Peningkatan Hasil Belajar IPA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PURWOREJO
KECAMATAN KALIORI KABUPATEN REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Sulastri
Guru Kelas IV SD Negeri Purworejo
ABSTRAK
Penelitian ini tentang penggunaan metode Quantum dalam upaya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang tahun pelajaran 2011/2012. Setelah perlakuan diberikan dalam tiga siklus, secara bertahap terjadi peningkatan nilai rata-rata ulangan harian. Hal ini menunjukkan bahwa metode quantum dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa siswa kelas IV SD Negeri Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang tahun pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci: Metode Quantum
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu mata pelajaran yang ada di SD yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah IPA dan SD merupakan tempat pertama siswa mengenal konsep-konsep dasar IPA, karena itu pengetahuan yang diterima siswa hendaknya menjadi dasar yang dapat dikembangkan di tingkat sekolah yang lebih tinggi di samping mempunyai kegiatan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataan yang terjadi, mata pela–jaran IPA tidak begitu diminati dan kurang disukai siswa. Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPA sulit untuk dipelajari. Akibatnya rata-rata hasil belajar siswa cenderung lebih rendah dibanding mata pelajaran lainnya. Berdasarkan hasil tes ulangan harian yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IV SD Negeri Purworejo pada materi energi bunyi dan rambatannya, prestasi belajar siswa masih rendah. Persentasi siswa tuntas hanya 22,2% persen dari 18 siswa dan untuk siswa seluruhnya diperlukan remedial.
Terkait belum optimalnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Purwore–jo, maka penulis berupaya menerapkan model pembelajaran Kuantum sebagai sa–lah satu alternatif pembelajaran yang ber–makna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menye–nangkan.
Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun 2011/2012”.
Rumusan Masalah
Apakah model pembelajaran Kuan–tum dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun 2011/2012?
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Kuantum dapat mening–katkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Purworejo.
2. Memaparkan cara pelaksanaan model pembelajaran Kuantum dalam mening–katkan hasil belajar IPA di kelas IV SD Negeri Purworejo.
LANDASAN TEORI
Kajian Pustaka
Menurut M. Djauhar Sidiq dkk (2008: 8), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswa yang belajar. Menurut Nasution dkk (1997: 37) dalam hhtp://digilib.unnes.ac.id, pembelajaran adalah sebagai suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.
Komponen Pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencair, penerima dan penyim–pan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2. Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar dan peranan lainnya yang memung–kinkan berlangsungnya kegiatan bela–jar-mengajar yang efektif.
3. Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar-mengajar.
4. Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5. Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
6. Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar dapat mencapai tujuan.
7. Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
8. Kurikulum dan silabus.
Berdasarkan komponen-komponen tersebut, maka pembelajaran sebagai sistem di dalamnya merupakan perpaduan beberapa komponen pembelajaran, di mana komponen satu dengan yang lain dimanipulasikan agar terjadi saling berhu–bungan, saling melengkapi dan saling bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dirumuskan.
Menurut Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu dkk (2008: 4), Model Pembela–jaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para peng–ajar dalam merencanakan dan melaksana–kan aktivitas pembelajaran.
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 14) model pembelajaran merupakan rencana, pola atau pengaturan kegiatan guru dan peserta didik yang menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran. Model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajar–an dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka kon–septual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam pengorganisasian pe–ngalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembe–lajaran dan para pengajar dalam meren–canakan dan melaksanakan aktivitas belajar.
Kuantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembe–lajaran Kuantum dengan demikian adalah Orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus di ramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar mene–rapkan suasana belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005: 5).
Karakteristik Pembelajaran Kuan–tum adalah a) Pembelajaran Kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, b) Pembelajaran Kuantum bersifat humanintis manusia selalu pembelajaran menjadi pusat perhatiannya, potensi diri, kemam–puan pikiran, daya motivasi diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal, c) Pembelajaran Kuantum bersifat kons–truktivitas, pembelajaran Kuantum bersifat menekankan pentingnya peranan lingkung–an dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal yang memudahkan dalam mencapai keberhasila ujuan pembelajaran, d) Pembelajaran Kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna bukan sekedar transaksi makna, e) Pembelajaran Kuantum menekankan ke alamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, sehingga menimbul–kan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, menyenangkan, f) Pembelajaran Kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran, g) Pembela–jaran Kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup dan prestasi fikal atau material, h) Pembelajaran Kuantum menginteraksi totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005: 6).
