UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA YANG MELIBATKAN NILAI UANG MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS)
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
YANG MELIBATKAN NILAI UANG MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TOURNAMENTS)
SISWA KELAS III SEMESTER II SDN 2 TAMBAKSARI
KECAMATAN BLORA KABUPATEN BLORA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Sri Wahyuni
SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora
ABSTRAK
Hasil evaluasi siswa yang masih jauh dari ketuntasan yaitu hanya 15 dari 27 siswa kelas III yang mencapai ketuntasan belajar, penulis berusaha merefleksi diri. Bersumber dari masalah tersebut maka penelitian ini dilaksanakan. Pada materi uang dengan indikator menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang hanya 56% dari siswa kelas III SDN 2 Tambaksari yang nilainya mencapai KKM. Meskipun siswa sudah mempunyai pengalaman dalam menggunakan uang tetapi jika masalah tersebut dituangkan dalam soal cerita ternyata siswa belum mampu menyelesaikannya. Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran sudah membaik yaitu dengan aktifnya siswa saat pembelajaran. Disini ketuntasan belajar siswa meningkat. Pada pembeljaran pra siklus ketuntasan siswa hanya 56% sedangkan pada siklus I mencapai 78% tetapi ketuntasan tersebut belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal 75% sehingga peneliti perlu merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Pada pembelajaran siklus II hasil ketuntasan belajar siswa meningkat yaitu dari 78% pada siklus I menjadi 100% pada silklus II dengan rata-rata perolehan nilai 80,00.
Kata Kunci: Soal Cerita, TGT, Nilai Uang
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika meru–pakan pembelajaran yang sangat penting bagi siswa. Siapapun tidak akan pernah menyangkal bahwa pembelajaran matema–tika adalah yang paling sulit.
Melihat hasil evaluasi siswa yang masih jauh dari ketuntasan yaitu hanya 15 dari 27 siswa kelas III yang mencapai ketuntasan belajar, penulis berusaha me–refleksi diri. Bersumber dari masalah tersebut maka penelitian ini dilaksanakan. Pada materi uang dengan indikator me–nyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang hanya 56% dari siswa kelas III SDN 2 Tambaksari yang nilainya mencapai KKM. Meskipun siswa sudah mempunyai pengalaman dalam menggunakan uang tetapi jika masalah tersebut dituangkan dalam soal cerita ternyata siswa belum mampu menyelesaikannya.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis/peneliti akan memperbaiki proses pembelajaran matematika melalui Peneliti–an Tindakan Kelas.
Penulis minta bantuan supervisor–nya untuk mengidentifikasi permasalahan yang berlangsung selama proses pembe–lajaran. Dari hasil diskusi terungkap per–masalahan yaitu:
1. Rendahnya aktivitas (keterlibatan) sis–wa dalam proses pembelajaran.
2. Ketidakmampuan siswa menjawab pertanyaan tentang materi uang dalam hal menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang.
3. Kurang mampu memahami materi yai–tu hanya 40% dari seluruh siswa.
4. Proses pembelajaran tidak sesuai wak–tu yang direncanakan.
5. Kegiatan diskusi hanya didominasi oleh siswa yang pandai.
Analisis Masalah
Berdasarkan faktor-faktor diatas penulis melaksanakan analisis masalah yaitu:
1. Rendahnya aktifitas siswa dalam pro–ses pembelajaran dapat diatasi dengan merencanakan kuis bagi tiap siswa sehingga masing-masing siswa dapat menjawab pertanyaan dan aktif.
2. Ketidakmampuan siswa menjawab pertanyaan tentang materi uang dalam hal menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang dipecahkan dengan menyusun permainan mate–matika menggunakan uang mainan.
3. Siswa kurang mampu memahami ma–teri yaitu hanya 40% dari seluruh siswa karena masih belum terbiasa menyelesaikan soal cerita tersebut.
4. Proses pembelajaran tidak sesuai wak–tu yang direncanakan dapat diatasi de–ngan pembatasan waktu tiap kegiatan.
5. Agar kegiatan diskusi tidak didominasi siswa yang pandai peneliti / pendidik yang harus memberikan kesempatan kepada seluruh siswa.
Rumusan Masalah
1. Apakah dapat meningkatkan kemam–puan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang nilai uang melalui pene–rapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) siswa Kelas III Semester II SDN 2 Tambaksari, Kecamatan Blora Tahun 2012/2013?
2. Apakah siswa kelas III SDN 2 Tam–baksari melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) hasil belajarnya dapat meningkat?
Tujuan Perbaikan
1. Memperbaiki pembelajaran metemati–ka di kelas III.
2. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada materi uang dengan indikator menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang.
3. Mengefektifkan pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.
4. Untuk meningkatkan angka kredit ja–batan dari IV a ke IV b.
Manfaat Perbaikan
1. Manfaat Bagi Pendidik
a. Memperbaiki pembelajaran selan–jutnya
b. Semakin kreatif dalam mengem–bangkan materi pelajaran
c. Memiliki kemampuan Penelitian Tindakan Kelas
2. Manfaat Bagi Peserta Didik
a. Siswa akan merasa senang pada pelajaran matematika
b. Memperbaiki sistem belajar peser–ta didik
c. Prestasi belajar siswa meningkat
d. Siswa mampu dan terampil dalam menyelesaikan soal matematika
3. Manfaaat Bagi Sekolah
a. Sekolah mendapat masukan ten–tang cara Penelitian Tindakan Ke–las
b. Sekolah akan berkembang jika pendidik berhasil meningkatkan kualitas pendidikan
c. Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah
d. Sekolah menjadi sekolah yang bermutu diantara sekolah lain
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak harus terpaku dengan menggunakan satu model. Guru sebaiknya juga menggunakan model yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak mem–bosankan tetapi menarik perhatian anak didik. Menurut Kiensmen (1992) dalam kurikulum 2004 (2003:2) suatu model pembelajaran terdapat ciri-ciri sebagai berikut.
1. Adanya penjelasan teoritik, ilmiah dan penemuan.
2. Adanya tujuan yang akan dicapai.
3. Adanya tingkah laku guru dan siswa yang khusus.
4. Dalam model pembelajaran diperlukan suatu kondisi yang khusus.
Oleh karena itu, seorang guru ha–rus kompeten dalam memilih suatu model pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada peng–ajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang saling mem–bantu dalam belajar. Pembelajaran koope–ratif merupakan salah satu teknik instruksional yang diteliti secara cermat di Amerika Serikat. Ada banyak model, teori dan sumber dengan perspektif yang ber–macam-macam dalam pembelajaran ko–operatif. Beberapa buku yang membahas masalah ini adalah Circle of Learning, Learning Together and None, karya David dan Roger, ditambah Cooperative in The Classroom, kemudian Spencer Kagan da–lam bukunya Cooperative Learning: Re–sources for Teacher. Menurut Johnson ber–saudara komponen penting dari model cooperative learning meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Pertanggungjawaban individual
Keberhasilan kelompok dida–sarkan pada kemampuan setiap ang–gota untuk menunjukkan bahwa dia telah belajar materi-materi yang sa–ngat dibutuhkan. Pencapaian siswa terlihat meningkat ketika diketahui ke–berhasilan kelompok yang didasarkan pada nilai quiz anggota kelompok diga–bungkan.
b. Ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok dida–sarkan atas kemampuan kelompok itu dalam bekerja sama untuk meraih hasil yang diinginkan, misalnya ting–katan penghargaan dan ketenaran (pengakuan). Ketika siswa mulai mem–pelajari keterampilan-keterampilan ko–operatif, kelompok itu haruslah kelom–pok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 anak. Menurut Slavin (dalam Amin Suyitno), sejalan dengan perkembang–an keterampilan sosial, siswa diharap–kan mulai mampu bekerja sama dalam kelompok yang lebih besar. Penting juga untuk melihat lamanya waktu kelompok itu dalam bekerja sama. Pertemuan kelompok yang teratur dalam jangka waktu tertentu akan dapat meningkatkan kesuksesan dari pada kelompok yang hanya bekerja sama kadang-kadang saja. Aktivitas pembelajaran kooperatif dapat meme–rankan banyak peran dalam pelajaran. Dalam skenario yang lain, kelompok kooperatif dapat juga digunakan untuk memecahkan sebuah masalah kom–pleks.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)
Guru sebelum memberikan tugas harus melihat keterampilan social yang diperlukan dalam kelompok itu agar dapat bekerja sama dalam kegiatan mereka. Sekali keterampilan itu ditetapkan maka akan sangat membantu siswa untuk dapat bekerja sama dengan orang lain secara efektif, di samping juga meningkatkan pencapaian akademik dan membangun keterampilan-keterampilan yang dianggap penting sepanjang hidup mereka. Seperti halnya dengan Student Teams Achieve–ment Divisions(STAD), TGT juga membagi siswa dalam tim belajar yang beranggota–kan 4 atau 5 orang yang merupakan cam–puran menurut tingkat kinerja, jenis kela–min, dan suku (Slavin: 1994). Dalam meto–de Teams Games Tournaments (TGT), siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memper–oleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
Langkah-langkah yang dapat dila–kukan pada saat pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 4/5 anggota. Tim ter–diri dari 5 anggota hanya apabila kelas tidak dapat dibagi habis dengan 4 anggota. Untuk menempatkan siswa dalam kelompok,urutkan mereka dari atas ke bawah berdasarkan kinerja akademik tertentu dan bagilah daftar siswa yang telah urut itu menjadi 5.Kemudian ambil satu siswa dari tiap perempatan itu sebagai anggota tiap tim yang berimbang.
b. Membuat lembar kegiatan siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran yang akan diajarkan.
c. Guru menyampaikan atau membaca–kan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh tim, pada saat kelompok sudah terbentuk.
d. Bila tiba saatnya kuis, bagikan kuis itu atau bentuk evaluasi yang lain dan berikan waktu yang cukup. Jangan mengizinkan siswa untuk bekerja sama pada saat mengerjakan kuis tersebut, sebab mereka harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar sebagai individu.
e. Buatlah skor tim dan skor individual.
f. Berilah pengakuan dan penghargaan kepada prestasi tim.
g. Berilah permainan matematika untuk semua tim.
Alasan penulis memilih Model Pembela–jaran Kooperatif Tipe (TGT) karena mem–punyai keunggulan:
1. Siswa dilatih keterampilan-keteram–pilan matematika yang spesifikasi untuk membantu sesama temannya.
2. Siswa diberikan pengahargaan atas kerja sama baik yang dapat menjadi motivasi
3. Memanfaatkan permainan dalam ke–lompok (menggunakan uang mainan untuk menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang.
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ini yaitu:
1. Pendidik dituntut untuk menyiapkan soal/kuis yang mencakup seluruh sis–wa.
2. Pendidik harus merencanakan per–mainan matematika yang mendukung materi
3. Siswa yang kurang mampu biasanya masih sulit bekerja sama.
Cara-cara untuk mengatasi:
1. Dalam membuat kuis sebaiknya guru memberikan soal yang mudah bagi siswa yang kurang mampu dan soal yang sulit bagi siswa yang pandai agar semua dapat menyumbangkan poin.
2. Permaian-permaian matematika de–ngan uang mainan dapat meningkat–kan pemahaman siswa terhadap mate–ri uang
3. Siswa yang kurang dapat bekerja sama terus dibimbing selam proses pengerjaan LKS agar mempunyai kesempatan belajar.
Penerapan Model Pembelajran Kooperatif Tipe (TGT) dalam meningkatkan kemam–puan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang:
1. Guru membagi siswa dalam 5 kelom–pok
2. Memilih ketua tim bagi kelompok masing-masing
3. Guru membagikan LKS tentang materi uang dan menyiapkan kuis pendek bagi siswa 9 soal kuis terlampir)
4. Guru bertanya jawab dengan membe–rikan skor bagi individu dan bagi tim tentang materi uang
5. Guru merencanakan permainan materi dengan uang mainan untuk menyele–saikan soal cerita yang melibatkan nilai uang.
6. Guru bertanya jawab untuk cerita me–nyimpulkan materi serta memberikan tes formatif.
Kerangka Berpikir
Pada pembelajaran materi uang dengan indikator menyelesaikan soal cerita ada sebagian siswa yang merasa kesulitan dalam pengerjaan. Dalam kehidupan seha–ri-hari siswa sudah terbiasa menggunakan uang tetapi jika dituangkan dalam soal cerita masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut. Oleh karena itu penulis mencoba mengangkat masalah tentang bagaimana upaya atau cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 2 Tambaksari melalui penerapan mo–del pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada pokok bahasan uang. Dalam hal ini siswa dilatih keterampilan yang spesifik untuk membantu sesama temannya bekerja sama dalam satu permainan kelompok kecil agar mampu dan bisa mandiri dalam menyelesaikan soal-soal cerita yang melibatkan nilai uang.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dari landasan teori dan kerangka berfikir maka hipotesis tindakan yang akan diajukan adalah seba–gai berikut. “Melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan tipe TGT (Teams Games Tournaments) pada pokok bahasan uang maka hasil belajar siswa kelas III SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora pada tahun pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan”.
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Subjek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap 27 peserta didik SD Negeri Tambahrejo Kecamatan Blora Kabupaten Blora pada Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tambahrejo Kecamatan Blora Kabupaten Blora yang beralamat di Jln. Raya Blora. Penelitian dilakukan di sekolah ini karena penulis adalah pendidik di sekolah tersebut.
3. Karakteristik Peserta Didik
Peserta didik yang dijadikan sub–jek penelitian ini adalah peserta didik kelas III yang berjumlah 27 peserta didik yang terdiri dari 14 peserta didik laki –laki dan 13 peserta didik perempuan.
Sumber Data
Data Penelitian Tindakan Kelas ini diambil atau dikumpulkan melalui guru kelas yaitu peneliti sendiri dan siswa II Semester II tahun 2012/2013 SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS–AN
Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Sesuai hakekat PTK pengamatan dilakukan oleh guru sendiri Namur karena menyita banyak waktu mak peneliti me–minta bantuan teman sejawat utnuk membantu mengumpukan data melalui observasi.
Data yang ditemukan dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan ter–hadap kegiatan siswa, kegitan guru, proses pembelajaran serta hasil tes formatif.
Daftar Distribusi Nilai Pra Siklus
No |
Nilai Siswa |
Frekuensi (orang) |
1. |
20 |
2 |
2. |
25 |
2 |
3. |
30 |
3 |
4. |
35 |
1 |
5. |
45 |
1 |
6. |
50 |
4 |
7. |
60 |
2 |
8. |
75 |
2 |
9. |
80 |
9 |
10. |
95 |
1 |
11. |
100 |
1 |
Grafik Perolehan Nilai Tes formatif Pra Siklus
2. Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2013. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pem–belajaran dengan perbaikan dalm metod pembelajaran agar meningkatkan aktivitas siswa dan pemahaman terhadap materi.
Peneliti melaksanakan penyusunan rencana perbaikan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, membimbing siswa dalam melakukan kegiatan serta menilai tes formatif siswa.
Hasil pengamatan dan penilaian pada Siklus I adalah:
1. Siswa mulai dapat bekerja sama dengan teman
2. Siswa mulai aktif untuk memahami materi dengan mengerjakan lembar kerja
3. Siswa mulai bertanggung jawab untuk menjawab kuis
4. Analisis nilai pada Siklus I, presentase ketuntasan mencapai 64,23%
Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I
No |
Nilai Siswa |
Frekuensi (orang) |
1. |
10 |
– |
2. |
20 |
– |
3. |
30 |
1 |
4. |
40 |
1 |
5. |
50 |
2 |
6. |
60 |
3 |
7. |
70 |
1 |
8. |
80 |
14 |
9. |
90 |
2 |
10. |
100 |
3 |
Grafik Perolehan Nilai Tes Formatif Siklus I
3. Siklus II
Pembelajaran pada siklus dua berjalan sesuai dengan rencana. Hal-hal yang menjadi perhatian pada siklus I yaitu menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang ada perbaikan pada siklus II. Berdasarkan pengamatan peneliti serta hasil diskusi dengan observer dapat diketahui bahwa perhatiaan peserta didik terhadap proses pembelajaran lebih me–ningkat. Hasil pengamatannya adalah se–bagai berikut:
1. Kerja sama siswa dengan teman satu timnya meningkat
2. Siswa mulai aktif dan lancar menger–jakan LKS
3. Siswa bertanggung jawab untuk mengerjakan kuis
4. Analisis nilai pada siklus II, prosentase ketuntasan mencapai 100% dengan kriteria ketuntasan minimal 75
Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I
No |
Nilai Siswa |
Frekuensi (orang) |
1. |
10 |
– |
2. |
20 |
– |
3. |
30 |
– |
4. |
40 |
– |
5. |
50 |
– |
6. |
60 |
– |
7. |
70 |
– |
8. |
80 |
14 |
9. |
90 |
11 |
10. |
100 |
3 |
Grafik Perolehan Nilai Tes Formatif Siklus II
Pembahasan Siklus
Hasil pelaksanaan Pra Siklus masih sangat rendah yaitu hanya 56% dari selu–ruh siswa yang tuntas KKM. Setelah dianalisis berdasarkan tes formatif ternyata ditemukan kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang. Atas dasar hal tersebut peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Pada siklus I pelaksanaan pembe–lajaran sudah membaik yaitu dengan aktif–nya siswa saat pembelajaran. Disini ketun–tasan belajar siswa meningkat. Pada pem–beljaran pra siklus ketuntasan siswa hanya 56% sedangkan pada siklus I mencapai 78% tetapi ketuntasan tersebut belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal 75% sehingga peneliti perlu merencana–kan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Keberhasilan sebuah tim berdasar–kan skor yang berhasil dikumpulkan oleh anggota tim pada waktu kuis. Pada model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) skor diperoleh dari individu masing-masing anggota tim saat menjawab kuis pendek yang merupakan skor individual dan skor tim / kelompok berdasarkan kerja sama yang dilakukan.
Pada pembelajaran siklus II hasil ketuntasan belajar siswa meningkat yaitu dari 78% pada siklus I menjadi 100% pada silklus II dengan rata-rata perolehan nilai 80,00.
Penulis menyadari tidak ada siswa yang belum tuntas. Meskipun anggota tim sudah dibagi secara berimbang sesuai tingkat kinerjanya tetapi kemampuan siswa ada juga yang masih kurang. Pada siklus II ini ada 27 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal 75 (KKM). Untuk siswa yang belum tuntas KKM sebanyak 0 siswa (0%) perlu diadakan tambahan pelajaran dan bimbingan khusus.
Nilai Matematika Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
Nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar
|
Pra siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1. Nilai rata -rata |
52,24 |
74,61 |
80,00 |
2. Ketuntasan |
56% |
78% |
100% |
3. Belum Tuntas |
44% |
28% |
0% |
Analisa dari data diatas terlihat dengan jelas bahwa pencapaian ketuntasan baik. Pada siklus I mencapai 78% dan pencapaian ketuntasan belajar pada siklus II dapat meningkat mencapai 100%.
Atas dasar penelitian di atas maka benarlah bahwa hipotesis tindakan yang diajukan yaitu melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan uang maka hasil belajar siswa kelas III SDN 2 Tambaksari Kecamatan Blora Kabupaten Blora tahun palajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dengan menggunakan Model Pembe–lajaran Kooperatif Tipe TGT maka kemampuan siswa dalam menyele–saikan soal matematika meningkat.
2. Dengan memberikan kesempatan ker–jasama dalam tim maka pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lebih baik.
3. Dengan memberikan permainan mate–matika menjadikan pelajaran matema–tika lebih menyenangkan dan tidak sulit.
4. Dengan metode pembelajaran yang tepat akan meningkatkan prestasi be–lajar siswa.
Saran
1. Pendidik hendaknya menggunakan metode ataupun model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran tidak membosankan.
2. Pendidik sebaiknya meminimalkan ce–ramah dan meningkatkan keaktifan siswa.
3. Pendidik sebaiknya merencanakan ke–bermaknaan pembelajaran karena akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, lebih bermanfaat sehingga konsep dari materi yang akan diajar–kan akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama.
4. Pendidik hendaknya selalu memberi–kan motivasi dalam setiap pelaksanaan pembelajaran agar siswa menyadari pentingnya materi tersebut dipelajari bagi kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Zain, Aswan, dan BD,Syaiful 1997, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta
http//: Hardinand, S.Pd, Model Pembelajaran STAD 2013/04/22
http//: Suhadinet-Wordpress.com /2008/03/28, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Tim FKIP (2007), Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan), Jakarta, Universitas Terbuka
IGAK Wardhani,dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 2006, Pendidikan Dasar dan Menengah