PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI PENTINGNYA KEUTUHAN NKRI

MELALUI MODEL SYNERGETIC TEACHING BAGI SISWA KELAS V SDN 1 NGILEN

SEMESTER I TAHUN 2015/2016

Endang Sri Kusdiarti

Kepala SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

ABSTRAK

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi pentingnya keutuhan NKRI bagi siswa kelas V SDN 1 Ngilen semester I tahun pelajaran 2015/2016 melalui model synergetic teaching. Penelitian dilakukan di SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Waktu penelitian adalah bulan Agustus sampai dengan bulan November 2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Ngilen yang berjumlah 19 siswa dengan rincian 11 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Pengumpulan data dengan teknik tes diambil dari hasil ulangan harian yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Adapun teknik nontes datanya diambil dari lembar observasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data hasil penelitian, pada pembelajaran pra siklus rata-rata nilai ulangan adalah 59,47dan ketuntasan belajarnya 36,84%. Siklus I meningkat menjadi 71,05 dengan ketuntasan belajar 68,42%. Pada siklus II rata-rata nilai ulangan meningkat lagi menjadi 77,37 dengan ketuntasan belajar 84,21%.

Kata Kunci : hasil belajar, pembelajaran PKn, model synergetic teaching

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan bidang studi yang dimaksudkan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Pada pengajaran PKn tersebut, diharapkan tidak cukup hanya dengan memberi suatu pengetahuan dan pemahaman atau teori saja pada siswa melainkan juga adanya pembentukan sikap dan perilaku yang baik serta timbul penanaman nilai-nilai moral yang luhur. Melihat kondisi tersebut metode, sumber, model, pendekatan dan media yang akan digunakan bervariasi sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada para siswa.

Siswa di kelas V di SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran pada Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 mempunyai motivasi yang berlainan dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut sesuai analisis proses pembelajaran di kelas V SDN 1 Ngilen pada mata pelajaran PKn. Menyadari hal tersebut, peneliti sebagai guru mata pelajaran PKn melaksanakan pembelajaran PKn dengan motivasi yang tinggi supaya seluruh siswa dapat fokus dengan pembelajaran dan mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Pada pembelajaran PKn kelas V pada Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016, Standar Kompetensinya adalah “Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”. Dalam materi tersebut, siswa diharapkan 1) dapat mendeskripsikan NKRI; 2) menjelaskan pentingnya keutuhan NKRI; dan 3) menunjukan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan NKRI. Dalam pembelajaran PKn, penulis selaku guru juga menggunakan beberapa media pembelajaran, diantaranya peta dan gambar pahlawan. Penulis masih melaksanakan pembelajaran pembelajaran secara klasikal dengan menggunakan metode ceramah.

Hingga seluruh materi selesai disampaikan, penulis melaksanakan ulangan harian dengan 10 butir soal. Dari ulangan harian tersebut diperoleh nilai yang kurang memuaskan. Dari 19 siswa kelas V SDN 1 Ngilen hanya 7 siswa (36,84%) yang tuntas belajar dengan KKM 70. Sebanyak 12 siswa (63,16%) tidak tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan adalah 59,47.

Dari hasil ulangan harian tersebut, guru melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Penyebab kurang maksimalnya hasil pembelajaran tersebut adalah 1) siswa masih pasif dalam mengikuti pembelajaran; 2) guru sangat dominan dalam pembelajaran; dan 3) guru belum menerapkan inovasi dalam pembelajaran. Atas hasil tersebut, penulis harus melakukan perbaikan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang masih tersedia.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Synergetic Teaching untuk memperbaiki pembelajaran PKn. Dalam Synergetic Teaching siswa dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 9-10 anak dengan memisahkan teman satu bangku. Masing-masing kelompok diberikan perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran dimana salah satu kelompok belajar bersama dengan penulis selaku guru sedangkan kelompok yang lain diberikan kebebasan untuk belajar secara mandiri. Selanjutnya, kedua kelompok tersebut digabungkan kembali dan diberikan kesempatan untuk berdikusi dengan teman sebangkunya. Setelah pasangan siswa cukup melakukan diskusi, penulis kembali menjelaskan materi dan melaksanakan tanya-jawab dengan siswa, terutama siswa yang belajar secara mandiri.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijabarkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model Synergetic Teaching dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang pentingnya keutuhan NKRI pada siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016?”

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah memperbaiki pembelajaran pada siswa Kelas V di SDN 1 Nglen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar PKn tentang pentingnya keutuhan NKRI pada siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui model Synergetic Teaching.

Manfaat Penelitian

1. Siswa

Meningkatnya keaktifan belajar siswa pada saat diskusi. hal ini karena kelompok diskusi yang tidak mendapatkan bimbingan guru merasa terobsesi untuk tidak kalah dengan kelompok yang didampingi guru.

2. Guru

Meningkatnya keterampilan guru dalam menerapkan berbagai model pemelajaran inovatif. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran di dalam kelas.

3. Sekolah

Menambah referensi bagi guru-guru di SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran mengenai alternatif pemecahan masalah di dalam kelas dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

Pengertian Hasil Belajar

Ketika  berbicara  tentang  pendidikan  kita  tidak  akan  lepas  dari  istilah  belajar,  mengajar,  dan  hasil  belajar.  Istilah  mengajar  dan  belajar  adalah  dua  peristiwa  yang  berbeda,  akan  tetapi  antara  keduanya  terdapat  hubungan  yang  erat  sekali.  Bahkan  antara  keduanya  terjadi  kaitan  dan  interaksi  satu  sama  lain.  Kedua  kegiatan  itu  salaing  mempengaruhi  dan  menunjang  satu  sama  lain (Hamalik, 2010 : 44). Menurut Nur Ghuftron (2012 : 4) belajar  merupakan  sebuah  proses  untuk  melakukan perubahan perilaku seseorang, baik lahiriah maupun batiniah.

Belajar   mengajar   merupakan   sebuah   interaksi   yang   bernilai   normatif,  yang  dilakukan  dengan  sadar  dan  bertujuan.  Tujuan  disini  sebagai  pedoman  ke  arah  mana  akan  dibawa  proses  belajar  mengajar.  Proses  belajar  mengajar  akan  berhasil  bila  hasilnya  mampu  membawa  perubahan  dalam  pengetahuan,  pemahaman,  keterampilan  dan  nilai  sikap  dalam  diri  anak  didik (Djamarah, 2005 : 12). Kegiatan  belajar  mengajar  pada  akhirnya  akan  menghasilkan kemampuan baru yang dimiliki siswa atau dengan kata lain disebut sebagai hasil belajar.

Menurut Suprijono (2013 : 5) hasil  belajar  adalah  pola-pola  perbuatan,  nilai-nilai,  pengertian-pengertian,   sikap-sikap,apresiasi,   dan   keterampilan. Menurut   Nana   Sujana  sebagaimana  yang  dikutip  oleh  Kunanadar (2011 : 276),  hasil  belajar  adalah  suatu  akibat  dari  proses  belajar  dengan  menggunakan  alat  pengukuran,  yaitu berupa tes yang disususn secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangakan S. Nasution sebagaimana yang dikutip oleh  Kunandar (2011 : 276) hasil  belajar  adalah  suatu  perubahan  pada  individu  yang  belajar,   tidak   hanya   mengenai   perubahan,   tetapi   juga   membentuk   kecakapan dan penghayatan dalam diri individu yang belajar.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan    hasil    yang    diperoleh    siswa    setelah    terjadinya    proses    pembelajaran  yang  ditunjukkan  dengan  nilai  tes  yang  diberikan  oleh  guru  setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau  peningkatan  sikap,  kebiasaan,  pengetahuan,  keuletan,  ketabahan,  penalaran, kedisplinan, keterampilan dan sebagaimana yang menjuju pada perubahan positif.

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Penerapan materi pelajaran PKn pada anak didik bertujuan untuk menanamkan nilai moral dan norma ke dalam diri peserta didik agar mereka dapat hidup harmonis dalam masyarakat. Karenanya, tujuan dan misi pembelajaran harus menjadi perhatian pada setiap pelaksanaan PBM di kelas. Berpedoman pada misi pembelajaran tersebut, idealnya guru melaksanakan pembelajaran yang dapat mengubah perilaku para peserta didik menjadi warga negara yang baik dan produktif.

Synergetic Teaching

Menurut Siberman (2007: 113), Synergetic Teaching merupakan perubahan dalam metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik yang telah mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda mempelajari materi yang sama untuk membandingkan catatan-catatan.

Siberman (2007: 113-114) menjelaskan langkah-langkah dalam menggunakan Synergetic Teaching sebagai berikut : 1) Membagi siswa menjadi 2 kelompok dan diberikan materi yang sama; 2) Menentukan salah satu kelompok tetap di dalam kelas dan guru memberikan bimbingan langsung dalam mempelajari materi; 3) Kelompok yang lain di luar kelas dan mempelajari materi tanpa bimbingan; 4) Menggabungkan siswa dari kedua kelompok tersebut secara berpasangan; 5) Memberikan kesempatan kepada pasangan siswa untuk berdiskusi tentang materi; 6) Melanjutkan dengan pembahasan.

Kerangka Berpikir

Praktik yang masih sering dijumpai dalam pembelajaran PKn adalah pembelajaran secara klasikal dengan menggunakan metode ceramah. Dalam pembelajaran secara klasikal tersebut, aktifitas siswa juga masih terbatas dan motivasi siswa yang menjadi faktor penentunya. Peneliti berupaya untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan menarik. Namun masih ada beberapa siswa yang pasif dan tidak fokus. Sikap siswa yang berlainan dalam mengikuti pembelajaran ini berkaitan dengan motivasi belajarnya. Inilah yang kemudian menyebabkan permasalahan dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Synergetic Teaching dalam perbaikan pembelajaran PKn. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing terdiri dari 9-10 dengan memisahkan anak yang duduk berpasangan. Peneliti menentukan salah satu kelompok untuk tetap berada di dalam kelas dan mendapat bimbingan langsung dalam mempelajari materi. Sedangkan kelompok lainnya berada di luar kelas untuk mempelajari materi tanpa ada bimbingan. Selanjutnya, kedua kelompok siswa digabungkan dan diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan membahas materi yang sedang disampaikan. Peneliti dapat melengkapi dengan tanya-jawab. Dengan pengalaman belajar yang berbeda dan berbekal pemahaman materi, siswa membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam terkait dengan materi yang sedang disampaikan. Inilah yang dapat dijadikan kesempatan bagi penulis untuk membimbing seluruh siswa dalam memahami materi. Dengan cara ini diharapkan dapat mendorong siswa aktif dalam pembelajaran, meningkatkan kemandirian dalam belajar dan meningkatkan kerja sama.

Hipotesis Tindakan

Dari kerangka berpikir di atas dapat dibuat hipotesis tindakan “Melalui model Synergetic Teaching dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi pentingnya keutuhan NKRI pada siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran semester I tahun pelajaran 2015/2016”.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini adalah SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Di lokasi ini, peneliti merupakan kepala sekolah sekaligus guru pengampu mata pelajaran PKn di kelas IV, V, dan VI. Sesuai dengan tugas tersebut, maka penulis dapat melaksanakan penelitian tindakan dalam pembelajaran PKn. Waktu penelitian ini adalah 4 bulan, yaitu bulan Agustus sampai dengan November tahun 2005. Waktu penelitian ini sesuai dengan kalender akademik pada Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V di SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora pada Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 19 anak yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah nilai ulangan harian dengan materi Keutuhan Negara Republlik Indonesia (NKRI). Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan butir soal ulangan harian. Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif.

Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sebagai indikator keberhasilan penelitian adalah apabila minimal 80% dari siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran dapat tuntas belajar dengan KKM 70.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi (Kondisi Awal) Pra Siklus

Pada pembelajaran PKn di awal Semester I ini, peneliti memang masih melaksanakan pembelajaran secara klasikal. Dalam materi tentang Keutuhan Negara Republlik Indonesia (NKRI), peneliti juga menggunakan beberapa media pembelajaran sebagai daya tarik dalam pembelajaran tersebut, diantaranya peta dan gambar pahlawan. Dalam pembelajaran tersebut, peneliti menggunakan metode ceramah dan metode tanya-jawab.

Dalam pembelajaran yang berlangsung secara klasikal, sebenarnya ada beberapa siswa yang cukup aktif. Sejumlah siswa tersebut memang memperhatikan dan sering menjawab ketika peneliti mengajukan pertanyaan penuntun tentang materi. Sedangkan sebagian siswa lainnya memang kurang berminat.

Hasil ulangan harian pada akhir pembelajaran menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh nilai ulangan 40 sejumlah 2 anak, yang memperoleh nilai ulangan 50 sejumlah 5 anak, yang memperoleh nilai ulangan 60 sejumlah 5 anak, yang memperoleh nilai ulangan 70 sejumlah 6 anak, dan yang memperoleh nilai ulangan 80 sejumlah 1 anak. Nilai rata-ratanya adalah 59,47 dengan ketuntasan belajar sebesar 36,84%. Dari hasil tersebut menggambarkan permasalahan dalam pembelajaran, baik proses pembelajaran yang tidak lancar maupun hasil pembelajaran yang masih mengecewakan. Peneliti melakukan identifikasi masalah dan dapat menemukan akar permasalahan dalam pembelajaran, diantaranya 1) siswa masih pasif dalam mengikuti pembelajaran; 2) guru sangat dominan dalam pembelajaran; dan 3) guru belum menerapkan inovasi dalam pembelajaran.

Deskripsi Siklus I

Sesuai dengan hasil pembelajaran sebelumnya, maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model Synergetic Teaching. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B. Peneliti menentukan kelompok B untuk tetap berada di dalam kelas dan mendapatkan bimbingan dari peneliti dalam mempelajarai materi.

Kelompok B pun mendapatkan bimbingan langsung dari peneliti. Hasilnya, siswa lebih fokus dalam pembelajaran. Tidak ada siswa yang mengantuk maupun bercanda selama pembelajaran. Selain itu, siswa juga semakin aktif. Terbukti siswa juga percaya diri dalam mengajukan pertanyaan, bahkan pertanyaan yang diajukan cukup berbobot. Termasuk dalam diskusi dengan teman sebangku, siswa yang tergabung dalam kelompok B ini mampu menjelaskan materi dengan cukup baik. Siswa dari kelompok A yang tidak mendapat bimbingan dari peneliti membutuhkan pemahaman dan hal tersebut dilakukan dengan berdiskusi dengan teman sebangkunya dari kelompok B.

Pada akhir pembelajaran siklus I dilakukan ulangan harian. Ulangan harian dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I. Hasil dari ulangan harian siklus I menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh nilai ulangan 50 sejumlah 1 anak, yang memperoleh nilai ulangan 60 sejumlah 5 anak, yang memperoleh nilai ulangan 70 sejumlah 6 anak, yang memperoleh nilai ulangan 80 sejumlah 5 anak, dan yang memperoleh nilai ulangan 90 sejumlah 2 anak. Nilai rata-ratanya adalah 71,05 dengan ketuntasan belajar sebesar 68,42%.

Deskripsi Siklus II

Pada pembelajaran di Siklus II, kelompok B bergiliran untuk berada di luar kelas dan belajar tanpa bimbingan. Menanggapi hal ini, kelompok B memang tampak kebingungan namun dapat mentaati perintah dari peneliti. Sedangkan kelompok A yang berada di dalam kelas dapat menyesuaikan diri dengan pembelajaran yang berbeda dengan pengalaman belajar sebelumnya.

Dalam pembelajaran tersebut, siswa duduk di kursi depan dan dapat fokus. Bahkan setelah peneliti menyampaikan seluruh materi, siswa meminta untuk dijelaskan kembali materi terdahulu. Hal ini menunjukan bahwa siswa memang aktif dan butuh pemahaman materi. Artinya siswa memang mempunyai motivasi yang semakin tinggi dalam mengikuti pembelajaran.

Pada akhir pembelajaran siklus II dilakukan ulangan harian. Ulangan harian dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus II. Hasil dari ulangan harian siklus II menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh nilai ulangan 60 sejumlah 3 anak, yang memperoleh nilai ulangan 70 sejumlah 6 anak, yang memperoleh nilai ulangan 80 sejumlah 5 anak, yang memperoleh nilai ulangan 90 sejumlah 3 anak, dan yang memperoleh nilai ulangan 100 sejumlah 2 anak. Nilai rata-ratanya adalah 77,37 dengan ketuntasan belajar sebesar 84,21%.

Pembahasan

Pada Kondisi Awal, pembelajaran masih berlangsung secara klasikal dimana peneliti selaku guru menjadi sumber belajar yang dominan. Dalam pembelajaran tersebut, peneliti memang menggunakan beberapa media pembelajaran untuk memperlancar pembelajaran. Sedangkan siswa hanya menjadi objek pembelajaran yang menerima materi. Namun keterlibatan siswa masih kurang, ditandai dengan siswa yang mengantuk, bercanda, dan pasif selama pembelajaran. Inilah yang menyebabkan siswa dengan motivasi belajar rendah tidak mampu mencapai hasil belajar yang baik. Sedangkan siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mampu menguasai materi dengan baik.

Dari permasalahan tersebut, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model Synergetic Teaching. Dalam Synergetic Teaching, siswa dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing kelompok diberikan perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran dimana salah satu kelompok belajar bersama dengan peneliti selaku guru sedangkan kelompok yang lain diberikan kebebasan untuk belajar secara mandiri.

Dari hasil belajar yang diukur dengan menggunakan ulangan harian, perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model Synergetic Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Secara lebih lengkap peneliti dapat menampilkan perbandingan hasil belajar dalam tabel di bawah ini.

Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa

Nilai

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

40

2

0

0

50

5

1

0

60

5

5

3

70

6

6

6

80

1

5

5

90

0

2

3

100

0

0

2

Rata-rata

59,47

71,05

77,37

Tuntas

7 (36,84%)

13 (68,42%)

16 (84,21%)

Tidak Tuntas

12 (63,16%)

6 (31,58%)

3 (15,79%)

Tabel di atas menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Pada pra siklus rata-rata nilai ulangan harian siswa 59,47 dengan ketuntasan 36,84%. Pada siklus I terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan menjadi 71,05 dan ketuntasan belajarnya 68,42%. Siklus II kembali dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Rata-rata nilai ulangan siklus II adalah 77,37 dan ketuntasan belajarnya 84,21%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan bahwa penerapan model Synergetic Teaching dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi pentingnya keutuhan NKRI pada siswa kelas V SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran semester I tahun pelajaran 2015/2016.

Saran

1. Guru seharusnya dapat memberikan pengalaman belajar yang berkesan pada siswa sehingga pembelajaran menjadi penting dan bermakna.

2. Siswa seharusnya dapat mempunyai motivasi belajar yang tinggi sehingga dapat aktif dan fokus dalam mengikuti pembelajaran.

3. Pembelajaran Synergetic Teaching menuntut siswa tidak egois. Oleh karena itu, bagi siswa yang merasa lebih pandai harus bersedia membimbing siswa yang kurang pandai.

4. Sekolah seharusnya dapat menjadi lembaga pendidikan yang memberikan pengalaman belajar yang berkesan dan mempunyai sumber belajar yang lengkap dan memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

 

Siberman, Mel. 2007. 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.