UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETUNTASAN BELAJAR AKSARA JAWA
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETUNTASAN BELAJAR AKSARA JAWA
DENGAN METODE DISCOVERY MELALUI MULTIMEDIA “SINAU AKSARA JAWAâ€
PADA SISWA KELAS III SDN PUCAKWANGI 01 TAHUN 2013/2014
Sri Puji Lestari
(Guru SD Negeri Pucakwangi 01 Kabupaten Pati)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa pada pelajaran aksara Jawa kelas III SD Negeri Pucakwangi 01 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014 dengan menerapkan metode discovery melalui multimedia “Sinau Aksara Jawaâ€. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II dengan subjek penelitian siswa kelas III SD Negeri Pucakwangi 01 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan nontes. Data nontes diperoleh dari deskripsi perilaku ekologis dan dokumentasi foto. Analisis data meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa hasil ketuntasan minimal belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar (60,98%), siklus I (75,61%), dan siklus II (100%). Metode discovery melalui multimedia “Sinau Aksara Jawa” optimal menjadikan peserta didik termotivasi dalam pembelajaran dengan 76,7% peserta didik mencapai skor 3,50-4,49 (motivasi pembelajaran baik) di siklus I dan meningkat menjadi 86,7% peserta didik mencapai skor 3,50-4,49 (motivasi pembelajaran baik) pada siklus II. Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan menerapkan metode discovery bisa meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran aksara Jawa di SD Negeri Pucakwangi 01 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati, serta metode pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran bahasa Jawa.
Kata Kunci: motivasi belajar, metode discovery, multimedia, aksara Jawa
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bahasa Jawa diajarkan di tingkat pendidikan dasar (SD/MI) dan termasuk dalam kelompok mata pelajaran muatan lokal. Mata pelajaran muatan lokal dikembangkan berdasarkan keadaan dan kebutuhan daerah tersebut. Kurikulum muatan lokal berbeda dengan kurikulum nasional. Akan tetapi, dalam penyusunan kurikulum muatan lokal harus selaras dengan tujuan kurikulum nasional.
Aksara atau huruf Jawa merupakan salah satu kompetensi yang dipelajari dalam mata pelajaran Bahasa Jawa. Dari generasi ke generasi, aksara ini diajarkan turun temurun sebagai bentuk tanggung jawab untuk menjaga kelestarian kebudayaan Jawa.
Pada kenyataannya pembelajaran aksara Jawa masih dianggap pelajaran yang membosankan dan mengalami banyak kendala di beberapa sisi; di antaranya (1) kendala dari siswa yang hanya asal mengerjakan sekadar untuk menyelesaikan materi tanpa ada kesadaran akan pentingnya nguri-uri kabudayan Jawi sebagai tanggung jawab bersama; (2) kendala dari guru, yaitu ada yang belum begitu menguasai aksara itu sendiri dan kurang dapat menentukan metode maupun media yang tepat dalam pembelajaran aksara Jawa; (3) materi di buku pelajaran sangat terbatas penjelasannya, yakni hanya terdapat 2 halaman yang menguraikan tentang aksara Jawa, 1 halaman untuk materi, dan halaman berikutnya untuk penugasan; (4) jam tatap muka, untuk kurikulum muatan lokal hanya memberikan porsi 1 kali tatap muka dalam 1 minggu untuk pelajaran bahasa Jawa, dengan durasi durasi 2×35 menit; dan (5) lingkungan, yaitu dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup sangat maju pesat. Hal ini mempengaruhi paradigma di masyarakat bahwa teknologi harus dimanfaatkan sebaik mungkin supaya tidak dikatakan ketinggalan zaman. Sisi negatifnya, mayoritas generasi muda tidak lagi menganggap kebudayaan sebagai tanggung jawab bersama karena takut dianggap ketinggalan zaman.
Dalam proses belajar mengajar di SD Negeri Pucakwangi 01, khususnya siswa kelas III dalam pembelajaran bahasa Jawa belum sepenuhnya dilakukan dengan proses yang baik. Hal itu ditandai oleh capaian siswa yang melampaui KKM baru 60,98%. Sebagai gambarannya, pelaksanaan tes tulis dan baca aksara Jawa, seperti menyalin huruf latin menjadi huruf Jawa, huruf Jawa menjadi huruf Latin dan membaca aksara Jawa masih terdapat banyak siswa yang belum memenuhi kriteria belajar tuntas.
Pada pembelajaran awal, belum digunakan pendekatan dengan metode discovery atau penemuan. Guru masih mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah yang diselingi dengan tanya jawab. Alat peraga yang disediakan guru belum dimanfaatkan secara maksimal. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa pasif. Strategi pembelajaran yang diterapkan tidak dapat menarik minat siswa sehingga pembelajaran tidak bermakna. Pemahaman siswa terhadap materi aksara Jawa masih rendah.
Daftar nilai siswa yang diperoleh menunjukkan bahwa pada kondisi awal siswa masih banyak mengalami kesulitan dan tingkat motivasi yang rendah dalam mempelajari aksara Jawa. Dari 41 siswa, 16 di antaranya tidak tuntas belajar dan 25 tuntas belajar. Dari 41 siswa diperoleh data nilai rata-rata= 74,76 dengan nilai tertinggi= 90, dan nilai terendah= 55.
Apabila hal ini tidak segera diperbaiki, maka yang menjadi salah satu tujuan dari kurikulum muatan lokal, yaitu siswa dapat menguasai aksara Jawa dengan baik tidak akan tercapai. Penyebabnya siswa belum sepenuhnya mampu aksara Jawa, baik lisan maupun tulisan. Selanjutnya, jika dilihat jangka panjang, tidak menutup kemungkinan bahwa generasi muda yang berdarah “Jawa†tidak lagi mengenal aksara Jawa.
Oleh karena itu, guru perlu memilih metode dan media yang tepat untuk mengemas pembelajaran aksara Jawa supaya menarik dan menjadikan siswa antusias. Salah satunya yaitu dengan metode discovery atau penemuan. Suatu metode yang menyajikan pembelajaran yang memancing rasa ingin tahu siswa. Metode ini juga memberikan suasana yang menyenangkan bagi siswa karena mereka diajak belajar sambil bermain. Sehingga diharapkan mereka akan lebih menikmati kegiatan pembelajaran dan dapat memahami materi pelajaran.
Dalam hal ini, penerapan metode discovery yang terdapat dalam multimedia “Sinau Aksara Jawa†yang dibuat oleh penulis sendiri cukup membantu dalam menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Pembuatan multimedia tersebut memanfaatkan salah satu produk teknologi, yaitu Software Microsoft Powerpoint yang dikemas menjadi multimedia pembelajaran interaktif mandiri. Materi aksara Jawa dalam multimedia tersebut disajikan dalam sebuah petualangan seorang anak yang belajar aksara Jawa, sehingga anak bisa bermain dan belajar secara bersamaan.
Rumusan Masalah
Dilihat dari identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah (1) apakah penerapan metode discovery dengan multimedia “Sinau Aksara Jawa†bisa meningkatkan motivasi siswa dalam belajar aksara Jawa kelas III SD Negeri Pucakwangi 01 dan (2) bagaimanakah peningkatan semangat siswa dalam mempelajari aksara Jawa pada siswa kelas III SD Negeri Pucakwangi 01 dengan menggunakan metode discovery melalui multimedia tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa dalam belajar aksara Jawa dengan metode discovery melalui multimedia “Sinau Aksara Jawa†dan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa dalam belajar aksara Jawa dengan metode discovery melalui multimedia “sinau Aksara Jawaâ€.
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu belajar mengajar dengan penggunaan metode discovery melalui multimedia “Sinau Aksara Jawaâ€. Penerapan metode tersebut akan mempermudah dan membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Diharapkan pula, dapat meningkatkan kesadaran dan hasil belajar siswa dalam belajar aksara Jawa.
Manfaat praktis penelitian ini, bagi guru (1) sebagai bahan alternatif pembelajaran aksara Jawa yang lebih menarik dengan melatih siswa berperan aktif dalam proses belajar mengajar dan (2) menambah pengetahuan guru di tingkat dasar dalam mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran aksara Jawa. Bagi siswa (1) meningkatkan motivasi dan prestasi belajar, (2) mengatasi kesulitan yang dihadapi saat pembelajaran aksara Jawa, dan (3) melatih untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Bagi sekolah, mendorong pihak sekolah untuk memotivasi para guru guna mengadakan penelitian sejenis dalam rangka meningkatkan keterampilan siswa dalam melestarikan kebudayaan.
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “motif†yang diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman 2001). Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan (Soeharto 2003).
Dalam bukunya Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Purwanto 2007).
Motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Sumarni 2005). Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (KBBI 2001).
Dari berbagai definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Menurut Sardiman (2008), belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan proses usaha seseorang menuju keperkembangan, pengetahuan, dan kecakapan baru. Jadi, secara keseluruhan dapat didefinisikan motivasi dalam belajar adalah suatu daya upaya penggerak atau pembangkit serta mengarahkan seseorang untuk melakukan perbuatan belajar. Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan dapat tercapai.
Pembelajaran Aksara Jawa
Menurut Darusuprapta (2003), carakan (abjad Jawa) yang digunakan di dalam ejaan bahasa Jawa pada dasarnya terdiri atas dua puluh aksara pokok yang bersifat silabis (bersifat kesukukataan). Masing-masing aksara pokok mempunyai aksara pasangan, yakni aksara yang berfungsi untuk menghubungkan suku-kata tertutup konsonan dengan suku-kata berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup wignyan pengganti sigêgan h (h), layar pengganti sigêgan r, dan cêcak.
Aksara Jawa dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Aksara dasar terdiri dari 20 suku kata yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa modern, sementara jenis lain meliputi: aksara suara, tanda baca, dan angka Jawa. Setiap suku kata dalam aksara Jawa memiliki dua bentuk, yang disebut nglegena (aksara telanjang) dan pasangan (ini adalah bentuk subskrip yang digunakan untuk menulis gugus konsonan).
Aksara Jawa merupakan aksara atau huruf yang bersifat silabis, yakni satu aksara melambangkan satu suku-kata. Hal itu berbeda dengan aksara Latin yang bersifat fonemis, yakni satu aksara melambangkan satu fonem (Mulyani 1993). Keterampilan membaca dan menulis aksara Jawa diperlukan adanya pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang aksara Jawa. Hal tersebut berkaitan dengan adanya kemiripan bentuk aksara Jawa maka dalam mempelajari aksara Jawa diperlukan latihan yang teratur untuk dapat mengerti tulisan Jawa dan untuk mendapatkan bentuk tulisan yang tepat serta mudah dibaca.
Metode Discovery
Metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran penemuan (discovery) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui prosesnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan, dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip (Suherman 2001).
Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip, contohnya dengan mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi.
Metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang selama ini secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryosubroto 2008).
Langkah-langkah pelaksanaan metode discovery menurut Scuhman (dalam Suryosubroto 2002) adalah (1) seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari; (2) seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas; (3) membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa; (4) mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan; (5) mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa; (6) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan; (7) membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan siswa; (8) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses; (9) merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa; (10) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan; dan (11) membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan melalui pengamatan, mengklasifikasi, menjelaskan, mengukur, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar mempunyai kesan yang mendalam terhadap materi. Peran guru hanya memberi arahan dan penguatan.
Multimedia Pembelajaran
Pada tahun 1990-an, konsep multimedia mulai bergeser sejalan dengan perkembangan teknologi komputasi yang demikian cepat. Saat ini istilah multimedia diartikan bentuk transmisi teks, audio, dan grafik dalam periode bersamaan yang dimaknai sebagai suatu sistem komunikasi interaktif berbasis komputer yang mampu menciptakan, menyimpan, menyajikan, dan mengakses kembali informasi berupa teks, grafik, suara, video, atau animasi (Gayestik 1992).
Definisi multimedia secara sederhana diartikan sebagai “lebih dari satu mediaâ€. Multimedia bisa berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan gambar. Namun, pada bagian ini perpaduan dan kombinasi dua atau lebih jenis media ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media ini. Dengan demikian, arti multimedia yang umumnya dikenal dewasa ini adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran (Arsyad 2002).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran multimedia adalah media pembelajaran menggunakan komputer sebagai media informasi untuk memperoleh sumber pelajaran tersebut. Pembelajaran ini dapat berupa teks, gambar, animasi, dan video. Bentuk dari pembelajaran dapat meliputi tutorial, praktik, dan drill, pemecahan masalah atau simulasi.