Pembelajaran Kuantum mengingat–kan guru pada pentingnya memasuki dunia murid. Guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Belajar dari definisinya adalah kegiatan full-contact. Dengan kata lain, belajar melibat–kan semua aspek kepribadian manusia di antaranya pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap, keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang.
Peranan Pembelajaran Kuantum dalam pembelajaran adalah mengorgani–sasikan berbagai interaksi proses pembela–jaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat. Seperti memanfaatkan ikon-ikon sugesti yang membangkitkan sema–ngat belajar siswa, penyajian materi yang prima sehingga siswa belajar secara mudah dan alami. Mengacu berbagai teori di atas maka penerapan model pembelajaran Pembelajaran Kuantum merupakan Condition Sine Quanon (mutlak) diperlukan dalam proses pembelajaran. Hal ini dijadikan sebuah stilukus yang diharapkan mampu memberikan respon positif dalam pembelajaran sehingga guru mampu mendesain proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Hasil belajar menurut Dimyati dalam Ranti (2007: 12) dalam http://one.indoskripsi.com adalah hasil proses belajar di mana pelaku aktif dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Menurut Nana Sudjana (2005: 3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melalui proses pembelajaran.
Pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan tes dan evaluasi. Eva–luasi dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa. Untuk melaku–kan evaluasi diperlukan adanya evaluasi yang objektif, menyeluruh dan berkesinam–bungan. Dalam sistem pendidikan nasional rumuskan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instrasional menggunakan klasifikasi hasil belajar dan Benjamin Bloom yang ranah kognitif, ranah efektif dan ranah spikomotoris (Nana Sudjana, 2005: 22).
Menurut Srini M. Iskandar (2001:2) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam (Margono dkk, 1998: 1).
IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal (Suyoso, 1998: 23) dalam http://juhji-science-sd.blog.com/. Menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahu–an khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
Pembelajaran IPA di SD/MI bertu–juan agar peserta didik memiliki kemam–puan: a) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi, dan masyarakat, b) Mengem–bangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, c) Me–ngembangkan pengetahuan dan pema–haman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, d) Mengembangkan kesadaran tentang pesan dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari, e) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman kebidang pengajaran lain, f) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, g) Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (BSPN, 2006:5).
Prinsip utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu: a) Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui pengalaman baik secara indrawi maupun non indrawi, b) Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran, c) Pemgetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuan, pengetahuan yang kita miliki.
Ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar dalam (BSPN, 2006) meliputi: a) Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,hewan, tumbuhan dan interaksi–nya dengan lingkungan, serta kesehatan, b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaan–nya meliputi: cair, padat dan gas, d) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet listrik, cahaya dan pesawat sederhana, d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Kerangka Berpikir
Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di sekolah, perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif agar pembelajaran IPA lebih bisa dinikmati siswa dengan penuh semangat agar siswa lebih termotivasi untuk lebih giat belajar.
Model pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran Kuantum. Pembela–jaran Kuantum adalah pembelajaran yang mengorganisasikan berbagai interaksi proses pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat. Seperti memanfaatkan ikon-ikon sugesti yang membangkitkan semangaat belajar siswa, penyajian materi yang prima sehingga siswa belajar secara mudah dan alami.
Pembelajaran Kuantum merupakan refleksi pentingnya guru mengelola proses pembelajaran melibatkan siswa secara aktif dan kreatif baik dari segi fisik, mental dan emosional. Dalam pembelajaran Kuantum berbagai kecerdasan majemuk baik kecer–dasan linguistik, matematis, logis, spasial, kinetis, jasmani, musikal, interpesonal dan naturalis bersinergi dalam menggerakkan belajar siswa.
Dengan adanya pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif dan menyenangkan sebagaimana dituntut dalam pembelajaran kuantum, maka siswa akan merasa mudah mempelajari IPA, karena belajar IPA itu menyenangkan dan pada akhirnya kemampuan siswa akan meningkat dan nilai hasil belajar IPA akan mencapai ketuntasan.
Hipotesis
Pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Purworejo menggunakan model pembelajaran Kuantum maka hasil belajarnya akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Purworejo, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang.
Penelitian akan dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2011/2012 selama 4 bulan, yaitu mulai bulan Febuari sampai bulan Mei 2012.
Subyek Penelitian
Subjek penelitian ditetapkan siswa kelas IV SD Negeri Purworejo, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang dengan jumlah siswa 18 siswa terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Sumber Data
Sumber data atau infomasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Sumber data primer (pokok), yaitu siswa kelas IV, guru kelas IV, kepala sekolah atau pihak lain yang berhubungan, 2) Sumber data sekunder berupa tes hasil belajar.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data-data tertulis yang berupa daftar nilai formatif tentang nilai IPA siswa.
Teknik Analisis Data
Data yang berupa hasil pengamat–an atau obervasi diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpertasikan kemudian dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.
Data hasil tes dianalisis secara deskriptif, yakni dengan membandingkan hasil tes antar siklus. Yang dianalisis adalah perubahan hasil belajar sebelum dan sesudah mengalami tindakan tergantung dari berapa banyak siklusnya. Selanjutnya data hasil tes antarsiklus dibandingkan sehingga dapat mencapai batas ketercapai–an atau ketuntasan yang diharapkan.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan meto–dologi classroom action research metodo–logi penelitian ini mengacu pada teori Kemmis dan Taggart. Kemmis dan Taggart dalam (Zainal Aqib,2006: 31) mengemu–kakan bahwa penelitian tindakan kelas menggunakan model spiral (the action research spiral). Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi empat tahapan yang saling terkait dan berkesinambungan. Tahapan-tahapan ini adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS–AN
Deskripsi Awal
Dalam pembelajaran yang dilaksa–nakan di Sekolah Dasar Negeri Purworejo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang belum melaksanakan pembelajaran Kuan–tum khususnya pembelajaran IPA kelas pada materi konsep energi bunyi, sehingga hasil belajar siswa belum mencapai KKM (Kriteri Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal semester.
Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas IV, maka peneliti menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan pembelajaran Kuan–tum.
Deskripsi Siklus I
Pada pertemuan ke-1 materi IPA adalah tentang sumber energi bunyi de–ngan indikator: a) menjelaskan pengertian sumber bunyi, b) menjelaskan penyebab timbulnya bunyi, c) menyebutkan sumber-sumber bunyi yang terdapat di kehidupan sehari-hari.
Kegiatan inti guru mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan untuk mengetahui terbentuknya bunyi. Siswa diminta berdiri di sebelah bangku masing-masing. Guru mengeluarkan kata keras, agak pelan dan pelan. Kemudian siswa diminta menutup kedua telinga masing-masing, guru mengeluarkan lagi kata bernada keras terus makin melemah, setelah itu guru menanyakan apakah kalian mendengar suara pada saat menutup telinga? Bagaimana suara yang kalian dengar?
Guru menyampaikan materi secara singkat tentang sumber energi bunyi, guru memberi kesempatan siswa bertanya, guru dan siswa melakukan tanya jawab sumber-sumber bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar.
Pembelajaran selanjutnya dengan menjelaskan pentingnya energi bunyi. Guru meniup harmonika, hal ini berguna untuk menunjukkan alat musik harmonika juga merupakan sumber bunyi. Beberapa siswa diberi kesempatan mencoba meniup harmonika, kemudian siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan. Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari.
Pada pertemuan ke-2 materi yang dipelajari adalah bunyi berasal dari benda bergetar, menggolongkan bunyi berdasar–kan frekuensinya dan perambatan bunyi pada benda padat, cair dan gas dengan indikator: a) menyimpulkan bahwa bunyi dihasilkan oleh benda bergetar, b) meng–golongkan bunyi berdasarkan frekuensinya, c) membedakan perambatan bunyi pada benda padat, cair dan gas.
Kegiatan inti guru menanyakan materi tentang perambatan bunyi pada benda padat, cair dan gas. Untuk lebih jelas siswa diajak melakukan percobaan tentang perambatan bunyi pada benda padat, cair dan gas. Percobaan I perambatan bunyi pada benda padat, alat yang disiapkan adalah meja dan batu. Cara kerja percobaan tersebut adalah siswa diminta menempelkan telinganya pada meja, mintalah teman yang lain mengetuk meja secara perlahan-lahan.
Kegiatan selanjutnya guru menje–laskan singkat tentang perambatan bunyi melalui benda gas. Untuk lebih memperjelas guru menyuruh siswa melakukan percobaan tentang perambatan bunyi melalui benda gas. Guru membagikan lonceng kecil kepada tiap kelompok siswa, kemudian siswa diminta memukul lonceng dengan keras, siswa memperhatikan percobaan tersebut.
Setelah melakukan observasi, siswa mencatat dan menyimpulkan hasil percobaan. Setiap kelompok mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas dan didiskusikan secara klasikal untuk mendapat kesimpulan. Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah dipelajari.
Pada pertemuan ke-3 mempelajari materi bahan yang dapat memantulkan bunyi dan benda yang dapat menyerap bunyi dengan indikator: a) mengidentifikasi benda yang dapat memantulkan bunyi, b) mengidentifikasi benda yang dapat menye–rap bunyi, c) menjelaskan keuntungan benda yang dapat memantulkan bunyi, d) menjelaskan keuntungan benda yang dapat menyerap bunyi.
Kegiatan inti guru memberikan penjelasan tentang pemantulan dan penyerapan bunyi. Guru memberikan contoh pemantulan bunyi dengan menutup semua jendela kelas dan menutup pintu dengan rapat. Setelah itu guru berbicara dalam kelas, kemudian menanyakan kepada siswa bagaimana bunyi pembicaraan guru tadi? Guru dan siswa bertanya jawab tentang contoh benda yang dapat menyerap dan benda yang dapat memantulkan bunyi.
Kegiatan dilanjutkan dengan mendiskusikan keuntungan penggunaan bahan yang memantulkan bunyi dan benda yang menyerap bunyi. Guru mengulang materi secara singkat agar siswa lebih jelas.
Dari hasil penelitian pada siklus 1, maka peneliti mengulas masih ada 6 siswa yang belum mencapai KKM. Maka peneliti melanjutkan siklus ke II untuk materi energi bunyi dengan menindaklanjuti siklus I.
Dalam penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan, antara lain: 1) Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami perambatan bunyi pada benda padat, cair dan gas, 2) Beberapa siswa kesulitan memahami keuntungan penggunaan benda yang menyerap dan benda yang memantulkan bunyi, 3) Siswa sudah lumayan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun masih perlu ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih maksimal.
Deskripsi Siklus II
Pada pertemuan ke-1 materi IPA adalah tentang sumber energi bunyi dengan indikator: a) menjelaskan pengerti–an sumber bunyi, b) menjelaskan penye–bab timbulnya bunyi, c) menyebutkan sumber-sumber bunyi yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Guru memberikan apersepsi de–ngan mengeluarkan kata keras, lamban, kemudian makin melemah. Guru kemudian menanyakan bagaimana suara yang ter–dengar dan apa yang menyebabkan timbulnya energi bunyi.
Kegitan inti guru mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan untuk mengetahui terbentuknya bunyi. Siswa secara berkelompok melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang sehari sebelumnya diminta guru untuk membawa yaitu karet gelang dan kaleng bekas. Siswa merentangkan karet gelang hingga tegang pada mulut kaleng kemudian petik karet gelang. Siswa memperhatikan yang terjadi dan mencatat hasil percobaan. Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai percobaan tersebut kemudian di diskusikan secara klasikal untuk mendapat kesim–pulan.
Selanjutnya setiap kelompok mem–bacakan hasil laporan di depan kelas. Guru menyajikan materi secara singkat tentang sumber energi bunyi, Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan apa yang kamu ketahui tentang bunyi, dan sumber bunyi. Guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan itu guna membang–kitkan semangat siswa. Guru dan siswa melakukan tanya jawab sumber-sumber bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar.
Pembelajaran dilanjutkan dengan menjelaskan pentingnya mempelajari energi bunyi. Bunyi sangat penting dalam kehidupan kita. Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari. Dari tanya jawab diketahui ada beberpa anak yang dapat mengajukan gagasan atau ide mereka sendiri. Kemudian siswa merangkum materi di buku catatan dengan bahasanya sendiri. Kegiatan diakhiri dengan mengadakan evaluasi dengan memberikan soal-soal.
Pada pertemuan ke-2 materi yang dipelajari adalah bunyi berasal dari benda bergetar, menggolongkan bunyi berdasar–kan frekuensinya dan perambatan bunyi pada benda padat, cair dan gas dengan indikator: a) menyimpulkan bahwa bunyi dihasilkan oleh benda bergetar, b) menggolongkan bunyi berdasarkan freku–ensinya, c) membedakan perambatan bunyi pada benda padat, cair dan gas.
Kegiatan inti guru menjelaskan penggolongan bunyi menurut frekuensinya. Berdasarkan frekuensinya bunyi dibagi menjadi 3 yaitu a) Audiosonik adalah bunyi yang bisa didengar oleh manusia yang getarannya bunyinya 20 sampai 20.000 getaran per detik, b) Infrasonik adalah bunyi yang getarannya kurang dari 20 getaran perdetik, c) Ultrasonik adalah bunyi dengan getaran lebih dari 20.000 getaran per detik. Siswa dengan guru bertanya jawab tentang bunyi yang dapat didengar manusia.
Guru selanjutnya menyampaikan materi tentang perambatan bunyi pada benda padat cair dan gas. Siswa melakukan percobaan tentang perambatan bunyi pada benda padat cair dan gas, kemudian guru menjelaskan secara singkat tentang kegiatan sehari sebelumnya guru memberitahukan agar setiap kelompok membawa air, batu, baskom, pensil.
Siswa melakukan 2 percobaan yaitu bunyi pada benda padat dan cair. Percobaan I, perambatan bunyi pada benda padat dengan alat meja dan pensil. Cara kerja percobaan tersubut adalah mempelkan salah satu telinga pada permukaan meja di salah satu ujungnya siswa lain mengetukkan pensil ke ujung meja lain. Siswa mengamati yang terjadi kemudian siswa lain megantikan tugas temannya, agar semua siswa mengalami hal yang sama.
Kegiatan selanjutnya dengan megajak siswa mengetahui perambatan bunyi pada benda cair. Melalui percobaan sederhana perambatan bunyi pada benda cair. Alat dan bahannya adalah 2 batu, air, dan baskom. Siswa diminta mngetukkan kedua batu di dalam air Kegiatan selanjutnya dengan megajak siswa mengetahui perambatan bunyi pada benda cair. Melalui percobaan sederhana perambatan bunyi pada benda cair. Alat dan bahannya adalah 2 batu, air, dan baskom. Siswa diminta mngetukkan kedua batu di dalam air kemudian memperhatikan yang terjadi.
Setelah melakukan observasi, sis–wa menyimpulkan hasil percobaan dan mempresentasikan hasil percobaan di depan teman-temannya, guru memberikan kesempatan tiap kelompok mendemonstra–sikan di depan kelas. Kegiatan akhir guru memberi soal evaluasi. Sebagai tindak lanjut guru memberi pesan-pesan agar selalu rajin belajar.
Pada pertemuan ke-3 membahas materi benda yang dapat memantulkan bunyi dan benda yang dapat menyerap bunyi dengan indikator: a) mengidentifikasi benda yang dapat memantulkan bunyi, b) menjelaskan keuntungan benda yang memantulkan bunyi c) mengidentifikasi benda yang dapat menyerap bunyi, d) menjelaskan keuntungan benda menyerap bunyi.
Kegiatan inti guru memberikan penjelasan tentang pemantulan dan penyerapan bunyi. Guru dan siswa bertanya jawab tentang contoh benda yang dapat menyerap dan benda yang dapat memantulkan bunyi. Kegiatan dilanjutkan dengan mengajak siswa secara berkelompok melakukan permainan peta konsep, siswa diminta mengisi kotak peta konsep yang kosong kemudian memberi hadiah kepada kelompok paling cepat selesai dan jawabannya benar. Guru mengulang materi secara singkat supaya lebih jelas. Guru memberi pujian kepada siswa yang menjawab dengan benar dan pada kelompok yang bekerja secara baik dan kompak serta perayaan karena pelajaran berjalan baik dengan bersorak, tepuk tangan dan bernyanyi bersama.
Kegiatan akhir guru memberikan evaluasi dengan membagi lembar soal evaluasi. Sebagai tindak lanjut guru menyampaikan pesan kepada siswa agar siswa lebih rajin lagi belajar kemudian guru menutup pelajaran dengan salam.
Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes siklus II dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik menjadi 66,7 % dengan nilai batas tuntas 65 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus II sebesar 66,7%, yang semula pada tes siklus I hanya terdapat 44,4% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus I sebesar 50 dan pada siklus II masih tetap 50. Untuk nilai tertinggi naik dari 80 pada siklus I menjadi 90 pada siklus II dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus I sebesar 63naik ada tes siklus II menjadi 70,6.
Dari hasil penelitian pada siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa masih ada 6 siswa yang belum mencapai nilai KKM, maka peneliti melanjutkan siklus ke III untuk menindaklanjuti kemampuan siklus II.
Deskripsi Siklus III
Guru merangsang motivasi siswa dengan memainkan orgen sambil bernyanyi bersama-sama dengan siswa. Selain untuk memotivasi siswa hal ini juga dapat digunakan sebagai pembuktian bahwa pada saat di sentuh orgen mengeluarkan bunyi. Guru memberi kesempatan beberapa siswa mencoba memainkan orgen untuk membuktikan orgen dapat menghasilkan bunyi.
Kegiatan inti Siswa menyebutkan benda yang merupakan sumber bunyi yang terdapat di lingkungan kelas. Guru meletakkan beberapa benda yang merupakan sumber bunyi (terompet, recorder, orgen, kaleng yang dililit karet) di depan kelas. Siswa secara berkelompok diberi kesempatan mencoba mengenal benda tersebut adalah sumber bunyi. Guru memberi kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Kegiatan selanjutnya guru meminta semua siswa berdiri disamping tempat duduk masing-masing. Semua siswa diminta meraba leher dan berbicara atau berteriak dengan keras “oeee …”. Guru kemudian memberi pertanyaan kepada siswa apa yang kalian rasakan? Kegiatan ini sebagai bukti pada saat berbicara, pita suara yang terdapat dalam tenggorokan kita bergetar. Siswa dibimbing menyimpulkan hasil kegiatan. Kegiatan diakhiri dengan merangkum materi yang telah dipelajari kemudian mengerjakan soal evaluasi.
Kegiatan inti guru menjelaskan secara singkat tentang perambatan bunyi melalui benda padat, cair dan gas. Untuk membuktikannya dan supaya lebih jelas siswa melakukan beberapa percobaan. Percobaan I perambatan bunyi melalui benda padat. Siswa menutup alas kedua kaleng itu dengan kertas minyak, kemudian buatlah lubang kecil di kertas minyak penutup kedua kaleng itu sedemikian rupa sehingga dapat masuk kedalam kertas itu!, agar benang tidak lepas dari lubang kertas, ikatkan ujungnya dengan lidi, peganglah kaleng yang satu dan mintalah temanmu untuk memegang kaleng yang lain, rentangkan benang yang menghubungkan kedua kaleng itu sehingga membentuk telepon-teleponan.kemudian Suruhlah temanmu berbicara (berbisik-bisik) di depan kaleng yang dia bawa, sementara itu, tempelkan telingamu pada kaleng yang kamu pegang.
Percobaan II yaitu perambatan bunyi melalui benda cair. Siswa mengadu kedua batu itu di udara, kemudian mengadu kedua benda itu di dalam baskom.
Kegiatan selanjutnya siswa melakukan percobaan perambatan bunyi melalui benda gas. Untuk membuktikannya guru mengajak semua siswa membuat terompet sederhana yang alat dan bahannya sudah dipersiapkan sehari sebelumnya yaitu kertas karton, lem, gunting, penggaris, bambu kecil dengan ukuran panjang ± 3 cm.
Dalam melakukan percobaan, Guru berkeliling mengecek pekerjaan siswa, memberi bimbingan secara individu dan kelompok. Guru memberi kesempatan siswa bertanya mengenai percobaan. Guru memberikan kesempatan tiap kelompok mendemonstrasikan dan mempresentasikan hasil percobaan di depan teman-temannya. Siswa diberi kesempatan bertanya, mengeluarkan pendapatan dan menanggapi pertanyaan teman dari kelompok lain pada saat presentasi. Kegiatan diakhiri dengan menbuat rangkuman dan menilai hasil karya siswa.
Kegiatan inti guru menjelaskan secara singkat tentang manfaat pemantulan dan penyerapan bunyi. Untuk lebih memperjelas guru melakukan demonstrasi. Guru mendemonstrasikan tentang penyerapan bunyi dengan Alat dan bahan Jam weker, Kaleng kosong bekas tempat roti, Spon.
Guru membunyikan jam weker di udara terbuka, perhatikan hasil bunyi yang terdengar. kemudian jam weker di dalam kaleng kosong, yang terakhir membunyikan jam weker di dalam kaleng yang bagian dalamnya telah dilapisi spon. Siswa memperhatikan demonstrasi guru dan mengamati kemudian guru bertanya.
Selanjutnya siswa menyebutkan contoh bahan yang dapat memantulkan dan menyerap bunyi. Guru dan siswa bertanya jawab tentang manfaat bahan pemantul dan bahan yang menyerap bunyi. Guru memberi bimbingan, siswa merangkum materi yang telah dipelajari.
Pembelajaran dilanjutkan dengan permainan peta konsep. Guru menyiapkan peta konsep tentang bunyi yang beberapa konsep disengaja dikosongi untuk merangsang berfikir siswa mengisi konsep yang kosong, guru menunjuk beberapa siswa mengisi dan menamai kotak peta konsep yang kosong, secara bergantian siswa mengisi dan menamai peta konsep yang kosong sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan menamai peta konsep tersebut dan mengulang materi secara singkat supaya lebih jelas. Kegiatan diakhiri dengan siswa mengerjakan soal evaluasi selanjutnya memberi pujian kepada siswa yang menjawab dengan benar dan pada kelompok yang bekerja secara baik dan kompak serta perayaan karena pelajaran berjalan baik dengan bernyanyi bersama.
Dari hasil analisa data perkem–bangan prestasi belajar siswa pada tes siklus III dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik menjadi 94,4% dengan nilai batas tuntas 65 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus III sebesar 94,4%, yang semula pada tes siklus II hanya terdapat 66,7% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes siklus II sebesar 50 dan pada siklus III menjadi 60 Untuk nilai tertinggi naik dari 90 pada siklus II menjadi 100 pada siklus III dan nilai rata-rata kelas yang pada tes siklus II sebesar 70,6naik ada tes siklus III menjadi 77,2.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan pa–da siklus I, II dan III dapat dinyatakan bahwa pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Purworejo, baik hasil belajar kognitif maupun afektif.
Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:
1. Siswa memperhatikan pelajaran de–ngan sungguh-sungguh.
2. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.
3. Perhatian, minat, dan motivasi terha–dap penjelasan guru meningkat.
4. Siswa aktif dalam pembelajaran.
5. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.’
6. Kerjasama dalam kelompok meningkat.
7. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik.
8. Siswa sudah berani mempresentasikan hasil observasi ke depan kelas.
Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan siswa menerima materi energi bunyi. Proses pembelajaran disampaikan dengan strategi dan terencana dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan siswa mulai dari memperhati–kan penjelasan, melakukan pengamatan dan percobaan untuk memperoleh kesim–pulan, mendemonstrasikan, tugas kelom–pok, berdiskusi, tugas individual yang diakhiri dengan LKS. Setelah dilaksanakan siklus I dan dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa yaitu masih ada 10 siswa memperoleh nilai kurang dari 65 atau siswa yang tuntas 44,4% dan nilai rata-rata siswa 63.
Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembe–lajaran yang disampaikan tentang sumber energi bunyi, penggolongan bunyi berda–sarkan frekuensi, membedakan perambat–an bunyi melalui benda padat, cair, dan gas. Kegiatan belajar mengajar disampai–kan dengan strategi terencana sebagaima–na siklus I dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan lebih optimal. Hasil siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa 70,6, siswa belajar tuntas mencapai 6,7% dan 6 siswa yang memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan.
Siklus III merupakan lanjutan dari siklus II untuk memantapkan dan dapat membuktikan apakah pembelajaran kuan–tum dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus ini siswa mencoba membuat model hasil karya yang merupakan sumber bunyi yaitu terompet. Siswa membawa sendiri alat dan bahan yang diperlukan, peneliti hanya sebagai pemandu. Hasil siklus III menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yaitu siswa belajar tuntas 94,4%, rata-rata nilai siswa 77,2 dan hanya ada 1 siswa memperoleh nilai pas pada batas nilai ketuntasan yaitu 60.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Purworejo pada materi energi bunyi meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kuantum baik dilihat dari aspek kognitif dan afektif. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 56 siklus I 63; dan pada siklus II 70,6 dan pada siklus III naik menjadi 77,2.
Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 65) pada tes awal 22,2%, tes siklus I 44,4% setelah dilakukan refleksi terdapat 10siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 65), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 66,7% setelah dilakukan refleksi III semua siswa sudah mencapai ketuntasan.
Saran
1. Bagi Sekolah
Penelitian dengan class-room acti–on research membantu dalam meningkat–kan mutu pembelajaran di sekolah.
2. Bagi Guru
a) Untuk meningkatkan hasil belajar ma–teri energi bunyi diharapkan menggu–nakan model pembelajaran kuantum.
b) Untuk meningkatkan keaktifan, kreati–vitas siswa dan keefektivan pembe–lajaran diharapkan menerapkan model pembelajaran kuantum.
c) Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat yang lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan model pembela–jaran kuantum.
d) Adanya tindak lanjut terhadap penggu–naan model pembelajaran kuantum pada materi energi bunyi.
3. Bagi Siswa
a) Peserta didik hendaknya dapat berpe–ran aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses pembela–jaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
b) Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Aly dan Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
BNSP. 2006. Standar Isi Kelas IV. Jakarta: Badan Standar Pendidikan Nasional.
Catharina Trianni. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Dikti.
De Porter, Bobbi dan Mike Henarchi. 2003. Quantum Learning. Terjemahan Aliyah Abdurrahman Cetakan ke-18, Bandung: Kaifa.
De Porter, Bobbi dan Mark Readon. 2005. Quantum Teaching. Terjemahan Ary Nilandari Cetakan ke- 18, Bandung: Kaifa.
Depdiknas. 2002. KBK, Kurikulum dan Hasil Belajar, Kompetensi Dasar Mapel Sains SD dan MI. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Kasihani Kasbolah. 2001. PTK Untuk Guru. Universitas Negeri Malang Press.
M. Djauhar Siddiq, Sungkono, Isniatun Munawaroh. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Miles dan Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press.
Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rasdakarya.
Oemar Hamalik. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Ranti. 2007. Penilaian Hasil Belajar. (http://one.indoskripsi.com) diunduh tanggal 8 Februari 2009.
Soli Abimanyu. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Srini M. Iskandar. 2001. Pendidikan IPA. Bandung: Maulana.
Sri Sulistyorini. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Yogyakarta: Tiara Karya.
Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suyoso, Suharto dan Sujoko. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. (http://juhji-science-sd-blogspot.com) diunduh tanggal 21 Februari 2009.
Leo Sutrisno. 2008. Pengembangan Pembelajaran IPA. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: CV. Yrama Widya.
Zainal Arifin. 1998. Evaluasi Instruksional. Bandung: IKIP Bandung Press. http//penddk.inyouge.com/modelpembelajaran diunduh pada tanggal 23 Februari 2009.