UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL

BILANGAN 1-10 MELALUI PERMAINAN PUZZEL PECAH TELUR

DI KELOMPOK B RA MAMBA’UL HISAN SALATIGA

 

Danny Widiyanti

Program Studi S1 PG PAUD

FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana

 

Tritjahjo Danny Soesilo

Program Studi S1 PG PAUD

FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pengenalan bilangan 1-10 melalui permainan Puzzel Pecah Telur pada siswa di kelompok B RA Mamba’ul Hisan Salatiga. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian bentuk PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Pelaksanaan penelitian ini mengikuti beberapa tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri dari beberapa siklus. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi yang keempatnya merupakan satu siklus. Subyek penerima tindakan adalah siswa di kelompok B RA Mamba’ul Hisan Salatiga yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 7 anak laki-laki. Peneliti melakukan tindakan dan melakukan pembelajaran mengenal angka 1-10. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I terdiri dari satu pre-test, tiga tindakan dan satu post-test, siklus II terdiri dari tiga tindakan dan satu post-test.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa melalui permainan puzzle pecah telur dapat meningkatkan jumlah siswa dalam mengenal lambang bilangan 1-10. Hal ini dapat dilihat dari Setelah dilakukan siklus I dan siklus II lebih mengalami peningkatan, Anak kategori BSB (Berkembang Sangat Baik) yang Awal Prasiklus hanya 6 anak atau 40%, lalu siklus I ada 10 anak atau 66.7%, dan pada siklus II pada kategori BSB meningkat menjadi 13 anak atau 86.7%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam pengenalan bilangan 1-10 pada siswa di kelompok B RA Mamba’ul Hisan Salatiga dengan menggunakan permainan puzzel pecah telur.

Kata Kunci: Mengenal bilangan 1-10, Permainan puzzle pecah telur.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya kemampuan mengenal bilangan anak usia dini dapat ditingkatkan asalkan guru mengetahui cara-cara yang tepat dan sesuai. Banyak cara yang dapat dicoba oleh guru agar anak mengenal bilangan. Salah satunya adalah melalui permainan, dan penggunaan media pembelajaran yang menarik minat anak. Hal ini didasarkan pada hasil pengamatan peneliti di kelompok B RA Mamba’ul Hisan Salatiga.

Dalam pengamatan terhadap pembelajaran pengenalan bilangan di kelompok B RA Mamba’ul Hisan Salatiga masih ditemui peserta didik yang memiliki kemampuan mengenal bilangan yang kurang. Hal ini terlihat dari hasil pekerjaan anak pada pengenalan bilangan. Dari 15 anak yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. 6 anak termasuk dalam kategori berkembang sangat baik (BSB), 2 anak termasuk dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH), kategori berkembang (B) terdapat 1 anak, 4 anak pada kategori mulai berkembang (MB) dan kategori belum berkembang (BB) 2 anak. Dengan patokan nilai yang disimbolkan dengan nilai jumlah bintang yang didapatkan anak seperti kategori BSB 5 bintang, kategori BSH dengan 4 bintang, kategori B 3 bintang, kategori MB 2 bintang, dan BB 1 bintang.

Menurut indikator pada Permendikbud 137 Tahun 2014 yaitu:

1. Menyebutkan lambang bilangan 1-10

2. Mencocokkan banyak benda dengan lambang bilangan

3. Mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit

Dari perhitungan data yang sesuai dengan indikator instrumen penilaian dari TK tersebut dapat dinyatakan bahwa kemampuan pengenalan bilangan di kelompok B RA Mamba’ul Hisan Salatiga masih terdapat 7 anak yang dibawah rata-rata (Berkembang), 1 anak berkembang, 4 anak mulai berkembang, dan 2 anak termasuk dalam kategori belum berkembang. Ini disebabkan karena kurangnya minat anak dalam mengikuti pembelajaran pengenalan bilangan 1-10 yang hanya duduk mengerjakan tanpa didahului dengan permainan, selain itu pembelajaran di dalam kelas yang sering menggunakan lembar kerja siswa (LKS) atau menggunakan majalah-majalah yang berisi angka-angka. Pembelajaran model ini membuat anak agak kesulitan dalam mengenal bentuk simbol bilangan, serta dalam mengurutkan bilangan tersebut.

Melihat kondisi seperti ini penulis mencoba untuk meningkatkan kemampuan pengenalan bilangan pada anak melalui bermain, karena memang sudah seyogyanya anak usia dini belajar menggunakan metode bermain, dan bermain sambil belajar. Disini penulis menggunakan permainan puzzle pecah telur. Puzzel Pecah telur bahannnya sangat terjangkau, karena dibuat dari kertas tebal yang diberi gambar serta angka, berbentuk lingkaran yang digunting ditengah membentuk retakan telur. Dalam permainan ini selain dapat memasangkan puzzle anak juga dituntut untuk menghitung gambar benda yang ada lalu memasangkan dengan lambang bilangan yang sesuai.

Mengenal Bilangan

Bilangan adalah bagian dari pengalaman satu lawan satu menjadikan solid bagi anak-anak usia 5 tahun. Anak- anak melakukan lebih banyak usaha untuk menetapkan nilai bilangan yang mereka hitung, dan kegiatan menghitung tersebut dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini dipaparkan oleh Carol Seefeldt & Barbara A.Wasik dalam T.Yatini (2013)

Menurut Hainstock (2002) menyatakan dasar dari proses belajar matematika dan angka-angka, sebaiknya diberikan saat anak berusia tiga tahun. Karena pada umur tiga tahun, minat anak terhadap bilangan sangatlah besar. Proses pengenalan bilangan secara perlahan telah terbentuk dalam pikiran anak-anak. Melalui serangkaian perkembangan yang cepat, anak tersebut telah melihat bagaimana proses ini bekerja dan mendidik anak melalui proses belajar manipulatif.

Dapat dikatakan bahwa mengetahui kemampuan anak mengenal bilangan memerlukan proses yang perlahan-lahan yaitu dengan cara anak melakukan atau bertindak terhadap objek itu sendiri. Melalui permainan angka dengan cara seperti itu akan mempermudah anak dalam pengembangan kemampuan mengenal bilangan. Indikator mengenal bilangan pada Permendikbud 137 Tahun 2014 yaitu:

1. Menyebutkan lambang bilangan 1-10

2. Mencocokkan banyak benda dengan lambang bilangan

3. Mengenal konsep lebih banyak dan lebih sedikit.

Permainan Puzzle

Sedangkan pengertian permainan menurut Piaget (dalam Mutiah, 2010) mengatakan bahwa permainan adalah sebagai salah satu media yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif pada anak. Permainan memungkinkan anak untuk dapat mempraktikan keterampilan-keterampilan dan kompetensi-kompetensi yang diperlukan dengan cara yang santai dan menyenangkan. Struktur kognitif perlu dilatih,misalnya seperti anak yang baru saja belajar berhitung atau mulai bermain dengan angka melalui cara-cara yang berbeda. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengemukakan bahwa Puzzle adalah kepingan gambar yang berbentuk bongkar pasang yang nantinya akan disusun menjadi bentuk utuh. Puzzle merupakan salah satu permainan yang bersifat edukatif. Sedangkan Pecah Telur merupakan bentuk retakan-retakan telur. Disini menurut penulis yang dimaksud dengan Puzzle Pecah Telur adalah Bongkar pasang yang berbentuk retakan seperti pecahan telur. Karena didalam pecahan puzzel ini memiliki gambar benda yang sesuai dengan masing-masing lambang bilangan antara 1- 10 maka dapat digunakan untuk menghitung atau menyebutkan lambang bilangan 1-10, untuk memasangkan lambang bilangan dengan jumlah gambar bendanya, serta dapat juga digunakan untuk membedakan mana yang lebih banyak dan mana yang lebih sedikit. Menurut Widianarti (dalam Fitroh, 2015) Puzzel dalam pembelajaran merupakan salah satu permaiann yang bersifat edukatif yang memiliki manfaat antara lain: 1). Meningkatkan keterampilan kognitif, 2). Meningkatkan keterampilan motorik halus, 3). Melatih kemampuan menalar, 4). Melatih kesabaran, 5). Meningkatkan keterampilan sosial. Ada pula manfaat lain dari puzzle yaitu menstimulasi mental, melatih koordinasi mata dengan tangan, keterampilan pemecahan masalah dan penalaran, serta melatih daya kreatifitas.

Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa penelitian tentang permainan untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan yaitu, Sri Fidayanti, Sri Widayati (2014) penelitian yang berjudul“Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Melalui Permainan Dadu Bergambar Pada Anak Usia 3-4 Tahun. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus II, kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil, karena sudah memenuhi target keberhasilan 80%. Hal itu dilihat dari aktivitas guru mendapat 82,5%, aktivitas anak mendapat 82,5% dan kemampuan mengenal konsep bilangan 1-5 yang memperoleh nilai bintang tiga berjumlah 82,5% dan anak yang mendapat bintang satu dan dua berjumlah 17,5%. Persamaan dengan penelitian yang relevan yaitu pada sasaranya dan media yang digunakan, yaitu pemahaman bilangan dan pemahaman bermain dalam pembelajarannya.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini peneliti akan meneliti di kelompok B RA Mamba’ul Hisan Salatiga. penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian bentuk PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yaitu penelitian ini akan dilakukan di dalam satu kelas (Arikunto 2007). Pelaksanaan penelitian ini mengikuti beberapa tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri dari beberapa siklus. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi yang keempatnya merupakan satu siklus. Proses penelitian tindakan merupakan kerja berulang atau dengan menggunakan siklus. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I terdiri dari satu pre-test, tiga tindakan dan satu post-test, kemudian siklus II terdiri dari tiga tindakan dan satu post-test.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pra Siklus

Kondisi sebelum melakukan tindakan pada hasil pengenalan bilangan 1-10 terdapat 15 anak yang mencapai kategori berkembang sangat baik (BSB) ada 6 anak, 2 anak termasuk dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH), kategori berkembang (B) terdapat 1 anak, 4 anak pada kategori mulai berkembang (MB) dan kategori belum berkembang (BB) 2 anak.

Siklus I

Dalam satu siklus penelitian tindakan ini terdiri dari tiga kali pertemuan dan satu kali post-test. Dari hasil tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dalam 3 pertemuan maka diperoleh data perbaikan tingkat pemahaman anak terhadap pengenalan bilangan. Siswa dengan kategori berkembang sangat baik 10 anak dengan persentasi 66.7% dan mengalami peningkatan sebanyak 4 anak. Kategori berkembang sesuai harapan ada 2 anak dengan persentase 13.3% kategori berkembang tidak ada, katogori mulai berkembang ada 2 anak dengan 13.3% dan mengalami penurunan 2 anak, yang belum berkembang ada 1 anak dengan 6.7% mengalami penurunan 1 anak.

Pada hasil post test terdapat 3 anak yang tidak mengalami perkembangan yang signifikan dari anak-anak lainnya. Hal ini menurut peneliti dikarenakan memori anak tentang penguatan angka yang masih lemah, serta tempo dalam menghitung benda yang terlalu cepat sehingga ada kesalahan dalam menghitung gambar benda yang ada.

Maka dari hal tersebut diatas, selanjutnya peneliti perlu melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus 2, supaya tingkat pemahaman anak dalam pengenalan bilangan dapat mencapai hasil yang meningkat yaitu ≥80% anak mendapatkan kategori berkembang sangat baik(). Perbaikan yang dapat dilakukan pada siklus II yaitu, Karena dari ke 15 anak ada 3 anak yang tidak mengalami perkembangan yang signifikan, maka dilakukan perlakuan khusus untuk ketiga anak tersebut. Yaitu ditambahkan 1 step sebelum permainan dengan ditambahkan memorais menghitung serta mengurutkan angka 1-10 terlebih dahulu. Dilakukan permainan individu puzzle pecah telur secara sederhana terlebih dahulu khusus ke 3 anak yang memerlukan perlakuan khusus sebelum masuk ke permainan kelompok. Guru meningkatkan penguasaan di dalam kelas, dapat mengendalikan anak di dalam kelas supaya suasana kelas tidak menjadi gaduh dan anak tidak menjadi cepat bosan. Dengan cara menaikkan volume suara dan dalam setiap kegiatan sambil anak diajak untuk bertepuk agar anak dapat kembali memusatkan perhatiannya.

Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sebagai upaya perbaikan dari tindakan pada siklus I dengan melihat kekurangan yang terapat pada siklus I. Dari hasil perbaikan tindakan yang telah dilakukan pada siklus II terjadi peningkatan terhadap pengenalan bilangan 1-10 di kelompok B RA Mamba’ul Hisan Salatiga. Dapat dilihat dari jumlah anak yang mendapat kategori berkembang sangat baik (BSB) mencapai 13 anak dengan persentase 86.7%, kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 anak dengan persentase 13.3%, kategori Berkembang (B) dengan hasil 0 anak, dalam kategori Mulai Berkembang (MB) dengan hasil 0 anak, dan kategori Belum Berkembang (BB) dengan hasil 0 anak.

Analisis Hasil Penelitian

 Dari tabel dapat dilihat bahwa pada prasiklus anak memperoleh kategori Berkembang sangat baik (BSB) 6 anak atau 40%, kategori Berkembang sesuai harapan (BSH) 2 anak atau 13.3%, kategori berkembang (B) 1 anak atau 6.7%, kategori Mulai berkembang (MB) 4 anak atau 26.7% dan kategori Belum berkembang (BB) 2 anak atau 13.3%. Setelah diadakan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan anak yang mendapatkan kategori Berkembang sangat baik (BSB) 10 anak atau 66.7%, kategori Berkembang sesuai harapan (BSH) 2 anak atau 13.3%, kategori berkembang (B) 0 anak atau 0%, kategori Mulai berkembang (MB) 2 anak atau 13.3% dan kategori Belum berkembang (BB) 1 anak atau 6.7%. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan dalam siklus I dengan tindakan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II anak yang mendapatkan kategori Berkembang sangat baik (BSB) 13 anak atau 86.7%, kategori Berkembang sesuai harapan (BSH) 2 anak atau 13.3%, kategori berkembang (B) 0 anak atau 0%, kategori Mulai berkembang (MB) 0 anak atau 0% dan kategori Belum berkembang (BB) 0 anak atau 0%.

Pembahasan

Permainan puzzel pecah telur ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat dalam bermain. Permainan puzzel pecah telur ini disesuaikan pada indikator-indikator tahapan perkembangan anak dan berdasarkan kebutuhan anak pada tahap usianya yaitu tahap praoperasional dengan menggunakan permainan simbolik. Dalam penerapan permainan puzzel pecah telur ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengenalan bilangan pada anak. Permainan ini dirancang untuk memotivasi siswa supaya dalam belajar pengenalan bilangan dapat meningkat semangatnya maupun hasilnya. Dengan menggunakan puzzel pecah telur, memudahkan anak untuk mengingat dan mengenal angka. Dengan penelitian ini menunjukkan bahwa dengan permainan tidak bisa lepas dalam pembelajaran pada anak usia dini. Hal ini tak lepas dari manfaat puzzle itu sendiri, yang menurut Widianarti (dalam Fadjryana, 2015) yaitu 1). Meningkatkan keterampilan kognitif, 2). Meningkatkan keterampilan motorik halus, 3). Melatih kemampuan menalar, 4). Melatih kesabaran, 5). Meningkatkan keterampilan sosial. Ada pula manfaat lain dari puzzle yaitu menstimulasi mental, melatih koordinasi mata dengan tangan, keterampilan pemecahan masalah dan penalaran, serta melatih daya kreatifitas.

Dalam penelitian ini terbukti bahwa dengan menggunakan permainan puzzel pecah telur dapat meningkatkan kemampuan mengenal bilangan 1-10 di kelompok B RA Mamba’ul Hisan Salatiga. Penelitian ini menunjukan hasil bahwa penelitian ini mendukung penelitian yang terdahulu Sri Fidayanti (2014), yang menunjukkan bahwa penggunaan permainan, seperti permainan puzzel pecah telur dalam proses pembelajaran anak usia dini khususnya pada pengenalan bilangan 1-10 dapat meningkat.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa permainan puzzel pecah telur sudah meningkatkan kemampuan mengenal bilangan 1-10 pada anak. Hal ini telah dibuktikan pada Kelompok B RA Mamba’ul Hisan Salatiga, bahwa ada peningkatkan kemampuan mengenal bilangan 1-10 pada keseluruhan siswa.

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan antara lain bagi sekolah dapat menggunakan puzzel pecah telur dalam pembelajaran pada anak untuk meningkatkan pengenalan bilangan 1-10. Sekolah dapat memanfaatkan permainan puzzel pecah telur ini sebanyak minimal 6 kali secara berulang-ulang , sehingga kemampuan mengenal bilangan 1-10 anak dapat meningkat.

Bagi guru dengan menggunakan permainan puzzel pecah telur ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran supaya dapat meningkatkan kemampuan mengenal bilangan pada anak. Guru hendaknya lebih kreatif dalam membuat, memanfaatkan dan mengembangkan alat permainan edukatif seperti contohnya puzzel pecah telur ini. Menggunakan bahan-bahan yang menarik dan juga menciptakan permainan- permainan yang menarik minat anak sehingga anak tidak bosan dan jenuh ketika pembelajaran berlangsung.

Untuk peneliti selanjutnya, hasil penelitiana menggunakan puzzel pecah telur ini dapat dijadikan sebagai media untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam meningkatkan pengenalan bilangan 1-10 pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Donna. 2012. Peningkatan Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Bola Angka Di TK Samudera Satu Atap Pariaman. Jurnal pesona paud Vol. 1 No. 04 (http://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/view/1666) diunduh pada tanggal 19 Juli 2017 Pukul 22.20 WIB

Arikunto,Suharsimi dan Supardi Suhardjono. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara

Fidayanti, Sri dan Sri Widayati.2015. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Melalui Permainan Dadu Bergambar Pada Anak Usia 3-4 Tahun. Jurnal Paud Teratai Vol.4 No.2 (http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/paud-teratai/article/view/11764) diunduh pada tanggal

Fitroh, Siti Fajryana dan Siti Mardiyah. 2015. Efektifitas Media Puzzel Siput Dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika Pada AUD.Jurnal PG PAUD Trunojoyo Vol.2 No. 1 (http://journal.trunojoyo.ac.id/pgpaudtrunojoyo/article/view/1819) diunduh pada 4 Desember 2017 pukul 01.20 WIB

Hainstock, Elizabeth G. 2002. Montessori untuk Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Pustaka Delapratasa

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta