UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKn MATERI LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA

SESUAI UUD 1945 HASIL AMANDEMEN

MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BAGI SISWA KELAS VI SDN I KALILUNJAR

Subiarto

SD Negeri 1 Kalilunjar Kecamatan Banjarmangu

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkanmotivasi dan hasil belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Kalilunjar tahun pelajaran 2014/2015.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas, dengan melakukan dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, obeservasi dan refleksi. Tindakan siklus pertama dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). kelompok besar dan siklus kedua dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). kelompok kecil dan media Puzle.Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). pada materi lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen dapat meningkatkan motivasi belajar dari 27,27% pada kondisi awal menjadi 95,45% di siklus kedua dan hasil belajar meningkat sebesar 24,09 yaitu dari kondisi awal rata-rata 61,36 menjadi 85,45 di siklus kedua.Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Kalilunjar pada semester I tahun pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: motivasi, hasil belajar, model pembelajaranContextual Teaching and Learning (CTL).


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Peran guru, siswa, masyarakat maupun lembaga terkait lainnya sangat vital untuk mencapai tujuan pendidikan di Indonesia. Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan menuju tercapainya tujuan tersebut perlu disampaikan suatu upaya perbaikan sistem pembelajaran inovatif yang merangsang siswa untuk mencintai yang akhirnya mau mempelajari secara seksama terhadap suatu mata pelajaran.

Mata Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (Pkn) dalam konsep umum sering kali dipandang sebagai mata pelajaran hafalan yang membosankan.Usia anak sekolah dasar di Indonesia pada umumnya berada dalam rentang usia sekitar 6-12 tahun. Menurut psikologi perkembangan, rentang usia tersebut lazimnya disebut masa kanak-kanak dan masa reamaja. Guru dalam mengajarnya atau memberikan model pembelajaran yang diterapakan kurang sesuai dengan pola pikir siswa serta terbatasnya sarana pembelajaran (alat peraga) yang digunakan serta model pembelajaran yang belum sesuai dengan materi yang disampaikan.

Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan dengan dikuasainya materi pelajaran oleh siswa dalam waktu yang telah ditentukan. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai pada semester Itahun 2014/2015kelas VI hasil ulangan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen, kelas VI dalam hal ini masih menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran hanya 7 siswa dari 24 siswa di kelas VI dengan nilai rata-rata 60,42 (29,17%),dan 17 siswa dari 24 siswa yang belum tuntas (70,83%).

Salah satu dari sekian banyak kemampuan yang harus dikuasai guru adalah mampu membuat perencanaan pembelajaran yang baik, mampu menyajikan program pengajaran di kelas secara tepat dan mampu mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran maupun terhadap hasil belajar itu sendiri, serta mampu melaksanakan tindak lanjut dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini guru mengharapkan hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemenlebih meningkat.

Sadar akan hal tersebut, peneliti melakukan upaya perbaikan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada materi Lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemendengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mencapai hasil belajarPendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang lebih efektif.

Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan maka perlu dica-rikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkanmotivasi dan hasil belajar siswa dalam pembalajaran mata pelajaran pendidikan kewargane-garaan. Guru berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model pembalajaran yang variasi agar siswa tertarik dan semangat dalam belajar. Dengan latar belakang inilah peneliti mengambil judul:Upaya Meningkatkan Motivasi dan hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Mate-ri Lembaga-Lembaga Negara Sesuai UUD 1945 Hasil AmandemenMelalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Bagi Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Kalilunjar Pada Semester I Tahun Pelajaran 2014/ 2015”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada materi lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi Lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen melalui model pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Kalilunjar tahun pelajaran 2014/ 2015.

LANDASAN TEORI

Motivasi

Handoko (2002:112) mendefinisikan motivasi sebagai dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif‑motif itu memberi tujuan dan arah kepada tindakan manusia. Sementara itu William G. Scott dalam Hasibuan (2000:156) mengartikan motivasi sebagai serangkaian pemberian dorongan pada seseorang untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan‑tujuan yang diinginkan. Kemudian Winardi (2003:17) berpendapat bahwa motivasi merupakan proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.

Motivasi dapat ditimbulkan oleh berbagai macam faktor. Menurut Notoatmodjo (2004:69), timbulnya motivasi diakibatkan oleh faktor dari dalam diri seseorang itu sendiri (faktor intrinsik) maupun faktor yang berasal dari luar (faktor ekstrinsik). Faktor intrinsik dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan berbagai harapan yang menjangkau ke masa depan, sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber yang berasal dari luar dirinya, dalam hal ini berupa lingkungan dalam arti yang seluas‑luasnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa motivasi dipengaruhi oleh berbagai unsur yang berproses sedemikian rupa sehingga mempengaruhi motivasi seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi berkait erat dengan segala sesuatu yang dilihat, dirasakan dan dipikirkan seseorang dengan cara yang sedikit banyak berintegrasi di dalam mengejar suatu tujuan.