Kerangka Berpikir
Aksara atau huruf Jawa merupakan salah satu kompetensi yang dipelajari dalam mata pelajaran Bahasa Jawa. Dari generasi ke generasi, aksara ini diajarkan turun temurun sebagai bentuk tanggung jawab untuk menjaga kelestarian kebudayaan Jawa. Akan tetapi, pada kenyataannya pembelajaran aksara Jawa masih dianggap pelajaran yang sudah kuno, membosankan, dan mengalami beberapa masalah. Sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
Apabila hal ini tidak segera diperbaiki, maka yang menjadi salah satu tujuan dari kurikulum muatan lokal, yaitu siswa dapat menguasai aksara Jawa dengan baik tidak akan tercapai. Penyebabnya siswa belum sepenuhnya mampu aksara Jawa, baik lisan maupun tulisan. Selanjutnya, jika dilihat jangka panjang, tidak menutup kemungkinan bahwa generasi muda khususnya yang berdarah “Jawa†tidak lagi mengenal aksara Jawa.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran aksara Jawa sangatlah penting sehingga perlu ditingkatkan agar setiap siswa mempunyai semangat dalam mempelajari aksara Jawa. Dengan menerapkan metode discovery melalui multimedia “Sinau Aksara Jawaâ€, peneliti berharap multimedia tersebut menjadi solusi atas permasalahan yang ada.
Agar siswa tertarik, maka di dalam multimedia tersebut memberikan penjelasan tentang cara membaca dan menulis aksara Jawa yang disajikan dalam bentuk sebuah petualangan seorang anak yang sedang belajar aksara Jawa. Selain itu, disampaikan pula motivasi untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam menjaga kelestarian kebudayaan Jawa. Semua hal tersebut diharapkan akan meningkatkan semangat siswa dalam mempelajari aksara Jawa pada kelas III SD Negeri Pucakwangi 01.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah (1) penerapan metode discovery dengan multimedia “Sinau Aksara Jawa†bisa mengatasi masalah rendahnya motivasi siswa dalam belajar aksara Jawa kelas III SD Negeri Pucakwangi 01 dan (2) motivasi belajar siswa dalam belajar aksara Jawa akan mengalami peningkatan setelah diterapkan metode discovery tersebut, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Pucakwangi 01 kelas III semester I tahun pelajaran 2013/2014 yang terletak di Jalan Raya Pucakwangi-Winong KM 01 Desa Pucakwangi Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan November 2013. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Pucakwangi 01 dengan jumlah 41 siswa, terdiri atas 19 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.
Untuk mendapatkan data siswa, peneliti mengambil dengan menggunakan teknik observasi, angket, dan tes tertulis pada akhir pertemuan pembelajaran. Untuk alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi, soal tes tertulis, dan angket motivasi siswa. Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran serta peran aktif siswa. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto 2010). Metode tes digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada pelajaran aksara Jawa kelas III MI Tamirul Islam pada tiap siklus penelitian dengan bentuk tes yang digunakan yaitu berupa soal jawaban singkat dengan jumlah soal sebanyak 20 soal. Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Metode angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran aksara Jawa dengan metode discovery melalui multimedia “Sinau Aksara Jawaâ€.
Dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi data dan metode. Indikator kerja dalam penelitian tersebut adalah apabila kesalahan yang dibuat oleh siswa dalam mengerjakan tugas test yang diberikan adalah kecil dan setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode discovery, siswa yang mendapatkan nilai tuntas belajar mencapai sebesar 85% dari seluruh siswa yang ada.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mencakup dua siklus. Setiap siklus, terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus I bertujuan untuk mengetahui pembelajaran aksara Jawa dengan metode discovery dalam tindakan awal dan sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Sementara itu, siklus II merupakan perbaikan dari siklus I yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan anak dalam mempelajari aksara Jawa dengan metode yang sama setelah dilakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 Oktober 2013, dengan alokasi waktu 2×35 menit atau 2 jam pelajaran. Guru melakukan kegiatan pengamatan, yaitu mengamati keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, mencatat hal-hal yang belum terlaksana dengan baik dalam kegiatan pembelajaran pada lembar pengamatan, dan guru melakukan penilaian individual siswa terhadap unjuk kerja melalui lembar pengamatan.
Berdasarkan hasil belajar siklus I, siswa yang berhasil dalam pembelajaran dengan memperoleh nilai KKM >72 adalah 31 orang (75,61%) dan siswa yang tidak berhasil atau mengalami kesulitan belajar dengan nilai <72 adalah 10 orang (24,39%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang berhasil lebih banyak daripada siswa yang tidak berhasil dalam pembelajaran.
Hasil pembelajaran menunjukkan nilai rata-rata siswa adalah 76,71. Ini menunjukkan keberhasilan dalam belajar yang ditentukan standar nilai 72. Hasil yang dicapai sesuai dengan usaha yang telah dilakukan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, namun perlu ditingkatkan lagi. Tingkat keberhasilan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran mencapai 76,67% dengan skor 3,83. Ini menunjukkan bahwa motivasi siswa terhadap pembelajaran kriteria baik. Sedangkan observasi aktivitas guru mencapai 92,22%.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 Oktober 2013 dengan alokasi waktu 2×35 menit atau 2 jam pelajaran. Dengan proses sebagai berikut. Guru mengamati keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran aksara Jawa dan melakukan penilaian siswa terhadap unjuk kerja siswa.
Berdasarkan hasil belajar pada siklus II, siswa yang berhasil dalam pembelajaran aksara Jawa dengan memperoleh nilai >72 adalah 41 orang (100%) dan siswa yang tidak berhasil atau mengalami kesulitan belajar dengan nilai <75 tidak ada. Hal ini menunjukkan tingkat keberhasilan belajar siswa yang baik. Hasil pembelajaran menunjukkan nilai rata-rata siswa adalah 86,1. Dari nilai rata-rata tersebut merupakan nilai rata-rata yang menunjukkan keberhasilan dalam belajar yang ditentukan standar nilai 72. Hasil yang dicapai sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tingkat keberhasilan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di siklus ke II mencapai 86,67% dengan skor 4,3 menunjukkan bahwa motivasi siswa terhadap pembelajaran kriteria baik. Sedangkan observasi aktivitas guru mencapai 95,56%
Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan observer maupun data kuantitatif yang diperoleh melalui tes tertulis diperoleh data sebagai berikut. Berdasarkan hasil belajar siklus I, siswa yang berhasil dalam pembelajaran dengan memperoleh nilai >72 adalah 31 orang (75,61%) dan siswa yang tidak berhasil atau mengalami kesulitan belajar dengan nilai <72 adalah 10 orang (24,39%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang berhasil lebih banyak daripada siswa yang tidak berhasil dalam pembelajaran. Hasil pembelajaran menunjukkan nilai rata-rata siswa adalah 76,71. Ini menunjukkan keberhasilan dalam belajar yang ditentukan standar nilai 72. Hasil yang dicapai sesuai dengan usaha yang telah dilakukan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, namun perlu ditingkatkan lagi.
Pada dasarnya pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Tindakan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi pada tindakan siklus I. Kekurangan atau kelemahan yang ditemukan pada siklus I disempurnakan pada tindakan siklus II.
Berdasarkan hasil belajar pada siklus II, siswa yang berhasil dalam pembelajaran aksara Jawa dengan memperoleh nilai >72 adalah 41 orang (100%) dan siswa yang tidak berhasil atau mengalami kesulitan belajar dengan nilai <75 tidak ada. Hal ini menunjukkan tingkat keberhasilan belajar siswa yang baik. Hasil pembelajaran menunjukkan nilai rata-rata siswa adalah 86,1. Dari nilai rata-rata tersebut merupakan nilai rata-rata yang menunjukkan keberhasilan dalam belajar yang ditentukan standar nilai 72. Hasil yang dicapai sesuai dengan usaha yang telah dilakukan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Peningkatan ini dapat dilihat pada perbandingan berikut.
Tabel 7 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pra-PTK, Siklus I, dan Siklus II
Uraian |
Pra PTK |
Siklus I |
Siklus II |
Jumlah Siswa |
41 |
41 |
41 |
Nilai Rata-rata |
74.76 |
76.71 |
86.1 |
Nilai Tertinggi |
90 |
90 |
100 |
Nilai Terendah |
55 |
60 |
75 |
Tuntas Belajar |
25 (60,98%) |
31 (75,61%) |
41 (100%) |
Tidak Tuntas |
16 (39,02%) |
10 (24,39%) |
0 (0%) |
Penerapan metode discovery yang terdapat dalam multimedia “Sinau Aksara Jawa†terbukti optimal menjadikan peserta didik termotivasi dalam pembelajaran dengan 76,7% peserta didik mencapai skor 3,50-4,49 (motivasi pembelajaran baik) di siklus I, dan meningkat menjadi 86,7% peserta didik mencapai skor 3,50-4,49 (motivasi pembelajaran baik) pada siklus II. Hal ini berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Proses pembelajaran aksara Jawa dengan menerapkan metode discovery lebih bermakna kepada peserta didik karena memiliki keunggulan suasana belajar sangat menyenangkan (joyful learnning) dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian budaya Indonesia, khususnya aksara Jawa; siswa mendapatkan pengalaman belajar yang berkesan, materi pelajaran disajikan dengan lengkap, variatif, dan interaktif; siswa lebih aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran.
Hal ini sudah sesuai dengan kajian teori dari Rohani dan Ahmadi (2007) yang menyatakan bahwa motivasi pada siswa dapat tumbuh melalui cara mengajar yang bervariasi, salah satunya dengan menggunakan metode dan media yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, video, dan lain sebagainya untuk membangkitkan semangat siswa supaya lebih giat belajar, sehingga tujuan pendidikan dan keberhasilan pembelajaran dapat tercapai.
PENUTUP
Simpulan
1) Penerapan metode discovery melalui multimedia “Sinau Aksara Jawa†terbukti bisa meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari aksara Jawa di kelas III SD Negeri Pucakwangi 01. Hal tersebut ditandai dengan perubahan sikap siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat selama melaksanakan pembelajaran, sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
2) Metode discovery melalui multimedia “Sinau Aksara Jawa” optimal menjadikan peserta didik termotivasi dalam pembelajaran dengan 76,7% peserta didik mencapai skor 3,50-4,49 (motivasi pembelajaran baik) di siklus I, dan meningkat menjadi 86,7% peserta didik mencapai skor 3,50-4,49 (motivasi pembelajaran baik) pada siklus II. Hal ini juga berdampak pada hasil ketuntasan minimal belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar (60,98%), siklus I (75,61%), dan siklus II (100%).
Saran
1) Guru kelas di tingkat dasar hendaknya menggunakan metode discovery dalam pembelajaran aksara Jawa sebagai alternatif metode keberhasilan pembelajaran. Metode pembelajaran tersebut akan dapat merangsang minat dan semangat siswa, menumbuhkan kesadaran siswa akan penting menjaga kelestarian budaya Indonesia, salah satunya adalah budaya Jawa.
2) Metode discovery melalui multimedia “Sinau Aksara Jawa†yang telah dikembangkan oleh peneliti dapat digunakan sebagai alternatif media pembelajaran bahasa Jawa, karena memiliki efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang tinggi. Selain itu, siswa juga merasa senang dengan pembelajaran aksara Jawa karena mereka bisa bermain sambil belajar secara bersamaan.
3) Para peneliti yang menekuni bidang bahasa Jawa kiranya dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai keterampilan membaca dan menulis aksara Jawa. Para peneliti dapat menerapkan berbagai strategi, model, metode, teknik, dan media berdasarkan pendekatan tertentu yang tepat untuk menumbuhkan kesadaran generasi bangsa supaya menjaga kelestarian budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat membantu guru untuk memecahkan masalah yang sering muncul dalam proses belajar bahasa Jawa di kelas, sehingga berdampak positif bagi perkembangan pendidikan yang lebih berkualitas.
4) Dinas pendidikan dapat menyebarluaskan penelitian ini supaya lebih bermanfaat. Hasil penelitian ini akan lebih bermanfaat jika digunakan banyak pihak khususnya dalam bidang dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmadi, Abu & Ahmad Rohani. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ena, Ouda Teda. 2009. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi. Yogyakarta: Indonesian Language and Culture Intensive Course Universitas Sanata Dharma.
Darusuprapta. 1996. Pedoman, Penulisan Aksara Jawa. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Irkham. 2013. “Penggunaan Media Kartu Huruf dalam Pembelajaran Aksara Jawa Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas II SDN Torongrejo 02 Kota Batuâ€. http://www.gurukelas.com. diakses pada 28 September.
Prawiradisastra, Suryana. 1994. Tatanan Panulisan Aksara Jawa. Surakarta: Pantjawarna.
Priska, Anggraeni. 2013. “Mengatasi Kesulitan Menulis Aksara Jawa Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Batangsaren Kabupaten Tulungagung dengan Menggunakan Media Papan Flanelâ€.
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Soeharto, M. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Badan Penerbit Universitas.
Suherman, Eman. 2009. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi. Jakarta:Â Bumi Aksara.
Â
Suryabrata, Suryadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.