Peningkatan Hasil Belajar Melalui Problem Based Learning Berpendekatan Algebraic Reasoning
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
BERPENDEKATAN ALGEBRAIC REASONING
Miftah Syarifuddin
MTs Negeri Salatiga, Indonesia
ABSTRAK
Hasil belajar matematika siswa kelas VII A Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Salatiga masih rendah. Dari 30 siswa, hanya 11 siswa yang tuntas (36,67%). Jadi, siswa yang tidak tuntas ada 19 siswa (63,33%). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi aljabar melalui model Problem Based Learning (PBL) berpendekatan algebraic reasoning pada siswa kelas VII A MTs Negeri Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Rencana tindakan dalam penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus dan direncanakan akan dilaksanakan dengan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan tindakan perbaikan dengan memanfaatkan model PBL berpendekatan algebraic reasoning pada siklus I, ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 66,67% (20 siswa tuntas), kemudian pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 93,33% (28 siswa tuntas). Meskipun masih ada 2 siswa yang tidak tuntas karena faktor kemampuan akademis yang rendah, tetapi hasil belajar klasikal telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa melalui model PBL berpendekatan algebraic reasoning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi aljabar pada siswa kelas VII A MTs Negeri Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.
Kata Kunci: Hasil Belajar, PBL Berpendekatan Algebraic Reasoning.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara rutin, ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang di mana semakin hari semakin baik, bukan semakin buruk. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010).
Tujuan umum dari pembelajaran matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, koneksi, penalaran, dan representasi. Salah satu dari tujuan pelajaran matematika adalah mampu mengembangkan kemampuan penalaran siswa (National Council of Teacher of Mathematics, 2000).
Berdasarkan pengamatan penulis pada observasi awal, didapatkan bahwa hasil belajar matematika pada siswa kelas VII A MTs Negeri Salatiga masih rendah. Dari 30 siswa, hanya 11 dari 30 siswa yang tuntas (36,67%). Jadi, siswa yang tidak tuntas ada 19 dari 30 siswa (63,33%).
Ditinjau dari permasalahan yang dihadapi guru, tidak tuntasnya hasil belajar siswa sejalan dengan kurang aktifnya aktivitas belajar siswa yang disebabkan oleh beberapa faktor. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti memberikan sebuah alternatif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi aljabar siswa kelas VII A MTs Negeri Salatiga. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi aljabar melalui model PBL berpendekatan algebraic reasoning.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perlu dilakukan perbaikan pembelajaran karena melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar akan meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun judul penelitian ini adalah “Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Problem Based Learning Berpendekatan Algebraic Reasoning”.
KAJIAN TEORI
Hasil Belajar
Hasil belajar diperoleh setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah kegiatan belajar (Rahman & Sofan, 2014). Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana & Rivai, 2007). Hasil belajar merujuk pada prestasi, sedangkan prestasi merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik (Hamalik, 2015).
Berdasarkan uraian-uraian di atas, hasil belajar adalah segala hal yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Hal tersebut dapat diukur dengan diadakannya evaluasi.
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan suatu rekayasa sosio-psikologis yaitu rancangan kegiatan yang melibatkan kondisi sosial dan mental siswa, di mana di dalamnya terdapat interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar dalam rangka mengubah perilaku dan pola pikir siswa sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran di sekolah meliputi pembelajaran pada berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah pembelajaran matematika (Suherman, 2003).
Matematika adalah ilmu yang berperan sebagai alat berpikir, seni, bahasa, serta alat untuk memecahkan masalah, yang di dalamnya terdapat unsur logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, serta generalitas dan individualitas. Berdasarkan pengertian belajar, pembelajaran, dan matematika, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu rekayasa sosio-psikologis yang di dalamnya terdapat interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar agar siswa memiliki kemampuan berpikir logis, intuitif, analitis, konstruktif, serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah (Uno, 2017).