Hasil Belajar

Winkel (1991:36) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Harold Spears dalam (Suprijono, 2010:2) menjelaskan belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

Syah (2010: 87) menyatakan belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Dari beberapa definisi belajar yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil pengalaman seperti mengamati, mencoba sesuatu, membaca, meniru dan mendengar yang bersifat permanen. Perubahan tersebut meliputi perubahan pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap

Menurut (Suharsimi, 2000: 19) hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh anak atau siswa setelah ia melakukan aktifitas belajar dengan suatu evaluasi yang memadai. Hasil belajar adalah umpan balik apa yang telah dilakukan dalam pembelajaran. Jadi hasil belajar merupakan alat untuk melihat kemajuan belajar siswa dalam penguasaan materi pengajaran yang telah ditetapkan.

Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Menurut Purwanto (2000: 84), belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap mata pelajaran setelah mengalami proses evaluasi pembelajaran.Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi rendahnya hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan tingkat/ besarnya perubahan tingkah laku yang dapat dicapai dari suatu pengalaman mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan setelah seseorang belajar (Zainal Aqib, 2007: 84). Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazim diukur dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.Menurut Bloom (dalam Hernawan,2007:12-23) hasil belajar digolongkan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif,afektif,dan psikomotor.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang pelajar yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang ditunjukkan dengan nilai yang diberikan setelah mengalami kegiatan belajar

Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pendekatan pengajaran adalah suatu rancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan. Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dan langsung bagi langkah-langkah metode pengajaran yang akan digunakan.

Nurhadi (2003:13) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dan usaha siswa mengkonstruksi sendini pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

Pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), Refleksi (Reflection) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina, 2005: 109).

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi dimana proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata dimana siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan dimana siswa bukan hanya dapat memahami materi yang dipelajarinya akan tetapi bagaimana materi tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwaCTL merupakan pendekatan belajar yang mendekatkan materi yang dipelajari oleh siswa dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Jika dilaksanakan dengan baik, CTL dapat meningkatkan makna pembelajaran bagi siswa. Peningkatan makna pembelajaran ini pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa, baik hasil belajar yang berupa kemampuan dasar maupun kemampuan fungsional. Pendekatan CTL memerlukan guru yang gemar mempelajari konteks untuk dikaitkan dengan materi pelajaran yang diajarkan

Pendekatan pembelajaran yang dipilih pada materi lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen di kelas VI merupakan suatu hal yang sangat penting karena dilihat dari sudut psikologi bahwa setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menerima pembelajaran, untuk itu maka di perlukan pendekatan yang sesuai dengan potensi anak didik. Mengingat hal tersebut., maka dipilihlah pendekatan CTL yang dirasa dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VI SD Negeri 1 Kalilunjar tentang materi lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen.

Hipotesis Tindakan

Melalui pembelajaran dengan mo-del pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi Lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemenbagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Kalilunjar pada semester Itahun pelajaran 2014/2015.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat penelitian ini dilakukan sesuai tugas peneliti yaitu di SD Negeri 1 Kalilunjar Kecamatan Banjarmangu Kabu-paten Banjarnegara, mengambil kelas VI dengan jumlah siswa 24 anak. Waktu penelitian dilakukan pada semester Itahun pelajaran 2014/2015 disebabkan karena materi yang diteliti diajarkan pada waktu itu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil pembelajaran berbentuk nilai tes formatif. Data kualitatif berupa proses pembelajaran. Tehnik pengumpulan data tersebut dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa: tes tertulis, untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran dan pedoman observasi, untuk mengamati motivasi siswa untuk belajar dalam proses pembelajaran.

Validasi data biasanya diperlukan untuk memperoleh data hasil penelitian yang akurat dan menggunakan dua sumber, yaitu sumber data primer adalah hasil tes dan sumber data sekunder berupa hasil observasi.

Analisis data ini peneliti gunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah: data menggunakan kuantitatif dan kualitatif, dan kuantitatf akan diolah dalam bentuk paparan narasi yang menggambarkan kualitas pembelajaran.

Data Kuantitatif menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan nilai kondisi awal, setelah pelaksanaan tindakan siklus pertama dan tindakan siklus kedua yang dilanjutkan dengan refleksi.Data kualitatif, hasil pengamatan menggunakan analisis deskriptif berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi dari kondisi awal dan dari tiap-tiap siklus.

