengetahui pelaksanaan upaya meningkatkan hasil belajar matematika, 2) untuk mengetahui metode STAD pada pelajaran matematika, 3) untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan metode STAD guna meningkatkan hasil belajar matematika. Teknik penelitian menggunakan metode STAD diterapkan pada proses pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 pembelajaran menggunakan metode STAD ternyata masih belum memenuhi harapan peneliti, karena dibuktikan dari hasil penelitian masih ada siswa yang belum tuntas. Maka peneliti melakukakan pembelajaran siklus 2 mulai dari rencana, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, dengan tujuan perbaikan siklus 1 menghasilkan penambahan perbaikan langkah-langkah oleh peneliti pada pembelajaran siklus 2. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil Belajar siswa Kelas V Semester I pada mata pelajaran matematika dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode STAD. Peningkatan nilai rata-rata secara berturut-turut dari pra siklus, siklus I, dan siklus II yaitu: 66,67; 81,67; 89,17. Tingkat ketuntasan belajar matematika siswa kelas V yang semula pada kondisi awal sebesar 33,6% menjadi 75% pada siklus I dan dapat ditingkatkan lagi menjadi 100% pada siklus II. Dari hasil siklus 2 semua siswa sudah mendapat nilai tuntas, peneliti sudah mencapai hasil penelitian yang diinginkan dengan menggunakan metode STAD. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi menghitung luas bangun datar sederhana (trapesium dan layang-layang) kelas V semester I.

Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Luas Bangun Datar Sederhana, Student Teams Achievement Division (STAD)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan hal tersebut, penulis berusaha memberikan model pembelajaran yang mampu mengangkat semangat siswa dalam mengikuti pelajaran dengan materi “Mengurutkan bilangan pecahan”. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti akan menggunakan Student Teams Achievement Divisions (STAD). Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda, menggunakan kegiatan belajar yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap topik/materi pelajaran yang diajarkan. Dengan adanya Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini maka diharapkan mampu meningkatkan kemapuan siswa dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Matematika materi Mengurutkan bilangan pecahan di kelas VI semester II di SDN Cabak.

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan, (2) geometri dan Pengukuran, (3) pengolahan data. Pendidikan di SD merupakan suatu proses pengembangan kemampuan yang penting bagi setiap siswa. Siswa dapat belajar aktif karena adanya dorongan dan suasana yang kondusif bagi perkembangan dirinya secara optimal.

Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Biasanya ditentukan dengan nilai berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembelajaran selama ini. Penulis mengalami/menemui masalah-masalah yaitu banyak siswa dalam pelajaran berlangsung jarang sekali yang berani mengajukan pertanyaan, siswa pasif tidak memberikan tanggapan terhadap penjelasan yang disampaikan guru. Mereka tidak bertanya karena sudah mengerti atau tidak memahami pelajaran ini. Dalam proses pembelajaran interaksi antara guru dan siswa menjadi kurang kondusif. Jadi apa yang direncanakan guru dalam pembelajaran itu tidak berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.

Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis tersebut guru belum memberdayakan seluruh metode maupun model pembelajaran yang ada. Dengan demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana efektifitas pelaksanaan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar Matematika materi mengurutkan bilangan pecahan kelas VI semester II?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka akan ditetapkan tujuan perbaikan sebagai berikut: Untuk mengetahui efektifitas hasil belajar dalam melaksanakan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada pelajaran matematika materi mengurutkan bilangan pecahan kelas VI semester II.

Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 (empat), diantaranya sebagai berikut:

1.     Bagi Kepala Sekolah

a.     Dapat mengembangkan dan memperbaiki pola pembelajaran yang diajarkan oleh guru kepada peserta didik

b.     Dapat mengembangkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan

c.     Dapat memotivasi guru dan peserta didik untuk belajar mengembangkan pola pembelajaran yang lebih menarik

d.     Dapat meningkatkan tanggung jawab Guru dan Peserta terhadap tugasnya secara professional.

2.     Bagi Guru

a.     Dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi

b.     Dapat membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.

c.     Membantu guru berkembang secara profesional, meningkatkan rasa percaya diri dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.

d.     Dapat memperbarui sistem belajar siswa sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan.

3.     Bagi Sekolah.

a.     Menciptakan sistem pembelajaran ilmiah, mengerti dan lengkap.

b.     Ditemukannya salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk pelaksanan kegiatan belajar.

c.     Penelitian ini dilakukan sebagai momentum refleksi diri bagi sekolah tempat penelitian, baik sebelum ataupun sesudah adanya penelitian.

4.     Bagi Perpustakaan

Bagi Perpustakaan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian yang akan dilakukan dilakukan oleh peneliti lain dan juga menambah kelengkapan karya ilmiah di perpustakaan.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Landasan Teori

Hakekat Belajar

Menurut Moh. Surya (dalam Uno, 2011: 139), menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Thorndike (1998) belajar adalah membentuk pola hubungan antara stimulus dan respon yang diberikan. Thorndike juga berprinsip dalam belajar “lakukan hal yang menyenangkan dan hindari hal yang membosankan” (hukum law of effect). Rasa senang dan puas dapat diperoleh siswa setelah ia mendapatkan pujian atau reward atas prestasi yang dicapai. Kesuksesan yang diraih akan mengantarkannya untuk mendapatkan prestasi yang berikutnya. Belajar akan berhasil jika siswa telah siap melaksanakan kegiatan belajar.Menurut Hamdani (2011: 21), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya Selain itu, belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik.Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan – rangsangan individu yang dikirim padanya oleh lingkungan.

Pembelajaran

Gagne dan Briggs (1979) berpendapat Pembelajaran adalah suatu rangkaian kejadian yang mempengaruhi pembelajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir yang diharapkan menjadi kebiasaan siswa. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan, dan bahan ajar yang dikomunikasikan berisi pesan ilmu pengetahuan.

Pembelajaran Matematika

Belajar Matematika merupakan tentang konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam Matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur Matematika. Belajar Matematika harus melalui proses yang bertahan dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep Matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit.Russeffendi (1992) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat untuk menerangkan/ mewujudkan konsep Matematika sehingga materi pelajaran yang disajikan mudah dipahami oleh siswa.Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif peserta didik , (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, dan (6) pengembangan dan pemahaman penalaran matematis (Muhsetyo 2008:1.26).

Salah satu dari Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran Matematika yaitu, memahami konsep bilangan pecahan, perbandingan dalam pemecahan masalah, serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas 2006). Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman guru tentang hakekat pembelajaran Matematika di SD dapat merancang pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik yang sesuai dengan perkembanagan kognitif siswa, penggunaan media, metode dan pendekatan yang sesuai pula. Sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang efektif.

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda menurut Reigaluth dan Merril (dalam Uno, 2009: 16). Selanjutnya menurut Suprijono (2009: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Selain beberapa pendapat diatas hasil belajar juga dikemukakan oleh (Anitah, 2009: 2.19), bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan secara seksama supaya perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa. Perwujudan hasil belajar selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.

Selanjutnya menurut Poerwanti, dkk., (2008: 7.5), suatu keberhasilan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Menurut (Rifa’i dan Anni, 2009: 85), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.

Students Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) menurut Subadi (2010: 133) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Anita (Widyantini 2008: 4) memaparkan bahwa cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok dan menekankan kerjasama di dalam kelompok tersebut.

Kerangka Berfikir

Menurut Azis (2009) pembelajaran matematika yang terjadi selama ini adalah pembelajaran yang hanya menekan pada perolehan hasil dan mengabaikan pada proses. Akibat dari pembelajaran yang hanya menekankan hasil adalah hasil yang dicapai tidak tahan lama atau anak akan mudah lupa pada materi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. hal tersebut didukung oleh pendapat Zamroni (Supinah 2009: 3) bahwa orientasi pendidikan di Indonesia cenderung menempatkan siswa sebagai objek dan materi pembelajaran yang bersifat subject oriented, guru bersifat otoriter serta manajemen yang sentralis. Dari gambaran tersebut tampak bahwa pembelajaran belum mengaktifkan siswa. Pembelajaran yang menekankan pada perolehan hasil serta menempatkan siswa sebagai objek akan menjadikan siswa mudah lupa materi pembelajaran yang diberikan.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang menghasilkan nilai pembelajaran Matematika masih di bawah harapan guru, dan berdasrkan identifikasi masalah, rumusan tujuan dan manfaat penelitian di atas maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II. Perbaikan pembelajaran menggunakan alat peraga diharapkan untuk menarik perhatian siswa sehingga dapat menghasilkan nilai pembelajaran yang meningkat.

Penggunaan model pembelajaran STAD diharapkan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar pada mata Pelajaran Matematika.

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Pelaksanaan Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI SDN Cabak Kecamatan Jiken Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 25 siswa, terdiri dari 9 siswa putra dan 16 siswa putri.

Penelitian ini dilakukan di kelas VI semester II SDN Cabak tahun pelajaran 2017/2018. Alasan pemilihan tempat penelitian di SDN Cabak karena peneliti mengajar di SDN tersebut.

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2018 dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 april 2018.

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh teman peneliti, dari SDN Cabak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pra Siklus

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 40% atau 10 siswa. Yang mendapat nilai B (Baik) sebanyak 28% atau sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 24% atau 6 siswa, dan yang mendapat nilai kurang sebanyak 8% atau 2 siswa, sedangkan yang mendapat nilai sangat kurang 0% atau 0 siswa.

Berdasarkan data pada tabel tersebut diatas, diketahui bahwa siswa kelas VI yang memiliki nilai kurang dari KKM 75 sebanyak 25 siswa, (68%) dengan demikian jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal untuk kompetensi dasar mengurutkan bilangan pecahan sebanyak 8 siswa (32%)

Siklus 1

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (Sangat Baik) adalah 12 siswa, atau 48% sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 10 siswa, atau 40%.Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) sebanyak 3 siswa, atau 12% sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) sebanyak 0 siswa,atau 0% sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) sebanyak 0% atau 0 siswa.

Siklus 2

Ketuntasan belajar hasil tes siklus II

No

Ketuntasan Belajar

Jumlah Siswa

Siklus II

Jumlah

Persen (%)

1

Tuntas

25

100%

2

Belum Tuntas

 0

0%

Jumlah

25

100%

 

PEMBAHASAN

Pembahasan Pra Siklus

Hasil Belajar

Pada awalnya siswa kelas VI nilai rata-rata pelajaran matematika sangat rendah khususnya dalam Mengurutkan bilangan pecahan, yang jelas salah satunya disebabkan karenanya kompetensi yang harus di kuasainya dan perlu daya ingat yang setia sehingga mampu menghafal dalam jangka waktu lama. Sebelum dilakukan tindakan guru memberi tes. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 25 siswa terdapat 12 siswa atau 40% yang baru mencapai ketuntasan sedangkan 18 siswa atau 60% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal untuk Kompetensi Dasar menghitungmengurutkan bilangan pecahan dan layang-layang yang telah ditentukan KKM yaitu 75 sedangkan hasil nilai pra siklus terdapat nilai tertinggi 90 terendah 50 dengan rata-rata kelas sebesar 70,00.

Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatifitas siswa maupun gagasan yang muncul siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton.

Pembahasan Siklus I

Hasil tindakan pembelajaran pada siklus I berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penelitian terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:

Hasil Belajar

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (Sangat Baik) adalah 10 siswa, atau 40% sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 7 siswa, atau 28%.Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) sebanyak 6 siswa, atau 24% sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) sebanyak 2 siswa, atau 8% sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) sebanyak 0% atau 0 siswa.

Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa dari sejumlah 25 siswa terdapat 17 siswa (68%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 8 siswa (32%) belum mencapai ketuntasan belajar. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 terendah 70 dengan nilai rata-rata 85.

Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum semua siswa terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan kegiatan yang bersifat kelompok ada anggapan bahwa prestasi maupun nilai yang didapat secara kelompok. Dari hasil pengamatan yang telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan permainan serta perlu kecermatan dan ketepatan. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kleompok serta antar kelompok, masing-masing siswa ada peningkatan latihan bertanya dan menjawab antar kelompok, sehingga berlatih ketrampilan tanya jawab. terjalin kerja sama inter dan antar kelompok, ada persaingan positif antar kelompok mereka saling berkompetensi untuk memperoleh penghargaan dan penunjukkan untuk jati diri pada siswa.

Hasil antara kondisi awal dengan siklus I menyebabkan adanya perubahan walau pun belum bisa optimal, hal ini di tandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar.

Dari hasil tes akhir siklus I ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum dilakukan tindakan. Perbandingan tersebut dapat disajikan pada tabel.

Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa melalui metode STAD siswa mengalami peningkatan baik dalam mencapai ketuntasan belajar yaitu dari 8 siswa belum tuntas pada prasiklus menjadi 3 pada siklus I, sedangkan nilia rata-rata kelas ada kenaikan 85. Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan, karena ada sebagian siswa berpandangan bahwa kegiatan yang bersifat kelompok, penilaiannya juga kelompok.

Pembahasan Siklus II

Hasil tindakan pembelajaran pada siklus II berupa hasil tes dan non tes, berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus II diperoleh keterangan sebagai berikut:

Hasil Belajar

Dari kegiatan pembelajaran diatas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 20 siswa atau 80%. Sedangkan yang mendapat nilai baik (B) adalah 5 siswa 20% dan yang mendapat nilai cukup (C) 0 siswa, atau 0% sedangkan yang mendapat nilai D adalah 0% atau 0 siswa dan yang mendapat nilai E tidak ada atau 0%, sedangkan nilai rata-ratanya 0%.

Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua siswa terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan sekalipun kegiatan bersifat kelompok namun ada tugas individual yang harus dipertanggungjawabkan, karena ada kompetisi kelompok maupun kompetisi individu. Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan permainan perlu kecermatan dan ketepatan. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok, serta antar kelompok, masing-masing siswa ada peningkatan latihan bertanya jawab dan bisa mengkaitkan dengan mata pelajaran lain maupun pengetahuan umum, sehingga disamping berlatih ketrampilan bertanya jawab siswa berlatih berargumentasi ada persaingan positif antar kelompok untuk penghargan dan menunjukkan jati diri pada siswa.

Hasil antara siklus I dengan siklus II ada perubahan secara signifikan, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar, dari hasil tes akhir siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus sebelumnya yaitu siklus 1.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penggunaan metode STAD dalam upaya meningkatkan hasil belajar Matematika materi Mengurutkan bilangan pecahan sangat dibutuhkan agar siswa aktif mengikuti pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.       Pelaksanaan metode STAD dapat meningktkan hasil belajar mata pelajaran Matematika khususnya kompetensi dasar menghitungmengurutkan bilangan pecahan dan layang-layang, siswa kelas VI SDN Cabak efektif.

2.       Tekhnik penggunakan metode STAD yang diterapkan juga dapat meningkatkan proses pembelajaran, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya aktifitas belajar siswa dan juga hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi siswa yaitu pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat dari 22 siswa atau 88% meningkat menjadi 25 siswa atau 100%. Meningkatkan motivasi belajar siswa dan membangkitkan minat proses pembelajaran yang ditumbuhkan dari siswa yang inovatif.

3.       Efektifitas metode STAD kelas VI semester II dalam meningkatkan hasil belajar telah berhasil. Dari target yang diinginkan yaitu ≥85% dari 25 siswa, yang memperoleh nilai ≥85 sebanyak 25 siswa atau 100%. Karena keefektifitasan sudah terbukti dan disajikan oleh peneliti secara langsung dalam tahapan 2 siklus.

Saran

Saran yang ingin disampaikan oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

Bagi Guru

Bagi guru sebaiknya dalam menyampaikan materi pembelajaran tidak monoton sehingga siswa tidak bosan dan jenuh. Sebaiknya dalam proses belajar mengajar guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak cepat monoton dalam mengikuti pembelajaran. Guru sebaiknya juga memberikan motivasi pada siswa sehingga siswa merasa diperhatikan oleh guru dan hubungan antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik.

Bagi Kepala Sekolah

Bagi Kepala sekolah diharapkan dapat memotivasi para guru dan peserta didik untuk belajar mengembangkan pola pembelajaran yang lebih menarik, serta meningkatkan tanggung jawab guru terhadap tugasnya secara profesional.

Bagi Sekolah

Bagi pihak sekolah diharapkan untuk menciptakan lingkungan belajar dan sarana pembelajaran yang lebih lengkap, sehingga dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar.

Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa penggunaan metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada siswa kelas VI SDN Cabak sehubungan dengan penelitian ini maka dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

Implikasi Teoritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan STAD dapat meningkatkan hasil mata pelajaran matematika pada siswa kelas VI SDN Cabak Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora tahun ajaran 2017/2018. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran matematika pada materi yang sesuai dari hasil penelitian, maka penggunaan metode STAD dapat dioptimalkan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika.

 

Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi para guru dan calon guru dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran matematika pada siswa dan kualitas pembelajaran dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi pembelajaran, yaitu penggunaan metode pembelajaran yang efektif, efesien dan menyenangkan.

Sejalan dengan hal tersebut metode STAD merupakan salah satu metode pembelajaran inovatif yang telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran matematika materi Mengurutkan bilangan pecahan. Keaktifan, partisipasi dan semangat siswa meningkat secara signifikan. Hal tersebut yang seharusnya mulai diperhatikan oleh guru maupun calon guru. Bahwa dengan bekerja sama, diskusi, saling menghargai pendapat merupakan hal penting dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, Solichan, 2002. Matematika (Bahan Ajar Pelatihan Guru Kelas SD). Surabaya: Departemen Pendidikan Nasional.

Aqib, Zainal. 2010. Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsini. 1993, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994. Garis-garis Besar Pengajaran (GBPP) Matematika SD. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Aziz. 2009. Problematika Pembelajaran Matematika SD. http://azisgr.blogspot.com/2009/05/problematika-pembelajaran-matematika-sd.html.

Choto. 2010. Hakikat Matematika. http://aanchoto.com/2010/09/hakikat-matematika/.

Depdikbud. 1996. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.

Depdiknas. 2007. Standar Isi

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

Febrianto, Dian Eko. 2012. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). http://dianeko18.blogspot.com/2012/05/model-pembelajaran-student-teams.html.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hopkins, David. 2011. Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Karso, dkk. 2009. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kosasih Djahiri. 1978/1979.101. SBM (Strategi Belajar Mengajar). Gagne: (Mengelompokkan Hasil Belajar dalam 5 Kategori)

Muhsetyo, Gatot. Dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.