Model PBL Berpendekatan Algebraic Reasoning
Model PBL adalah pembelajaran berbasis masalah, merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Model PBL memiliki kelebihan antara lain: (1) akan terjadi pembelajaran bermakna, (2) mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan serta mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, dan (3) meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta menumbuhkan inisiatif siswa (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
Kaput (Jacobs, dkk., 2007) mengemukakan bahwa ada lima bentuk penalaran aljabar (algebraic reasoning), yaitu aljabar sebagai: (1) bentuk umum dari aritmatika, (2) manipulasi dari simbol-simbol, (3) perhitungan dan relasi terstruktur, (4) fungsi dan relasi, serta (5) pemodelan.
METODE
Penelitian dilaksanakan di MTs Negeri Salatiga. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A. Mata pelajaran yang menjadi fokus perbaikan adalah matematika dengan materi aljabar. Siswa kelas VII A sebanyak 30 siswa terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), di mana sumber informasi dan data diperoleh melalui kegiatan pembelajaran siswa di kelas. Guru yang mengajar di kelas sebagai pengamat yang akan melakukan pengamatan saat peneliti sedang mengajar di depan kelas dengan menggunakan model pembelajaran PBL berpendekatan algebraic reasoning. Metode penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan beberapa tahapan penelitian, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Data yang telah berhasil dikumpulkan di lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Dengan demikian digunakan teknik deskriptif komparatif dan analisis kritis. Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antar siklus (Suwandi, 2009). Kemudian teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Untuk melaksanakan hal tersebut, pelaksanaan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, pengumpulan data yang diperoleh dari nilai tes, yang berbentuk angka atau kuantitatif, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan antara nilai hasil tes pada kondisi awal dengan nilai hasil tes pada siklus I (pertama) dan siklus II (kedua). Kemudian tahap selanjutnya setelah mendapatkan data, untuk memudahkan dalam membaca laporan hasil penelitian serta data tersebut bisa dibaca secara deskriptif, digunakan analisis kritis yaitu dengan mengungkapkan kelemahan dan kelebihannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
MTs Negeri Salatiga terletak di Jl. Tegalrejo I Salatiga Telp. (0298) 32395 Kode Pos 50733. MTs Negeri Salatiga berada di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia.
Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)
Observasi awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa kelas VII A MTs Negeri Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 pada materi aljabar sebelum pemanfaatan model PBL berpendekatan algebraic reasoning. Berdasarkan hasil observasi awal pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan kurang melibatkan siswa untuk aktif selama pembelajaran.
Setelah diadakan tes, terdapat 11 siswa atau 36,67% telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70, sedangkan 19 siswa atau 63,33% tidak tuntas belajar karena nilai yang diperoleh masih di bawah nilai KKM.
Hasil Tindakan Siklus I
Setelah diadakan tes, terdapat 20 siswa atau 66,67% yang telah mencapai KKM 70, sedangkan 10 siswa atau 33,33% tidak tuntas belajar karena nilai yang diperoleh masih di bawah nilai KKM.
Hasil Pengamatan
Selama proses pembelajaran, peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan atau kemampuan guru dalam mengajar mata pelajaran matematika melalui pemanfaatan model PBL berpendekatan algebraic reasoning.
Hasil pengamatan aktivitas guru dapat dideskripsikan bahwa penguasaan guru terhadap materi pembelajaran sudah baik dan perhatian guru kurang merata pada seluruh siswa, sehingga ada beberapa siswa yang kurang aktif, acuh, dan sibuk bermain sendiri. Dengan pembentukan kelompok pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas, siswa dapat berdiskusi dengan baik walaupun masih ada beberapa siswa yang belum aktif berdiskusi dalam kelompoknya. Manajemen waktu dalam diskusi kelompok maupun pada saat mempresentasikan hasil diskusi masih kurang sehingga saat mempresentasikan hasil diskusi kurang efektif. Dari 30 siswa ternyata banyak siswa yang kurang aktif atau acuh dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat disebabkan karena siswa kurang memiliki prasyarat dalam mengikuti pembelajaran sehingga materi ini dianggap sukar oleh sebagian siswa.
