UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IX H DALAM MEMBACA TEKS REPORT MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH SMP NEGERI 2 TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN
SISWA KELAS IX H
DALAM MEMBACA TEKS REPORT
MELALUI COOPERATIVE LEARNING
TIPE MAKE A MATCH
SMP NEGERI 2 TENGARAN KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Wiji Utami
SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini memfokuskan pada upaya meningkatan pemahaman membaca teks report. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa pada Teks Report, mengubah suasana belajar menjadi lebih menyenangkan, membangun kerja sama dan kesetiakawanan di antara siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil post test sebesar 24,3; peningkatan nilai performen sebesar 27,1 dan peningkatan hasil angket sebesar 40% dari 28% responden yang menjawab “ya” menjadi 68%. Selain peningkatan perolehan nilai juga terjadi peningkatan prosentase ketercapaian dari 56% pada pra penelitian menjadi 94% untuk post test dan 100% untuk performen.
Kata kunci: Cooperative learning tipe make a match
PENDAHULUAN
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang diterapkan dengan mastery learning mengamanatkan bahwa setiap siswa harus menguasai kompetensi yang ditentukan. Penguasaan kompetensi minimal sama dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan. Jika siswa belum mencapai batas minimal KKM yang ditetapkan, maka siswa tersebut harus mengikuti program perbaikan (remedial teaching), sedangkan siswa yang pencapaiannya sama atau melebihi KKM mengikuti program pengayaan (enrichment program).
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs meliputi: kemampuan berwacana, kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek, monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, dan report. Gradasi bahan ajar tampak dalam penggunaan kosa kata, tata bahasa, dan langkah-langkah retorika; kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik, kompetensi sosiokultural, kompetensi strategi, dan kompetensi pembentuk wacana (Depdiknas, 2006).
Berdasarkan analisis faktor penentu KKM, penetapan KKM untuk mata pelajaran bahasa Inggris di SMPN 2 Tengaran khususnya kompetensi pemahaman teks report masih rendah, yaitu sebesar 70%. Berdasarkan pengalaman penulis sebelumnya dalam mengajar teks report, ketercapaian ketuntasan belajar siswa pun masih rendah yaitu dari 34 siswa dalam setiap rombongan belajar rata-rata 14 siswa atau 41,17% memperoleh nilai di bawah KKM, 5 siswa atau 14.70% memperoleh nilai sama dengan KKM, 15 siswa atau 44,11% memperoleh nilai di atas KKM.
Berdasarkan analisis tersebut, maka penulis merancang penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meningkatkan ketercapaian KKM pemahaman teks report dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk bekerja sama. Model belajar yang memungkinkan siswa untuk bekerja sama adalah cooperative learning. Ada beberapa model pembelajaran cooperative learning, diantaranya adalah tipe make a match. Metode pembelajaran Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) ( dalam Ramadhan 2010). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam pembelajaran kompetensi pemahaman teks report yang hasilnya masih rendah, dan juga mempertimbangkan keunggulan model cooperative learning tipe make a match (CLTMM), oleh karena itu, penulis mencoba merencanakan melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IX H dalam Membaca teks Report Melalui Cooperative Learning Tipe Make a Match SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman siswa untuk Report Text.
2. Mengubah suasana belajar menjadi lebih menyenangkan.
3. Membangun kerja sama dan kesetiakawanan di antara siswa.
Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Bagi Guru
2. Manfaat Bagi Siswa
3. Manfaat Bagi Sekolah
LANDASAN TEORI
Pengertian Teks
Teks mewujudkan wacana. Berdasarkan tujuan komuni-katif yang hendak dicapai, teks dikelompokkan ke dalam berbagai jenis. Untuk mencapai tujuan komunikatif tersebut, teks disusun dengan struktur tertentu dan direalisasikan dengan ciri-ciri bahasa tertentu.
Menurut Anderson (1997), teks adalah sekumpulan kata untuk mengkomunikasikan sebuah makna, artinya saat kita mem-produksi kata-kata berarti kita telah membuat sebuah teks. Pemahaman seseorang terhadap ide pokok teks yang akan kita sampaikan tergantung dari ketrampilan kita membuat kalimat. Semakin komunikatif kalimat yang kita buat, maka semakin mudah teks itu dipahami.
Pengertian Teks Report
Menurut Djauhari (2007), teks Report berfungsi memberi-kan deskripsi tentang ciri-ciri umum dari suatu jenis benda hidup atau mati. Kemampuan membuat dan memahami jenis teks ini merupakan bagian penting karena membantu mengembangkan kemampuan literasi dalam bahasa Inggris. Teks report berman-faat untuk mediskripsikan hal-hal yang berkenaan dengan fenomena alam, sesuatu yang dibuat manusia, atau lingkungan sosial di sekitar kita (Wignell, 1994).
Berdasarkan strukturnya teks report dapat diidentifikasi-kan sebagai berikut:
a. Title; judul yang menyatakan tentang subyek yang didiskusikan.
b. General Identification or classification of subject (identifi-kasi/klasifikasi umum)
c. Series of descriptions (seri/rangkaian dari deskripsi);
Selain strukturnya, teks report juga dapat dibedakan de-ngan teks-teks lainnya berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menggunakan kalimat simple present tense
b. Menggunakan action verbs, misalnya make, begin, product, etc.
c. Tidak menggunakan personal pronouns (I, you, we, etc) .
d. Menggunakan banyak nouns/kata benda seperti two long feet, sea animal, etc.
e. Menggunakan relational verbs untuk mendeskripsikan dan menggolongkan (is, are, have).
Reading Comprehension (Pemahaman Bacaan )
Reading Comprehension merupakan kemampuan dalam memahami suatu bacaan secara keseluruhan. Kemampuan itu tidak sekedar pemahaman informasi yang secara eksplisit terdapat pada bacaan, tetapi juga pemahaman informasi yang ada secara implisit. Bentuk-bentuk pertanyaan yang membu-tuhkan informasi implisit di antaranya adalah gagasan utama atau topik, tujuan bacaan, pernyataan benar atau salah, bentuk bacaan, struktur kalimat bacaan.
Cooperative Learning
Menurut Supriyono (2011:61), model pembelajaran ko-operatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk itu diperlukan kerja sama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan dan struktur reward-nya.
Cooperative learning adalah model pembelajaran yang membawa siswa bersama-sama belajar dalam kelompok kecil yang heterogen. Dalam kelompok tersebut siswa bekerja dengan saling tergantung satu dengan yang lain tanpa pengawasan guru secara langsung dan terus menerus.
Make a Match
Menurut Rusman (2010:223), metode Make a Match (membuat pasangan) yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pem-belajaran kooperatif. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Penerapan metode ini dimulai dengan tehnik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Kerangka Berfikir
Setiap orang memerlukan bantuan dalam belajar. Bantu-an dapat berasal dari sumber belajar maupun nara sumber. Selain itu, motivasi belajar juga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Cooperative learning merupakan model belajar yang memungkinkan siswa saling berinteraksi secara aktif sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan dapat dijadikan bantuan belajar bagi peserta didik lainnya. Dalam cooperative learning, siswa selain bertanggung jawab terhadap keberhasilan belajar dirinya juga bertanggung jawab untuk kelompoknya. Untuk itu, dalam cooperative learning nilai akhir merupakan rata-rata antara nilai dirinya dengan nilai kelompoknya.
Make a Match (MaM) merupakan salah satu tipe cooperative learning yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dalam Make a Match siswa akan aktif mencari pasangan kartu sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Sebagaimana coopearive learning pada umumnya, dalam Make a Match (MaM) di akhir kegiatan juga akan diberikan reward bagi kelompok yang mendapat prestasi tertinggi. Dengan demikian memungkinkan Make a Match (MaM) merupakan suatu pembelajaran yang dapat menumbuhkan siswa aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian Dan Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah kelas IX H SMP Negeri 2 Tengaran Kab. Semarang, pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012 dengan sampel 34 siswa dengan komposisi 12 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan November 2011 yang terdiri dari dua siklus.
Sumber Data
Sumber data penulis kumpulkan dari:
1. Angket, Pengambilan data angket dilakukan sebelum penelitian, akhir siklus I, dan akhir siklus II. Pertanyaan angket mengukur tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris.
2. Nilai pra penelitian, nilai pra penelitian diambil dari nilai ulangan harian untuk teks report sebelum penelitian.
3. Hasil pre test dan post test, Hasil pre test dan post test selanjutnya dibandingkan untuk mengetahui perbe-daan prosentase siswa yang tercapai, belum tercapai dan terlampaui berdasarkan KKM yang ditetapkan. Selain itu, hasil pre test juga digunakan sebagai bahan kajian dalam menyusun tindakan, sedangkan hasil post test penulis gunakan sebagai bahan dalam refleksi untuk perbaikan rencana tindakan siklus berikutnya.
4. Hasil observasi, observasi penulis lakukan dengan meminta bantuan dari teman sejawat (peer observer) saat action (tindakan) berlangsung.
5. Nilai performen, Nilai performen ini dikelola dalam nilai individual dan kelompok. Nilai individual diperoleh siswa saat mereka melakukan MaM.
Teknik Analisis Data
Data kuantitatif yang penulis peroleh selanjutnya akan dianalisis dengan membandingkan antara perolehan nilai siswa dengan KKM yang ditetapkan. Perbandingan perolehan nilai de-ngan KKM yang ditetapkan selanjutnya menentukan siswa masuk dalam kriteria tercapai, belum tercapai atau terlampaui. Pembe-lajaran dikatakan berhasil penulis tetapkan apabila presentase siswa yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan KKM minimal 85%. Sebagai tindak lanjut, untuk siswa yang memperoleh nilai sama dengan KKM mengikuti program pengayaan dan yang kurang dari KKM mengikuti program perbaikan. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas KKM menjadi tutor sebaya (peer tutor) program perbaikan dan pengayaan.
Selain itu, analisis juga penulis lakukan untuk data kualitatif. Data kualitatif hasil observasi penulis analisis dengan kualifikasi kurang, cukup, baik dan amat baik, sedangkan data hasil angket penulis jastifikasi berdasarkan hasil angketnya. Hasil angket merupakan kondisi riil psikologis siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Indikator Kinerja
Penelitian tindakan kelas ini penulis katakan berhasil jika
1. Ada peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih besar sama dengan KKM untuk post test dibanding-kan pre test dalam setiap siklusnya.
2. Lebih dari 75% siswa yang merasa senang dengan pembelajaran MaM dari hasil angket yang dilakukan.
3. Lebih dari 85% siswa memperoleh nilai akhir lebih besar atau sama dengan KKM yang ditetapkan dalam penilaian performen.
Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan kegiatan pra penelitian yang berupa pengumpulan informasi yang bersumber dari pengalaman pribadi, data nilai sebelum penelitian dan angket pra penelitian yang selanjutnya diolah untuk mencari kesenjangan antara hasil belajar siswa dengan pengelolaan pembelajaran selama ini.
Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) MaM yang penulis lakukan sesuai dengan prosedur PTK pada umumnya yaitu terdiri atas siklus-siklus pembelajaran. Setiap siklus pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan skenario pembela-jaran yang telah disusun yang terdiri atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan inti pembelajaran MaM penulis susun sedemikian rupa sesuai dengan motif MaM dalam skenario pembelajaran yang akan penulis uraikan lebih lanjut.
Skenario Pembelajaran
Skenario pembelajaran secara umum penulis lakukan sebagaimana pembelajaran pada umumnya yaitu terdiri atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegitan inti yang terdiri atas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi merupakan inti dari pembelajaran MaM yang skenario pembelajaranya kami susun sebagai berikut.
a. Sebelum kegiatan dimulai, siswa diminta untuk berga-bung dalam kelompoknya. Kelompok terdiri atas “kelom-pok pemegang kartu soal”, “kelompok pemegang kartu jawaban”, “dan kelompok juri”. Kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu jawaban masing-masing terdiri atas 5-6 siswa, sedangkan kelompok juri teridiri atas 4 siswa dengan pembagian tugas 1 orang sebagai timer, 2 orang sebagai scorer , dan 1 orang sebagai juri. Kelompok juri diambil dari kelompok yang belum melakukan kerja kelompok.
b. Setelah semua kelompok ada pada posisi masing-masing, guru menayangkan teks report melalui LCD projector. Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi tayangan selama 5 menit dalam kelompoknya.
c. Setelah melakukan eksplorasi, kelompok I yang terdiri atas “kelompok pemegang kartu soal” dan “kelompok pemegang kartu jawaban” oleh juri dibagikan masing-masing satu kartu untuk setiap anggota yang merupakan kartu soal dan kartu jawaban sesuai dengan kelompok–nya. Kelompok tersebut selanjutnya diberi kesempatan pertama dalam melakukan kegiatan MaM. Waktu yang disediakan untuk mencari pasangan kartu selama 2 menit.
d. Dalam waktu 2 menit, apabila ada anggota kelompok yang dapat memasangkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban dengan benar disebut match dan kepada keduanya diberi skor 10. Apabila tidak benar disebut mismatch dan keduanya diberi skor 5, dan apabila tidak dapat memasangkan sampai batas waktu yang ditetapkan habis disebut loose. Peserta yang termasuk loose diberi skor 0. Sedangkan peserta yang dapat menemukan pasangan kartunya saat waktu telah berakhir diberi skor 7.
e. Setelah kelompok I selesai melakukan MaM, berikutnya adalah giliran kelompok II dengan kegiatan yang sama dengan kelompok I. Demikian seterusnya sampai pada kelompok ke III.
f. Setelah semua kelompok melakukan MaM, selanjutnya guru mengkonfirmasi jawaban dengan menayangkan kunci jawaban pada LCD proyektor.
g. Kegiatan akhir pembelajaran digunakan untuk:
1) mendiskusikan jawaban dengan guru,
2) menegaskan hal-hal yang berkenaan dengan teks report, antara lain
a. gambaran umum bentuk teks report;
b. ide pokok teks report;
c. informasi rinci tersurat dalam teks report;
d. menentukan makna kata-kata tertentu dalam teks report;
e. menentukan rujukan kata-kata tertentu dalam teks report;
f. mengidentifikasi struktur penyusunan teks re-port;
3) mengumumkan kelompok yang skornya paling tinggi, dan memberikannya reward,
4) memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian pada siklus I dan siklus II apabila dikomperasikan dengan hasil pra penelitian secara umum maka dapat dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar pada siswa. Bisa dikatakan seperti itu karena telah didapatkan hasil bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar pada pencapaian nilai tertinggi post test untuk siklus I dan II jika dikomperasikan secara berturut-turut dengan hasil pra penelitian. Secara berturut-turut nilai tersebut adalah 80; 93,3; dan 100. Selain itu, juga terjadi peningkatan pada perolehan nilai terendah dan rata-rata. Secara bertutur-turut perolehan nilai terendah dan rata-rata adalah 59; 66,7; 68,3 dan 69; 80,6; 93,3. Dari rata nilai terjadi peningkatan sebesar 24,3. Dengan memperhatikan data tersebut maka dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap teks report.
Selain dari perolehan nilai, peningkatan hasil belajar siswa juga ditunjukkan dari peningkatan prosentase ketercapaian siswa. Prosentase ketercapaian dari pra penelitian post test II dan II secara berturut-turut adalah 41,17%, 85,29% dan 94,11%. Indikator kinerja yang penulis tetapkan adalah penelitian ini penulis katakan berhasil apabila lebih dari 85,29% siswa memiliki nilai di atas KKM. Berdasarkan prosentase ketercapaian hasil post test I dan II, maka dapat penulis katakan penelitian ini berhasil. Data prosentase ketercapaian dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Keberhasilan penelitian tindakan ini juga didukung dari nilai performen pada siklus I dan II. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil dan motivasi belajar siswa untuk teks report. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari kenaikan rata-rata nilai performen pada siklus I dan II dibanding dengan rata-rata nilai pra penelitian. Secara berturut-turut dari nilai pra penelitian, performen siklus I dan II adalah 69, 92,2 dan 96,1. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 27,1.
Nilai performen siswa diperoleh dari rata-rata nilai indi-vidu dengan nilai kelompok. Apabila dikomperasikan nilai performen pada siklus I dan II yaitu 92,2: 96,1 terjadi peningkatan sebesar 3,9. Peningkatan nilai performen ini juga menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi pening-katan kerjasama atar anggota kelompok dalam memecahkan persoalan
Keberhasilan CLTMM ini juga bisa penulis ungkap melalui prosentase ketercapaian nilai performen pada siklus I dan II dibandingkan dengan nilai pra penelitian. Prosentase keterca-paian meliputi kriteria tercapai dan terlampaui. Prosentase ketercapaian secara berturut-turut dari pra penelitian, performen siklus I dan II adalah 55,88%, 100% dan 100%. Kriteria ketercapai 100% artinya semua siswa dapat memperoleh nilai sama dengan atau di atas KKM yang ditetapkan.
Prosentase ketercapaian 100% pada penilaian performen selain menunjukkan keberhasilan belajar siswa secara individu juga merupakan indikator bahwa kerjasama dalam kelompok dapat terjalin baik. Kerjasama kelompok dalam belajar meru-pakan ciri dari cooperative learning. Dalam cooperative learning setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan kelompoknya.
Peningkatan hasil belajar dan prosentase ketercapaian tersebut tentunya juga tidak lepas dari peningkatan motivasi dan suasana belajar sebagaimana hasil angket yang penulis dapatkan. Secara berturut-turut dari pra penelitian, akhir siklus I dan II peningkatan responden yang menjawab “ya” dari angket yang diberikan adalah 29,41%, 52,94% dan 67,68% dari 34 responden. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 41,17%.
Hasil angket di atas dapat diinterpretasikan bahwa siswa semakin senang dengan pelajaran Bahasa Inggris dan merasa bisa. Guru sudah bervariasi dalam mengajar sehingga bisa membangkitkan suasana menyenangkan; siswa termotivasi untuk lebih menguasai pelajaran dan hasil belajarnya meningkat; terjadi kerjasama dalam belajar atau cooperative learning; siswa semakin puas dengan hasil belajarnya.
Berdasarkan peningkatan perolehan nilai pada post test siklus I, st siklus II, performen siklus I, performen siklus II, dan presentase ketercapaiannya serta hasil angket, maka dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas Cooperative Learning tipe Make a Match untuk teks report berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX H SMP Negeri 2 Tengaran tahun pelajaran 2011/2012.
SIMPULAN DAN SARAN
Analisis data hasil pre-test, post-test penilaian kinerja dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning tipe Make a Match dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa Kelas IX H SMP Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang terhadap teks Report .
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat penulis sarankan untuk guru-guru bahasa Inggris khususnya dan guru mata pelajaran lain umumnya
1. Melakukan refleksi untuk mengintrospeksi diri tentang pengelolaan pembelajaran yang selama ini dilakukan.
2. Memulai untuk mencoba melakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran yang kita lakukan.
3. Menggunakan model/metode/strategi pebelajaran yang bervariasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik dan menghindar kejenuhan dalam pembelajaran.
4. Mengikuti paradigma baru, bahwa guru dalam mengelola pembelajaran harus bisa menumbuhkan suasana pembe-lajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembi-ra dan berbobot.
5. MaM merupakan salah satu tipe pembelajaran CL yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks report.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Mark and Kathy. 1997. Text type in English. Australia: MACMILLAN.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djauhari & Setiawan, O. 2007. Genre. Bandung: Yrama Widya.
Gillies, R. (2003). Structuring cooperative group work in classrooms. International Journal of Educational Research.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori& Aplikasi Paikem. Jakarta. Pustaka Pelajar.
Taufik, A. 2011. Cooperative Learning Make A Match pada Kelas Speaking: http://anditaufik.wordpress.com/cooperative-learning-make-a-match-pada-kelas-speaking