Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
PADA SISWA X IPS 2 SMA KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Fajarwidyartiningsih
Sunardi
Pendidikan Sejarah – FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah dengan menggunakan Model Pembelajaran Picture And Picture. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018. Rancangan penelitian menggunakan dua siklus. Setiap siklus dilakukan dengan perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi tindakan. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki tindakan. Hasil penelitian adalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu pada prasiklus 68 meningkat pada siklus I mencapai 71, pada siklus II menjadi 76. Persentase ketuntasan belajar pada prasiklus 52% naik menjadi 68% pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 96%.
Kata Kunci: Prestasi Belajar, Model pembelajaran Picture And Picture.
PENDAHULUAN
Pelajaran sejarah merupakan salah satu pelajaran yang ada di kurikulum sekolah. Pelajaran sejarah di sekolah selama ini masih dengan metode ceramah atau pembelajaran konvensional. Pelajaran sejarah tanpa disertai dengan strategi, media, cara mengajar,dan metode yang menarik akan membuat siswa bosan. Karena sesungguhnya siswa tersebut menganggap bahwa pelajaran sejarah itu tidak menarik dan membosankan. Guru sejarah hanya membeberkan fakta dan dianggap tidak mampu memberikan motivasi belajar kepada siswa karena guru menggunakan cara mengajar yang konvensional yaitu bercorak hafalan dengan menggunakan metode ceramah.(Isjoni, dkk 2008:160).
Pembelajaran di sekolah harus memberdayakan siswa untuk berpikir kritis, logis dan sistematis serta aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Sejarah serta bidang studi lainnya. Berdasarkan pengamatan hasil belajar siswa SMA Kristen Satya Wacana belum mencapai KKM. Dari 25 siswa, 13 siswa sudah mencapai KKM sedangkan 12 siswa belum mencapai KKM (70). Permasalahan tersebut diselesaikan dengan penerapan model pembelajaran Picture And Picture pada siswa X IPS 2 dengan materi ’’Indonesia Zaman Praaksara: Awal Kehidupan Manusia Indonesia’’.
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Prestasi Belajar
Menurut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh perhubungan berkondisi antara stimulus dan respons (Surakhmad, 1973: 61).
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi memiliki makna yang berarti hasil yang sudah dicapai. Hasil dari prestasi belajar ini ditunjukkan dengan nilai atau angka oleh guru kepada siswanya, sebagai bentuk penghargaan atas apa yang telah dikerjakan oleh siswanya (Badrika, 2006:3).
Jadi, prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa yang berbentuk angka pada setiap akhir pembelajaran.
Pembelajaran Kooperatif Model Picture And Picture
Panitz dalam (Suprijono,2009:54) menyebutkan pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), yang selanjutnya disingkat CL. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Istilah ‘’kooperatif’’ digunakan dalam tulisan ini karena maknanya lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar.
Menurut Johnson dan Johnson (dalam Isjoni dan Ismail 2008:152), CL adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok, sama dengan pengalaman individu maupun kelompok. Selanjutnya, menurut Lie (2008:12), sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai ‘’ sistem pembelajaran gotong-royong’’ atau Cooperatif Learning. CL adalah pembelajaran yang berbasis sosial yang didasarkan pada falsafah homo homini socius (Thobroni, 2015:235).
Jadi, pembelajaran kooperatif adalah bentuk belajar kelompok yang meliputi kerjasama antar siswa dengan anggota kelompok dalam bentuk diskusi yang tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa, tetapi juga nilai-nilai moral dan budi pekerti, rasa tanggung jawab pribadi, serta rasa saling menghargai antar sesama.
Model Pembelajaran Picture And Picture
Menurut Suprijiono (2009), Picture And Picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example and Non Example, dimana gambar yang diberikan pada siswa harus dipasang atau diurutkan secara logis.
Gambar-gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran. Untuk itulah, sebelum proses proses pembelajaran berlangsung, guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta berukuran besar. Gambar-gambar tersebut juga ditampilkan melalui bantuan powerpoint atau software-software lain (Huda, 2013: 239).
Kelebihan strategi pembelajaran Picture And Picture antara lain:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa
2. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis,
3. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir;
4. motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan;
5. siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan strategi ini bisa mencakup hal-hal berikut:
1. memakan banyak waktu;
2. Membuat sebagian siswa pasif;
3. Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan dikelas;
4. adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain;
5. kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai (Huda, 2013: 239).
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga pada kelas X IPS 2 semester I tahun pelajaran 2017/2018.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan terdiri dari 2 siklus. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Sunardi (2011: 29). Prosedur PTK terdiri 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari empat tahap. Setiap siklus tindakan meliputi: perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), refleksi (reflect). Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif yaitu analisis deskripsi yang membandingkan hasil belajar setiap siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, hasil tindakan dan hasil refleksi.
1. Deskripsi prasiklus
Dari hasil pengamatan dapat diperoleh data bahwa siwa yang sudah tuntas sesuai KKM (70) pada Ulangan Tengah Semester Ganjil tahun ajaran 2017/2018 berjumlah 13 siswa, sedangkan yang belum tuntas 12 siswa dari 25 siswa kelas X IPS 2. Nilai rata-rata siswa dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1. Nilai Klasikal kondisi awal kelas X IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga
No |
Aspek |
Nilai |
1 |
Rata-rata Klasikal |
68 |
2 |
Nilai Terendah |
49 |
3 |
Nilai tertinggi |
84 |
4 |
Presentase Ketuntasan |
52% |
Daftar pada tabel 1 diatas akan lebih jelas dengan grafik 1 sebagai berikut:
Grafik 1. Nilai Klasikal Kondisi Awal
Pada grafik 1 dapat dilihat perolehan hasil belajar siswa kelas X IPS 2 pada mata pelajaran Sejarah dengan nilai rata-rata klasikal 68, nilai terendah yang diperoleh siswa 49, sedangkan nilai tertinggi 84, dan ketuntasan klasikal 52%. Berdasarkan grafik 1, kondisi awal siswa kelas X IPS 2 masih rendah dari indikator pencapaian yang diharapkan. Adapun indikator pencapaian keberhasilan yang diharapkan adalah nilai rata-rata klasikal sudah mencapai tujuh puluh enam (76) dan minimal 96% dari jumlah keseluruhan siswa kelas X IPS 2 mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM = 70).
2. Hasil Siklus I
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dengan materi pokok BAB I Indonesia Zaman Praaksara: Awal Kehidupan Manusia Indonesia terlihat bahwa siswa mengalami peningkatan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan evaluasi. Hal ini terbukti bahwa hasil belajar siswa sebagian besar meningkat, tetapi masih terdapat beberapa siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (70) maka peneliti masih melanjutkan ke siklus II.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Nilai Klasikal Pra Siklus dan Siklus I
No |
Aspek |
Nilai |
|
Peningkatan |
|
|
Prasiklus |
Siklus 1 |
|
1 |
Rata-rata klasikal |
68 |
71 |
3 |
2 |
Nilai terendah |
49 |
55 |
6 |
3 |
Nilai tertinggi |
84 |
85 |
1 |
4 |
Presentase ketuntasan |
52% |
68% |
16% |
Pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I dengan materi pokok BAB I Indonesia Zaman Praaksara: Awal Kehidupan Manusia Indonesia, sudah menggunakan model pembelajaran Picture And Picture. Hasil belajar pada siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan dalam hasil belajar. Pada Prasiklus nilai rata-rata kalsikal 68 mengalami peningkatan rata-rata klasikal pada siklus I yaitu menjadi 71. Presentase ketuntasan pada Prasiklus hanya 52% dan pada siklus I naik menjadi 68% dengan peningkatan 16%.
Grafik 2. Perbandingan Nilai Klasikal Prasiklus dan siklus I
Perolehan nilai Prasiklus yang ditunjukkan pada grafik 2, untuk rata-rata klasikal adalah 68 dan nilai rata-rata klasikal pada siklus I adalah 71. Nilai terendah pada prasiklus adalah 49 naik menjadi 55 pada siklus I. Nilai tertinggi pada Prasiklus 84 dan pada siklus I naik menjadi 85 serta ketuntasan klasikal pada Prasiklus 52% dan pada Siklus I 68%. Jika dibandingkan dengan kondisi awal maka hasil belajar siswa X IPS 2 mengalami peningkatan yang lebih baik pada siklus I.
3. hasil siklus II
Tabel 3. Nilai Klasikal Siklus I Dan Siklus II
No |
Aspek |
Nilai |
|
Peningkatan |
|
|
Siklus I |
Siklus II |
|
1 |
Rata-Rata Klasikal |
71 |
76 |
5 |
2 |
Nilai Terendah |
55 |
60 |
5 |
3 |
Nilai Tertinggi |
85 |
90 |
5 |
4 |
Persentase Ketuntasan |
68% |
96% |
28% |
Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 90 dan rata-rata klasikal 76. Terlihat bahwa rata-rata klasikal pada siklus II mengalami peningkatan. Siklus I rata-rata klasikalnya 71 meningkat menjadi 76 pada siklus II. Nilai terendah pada siklus 1 55 meningkat menjadi 60 pada siklus II. Begitu juga dengan nilai tertinggi 85 menjadi 90 dan persentase ketuntasan 68% menjadi 96%. Dari 25 siswa di kelas X IPS 2 ada 1 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM=70).
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dengan grafik 3 dibawah ini:
Grafik 3. Perbandingan Nilai Klasikal Siklus I Dan Siklus II
Perolehan nilai siklus I yang ditunjukkan pada grafik 3, untuk rata-rata klasikal adalah 71 dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata klasikal 76. Nilai terendah dari siklus I hanya 55 menjadi 60 pada siklus II sedangkan nilai tertinggi pada siklus I adalah 85 dan siklus II adalah 90. Persentase ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I hanya 68% dan siklus II menjadi 96%.
Pembahasan Hasil Penelitian
Rata-Rata Klasikal Ketuntasan Belajar Siswa
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan melalui penerapan model pembelajaran Picture And Picture. Hasilnya dapat ditunjukkan dengan nilai yang sudah diperoleh siswa setelah mengerjakan soal-soal tes yang sudah disediakan oleh guru peneliti. Nilai dari tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Nilai Klasikal Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II
|
|
|
Nilai |
|
No |
Aspek |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Rata-rata Klasikal |
68 |
71 |
76 |
2 |
Nilai Terendah |
49 |
55 |
60 |
3 |
Nilai Tertinggi |
84 |
85 |
90 |
Pada tabel diatas akan lebih jelas jika dengan grafik 4 di bawah ini
Grafik 4. Perbandingan Nilai Klasikal Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II
Pada grafik 4, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata klasikal pada prasiklus dan siklus I yaitu 68 menjadi 71 dengan persentase naik 3 angka. Nilai rata-rata klasikal pada siklus I ke siklus II yaitu dari 71 menjadi 76 dengan persentase naik 5 angka. Nilai terendah pada prasiklus 49 dan siklus I yaitu 55 dengan persentase naik 6 angka. Nilai terendah pada siklus I ke siklus II yaitu 55 menjadi 60 dengan persentase naik 5 angka. Nilai tertinggi prasiklus ke siklus I naik 1 angka dari 84 ke 85, dan nilai tertinggi siklus I ke siklus II yaitu 85 ke 90 dengan persentase naik 5 angka. Ketuntasan klasikal kelas X IPS 2 tiap siklus mengalami peningkatan. Persentase ketuntasan klasikal siswa pada mata pelajaran Sejarah dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Persentase Ketuntasan Klasikal
No. |
Tahap Perbaikan |
Persentase |
|
|
|
Belum Tuntas |
Tuntas |
1. |
Pra siklus |
48% |
52% |
2. |
Siklus I |
32% |
68% |
3. |
Siklus II |
4% |
96% |
Berdasarkan tabel 5 diatas akan lebih jelas dengan grafik 5 di bawah ini:
Grafik 5. Persentase Ketuntasan Klasikal
Dilihat dari persentase ketuntasan klasikal pada prasiklus sebesar 52% menjadi 68% pada siklus I dan siklus II yaitu 96%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model Picture And Picture pada kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X IPS 2 pada mata pelajaran Sejarah di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga.
SIMPULAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemahaman siswa terhadap materi ‘’Indonesia Zaman Praaksara: Awal Kehidupan Manusia Indonesia’’ mengalami peningkatan, setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan model Picture And Picture. Hal ini dapat dilihat dengan hasil rata-rata klasikal pada Pra Siklus 68 (belum menggunakan model Picture And Picture) menjadi 71 pada Siklus I dan meningkat lagi menjadi 76 pada Siklus II setelah menggunakan model pembelajaran Picture And Picture.
2. Pada persentase ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan sebesar 96% (siklus II) dari 52% (prasiklus). Dalam penelitian ini masih ada satu siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70).
3. Siswa mampu berpikir kritis, logis dan sistematis baik secara individu maupun kelompok, sehingga dapat menyelesaikan materi yang telah mereka dapat dengan baik setelah menggunakan model pembelajaran Picture And Picture.
Saran
1. Bagi Guru
Guru bisa memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada sekarang ini untuk membantu proses belajar mengajar.
2. Bagi Calon Guru
Sebagai calon guru bisa mempersiapkan diri sebelum terjun ke lapangan. Calon guru harus bisa mengatur waktu agar proses belajar mengajar berjalan secara efektif.
3. Bagi Siswa
Siswa harus belajar secara mandiri didalam kelas. Dalam proses belajar mengajar yang menjadi pusat bukan lagi guru tetapi siswa, yang berparsitipasi aktif dalam kelas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sunardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari Press.
Surakhmad, Winarno. 1973. Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar. Bandung: Tarsito.
Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran: teori dan praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media