UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA

DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

YANG MELIBATKAN NILAI UANG MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

(TEAMS GAMES TOURNAMENTS)

SISWA KELAS III SEMESTER II SDN 2 TAMBAKSARI

KECAMATAN BLORA KABUPATEN BLORA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Sri Wahyuni

SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora

ABSTRAK

Hasil evaluasi siswa yang masih jauh dari ketuntasan yaitu hanya 15 dari 27 siswa kelas III yang mencapai ketuntasan belajar, penulis berusaha merefleksi diri. Bersumber dari masalah tersebut maka penelitian ini dilaksanakan. Pada materi uang dengan indikator menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang hanya 56% dari siswa kelas III SDN 2 Tambaksari yang nilainya mencapai KKM. Meskipun siswa sudah mempunyai pengalaman dalam menggunakan uang tetapi jika masalah tersebut dituangkan dalam soal cerita ternyata siswa belum mampu menyelesaikannya. Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran sudah membaik yaitu dengan aktifnya siswa saat pembelajaran. Disini ketuntasan belajar siswa meningkat. Pada pembeljaran pra siklus ketuntasan siswa hanya 56% sedangkan pada siklus I mencapai 78% tetapi ketuntasan tersebut belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal 75% sehingga peneliti perlu merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Pada pembelajaran siklus II hasil ketuntasan belajar siswa meningkat yaitu dari 78% pada siklus I menjadi 100% pada silklus II dengan rata-rata perolehan nilai 80,00.

Kata Kunci: Soal Cerita, TGT, Nilai Uang


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi siswa. Siapapun tidak akan pernah menyangkal bahwa pembelajaran matematika adalah yang paling sulit.

Melihat hasil evaluasi siswa yang masih jauh dari ketuntasan yaitu hanya 15 dari 27 siswa kelas III yang mencapai ketuntasan belajar, penulis berusaha merefleksi diri. Bersumber dari masalah tersebut maka penelitian ini dilaksanakan. Pada materi uang dengan indikator menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang hanya 56% dari siswa kelas III SDN 2 Tambaksari yang nilainya mencapai KKM. Meskipun siswa sudah mempunyai pengalaman dalam menggunakan uang tetapi jika masalah tersebut dituangkan dalam soal cerita ternyata siswa belum mampu menyelesaikannya.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis/peneliti akan memperbaiki proses pembelajaran matematika melalui Penelitian Tindakan Kelas.

Penulis minta bantuan supervisornya untuk mengidentifikasi permasalahan yang berlangsung selama proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap permasalahan yaitu:

1. Rendahnya aktivitas (keterlibatan) siswa dalam proses pembelajaran.

2. Ketidakmampuan siswa menjawab pertanyaan tentang materi uang dalam hal menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang.

3. Kurang mampu memahami materi yaitu hanya 40% dari seluruh siswa.

4. Proses pembelajaran tidak sesuai waktu yang direncanakan.

5. Kegiatan diskusi hanya didominasi oleh siswa yang pandai.

Analisis Masalah

Berdasarkan faktor-faktor diatas penulis melaksanakan analisis masalah yaitu:

1. Rendahnya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dapat diatasi dengan merencanakan kuis bagi tiap siswa sehingga masing-masing siswa dapat menjawab pertanyaan dan aktif.

2. Ketidakmampuan siswa menjawab pertanyaan tentang materi uang dalam hal menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang dipecahkan dengan menyusun permainan matematika menggunakan uang mainan.

3. Siswa kurang mampu memahami materi yaitu hanya 40% dari seluruh siswa karena masih belum terbiasa menyelesaikan soal cerita tersebut.

4. Proses pembelajaran tidak sesuai waktu yang direncanakan dapat diatasi dengan pembatasan waktu tiap kegiatan.

5. Agar kegiatan diskusi tidak didominasi siswa yang pandai peneliti / pendidik yang harus memberikan kesempatan kepada seluruh siswa.

Rumusan Masalah

1. Apakah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang nilai uang melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) siswa Kelas III Semester II SDN 2 Tambaksari, Kecamatan Blora Tahun 2012/2013?

2. Apakah siswa kelas III SDN 2 Tambaksari melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) hasil belajarnya dapat meningkat?

Tujuan Perbaikan

1. Memperbaiki pembelajaran metematika di kelas III.

2. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada materi uang dengan indikator menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang.

3. Mengefektifkan pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.

4. Untuk meningkatkan angka kredit jabatan dari IV a ke IV b.

Manfaat Perbaikan

1. Manfaat Bagi Pendidik

a. Memperbaiki pembelajaran selanjutnya

b. Semakin kreatif dalam mengembangkan materi pelajaran

c. Memiliki kemampuan Penelitian Tindakan Kelas

2. Manfaat Bagi Peserta Didik

a. Siswa akan merasa senang pada pelajaran matematika

b. Memperbaiki sistem belajar peserta didik

c. Prestasi belajar siswa meningkat

d. Siswa mampu dan terampil dalam menyelesaikan soal matematika

3. Manfaaat Bagi Sekolah

a. Sekolah mendapat masukan tentang cara Penelitian Tindakan Kelas

b. Sekolah akan berkembang jika pendidik berhasil meningkatkan kualitas pendidikan

c. Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah

d. Sekolah menjadi sekolah yang bermutu diantara sekolah lain

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak harus terpaku dengan menggunakan satu model. Guru sebaiknya juga menggunakan model yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan tetapi menarik perhatian anak didik. Menurut Kiensmen (1992) dalam kurikulum 2004 (2003:2) suatu model pembelajaran terdapat ciri-ciri sebagai berikut.

1.   Adanya penjelasan teoritik, ilmiah dan penemuan.

2.   Adanya tujuan yang akan dicapai.

3.   Adanya tingkah laku guru dan siswa yang khusus.

4.   Dalam model pembelajaran diperlukan suatu kondisi yang khusus.

Oleh karena itu, seorang guru harus kompeten dalam memilih suatu model pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada pengajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu teknik instruksional yang diteliti secara cermat di Amerika Serikat. Ada banyak model, teori dan sumber dengan perspektif yang bermacam-macam dalam pembelajaran kooperatif. Beberapa buku yang membahas masalah ini adalah Circle of Learning, Learning Together and None, karya David dan Roger, ditambah Cooperative in The Classroom, kemudian Spencer Kagan dalam bukunya Cooperative Learning: Resources for Teacher. Menurut Johnson bersaudara komponen penting dari model cooperative learning meliputi hal-hal sebagai berikut.

a.   Pertanggungjawaban individual

Keberhasilan kelompok didasarkan pada kemampuan setiap anggota untuk menunjukkan bahwa dia telah belajar materi-materi yang sangat dibutuhkan. Pencapaian siswa terlihat meningkat ketika diketahui keberhasilan kelompok yang didasarkan pada nilai quiz anggota kelompok digabungkan.

b.   Ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok didasarkan atas kemampuan kelompok itu dalam bekerja sama untuk meraih hasil yang diinginkan, misalnya tingkatan penghargaan dan ketenaran (pengakuan). Ketika siswa mulai mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif, kelompok itu haruslah kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 anak. Menurut Slavin (dalam Amin Suyitno), sejalan dengan perkembangan keterampilan sosial, siswa diharapkan mulai mampu bekerja sama dalam kelompok yang lebih besar. Penting juga untuk melihat lamanya waktu kelompok itu dalam bekerja sama. Pertemuan kelompok yang teratur dalam jangka waktu tertentu akan dapat meningkatkan kesuksesan dari pada kelompok yang hanya bekerja sama kadang-kadang saja. Aktivitas pembelajaran kooperatif dapat memerankan banyak peran dalam pelajaran. Dalam skenario yang lain, kelompok kooperatif dapat juga digunakan untuk memecahkan sebuah masalah kompleks.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)

Guru sebelum memberikan tugas harus melihat keterampilan social yang diperlukan dalam kelompok itu agar dapat bekerja sama dalam kegiatan mereka. Sekali keterampilan itu ditetapkan maka akan sangat membantu siswa untuk dapat bekerja sama dengan orang lain secara efektif, di samping juga meningkatkan pencapaian akademik dan membangun keterampilan-keterampilan yang dianggap penting sepanjang hidup mereka. Seperti halnya dengan Student Teams Achievement Divisions(STAD), TGT juga membagi siswa dalam tim belajar yang beranggotakan 4 atau 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku (Slavin: 1994). Dalam metode Teams Games Tournaments (TGT), siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada saat pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:

a.   Siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 4/5 anggota. Tim terdiri dari 5 anggota hanya apabila kelas tidak dapat dibagi habis dengan 4 anggota. Untuk menempatkan siswa dalam kelompok,urutkan mereka dari atas ke bawah berdasarkan kinerja akademik tertentu dan bagilah daftar siswa yang telah urut itu menjadi 5.Kemudian ambil satu siswa dari tiap perempatan itu sebagai anggota tiap tim yang berimbang.

b.   Membuat lembar kegiatan siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran yang akan diajarkan.

c.    Guru menyampaikan atau membacakan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh tim, pada saat kelompok sudah terbentuk.

d.   Bila tiba saatnya kuis, bagikan kuis itu atau bentuk evaluasi yang lain dan berikan waktu yang cukup. Jangan mengizinkan siswa untuk bekerja sama pada saat mengerjakan kuis tersebut, sebab mereka harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar sebagai individu.

e.   Buatlah skor tim dan skor individual.

f.    Berilah pengakuan dan penghargaan kepada prestasi tim.

g.   Berilah permainan matematika untuk semua tim.

Alasan penulis memilih Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (TGT) karena mempunyai keunggulan:

1. Siswa dilatih keterampilan-keterampilan matematika yang spesifikasi untuk membantu sesama temannya.

2. Siswa diberikan pengahargaan atas kerja sama baik yang dapat menjadi motivasi

3. Memanfaatkan permainan dalam kelompok (menggunakan uang mainan untuk menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang.

Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ini yaitu:

1. Pendidik dituntut untuk menyiapkan soal/kuis yang mencakup seluruh siswa.

2. Pendidik harus merencanakan permainan matematika yang mendukung materi

3. Siswa yang kurang mampu biasanya masih sulit bekerja sama.

Cara-cara untuk mengatasi:

1. Dalam membuat kuis sebaiknya guru memberikan soal yang mudah bagi siswa yang kurang mampu dan soal yang sulit bagi siswa yang pandai agar semua dapat menyumbangkan poin.

2. Permaian-permaian matematika dengan uang mainan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi uang

3. Siswa yang kurang dapat bekerja sama terus dibimbing selam proses pengerjaan LKS agar mempunyai kesempatan belajar.

Penerapan Model Pembelajran Kooperatif Tipe (TGT) dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang:

1. Guru membagi siswa dalam 5 kelompok

2. Memilih ketua tim bagi kelompok masing-masing

3. Guru membagikan LKS tentang materi uang dan menyiapkan kuis pendek bagi siswa 9 soal kuis terlampir)

4. Guru bertanya jawab dengan memberikan skor bagi individu dan bagi tim tentang materi uang

5. Guru merencanakan permainan materi dengan uang mainan untuk menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang.

6. Guru bertanya jawab untuk cerita menyimpulkan materi serta memberikan tes formatif.

Kerangka Berpikir

Pada pembelajaran materi uang dengan indikator menyelesaikan soal cerita ada sebagian siswa yang merasa kesulitan dalam pengerjaan. Dalam kehidupan sehari-hari siswa sudah terbiasa menggunakan uang tetapi jika dituangkan dalam soal cerita masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut. Oleh karena itu penulis mencoba mengangkat masalah tentang bagaimana upaya atau cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 2 Tambaksari melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada pokok bahasan uang. Dalam hal ini siswa dilatih keterampilan yang spesifik untuk membantu sesama temannya bekerja sama dalam satu permainan kelompok kecil agar mampu dan bisa mandiri dalam menyelesaikan soal-soal cerita yang melibatkan nilai uang.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dari landasan teori dan kerangka berfikir maka hipotesis tindakan yang akan diajukan adalah sebagai berikut. “Melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada pokok bahasan uang maka hasil belajar siswa kelas III SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora pada tahun pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan”.

PELAKSANAAN PERBAIKAN

Subjek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 27 peserta didik SD Negeri Tambahrejo Kecamatan Blora Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tambahrejo Kecamatan Blora Kabupaten Blora yang beralamat di Jln. Raya Blora. Penelitian dilakukan di sekolah ini karena penulis adalah pendidik di sekolah tersebut.

3. Karakteristik Peserta Didik

Peserta didik yang dijadikan subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas III yang berjumlah 27 peserta didik yang terdiri dari 14 peserta didik laki –laki dan 13 peserta didik perempuan.

Sumber Data

Data Penelitian Tindakan Kelas ini diambil atau dikumpulkan melalui guru kelas yaitu peneliti sendiri dan siswa II Semester II tahun 2012/2013 SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1.   Pra Siklus

Sesuai hakekat PTK pengamatan dilakukan oleh guru sendiri Namur karena menyita banyak waktu mak peneliti meminta bantuan teman sejawat utnuk membantu mengumpukan data melalui observasi.

Data yang ditemukan dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa, kegitan guru, proses pembelajaran serta hasil tes formatif.

Daftar Distribusi Nilai Pra Siklus

No

Nilai Siswa

Frekuensi (orang)

1.

20

2

2.

25

2

3.

30

3

4.

35

1

5.

45

1

6.

50

4

7.

60

2

8.

75

2

9.

80

9

10.

95

1

11.

100

1

Grafik Perolehan Nilai Tes formatif Pra Siklus

2.   Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2013. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan perbaikan dalm metod pembelajaran agar meningkatkan aktivitas siswa dan pemahaman terhadap materi.

Peneliti melaksanakan penyusunan rencana perbaikan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, membimbing siswa dalam melakukan kegiatan serta menilai tes formatif siswa.

Hasil pengamatan dan penilaian pada Siklus I adalah:

1. Siswa mulai dapat bekerja sama dengan teman

2. Siswa mulai aktif untuk memahami materi dengan mengerjakan lembar kerja

3. Siswa mulai bertanggung jawab untuk menjawab kuis

4. Analisis nilai pada Siklus I, presentase ketuntasan mencapai 64,23%

Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I

No

Nilai Siswa

Frekuensi (orang)

1.

10

2.

20

3.

30

1

4.

40

1

5.

50

2

6.

60

3

7.

70

1

8.

80

14

9.

90

2

10.

100

3

Grafik Perolehan Nilai Tes Formatif Siklus I

3.   Siklus II

Pembelajaran pada siklus dua berjalan sesuai dengan rencana. Hal-hal yang menjadi perhatian pada siklus I yaitu menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang ada perbaikan pada siklus II. Berdasarkan pengamatan peneliti serta hasil diskusi dengan observer dapat diketahui bahwa perhatiaan peserta didik terhadap proses pembelajaran lebih meningkat. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut:

1. Kerja sama siswa dengan teman satu timnya meningkat

2. Siswa mulai aktif dan lancar mengerjakan LKS

3. Siswa bertanggung jawab untuk mengerjakan kuis

4. Analisis nilai pada siklus II, prosentase ketuntasan mencapai 100% dengan kriteria ketuntasan minimal 75

Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I

No

Nilai Siswa

Frekuensi (orang)

1.

10

2.

20

3.

30

4.

40

5.

50

6.

60

7.

70

8.

80

14

9.

90

11

10.

100

3

Grafik Perolehan Nilai Tes Formatif Siklus II

Pembahasan Siklus

Hasil pelaksanaan Pra Siklus masih sangat rendah yaitu hanya 56% dari seluruh siswa yang tuntas KKM. Setelah dianalisis berdasarkan tes formatif ternyata ditemukan kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang. Atas dasar hal tersebut peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran sudah membaik yaitu dengan aktifnya siswa saat pembelajaran. Disini ketuntasan belajar siswa meningkat. Pada pembeljaran pra siklus ketuntasan siswa hanya 56% sedangkan pada siklus I mencapai 78% tetapi ketuntasan tersebut belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal 75% sehingga peneliti perlu merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Keberhasilan sebuah tim berdasarkan skor yang berhasil dikumpulkan oleh anggota tim pada waktu kuis. Pada model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) skor diperoleh dari individu masing-masing anggota tim saat menjawab kuis pendek yang merupakan skor individual dan skor tim / kelompok berdasarkan kerja sama yang dilakukan.

Pada pembelajaran siklus II hasil ketuntasan belajar siswa meningkat yaitu dari 78% pada siklus I menjadi 100% pada silklus II dengan rata-rata perolehan nilai 80,00.

Penulis menyadari tidak ada siswa yang belum tuntas. Meskipun anggota tim sudah dibagi secara berimbang sesuai tingkat kinerjanya tetapi kemampuan siswa ada juga yang masih kurang. Pada siklus II ini ada 27 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal 75 (KKM). Untuk siswa yang belum tuntas KKM sebanyak 0 siswa (0%) perlu diadakan tambahan pelajaran dan bimbingan khusus.

Nilai Matematika Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar

Pra siklus

Siklus I

Siklus II

1. Nilai rata -rata

52,24

74,61

80,00

2. Ketuntasan

56%

78%

100%

3. Belum Tuntas

44%

28%

0%

Analisa dari data diatas terlihat dengan jelas bahwa pencapaian ketuntasan baik. Pada siklus I mencapai 78% dan pencapaian ketuntasan belajar pada siklus II dapat meningkat mencapai 100%.

Atas dasar penelitian di atas maka benarlah bahwa hipotesis tindakan yang diajukan yaitu melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan uang maka hasil belajar siswa kelas III SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora tahun palajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT maka kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika meningkat.

2. Dengan memberikan kesempatan kerjasama dalam tim maka pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lebih baik.

3. Dengan memberikan permainan matematika menjadikan pelajaran matematika lebih menyenangkan dan tidak sulit.

4. Dengan metode pembelajaran yang tepat akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Saran

1. Pendidik hendaknya menggunakan metode ataupun model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran tidak membosankan.

2. Pendidik sebaiknya meminimalkan ceramah dan meningkatkan keaktifan siswa.

3. Pendidik sebaiknya merencanakan kebermaknaan pembelajaran karena akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, lebih bermanfaat sehingga konsep dari materi yang akan diajarkan akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama.

4. Pendidik hendaknya selalu memberikan motivasi dalam setiap pelaksanaan pembelajaran agar siswa menyadari pentingnya materi tersebut dipelajari bagi kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Zain, Aswan, dan BD,Syaiful 1997, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta

http//: Hardinand, S.Pd, Model Pembelajaran STAD 2013/04/22

http//: Suhadinet-Wordpress.com /2008/03/28, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Tim FKIP (2007), Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan), Jakarta, Universitas Terbuka

IGAK Wardhani,dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka

 

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 2006, Pendidikan Dasar dan Menengah