Hasil Tindakan Siklus II
Setelah diadakan tes, terdapat 28 siswa atau 93,33% yang telah mencapai nilai KKM 70. Meskipun masih ada 2 siswa yang tidak tuntas dikarenakan kurang fokus saat mengerjakan tes formatif, namun hasil secara klasikal sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sehingga target pembelajaran telah tercapai.
Hasil Pengamatan
Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran, peneliti juga meminta bantuan teman sejawat untuk mengamati segala sesuatu penyebab adanya ketidakberhasilan dari proses pembelajaran.
Hasil pengamatan teman sejawat tentang aktivitas siswa dan guru adalah perhatian guru sudah merata dan siswa yang pasif diberi pertanyaan sehingga siswa menjadi aktif. Guru sudah memberi motivasi siswa agar lebih bersemangat dalam proses belajar mengajar yaitu dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Bila jawaban siswa benar, guru memberi penguatan atau pujian agar siswa merasa senang. Guru sudah memberi tahu siswa bahwa manfaat menguasai materi aljabar sangat penting karena dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan aljabar.
Pada hasil siklus II siswa sudah mampu melakukan pembelajaran dengan baik karena pemilihan anggota-anggota kelompok pada siklus II ini dipilih langsung oleh guru berdasarkan tingkat kemampuan operasi dasar aljabar dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Motivasi belajar siswa meningkat dan manajemen waktu dalam diskusi kelompok maupun pada saat mempresentasikan hasil diskusi sudah lebih efektif. Hanya terdapat 3 – 4 siswa yang masih malu mengajukan pertanyaan dan hanya 3 – 4 siswa yang tidak memperhatikan. Mereka justru mengajak berbicara teman sebangku atau melamun. Secara umum, sebagian besar siswa sudah aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Penilaian Prasiklus Hingga Siklus II Siswa Kelas VII A MTs Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2019/2020
No. | Kategori | Penilaian | ||
Prasiklus | Siklus I | Siklus II | ||
1 | Banyak Siswa Tuntas | 11 | 20 | 28 |
2 | Banyak Siswa Tidak Tuntas | 19 | 10 | 2 |
3 | Presentase Ketuntasan | 36,67% | 66,67% | 93,33% |
4 | Presentase Ketidaktuntasan | 63,33% | 33,33% | 6,67% |
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MTs Negeri Salatiga, dapat disimpulkan bahwa melalui model PBL berpendekatan algebraic reasoning dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi aljabar di kelas VII A MTs Negeri Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Peningkatan hasil belajar siswa dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa di setiap siklus. Indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti yaitu ≥70, pada siklus I siswa yang tuntas berjumlah 20 siswa dengan persentase ketuntasan sebanyak 66,67%, pada siklus II siswa yang tuntas bertambah menjadi 28 siswa dengan presentase ketuntasan mencapai 93,33%. Jadi, dengan pemanfaatan model PBL berpendekatan algebraic reasoning siswa dapat mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti.
SARAN
- Karena model PBL berpendekatan algebraic reasoning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, guru perlu menerapkannya dalam pembelajaran di kelas dengan harapan semua rencana pembelajaran dapat terlaksana dengan maksimal.
- Dalam melakukan pembelajaran melalui model PBL berpendekatan algebraic reasoning sebaiknya siswa harus lebih berani mengungkapkan pendapat dan saling kerja sama antar kelompok.
- Melalui model PBL berpendekatan algebraic reasoning, pihak sekolah dapat menyampaikan kepada guru agar dapat menerapkan model tersebut dalam pembelajaran di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, O. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Jacobs, V. R., Franke, M. L., Carpenter, T. P., Linda, L., & Battey, D. (2007). Professional Development Focused on Children’s Algebraic Reasoning in Elementary School. (Online). (http://homepages.math.uic.edu/~martinez/-PD-EarlyAlgebra.pdf, diunduh 2 Agustus 2019).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
National Council of Theacher of Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. US: National Council of Theacher of Mathematics.
Rahman, M. & Sofan, A. (2014). Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif. Bandung: Prestasi Pustakaraya.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudjana, N. & Rivai, A. (2007). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suherman, E. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-UPI.
Suwandi, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Mata Padi Presindo.
Uno, H. B. (2017). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.