Penelitian ini menggunakan meto-de penelitian tindakan kelas. Langkah selanjutnya peneliti menentukan banyak-nya tindakan yang dilakukan dalam siklus yaitu sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (obser-ving), dan refleksi (reflecting)

Tindakan siklus pertama dengan model pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) kelom-pok besar dan siklus kedua dengan model pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)kelompok kecil dan Puzle.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada kondisi awal, siswa yang tuntas belajar sebanyak 7 dari 24 siswa (29,17%) dengan rata-rata 60,42. Pada siklus pertama siswa yang tuntas belajar sebanyak 17 dari 24 siswa (70,83%) dengan rata-rata 70,42. Pada siklus kedua siswa yang tuntas belajar sebanyak 23 dari 24 siswa (95,83%) dengan rata-rata 82,08.

Sedangkan siswa yang mengalami ketidaktuntasan dalam belajar dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada studi awal, siswa yang belum tuntas dalam belajar sebanyak 17 siswa dari 24 siswa yang berarti mencapai 70,83%.Pada siklus I, siswa yang belum tuntas dalam belajar sebanyak 7 siswa dari 24 siswa yang berarti 29,17%.Pada siklus II, siswa yang belum tuntas dalam belajar sebanyak 1 siswa dari 24 siswa yang berarti 4,17%.

Dengan memperhatikan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman terhadap mata pelajaran Pkn materiLembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen mengalami kenaikan setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Selain itu juga menunjukkan adanya kenaikan angka ketuntasan yang sangat signifikan. Dari studi awal hingga siklus kedua menunjukkan adanya keberhasilan dalam pembelajaran.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar

No

Pembelajaran

Hasil Belajar Siswa

Rata-rata

Tuntas

Persentase

Belum

Persentase

1

Studi Awal

60,42

7

29,17

17

70,83

2

Siklus I

70,42

17

70,83

7

29,17

3

Siklus II

82,08

23

95,83

1

4,17

Berdasarkan pada tabel tersebut diperoleh keterangan bahwa pada setiap siklus kegiatan terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada setiap perbaikan pembelajaran sebagai berikut: Hasil belajar siswa pada siklus pertama naik 41,66% bila dibandingkan dengan kegiatan pada kondisi awal. Siswa tuntas belajar pada siklus pertama bertambah 10 siswa bila dibandingkan dengan kegiatan pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada siklus kedua naik 25,00% bila dibandingkan dengan kegiatan pada siklus pertama. Siswa tuntas belajar pada siklus kedua bertambah 6 siswa bila dibandingkan dengan kegiatan siklus pertama.

Motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Hasil pengamatan observer selama tindakan perbaikan berlangsung dari siklus I sampai siklus II tentang motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Semua aspek diamati meliputi; perhatian siswa, rasa ingin tahu, dan motivasi bekerja mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Dibawah ini disajikan tabel yang berisi rekaputilasi hasil pengamatan oleh observer tentang motivasi belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 2. Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa

Kegiatan pembelajaran

Siswa yang memiliki motivasi tinggi

Prosentase

Siswa yang memiliki motivasi rendah

Prosentase

Kondisi awal

Siklus pertama

Siklus kedua

9

16

23

37,50%

66,67%

95,83%

15

8

1

62,50%

33,33%

4,17%

Beberapa hal yang dapat peneliti temukan dari perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dilakukan adalah: (1) Pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memberi peran lebih besar pada siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru bukan lagi sebagai penyampai pengetahuan kepada siswa, tetapi sebagai rekan belajar, model, pembimbing, dan fasilitator agar pemebelajaran menjadi lebih bermakna. (2) Pembelajaran dengan melaksanakan langkah pembelajaran secara lengkap yang meliputi penanaman konsep, pembinaan ketrampilan, dan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) akan menghasilkan pembelajaran yang efektif, dimana siswa akan membentuk sendiri pengetahuannya (constructivism).

Dalam pelaksanaan siklus I jumlah siswa yang tuntas 17 siswa mencapai 70,83%, motivasi siswa yang positif 16 siswa mencapai 66,67%. Dalam pelaksanaan siklus II jumlah siswa yang tuntas 23 siswa mencapai 95,83%, motivasi siswa yang positif 23 siswa mencapai 95,83%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil analisis dan temuan pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama, dan kedua dapat disimpulkan bahwa Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada materi Lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen.

Saran

Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada materi Lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen. Disarankan untuk penelitian ini dilanjutkan, apakah metode pembelajaran pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) juga cocok diterapkan juga pada materi dan mata pelajaran lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Zaenal. 2007. Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Yrama Widya

Handoko. T. Hani. 2002. Manajemen edisi 2. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Hasibuan, Melayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. LP3ES. Jakarta

Hernawan, Asep Herry. 2007. Pengembangan Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: Universitas terbuka

Notoatmodjo, Soekidjo, 2004, Pengembangan Sumberdaya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta.

Nurhadidkk.2003.PembelajaranKontekstualdanPenerapannyadalamKBK. Malang:UNM

Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Winardi, 2003, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Winkel. W. S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo