Penerepan Pendekatan Saintifik
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 1 SD NEGERI PACAR
PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sukatiwi
Guru Kelas I SD Negeri Pacar
ABSTRAK
Implementasi kurikulum 2013 menunjukkan bahwa pendekatan tematik memiliki perbedaan kualitatif dengan pendekatan pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda, sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Berdasarkan observasi awal di SD Negeri Pacar ditemukan masalah dalam pembelajaran di kelas 1. Hal ini terlihat dari guru dalam menyampaikan materi cenderung menggunakan metode ceramah, tidak menggunakan alat peraga, aktivitas siswa kurang terlihat sehingga hasil belajar siswa rendah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di kelas 1 SD Negeri Pacar. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di kelas 1 SD Negeri Pacar melalui penerapan pendekatan saintifik. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus dan setiap siklus terdiri 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas 1 SD Negeri Pacar yang berjumlah 31 siswa. Teknik pegumpulan data menggunakan tes, observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada pembelajaran tematik melalui penerapan pendekatan saintifik pada siklus I memperoleh skor rata-rata 2,87 dengan kualifikasi baik dan pada siklus II meningkat menjadi skor rata-rata 3,33 dengan kualifikasi sangat baik. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal hanya 1 dari 31 siswa yang tuntas. Pada siklus I hasil belajar siswa mendapat nilai rata-rata 63 dengan persentase 61% siswa tuntas belajar dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 78 dengan persentase 84% siswa tuntas belajar. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di kelas 1 SD Negeri Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.
Kata Kunci: aktivitas, hasil belajar, pembelajaran tematik, pendekatan saintifik
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar diarahkan untuk meng–gunakan pendekatan tematik. Pendekatan tematik merupakan pembelajaran terpadu yang dilandasi oleh berbagai teori belajar antara lain teori psikologi Gestalt dan teori perkembangan kognitif Piaget. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa pendekatan tematik dapat memacu per–cepatan dan peningkatan kapasitas memori peserta didik. Secara garis besar, teori tersebut menjelaskan bahwa anak mulai menunjukkan perilaku belajar dengan mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur–unsur secara serentak, mulai membentuk dan mempergunakan keterhubungan atur–an–aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.
Dengan kecenderungan belajar de–mikian, maka siswa usia SD akan lebih mudah belajar melalui pendekatan pembelajaran terpadu yang menekankan pada pengalaman dan kebermaknaan bagi anak. Disamping itu, didalam pembelajaran terpadu diperhatikan aspek emosi, minat dan bakat anak sehingga dapat menumbuhkan sikap positif anak.
Pembelajaran yang terjadi di SD Negeri Pacar menunjukkan suatu proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru banyak memberikan ceramah sedangkan siswa bertindak pasif sebagai pendengar dan sebagai penerima materi pelajaran. Proses pembelajaran tidak mencoba mengaktifkan siswa agar siswa bisa menemukan sendiri suatu konsep, akan tetapi siswa hanya diberi materi untuk dicatat dan dihafalkan tanpa siswa tahu dari mana asal konsep atau rumus tersebut. Selain itu, dalam mengajar ternyata guru juga masih jarang menggunakan alat peraga. Guru hanya ceramah menjelaskan materi, kemudian memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam hal seperti ini tentu saja aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kurang atau bahkan tidak tampak. Proses pembelajaran yang seperti itu menjadikan pembelajaran tidak menarik bagi siswa. Siswa akan merasa capat jenuh dan bosan sehingga akan menurunkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Menurunnya minat siswa akan berdampak pada rendahnya pemahaman konsep sehingga akan menurunkan hasil pembelajaran di kelas. Dampak lain yang dimungkinkan bisa terjadi adalah siswa menjadi tidak mampu menerapkan ilmu yang dipelajarinya untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari karena pengetahuan yang didapatnya adalah pengetahuan hafalan bukan penguasaan suatu konsep. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari kepala sekolah yang dalam hal ini juga sabagai kolabolator menyatakan bahwa sebagian besar siswa kelas 1 tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari karena rendahnya pemahaman siswa.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru. Dalam pembelajaran, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan permasalahan terse–but, maka peneliti merasa penting untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Kelas 1 SD Negeri Pacar Pada Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Rumusan Masalah
1. Apakah pembelajaran tematik melalui pendekatan saintifik dapat meningkat–kan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tematik di kelas 1 SD Negeri Pacar?
2. Apakah pembelajaran tematik melalui pendekatan saintifik dapat meningkat–kan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri Pacar?
Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan aktivitas siswa kelas 1 SD Negeri Pacar pada pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa V SD Negeri Pacar dalam pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Jam belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing–masing 30 jam/minggu, 32 jam/minggu, 34 jam/minggu sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing–masing 36 jam/minggu dan per jam adalah 35 menit. Dengan demikian, ada tambahan jam belajar sementara jumlah KD berkurang/dikurangi. Oleh karena itu, guru dipandang mempunyai waktu yang memadai untuk mengembangkan proses pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dan kreatif.
Proses pembelajaran yang me–mungkinkan siswa aktif dan kreatif memerlukan waktu lebih panjang dan strategi tertentu. Dalam hal ini, siswa dilatih untuk berpikir ilmiah melalui aktivitas mengamati, menalar, berkomuni–kasi dan menjalin jejaring. Tema yang digunakan sebagai titik tolak beberapa mata pelajaran kemudian dalam proses pembelajarannya menggunakan pendekat–an saintifik.
Pendekatan saintifik dimaksudkan agar siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi dan bukan diberi tahu.
Aktivitas merupakan asas yang terpenting dalam belajar. Menurut Djama–rah dalam Arikunto (2002: 2 ) belajar adalah aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Aktivitas di sini dipahami sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju ke perkem–bangan pribadi individu seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor). Hilgard dan Brower berpendapat belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik dan pengalaman.
Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya berane–karagam kemungkinan dan potensi yang hidup dan yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri Oemar Hamalik (2001: 170). Dalam kemajuan metedologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
Belajar sebagai proses adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya guna meningkatkan kualitas kehidupan, sedangkan belajar sebagai hasil adalah akibat dari belajar sebagai proses, sehingga seseorang yang telah mengalami proses belajar akan memperoleh hasil berupa kemampuan terhadap sesuatu yang menjadi hasil belajar.
Benjamin Bloom (dalam Tri Anni, 2006: 7) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu 1) Ranah kognitif, ber–kenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, 2) Ranah afektif, berkenaan denagn sikap yang terdiri dari penerimaan jawaban atau reaksi dan penilaian, 3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Pembelajaran Tematik Terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka. Dengan adanya kaitan tersebut maka siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik terpadu, siswa akan dapat memahami konsep–konsep yang saling terkait dari beberapa mapel yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dari usia mereka.
Tema dalam pembelajaran tematik berperan sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran yang relevan dengan konsep yang saling terkait, sehingga memunculkan makna belajar bagi siswa. Tema yang dipilih sebaiknya tidak asing bagi kehidupan siswa. Tema dipilih dari yang diketahui siswa ke yang belum diketahui, dari yang dekat dengan lingkungan siswa ke yang jauh, dari yang sederhana ke yang rumit, dan dari yang kongkret ke yang abstrak.
Menurut Jacobs (1989) bila ditin–jau dari sifat materi dan cara memadukan ada 5 model pembelajaran terpadu yaitu 1) Indicipliner based model (model berbasis pembelajaran terpisah), 2) Parallel model (model paralel), 3) Multidisciplinary model (model keterkaitan antar mata pelajaran), 4) Interdisciplinary model (mo–del interdisipliner), 5) Integrated model (model terpadu).
Adapun Fogarty (1991) mengem–bangkan 10 model pembelajaran terpadu yang ditinjau dari sifat materi, dan cara memadukan konsep, keterampilan dan unit tematiknya, yaitu 1) Connected model (model hubungan/model terkait), 2) Web–bed model (model jaring laba–laba/model terjala), 3) Integrated model (model terpa–du), 4) Fragmented model (model terpi–sah), 5) Nested model (model gugusan), 6) Sequenced model (model urutan), 7) Shared model (model gabung bagian), 8) Threaded model (model rajutan), 9) Immersed model (model celup), 10) Networked model (model jaringan).
Sebagai suatu pendekatan, pembe–lajaran tematik memiliki karakteristik, yaitu 1) Pembelajaran berpusat pada anak¸2) Memberikan pengalaman langsung pada anak¸ 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mapel dalam suatu proses pembelajaran sehingga bermakna, 5) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan pembelajaran tematik, diantaranya 1) Banyak materi–materi yang tertuang dalam beberapa mapel mempunyai keterkaitan konsep, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh, 2) Siswa mudah memusatkan perhatian karena beberapa mapel dikemas dalam satu tema yang sama, 3) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan ber–bagai kompetensi beberapa mapel dalam tema yang sama, 4) Pembelajaran tematik melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan beberapa mapel, se–hingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya, dan memungkinkan berkembangnya jaring–an konsep, 5) Menghemat waktu karena beberapa mapel dikemas dalam tema dan disajikan secara terpadu dalam alokasi pertemuan–pertemuan yang direncanakan.
Menurut Siskandar (2003) pembe–lajaran tematik mempunyai kekuatan diantaranya 1) Pengalaman dalam pembe–lajaran relevan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa, 2) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, 3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena pembelajaran bermakna dan menyenangkan, 4) Mengembangkan kete–rampilan berpikir siswa sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, 5) Menum–buhkan keterampilan sosial dalam hal bekerja sama, saling toleransi, dan komunikasi.
Kerangka Berpikir
Dugaan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di kelas 1 SD Negeri Pacar adalah proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran saintifik. Berdasarkan hal tersebut, di dapat satu kerangka berfikir yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat menciptakan kondisi dan kualitas pembelajaran yang lebih baik. Siswa berfikir kreatif, siswa dalam situasi antara bermain dan belajar, mengamati, menganalisa, bahkan berlatih membuat suatu kesimpulan yang akan menjadi konsep dan pengalaman baru dalam kehidupannya, sehingga kondisi ini akan membantu tertanamnya konsep, dengan tertanamnya konsep akan mempengaruhi dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupannya.
Hipotesis Tindakan
dengan menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik maka aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas 1 SD Negeri Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang dapat meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, subjek penelitian adalah semua siswa kelas 1 SD Negeri Pacar tahun pelajaran 2014/2015, yang berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester I Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Pacar yang beralamat di Jalan Gajah Mada Kelurahan Pacar Kecamatan Rem–bang.
Data dan Pengumpulan Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas 1 SD Negeri Pacar yang sekaligus sebagai peneliti.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data yaitu, Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah kuantitatif hasil belajar siswa kelas 1 yang diambil dengan cara memberikan tes tertulis ditiap siklus dan Data kualitatif pada penelitian ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik.
Data hasil belajar diambil dari teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes berupa teknik tertulis sedangkan teknik non tes berupa observasi. Untuk teknik tes alat pengumpulan data berupa lembar kerja kelompok dan tes evaluasi selama siklus penelitian pembelajaran tematik berlangsung. Untuk teknik non tes, alat pengumpulan data berupa lembar observasi dan catatan lapangan. Lembar observasi dilakukan untuk mengetahui sikap dan aktivitas siswa selama pembelajaran tematik berlangsung. Selama pembelajaran guru dan observer mengamati sikap dan aktivitas siswa.
Prosedur atau langkah-langkah PTK
Metodologi penelitian ini mengacu pada teori Kemmis dan Taggart. Kemmis dan Taggart dalam (Zainal Aqib, 2006:31) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas menggunakan model spiral (the action research spiral). Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang saling terkait dan berkesinambungan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS–AN
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Refleksi tindakan pada siklus I ini lebih difokuskan pada masalah yang muncul selama tindakan. Adapun permasa–lahan yang muncul dalam pembelajaran, yaitu a) Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru sehingga dalam kegiatan kelompok banyak siswa yang tidak menyelesaikan tugas dan bermain sendiri, b) Siswa kurang bekerja sama dalam kelompok, c) Kelompok tidak mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, d) Siswa kurang lancar dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok, bahkan ada kelompok yang yang tidak mempresentasikan hasil kalau tidak dipaksa untuk maju, e) Perhatian dan bimbingan guru kurang merata sehingga masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dan kelompok yang menunggu bimbingan guru, f) Hasil tes akhir menunjukkan masih ada 39% siswa yang belum tuntas, ketuntasan belajar hanya 61%.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka hal-hal yang perlu diperbaiki dan diadakan revisi untuk tahap pelaksanaan berikutnya adalah a) Guru menegaskan kembali tentang pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik, b) Guru menginformasikan dan memberi motivasi bahwa semua kegiatannya akan dinilai, c) Pembelajaran dibuat semenarik mungkin dengan menggunakan media dan multi metode sehingga siswa lebih tertarik untuk memperhatikan pelajaran, d) Guru lebih memberikan motivasi dan penguatan agar siswa tidak takut, tidak canggung untuk mengeluarkan pendapat ataupun berperan aktif dalam pembelajaran, e) Guru lebih meratakan perhatian dan bimbingan baik secara individu maupun kelompok, f) Kepada siswa diinformasikan materi pelajaran yang akan dibahas pada siklus berikutnya dengan tujuan agar siswa lebih siap dalam mengikuti pembelajaran.
2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Hasil refleksi tindakan pada siklus II ini meliputi a) Proses pembelajaran lebih baik hal ini bisa ditunjukkan dengan siswa lebih antusias mengikuti pelajaran, siswa lebih berani untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, perhatian guru lebih merata, dan dalam diskusi tidak didominasi oleh anak-anak yang pandai saja, b) Rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus II ini adalah 84% dengan kriteria sangat baik sehingga sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan yaitu aktivitas siswa minimal baik dalam lembar pengamatan, c) Data yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai akhir pada siklus II ini hanya 5 anak yang belum tuntas, sebanyak 16%. Sedangkan 26 anak nilainya sudah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 65, sebanyak 84%, sehingga indikator keberhasilan sudah tercapai pada siklus II ini.
Hal yang perlu ditekankan pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya adalah adalah a) Meningkatkan aktivitas siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, b) Meningkatkan kerjasama dalam kelompok, c) Meningkatkan aktivitas siswa mengemukakan pendapat.
Pembahasan
Pada Siklus I, hasil skala penilaian aktivitas siswa pada pertemuan pertama kesiapan belajar siswa adalah 2,73 dengan kategori baik. Hasil skala penilaian aktivitas siswa pada pertemuan pertama kesiapan belajar siswa adalah 3,0 dengan kategori baik.
Pada Siklus II, hasil skala penilaian aktivitas siswa pada pertemuan pertama kesiapan belajar siswa adalah adalah 3,15 dengan kategori sangat baik. Hasil skala penilaian aktivitas siswa pada pertemuan kedua kesiapan belajar siswa adalah adalah 3,5 dengan kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat peningkatan hasil belajar tematik melalui penerapan pendekatan saintifik dari siklus I sampai siklus II. Hasil belajar siklus I nilai rata-rata adalah 63. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh siswa adalah 61% dengan jumlah siswa sebanyak 19 siswa. Untuk siklus II nilai rata-rata hasil belajar adalah 78. Adapun ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh adalah 84% dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa.
Menurut data di atas terdapat kenaikan hasil belajar serta kenaikan ketuntasan belajar klasikal dari siklus I sampai dengan siklus II, dari 61% menjadi 84%. Terjadinya kenaikan hasil belajar dikarenakan dalam tahap pembelajaran guru melakukan kegiatan secara terencana dan sistematis. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hal ini terbukti guru menggunakan media dalam kegiatan pengajaran yang mengakibatkan siswa lebih tertarik, merasa senang, termotivasi, untuk belajar dan menumbuhkan rasa ingin tahu. (Winataputra, H. Udin.S 2003: 52) dan memberikan motivasi belajar siswa dan menyadarkan siswa akan tujuan pembelajaran yang harus dicapai (Gagne dalam Majid Abdul 2009: 69) serta guru menumbuhkan motivasi ketika pertanyaan diajukan (Majid, Abdul 2009: 85).
Pada pendekatan saintifik guru tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi mendorong siswa untuk mengkonstrusi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui pendekatan saintifik siswa belajar melalui “mangalami” bukan “menghafal”. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berupa kegiatan observasi, diskusi kelompok. Dengan diskusi siswa dapat saling bekerja sama dan bertukar pendapat satu sama lain. Dengan kegiatan observasi siswa cenderung menafsirkan solusi dari permasalahan yang diberikan. Dengan begitu pembelajaran berjalan efektif dan lebih menyenangkan. Siswa lebih memahami materi melalui pengalaman belajar sendiri.
Peran guru dalam pembelajaran sebagai fasilitator, mediator dan evaluator. Disini bukan guru yang berperan aktif tetapi siswa yang berperan aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai fasilitator guru menempatkan diri sebagai pemberi arahan dan petunjuk agar siswa dapat belajar secara optimal. Guru yang efektif menurut Oemar Hamalik (2009:127) dalam Pembelajaran adalah menyediakan lingkungan belajar yang serasi, merencanakan serta menilai bahan belajar yang akan diberikan, membantu siswa memecahkan berbagai macam masalah, membantu membuat catatan yang berguna untuk menyusun laporan. Guru dalam kelas bukan sebagai penguasa tetapi sebagai fasilitator yaitu siswa yang menemukan sendiri penyelesaian suatu masalah dengan dibimbing guru menggunakan penerapan pendekatan saintifik.
PENUTUP
Simpulan
1. Penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran yaitu siklus I rata-rata 2,87 dengan kriteria baik dan siklus II rata- rata 3,33 dengan kriteria sangat baik.
2. Penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 63 dengan ketuntasan belajar 61%, dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 78 dengan ketuntasan belajar 84%.
Saran
1. Kepada pendidik dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah hendaknya menerapkan pendekatan saintifik untuk mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Guru hendaknya lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan menemukan konsep sendiri dalam diskusi serta guru membantu seperlunya saja karena pembelajaran tersebut dapat mencipta–kan suasana yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
3. Suatu keberhasilan dalam bentuk prestasi belajar tidak bergantung pada orang lain tetapi lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri. Untuk itu siswa hendaknya terlibat secara penuh baik secara fisik maupun psikis dalam proses pembelajaran, hal ini memper–mudah tercapainya tujuan belajar.
4. Sekolah hendaknya memberikan dukungan sarana dan prasarana untuk melakukan inovasi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan PSDMPK & PMP. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.
Dahar, RW., 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Fogarty, R. 1991. Constructing Knowledge Together Classroom as Center of Inquiry and Literacy. Portsmoth. NH: Heineman.
—————–, 1991. How To Integrate The Curricula. Palatine, Illinois: IRI/Skylight Publishing, Inc.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: P.T., Bumi Aksara
httpone.indoskripsi.comnode6312 (Diakses tanggal 30 April 2014)
Holiwarni, B., dkk., 2008. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing pada Mata Pelajaran Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 016 Pekanbaru Kota (Laporan Penelitian). Pekanbaru: Lemlit UNRI
Jacobs, H. 1989. Interdiciplinary Curriculum: Design and Implementation. Alexandria: VA.
Jurnal Geliga Sains 3 (2), 8-13, 2009 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau ISSN 1978-502X.
Karuniawati. 2009. Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Pendekatan saintifik Pada Siswa Kelas 1 Sd Negeri 2 Cingkrong Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Tersedia dalam: http://educare.efkipunla.net/index.php?option=com_content&task=view&id=61. (Diakses tanggal 30 April 2014)
Moedjiono & M. Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: Depdikbud Dirjendikti Proyek Pembinaan tenaga kependidikan
Muslich, Mansur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual. Malang: Bumi Aksara.
Poerwardamita W.J.S. 1991. Kamus bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Rizqi, 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guide-Discovery Learning) yang Mengintegrasikan Kegiatan Laboratorium untuk Fisika SLTP Bahan Kajian Pengukuran. Tesis, UNESA (tidak dipublikasikan).
Siskandar. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukayati. 1998. Pembelajaran Terpadu (Ringkasan dan Refleksi). Makalah tidak dipublikasikan. Malang: Program Pasca Sarjana IKIP Malang.
Sukayati & Sri Wulandari. 2009. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Modul Suplemen Program BERMUTU. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MMK UNNES
Sumantri Mulyani, Permana Johar. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.
Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin. 2006, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia.
Suryobroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syamsudini , 2012. Aplikasi Metode Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, Motivasi Belajar dan Daya Ingat Siswa.
Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tri Anni, Catharina dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wahyu. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Tematik melalui Lesson study. Online:http://127.0.0.14664cacheevent_id=20440&schema_id=6&q= makalah+i+wayan&s=tNnO3k88t_bzEobxZnoZ5nCUDTI.htm (Diakses tanggal 30 April 2014)
Wibowo, Mungin E. 2006. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES.