UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN ORIGAMI PADA ANAK KELOMPOK B

DI TK AISYIYAH VI CENGKLIK KALIJAMBE

SEMESTER II TAHUN 2017/2018

 

Sri Umiyati

TK Aisyiyah VI Cengklik

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe semester II tahun 2017/2018 melalui kegiatan origami, (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe semester II tahun ajaran 2017/2018 melalui kegiatan origami. 3) Meningkatkan mutu pembelajaran di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Semester II Tahun 2017/2018. Pertama identifikasi masalah dan mengumpulkan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan pengamatan sehari-hari. Kemudian diadakan tindakan perbaikan siklus 1 pada tanggal 5 sampai dengan 7 Maret 2018, lalu di observasi dan direfleksi, kemudian melakukan perbaikan siklus 2 pada tanggal 12 sampai dengan 14 Maret 2018. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan origami dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Pada Pra Siklus keberhasilan pembelajaran mencapai 35,7% atau 5 anak. Pada siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 64,3% atau 9 anak dan pada siklus kedua meningkat menjadi 85,7% atau 12 dari 14 anak didik.

Kata Kunci: kemampuan motorik halus, kegiatan origami, anak

 

PENDAHULUAN

Sejumlah riset membuktikan bahwa perkembangan kecerdasan anak pada masa usia 4-6 tahun (masa usia TK) mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak di usia pra – sekolah karena pada masa tersebut anak mengalami masa peka, yaitu masa terjadinya pematangan fungsi – fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Masa peka merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan seluruh potensi anak termasuk pula minat dan bakat dalam motorik halus.

Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan pusat motorik di otak.

Perkembangan lain yang berhubungan dengan kemampuan motorik anak adalah anak akan semakin cepat bereaksi, semakin baik koordinasi mata dan tangannya, dan anak semakin tangkas dalam bergerak. Jadi seorang guru perlu mengembangkan kemampuan motorik anak tersebut agar anak dapat tumbuh dengan baik.

Didalam kegiatan pembelajaran di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe, Anak Usia Dini untuk mengasah kemampuan motorik halus anak, anak diperkenalkan dengan seni origami. Dengan kegiatan origami dapat melatih otot motorik halus anak dalam persiapan menulis, juga dapat mengembangkan kreatifitas anak dalam seni origami.

Tetapi berdasarkan pengamatan, kegiatan pengembangan kemampuan motorik halus origami di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe ditemukan adanya masalah yaitu rendahnya minat anak terhadap kegiatan tersebut. Dari 14 anak didik kelompok B di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe hanya 5 anak yang mampu menyelesaikan kegiatan atau 35,7% yang dapat origami dengan lancar, sedangkan sisanya masih memerlukan bantuan dalam mengerjakannya. Setelah mengamati hal tersebut, penulis mendiskusikan dengan Kepala Sekolah dan teman – teman sejawat tentang masalah yang teridentifikasi diatas, maka penulis akan mengatasi permasalahan rendahnya minat anak tentang origami pada anak kelompok B di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe. Sehingga perlu adanya upaya peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami pada anak kelompok B di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe.

Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil judul penelitian ini “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Origami Pada Anak Kelompok B Di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe Semester II Tahun 2017/2018 ”

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah melalui kegiatan origami dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe ? (2) Bagaimana cara meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan origami bagi anak Kelompok B di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe ?

Sesuai dengan rumusan masalah tujuan penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami bagi anak Kelompok B di TK Aisyiyah VI Cengklik Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami bagi anak Kelompok B di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen.

KAJIAN PUSTAKA

Kemampuan Motorik Anak

Kemampuan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dn otot. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi, otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.

Perkembangan fisik anak meliputi perkembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Orang sering beranggapan bahwa perkembangan fisik anak dapat dicapai secara otomatis, artinya tidak perlu dilatih. Namun dari hasil penelitian diketahui bahwa anggapan tersebut tidak tepat, bahkan disebutkan bahwa kader/guru/orang dewasa lain perlu melatih ke anak agar anak memiliki kemampuan motorik kasar dan halus yang kuat. Tujuan perkembangan fisik anak adalah:(1) Anak mampu mengendalikan gerakan kasar, yaitu menggerakan otot-otot besar tubuh, khususnya pada tangan dan kaki. Anak-anak belajar keseimbangan dan stabil/mantap, misalnya melalui lari, melompat, menendang, melempar dan menangkap. (2) Anak mampu mengendalikan gerakan halus, yaitu menggunakan dan mengkoordinasikan otot-otot kecil di tangan.Disini anak belajar mengembangkan keterampilan menolong diri sendiri dan memanipulasi benda-benda kecil seperti memegang gunting dan alat-alat tulis.

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun untuk lingkup perkembangan motorik halus berdasarkan Permendikbud nomor 137 Tahun 2014 akan diuraikan sebagai berikut: Motorik Halus, a) a. Menggambar sesuai gagasannya, a) Meniru Bentuk, c) Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, d) Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar, e) Menggunting sesuai dengan pola, f) Menempel gambar dengan tepat g) Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara rinci.

Kemampuan motorik anak erat kaitnnya dengan bermain. Melalui bermain, anak akan memahami akan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan disekitar tempat dia bermain. Melalui bermain pula, Anak akan mulai mencipta, berimajinasi, berekplorasi dengan bebas tanpa adanya paksaan dari orang lain.

Motorik Halus Anak

Motorik halus adalah gerakan yang mengunakan otot–otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, origami, mencetak, melipat dan lain lain.

Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memperlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematamgan mental, misalnya keterampilan membuat gambar. Dalam membuat gambar, selain anak memerlukan keterampilan menggerakkan pergelangan dan jari – jarin tangan, anak juga memerlukan kemampuan kognitif yang memungkinkan terbentuknya sebuah gambar sebagai contoh untuk menggambar lingkaran, anak perlu memahami konsep lingkaran terlebih dahulu sebelum menerjemahkan dalam bentuk gambar. (Moeslichatoen,1999)

Sedangkan tujuan dari pengembangan motorik halus anak yaitu: untuk melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan untuk menulis, keseimbangan, kelincahan dan melatih keberanian. Selain itu juga untuk mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan dan imajinasi serta menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni.

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas Keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru terjadi perkembangan motorik halus.

Origami

Seni melipat ini pertama kali diperkenalkan di abad pertama zaman Tiongkok kuno tahun 105 Masehi oleh Ts’ai Lun. Kemudian, mulai berkembang dengan pesat di Jepang dan menjadi kebudayaan. Bahkan, setiap aspek kehidupan orang Jepang selalu mengaitkan origami. Kini, seni origami sudah sangat populer di seluruh penjuru dunia.

Di Indonesia, siswa sudah akrab dengan origami sejak usia play group. Bagi mereka, ber-origami adalah bermain dengan kertas. Origami memiliki peran penting sebagai media komunikasi yang menyenangkan antara guru, siswa, juga orangtua. Jika dilatih secara konsisten dan diaplikasikan dengan metode yang tepat, maka bisa meningkatkan daya konsentrasi siswa.

Ada beberapa pengertian origami. Menurut kamus webster’s Third New International (seperti yang dikutip Isao Honda, dalam Hira Karmachela, 2008) origami merupakan seni melipat kertas dari Jepang atau sesuatu (menampilkan bentuk dari burung, serangga, dan bunga) yang dihasilkan dari seni melipat kertas.

Hira Karmachela (2008) berpendapat bahwa kata origami berasal dari bahasa Jepang yakni dari kata oru yang berarti melipat dan kami berarti kertas. Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak mengubah artinya, yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan orikami tetapi origami maksudnya adalah melipat kertas. Sedangkan menurut Sumanto, (2006) melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya seni/ kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan untuk menghasilkan aneka bentuk main, hiasan, benda fungsional, alat peraga dan kreasi lainnya.

Melipat kertas adalah aktivitas seni yang mudah dibuat dan menyenangkan. Diantara perannya adalah sebagai aktivitas untuk mengisi waktu luang dan media pengajaran dan komunikasi dengan anak karena biasa dilakukan secara bersama-sama. Selain itu melipat kertas juga sangat fungsional untuk anak dan aktivitas ini memiliki fungsi melatih motorik halus dalam masa perkembangannya (Maya Hirai, 2012).

Selain memberikan dampak positif bagi siswa, seni melipat juga bermanfaat untuk orang dewasa. Diantaranya meningkatkan konsentrasi, kreativitas, serta mempertajam daya ingat. Jadi, tidak terbatas pada usia. Jika sudah berhasil menyelesaikan sebuah karya origami, dijamin akan ketagihan untuk membuat yang lebih menantang.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan penelitian yang diperoleh pengembangan kemampuan motorik halus memerlukan berbagai kegiatan, atau metode atau media kreatif sehingga memperoleh kemampuan motorik halus yang maksimal, misalnya dengan kegiatan origami. Diharapkan dengan kegiatan origami dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Aisyiyah VI Cengklik tahun 2017/2018.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesa tindakan: Dengan Kegiatan pembelajaran melalui kegiatan origami dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe Tahun Pelajaran 2017/2018. Melalui melalui kegiatan origami dapat meningkatkan motorik halus anak terutama kreatifitas dalam origami, dan koordinasi tangan dan mata.

 

METODE PENELITIAN

Teknik Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun 2017/2018. Menurut Moleong, (1997:7) dalam penelitian kualitatif mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi “proses dari pada hasil” artinya hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Strategi yang paling cocok untuk menjawab pertanyaan untuk dapat mengklasifikasikan secara tepat hasil penelitian ini adalah memberikan treatment pada saat pembelajaran mengembangkan kemampuan motorik halus anak di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui kegiatan origami.

Latar Penelitian

Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe, yang beralamatkan di Dukuh Cengklik, Kelurahan Jetiskarangpung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.

Waktu Pelaksanaan

Dalam kegiatan pelaksanaan penelitian ini dari bulan Januari 2018 sampai bulan Juni 2018 ini dilaksakan dalam dua siklus yaitu: Siklus pertama dilaksanakan pada hari Senin sampai pada hari Rabu, tanggal 05 – 07 Maret 2018, Siklus kedua dilaksanakan pada hari Senin sampai pada hari Rabu, tanggal 12 – 14 Maret 2018.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada kelompok B di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berusia 5 – 6 tahun berjumlah 14 anak, terdiri dari 8 laki laki dan 6 perempuan.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah anak didik, pendidik dan Kepala Sekolah TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe. Sedangkan data yang dikaji yaitu: Daftar Hadir Guru, Daftar Hadir Anak Didik, Buku Kurikulum TK, RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian)

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan prosedur kerja dari Hopkins mengambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

 

 

 

Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Observasi

Menurut Suharsini Arikunto, (2002:234) Metode pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode perolehan data dengan menggunakan mata langsung tanpa bantuan alat standar untuk keperluan pengamatan. Metode observasi adalah metode ilmiah yang bisa diartikan sebagai pencatatan dan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang terjadi.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa observasi adalah suatu pengamatan atau penyidikan yang dilaksanakan secara sistematik dengan cara mencatat terhadap kejadian-kejadian atau peristiwa yang dihadapi.

Wawancara

Sugiyono (2001:75) menyatakan bahwa interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penyidikan. Melalui wawancara dapat diperoleh berbagai keterangan dan data yang diperlukan dalam suasana penelitian. Metode wawancara ini dilakukan pada guru, orang tua murid, dan juga anak didik.

Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mengambil dari dokumen catatan, foto, hasil tes atau benda yang dapat memberi informasi dengan lengkap. Metode pengumpulan dokumentasi yaitu metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku tentang pendapat, teori, dalil, hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. Pengumpulan data dalam penelitian ini mengambil sumber-sumber dokumen bahan yang dijadikan dokumen misalnya buku, foto, catatan dan sebagainya.

Instrumen pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: lembar observasi, lembar wawancara dan catatan kajian dokumen.

 Keabsahan Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya / keabsahannya sehingga data tersebut dapat dipertanggung- jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan review informan kunci.

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong, (2002: 178) Triangulasi adalah teknik pemeriksanaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.

Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data – data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik diskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analitis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kualitatif. Yakni dengan membandingkan antar siklus. Teknik analitis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analitis kritis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.

Indikator Kinerja

Dalam penelitian diperlukan indikator keberhasilan kinerja yang menjadikan tolok ukur keberhasilan penelitian. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan penelitian. Anak dikatakan tuntas apabila memenuhi penilaian BSB dan BSH dengan prosentase 80%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kondisi Pra Siklus

Sebelum dilakukan tindakan penelitian diadakan pretest dengan tujuan untuk mengetahui kompetensi anak dalam bidang kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan origami.

Tingkat ketuntasan pembelajaran motorik halus anak 35,7%. atau yang belum tuntas yaitu 64,3%. Karena hasil penilaian motorik halus masih rendah perlu diadakan perbaikan dengan kegiatan pembelajaran origami. Pelaksanaannya disepakati pada hari Senin, Selasa dan Rabu tanggal 05, 06 dan 07 Maret 2018

Deskripsi Siklus Pertama

Siklus I Hari Ke -1: Senin, 05 Maret 2018

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam origami. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil secara umum sebagai berikut: (1) Anak belum dapat melipat/ origami dengan rapi, (2) Anak belum dapat melipat/origami bermacam bentuk, (3) Anak belum dapat melipat/origami minimal 3 lipatan, (4) Anak belum dapat melipat/origami dengan kreatif, (5) Anak sudah dapat menempel origami dengan tepat

Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan motorik halus anak yang meningkat dari pra siklus hanya 35,7% atau 5 anak yang bisa, pada siklus I hari pertama meningkat 42,8% atau 6 anak tuntas, 8 anak atau 58,2% belum tuntas. Sehingga perlu dilanjutkan perbaikan pembelajaran origami pada hari berikutnya yang disepakati pada hari Selasa, tanggal 6 Maret 2018.

Siklus I Hari Ke -2: Selasa, 6 Maret 2018

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam origami. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil secara umum sebagai berikut: (1) Anak belum dapat melipat/ origami dengan rapi, (2) Anak belum dapat melipat/origami bermacam bentuk, (3) Anak belum dapat melipat/origami minimal 3 lipatan, (4) Anak belum dapat melipat/origami dengan kreatif, (5) Anak sudah dapat menempel origami dengan tepat.

Pada hasil observasi, prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus origami anak terlihat belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Ketuntasan anak baru 50% atau 7 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 50% atau 7 anak. Sehingga masih perlu perbaikan hari berikutnya, Rabu 7 Maret 2019.

Siklus I Hari Ke -3: Rabu, 7 Maret 2018

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam origami. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil secara umum sebagai berikut: (1) Anak dapat melipat/ origami cukup rapi, (2) Anak belum dapat melipat/ origami bermacam bentuk, (3) Anak belum dapat melipat/origami minimal 3 lipatan, (4) Anak belum dapat melipat/origami dengan kreatif, (5) Anak sudah dapat menempel origami dengan tepat.

Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan motorik halus anak yang meningkat dari siklus hari pertama yang hanya 42,8%, hari kedua 50% dan hari ke-3, sudah 64,3% atau 9 anak.

Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan belum berhasil sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya yang disepakati pada hari Senin, Selasa, Rabu tanggal 12 s/d 14 Maret 2018.

Deskripsi Siklus Kedua

Siklus II Hari Ke-1: Hari Senin, 12 Maret 2018

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam origami. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil secara umum sebagai berikut: (1) Anak dapat melipat/ origami cukup rapi, (2) Anak dapat melipat/origami bermacam bentuk, (3) Anak dapat melipat/origami minimal 3 lipatan, (4) Anak belum dapat melipat/origami dengan kreatif, (5) Anak sudah dapat menempel origami dengan tepat.

Peneliti merasa masih perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus origami anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus origami anak terlihat belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Ketuntasan anak baru 71,4% atau 10 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 28,6% atau 4 anak.

Penulis melakukan refleksi dari hasil pengalaman pembelajaran yang sudah dilakukan. Dari hasil observasi pada kegiatan origami dengan berbagai media kertas lipat pada siklus II Hari ke-1 sudah cukup, tetapi perlu dikembangkan dengan berbagai kreatifitas origami untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan belum berhasil sehingga perlu diadakan perbaikan pada hari berikutnya yang disepakati pada hari Selasa, 13 Maret 2018.

Siklus II Hari Ke-2: Hari Selasa, 13 Maret 2018

Berdasarkan hasil observasi, peneliti merasa masih perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus origami anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus origami anak terlihat belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Ketuntasan anak baru 78,6% atau 11 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 21,4% atau 4 anak. Karena belum mencapai keberhasilan 80%, perlu perbaikan pembelajaran pada hari berikutnya yaitu disepakati pada hari Rabu, 14 Maret 2018.

Siklus II Hari Ke-3: Rabu, 14 Maret 2018

Dari hasil observasi kemampuan motorik halus ketuntasan anak yang meningkat dari pra siklus yang hanya 27,8% atau 5 anak, setelah diadakan perbaikan pada siklus I menjadi 64,7% atau 9 anak dan siklus II hari ke-3 menjadi 85,7% atau 12 anak. Dalam siklus II ini sudah ada peningkatan yang maksimal, karena hanya 2 anak atau 14,3%, yang belum dapat melipat dengan rapi sehingga sudah memenuhi indikator keberhasilan 80%, sehingga penelitian ini sudah dicukupkan sampai siklus II, dan untuk 2 anak yang belum tuntas tetap menjadi tugas guru untuk terus membimbingnya. Sehingga tidak perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil, kegiatan pembelajaran motorik halus dengan kegiatan origami di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe, Sragen, dinyatakan berhasil sesuai dengan indikator yang ditentukan. Keberhasilan ini didukung oleh usaha guru yang melaksanakan pembelajaran dengan metode dan media yang tepat serta dengan memotivasi anak secara intensif sehingga anak senang dan bersemangat dalam bermain dan belajar.

Pembahasan

Dari beberapa masalah yang telah teridentifikasi dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak, maka masalah yang cenderung dipilih adalah metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang semula adalah menggunakan metode pemberian tugas, hal ini mengakibatkan anak belum mampu menangkap apa yang menjadi tujuan atau tingkat pencapaian perkembangan yang ingin dicapai. Sehingga guru harus mengubah metode belajar yan digunakan.

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas maka dapat ditentukan cara atau metode yang tepat utuk meningkatkan motorik halus anak yaitu melalui metode demonstrasi pada kelompok B di TK Aisyiyah VI Cengklik, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Kegiatan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan origami dengan berbagai kreasi bentuk seni lipat dan disesuaikan dengan tema. Dalam kegiatan origami ini anak dapat mengekspresikan serta melatih kemampuan motorik halusnya, sehingga pembelajaran dapat ditingkatkan. Setelah penelitian selesai dilakukan refleksi diri atas setiap perbaikan yang dilaksanakan pada penelitian Siklus I dan siklus II. Dari refleksi diri tersebut ditemukan beberapa kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut antara lain pengelolaan kelas yang kurang tepat, media yang kurang dan metode yang digunakan dalam penyampaian pembelajaran. Adanya kelemahan tersebut menjadikan proses pembelajaran kurang menarik bagi anak sehingga anak sulit memahami apa yang disampaikan oleh guru, tetapi setelah diadakan perbaikan – perbaikan dapat ditemukan berbagai pendekatan – pendekatan yang tepat dalam pembelajaran yang menarik bagi anak sehingga hasil belajar anak dapat meningkat.

Dari data Siklus I dan Siklus II dapat diketahui bahwa pencapaian hasil anak semakin meningkat dari hari pertama Siklus I sampai hari ketiga Siklus II. Pada Pra Siklus keberhasilan pembelajaran Motorik halus origami baru 35,7% atau 5 anak, pada Siklus Pertama Keberhasilan pembelajaran baru 64,3% atau 9 anak, dan pada akhir siklus II keberhasilan pembelajaran 85,7% atau 12 anak. Dari hasil yang telah dicapai dalam kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan sehingga usaha peningkatan kemampuan motorik halus telah mencapai hasil yang diharapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada kelompok B di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe dapat disimpulkan sebagai berikut: Dengan kegiatan origami ternyata dapat meningkatkan hasil kemampuan motorik halus anak dan metode yang digunakan dapat membuat suasana pembelajaran lebih menarik. Hal ini terbukti dari 14 anak pada pra siklus hanya 5 anak atau 35,7% anak yang mampu melipat/ origami dengan baik, siklus I meningkat menjadi 9 anak atau 64,3% dan pada siklus II meningkat menjadi 12 anak atau 85,7%. Dengan demikian ketuntasan belajar minimal 80% dapat diraih, sehingga hipotesis yang menyatakan penggunaan dengan kegiatan origami dapat meningkatkan kemampuan motorik halus di TK Aisyiyah VI Cengklik Kalijambe terbukti kebenarannya.

Saran

1.    Pendidik atau guru

Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat melalui bermacam macam metode, tetapi metode tersebut juga harus sesuai dengan kemampuan atau indikator yang diharapkan, sehingga anak mudah untuk menerima pembelajaran yang disampaikan. Metode ini juga diharapkan dapat memberikan inovasi baru cara pembelajaran.

2.    Orang Tua

Orang tua hendaknya selalu mengetahui seberapa penting kemampuan motorik halus anak yang harus dimiliki sesuai usianya. Selain itu juga agar anak meningkatkan dan menggali potensi diri yang ada sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya.

3.    Kepala Sekolah

Dapat memberikan arahan dan bimbingan dalam menggunakan metode pengajaran di sekolah tersebut. Serta meningkatkan sarana dan prasarana yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud.(2014).Permendikbud No.137 Tahun 2014. Jakarta.Depdikbud

Hirai, Maya.(2010). Fun Origami Anak PAUD, TK, SD.Jakarta.Kawan Pustaka.

Karmachela, Hira (2008) Seni Origami. Jakarta: Azka press