Upaya Meningkatkan Pristasi Belajar IPA Model Team Group Tournament
UPAYA MENINGKATKAN PRISTASI BELAJAR IPA MATERI GAYA MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING
MODEL TEAM GROUP TOURNAMENT TGT SISWA KELAS V
SEMESTER II DI SDN 1 SAMBONG KECAMATAN SAMBONG KABUPATEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Asni
SDN 1 Sambong Kecamatan Sambong Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan guru melaksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki pembelajaran pra siklus dari jumlah 22 siswa, Pembelajara pra siklus dari jumlah 22 siswa, guru memberikan soal tes formatif, yang mencapai nilai ketuntasan sebanyak 11 siswa yang memperoleh nilai 85 sebanyak 3 siswa,atau 14% nilai 80 sebanyak 3 siswa,atau 14% nilai 75 sebanyak 2 siswa atau 9% dan nilai 70 sebanyak 3 siswa, 14% yang belum mencapai ketuntasan 11 siswa ,dengan perolehan nilai masing-masing 65 sebanyak 5 siswa, 23% 60 sebanyak 3 siswa 14% dan 50 sebanyak 3 siswa, 14% nilai tertinggi yang diperoleh 85 , nilai terendah 50.Nilai rata-rata 69. Pembelajaran siklus I menerapkan Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dari jumlah 22 siswa, guru memberikan tes formatif, yang mencapai nilai ketuntasan sebanyak 15 siswa dengan rincian nilai 85 sebanyak 5 siswa,= 23% nilai 80 sebanyak 4 siswa,=18% nilai 75 sebanyak 4 siswa =18% dan nilai 70 sebanyak 3 siswa, 14% yang belum mencapai ketuntasan 11 siswa ,dengan perolehan nilai masing-masing 65 sebanyak 4 siswa,= 18% 60 sebanyak 4 siswa = 18% dan 50 sebanyak 3 siswa,=14% nilai tertinggi yang diperoleh 85 , nilai terendah 50.Nilai rata-rata yang diperoleh 74. Pembelajaran siklus II menerapkan Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dari jumlah 22 siswa mengikuti kegiatan akhir yang dilakssiswaan guru memberikan tes formatif nilai yang diperoleh siswa adalah nilai 90 sebanyak 6 siswa,= 27% nilai 85 sebanyak 4 siswa =18%, nilai 80 sebanyak 5 siswa = 23% nilai 75 sebanyak 4 siswa = 18% dan nilai 70 sebanyak 3 siswa,= 14% nilai tertinggi yang dapat dicapai sebesar 90 dan nilai terendah 70 Nilai rata-rata 84 ketuntasan belajar mencapai 100% KKM yang ditentukan sebesar 70.
Kata Kunci: IPA Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru senantiasa berharap yang akan disampaikan kepada siswa, dapat diterima dengan baik. Namun harapan tidak selamanya dapat terwujud dalam kenyataan guru melaakssiswaan proses pembelajaran pada akhir kegiatan memberikan tes formatif hasil yang diperoleh tidak semua siswa bisa mencapai nilai yang diharapkan,sebagai bukti hasil penilaian yang diperoleh masih sangat rendah.Rendahnya hasil belajar siswa, guru mencari factor penyebab dari rendahnya hasil belajar yang diperoleh,factor penyebab mungkin siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran,kurang bersemangat ,kurangnya motivasi, sarana dan prasarana yang kurang memadai,kurangnya perhaatian guru pada saat pembelajaran.Dengan adanya masalah tersebut guru untuk bisa mencari jalan keluar untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi dan kekurangan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan ketentuan.
Berdasarkan hasil penilaian yang dilakssiswaan pristasi belajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong menunjukkan bahwa pristasi belajar siswa masih rendah dalam ulangan harian yang diperoleh siswa masih rendah dari jumlah 22 siswa yang mencapai nilai ketuntasan atau lebih baru 11 siswa yang berarti ketuntasan belajar mencapai 50%). Hasil penilaian melakssiswaan pembelajaran pembelajaran yang sudah dilkssiswaan sebagai dasar untuk melakssiswaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian
Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT disekolah tersebut dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar (nilai ulangan harian atau tes formatif setiap siswa memperoleh nilai 70 dengan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 80%). Dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT ketuntasan belajar siswa dapat tercapai secara maksimal terjadi peningkatan keaktifan dan partisipasi, minat belajar dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok sehingga terwujud paradigma pembelajaran dari teacher centered menuju ke students centered.
Berdasarkan landasan teoritik di muka, maka peneliti melakssiswaan tindakan dalam penelitian dengan cara menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT untuk meningkatkan pristasi belajar mata pelajaran IPA tentang gaya gesek. Dalam hal ini ditunjukkan oleh 50% siswa yang berarti penguasaan materi siswa perlu untuk ditingkatkan. Dengan berlandaskan teori-teori yang sudah dipikir oleh penulis dari kerangka berpikir diatas, diduga melalui model pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dapat meningkatkan pristasi belajar siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong mata pelajaran IPA pada materi gaya gesek,sekolah menentukan syarat siswa memenuhi ketuntasan belajar dengan KKM 70.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang latar belakang masalah di atas maka sebagai peneliti menyusun dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1 Apakah guru menerapkan metode Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya magnit siswa kelas V semester II diSDN1 Sambong tahun pelajaran 2016/2017 ?
2 Apakah guru menerapkan metode Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong tahun pelajaran 2016/2017 ?
3 Apakah guru menerapkan metode Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya magnit siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong tahun pelajaran 2016/2017 ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakssiswaan dalam rangka untuk mengetahuai sejauh mana tingkat keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang dilakssiswaan guru dan siswa kelas V yang meliputi ;
1. Untuk mengetahui sejauh mana persiapan guru didalam melakssiswaan persiapan untuk melaksanakan pembelajaran.
2. Untuk memberikan pembinaan kepada siswa sebelum melakssiswaan pembelajaran dalam mencapai keherhasilan yang optimal perlunya persiapan yang baik meliputi RPP juga sarana penunjangnya.
3. Guru selalu untuk memanfaatkan waktu yang sebaik-baiknya selama melakssiswaan kegiatan belajar mengajar.
4. Guru hendaknya selalu mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga lebih aktif dan efesien dalam belajar.
5. Untuk memotivasi siswa untuk memahami materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi dengan konteks kehidupan sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan untuk memecahkan permasalahan lainya.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakssiswaan memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang meliputi:
1 Mengembangan model pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dengan menyediakan media dalam menanamkan konsep berarti untuk kemampuan utama dalam belajar efektif dapat tercakup didalamnya.
2 Diharapkan dapat memberikan kontribusi didalam perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dan khususnya bagi siswa.supaya lebih mengembangkan diri mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, sebagai bekal untuk waktu yang akan datang
Praktis
1 Siswa termotivasi untuk meningkatkan kemampuan belajar supaya memperoleh nilai yang diharapkan.
2 Siswa termotivasi untuk meningkatkan pristasi belajar.harus berusaha selalu belajar menggunakan waktu dengan baik
Bagi Guru
1 Terjadinya inovasi dalam proses belajar mengajar di kelas.yang dapat mengikuti perubahan kurikulum melakssiswaan cara belajar mengajar yang didapatkan melalui kegiatan diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru yang dilakssiswaan.
2 Mengubah strategi pembelajaran untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar.yang dapat berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar dan kualitas pembelajaran yang dilakssiswaan.
Bagi Sekolah
1 Untuk meningkatkan prestasi menjadi sekolah unggulan.sangat dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai hal ini perlu diupayakan oleh setiap satuan pendidikan.
2 Meningkatkan popularitas yang menjadi sekolah pilihan masyarakat,untuk mencapai hal tersebut guru harus berusaha meningkatkan pengetahuan, memperbaiki proses pembelajaran mencukupi sarana penunjang yang memadai untuk kemajuan
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah ada dan menyesuaikannya apabila tidak sesuai (Slavin, 1994). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, maka mereka harus memecahkan masalah, menemukan sendiri segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan mendapatkan pengetahuan.
Salah satu prinsip yang paling penting dalam teori Konstruktivisme adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Peranan penting guru adalah menyediakan suatu suasana dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya di dalam benaknya. Guru dapat memberikan tahapan yang membawa pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendapatkan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendaptkan pemahaman tersebut (Slavin, 1994).
Teori Mengajar
Mengajar, dapat diartikan sebagai penciptaan suatu sistem menjalin hubungan interaksi guru dan siswa untuk mendapatkan pristasi belajar yang diharapkan, lingkungan yang mendukung memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi antara lain Kompetensi Dasar yang diinginkan atau dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang akan memainkan peran sertanya dalam hubungan sosial tertentu, bentuk kegiatan yang akan dilakukan, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Komponen-komponen pada sistem ini saling mempengaruhi serta bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar mengajar memiliki “profil†tertentu. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar mengakibatkan tercapainya tujuan belajar yang berbeda berdasarkan minat,kemampuan,dan karakteristik.
Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT
Ada empat tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran Kooperatif (Abdurrahman dan Bintoro, 2000 dalam Nurhadi, 2003), yakni salah satunya adalah Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dikembangkan oleh Robert Stavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang yang paling sederhana dan paling langsung dari pendidikan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT
Model pembelajaran melalui Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT merupakan salah satu model pembelajaran yang bermuara pada pendekatan konstruktivisme. Model pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok (Slavin, 1991). Model pembelajaran ini berpandangan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep dengan teman sebayanya (Slavin, 1994).
Temuan Hasil Penelitian
Dari hasil pengamatan nilai ulangan harian dari 22 siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong, nilai ulangan harian masih masih kurang 70. hal ini dikarenakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang dalam mempersiapkan semua kelengkapan perangkat dalam pembelajaran baik itu sumber dan alat pembelajaran, metode dan kesiapan.
Penelitian Yang Relevan
Penerapan pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT siswa dibagi kelompok tertentu. Dalam model pembelajaran ini siswa diberikan kesempatan bekerja sama untuk memecahkan masalah, untuk mencapai tujuan. Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang dilakukan pada siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong untuk dapat memberikan manfaat bagi siswa perorangan bagi guru dengan penelitian tindakan kelas agar guru secara perlahan dapat menemukan strategi dan teknik pembelajaran yang bervariasi.
Kerangka Berfikir
Berdasarkan bagan di atas maka peneliti menyusun kerangka berfikir sebagai berikut
1 Guru melalui menerapkan metode Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong , tahun pelajaran 2016/2017
2 Guru melalui menerapkan metode Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong tahun pelajaran 2016/2017
3 Guru melalui menerapkan metode Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong tahun pelajaran 2016/2017
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka peneliti mengajukan suatu hipotesis:
1 Diduga guru melalui menerapkan metode pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA materi gaya. siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong
2.. Diduga. guru melalui menerapkan metode Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong tahun pelajaran 2016/2017
3 Diduga guru melalui pembelajaran metode Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT Meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong
METODE PENELITIAN
Seting Penelitian
Dalam mengadakan penelitian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang gaya. magnit. Dalam penelitian bekerja sama dengan teman sejawat sebagai observer dalam mengumpulkan data dan dokumentasi.Penelitian ini dilakssiswaan dalam.dilakssiswaan selama 4 bulan mulai dari bulan Januari 2017 s.d bulan April 2017 dan dalam pelaksanaannya diatur oleh peneliti.
Sumber Data
Data penelitian tindakan kelas ini diambil atau dikumpulkan oleh guru kelas V yang melakssiswaan penelitian dengan dibantu oleh teman sejawat untuk mengadakan pengamatan selama proses pemelajaran dilakssiswaan pada waktu siswa kelas V semester II di SDN 1 Sambong yang berjumlah 22 siswa yang terdiri 14 siswa laki-laki dan 9 perempuan melakssiswaan pembelajaran ,pengamat mengadakan kegiatan pengamatan selama proses pembelajaran dilakssiswaan, mencatat hasil observasi,dokumentasi kegiatan yang meliputi foto kegiatan dan nilai tes formatif , yang nantinya perlu atau tidak guru memperbaiki kegiatan yang sudah dilakssiswaan..
Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan data yang meliputi:
Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang diambil dari hasil observasi tentang kegiatan pembelajaran guru dan keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dan hasil belajar siswa dari tes formatif.
Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang sifatnya terukur yang dinyatakan dengan angka-angka. Data diambil dari hasil belajar siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran IPA tentang gaya magnit
Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui:
Tes tertulis
Tes tertulis ini dilakssiswaan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada setiap siklus. nilai yang diperoleh pada ulangan inilah sebagai data yang akan dianalisis.
Observasi
Observasi dilakukan oleh teman sejawat sesama guru yang mengajar dalam satu sekolah membantu melakssiswaan. observasi dan kepala sekolah ikut masuk dalam ruangan kelas, untuk mengamati langsung kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya, sehingga selama kegiatan pembelajaran berlangsung dapat diikuti terus menerus baik dari sisi pendidiknya maupun dari sisi siswa. Hal-hal yang diobservasi adalah sikap, ucapan , gerakan dan tingkah laku siswa maupun langkah-langkah yang diambil oleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi ini yang akan dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan proses pembelajaran pada siklus berikutnya.
Hasil refleksi
Refleksi dari teman sejawat sesama pendidik yang mengajar mata pelajaran matematika dan kepala sekolah dilkssiswaan setelah proses pembelajaran selesai pada setiap siklus. Kekurangan yang terjadi pada setiap siklus baik dari perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran didiskusikan untuk memperoleh perencanaan dan pelaksanaan yang lebih baik dari pada siklus sebelumnya.
Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis diskriptif, yaitu:
Menganalisis hasil belajar siswa yang bentuknya nilai ulangan pada akhir setiap siklus. Nilai hasil ulangan (tes) pada setiap siklus dianalisis secara diskriptip komparatif, dengan cara membandingkan nilai ulangan (tes) pada setiap siklus dengan indikator kinerja menggunakan angka.kuantitatif.
Menganalis observasi teman sejawat dan kepala sekolah dengan menggunakan analisis diskriptip berdasarkan hasil observasi dan fefleksi setiap siklus. menggunakan huruf data kualitatif
Indikator Kinerja
Penelitian ini dilakssiswaan dalam tiga tahap: tahap pra siklus siklus Idan siklus II, di mana setiap tahapan siklus melalui empat proses tahapan yaitu: perencanaan, menyusun RPP pelaksanaan melaksanaan proses belajar mengajar, pengumpulan dari kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan data yang diperlukan dan refleksi tindak lanjut dari pada kegiatan penelitian.
Prosedur Penelitian
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang kemudian dianalisis meliputi pengamatan, wawancara, kajian dokumen, angket, dan test formatif
Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen.
Kajian dokumen juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti kurikulum, Rencana Pelakssiswaan Pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran. Hasil tulisan atau karangan siswa, dan nilai yang diberikan guru.
Angket diberikan kepada para siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktifitas dalam menyelesaikan soal dalam materi gaya magnit. Angket ini diberikan dua kali,
Pemberian tes formaif dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran tindakan dilakssiswaan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pembelajaran Pra Siklus
Pembelajara pra siklus dari jumlah 22 siswa, guru memberikan soal tes formatif, yang mencapai nilai ketuntasan sebanyak 11 siswa yang memperoleh nilai 85 sebanyak 3 siswa,atau 14% nilai 80 sebanyak 3 siswa,atau 14% nilai 75 sebanyak 2 siswa atau 9% dan nilai 70 sebanyak 3 siswa, 14% yang belum mencapai ketuntasan 11 siswa ,dengan perolehan nilai masing-masing 65 sebanyak 5 siswa, 23% 60 sebanyak 3 siswa 14% dan 50 sebanyak 3 siswa, 14% nilai tertinggi yang diperoleh 85 , nilai terendah 50.Nilai rata-rata 69.
Deskripsi Pembelajaran Siklus I
Pembelajaran siklus I menerapkan Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dari jumlah 22 siswa, guru memberikan tes formatif, yang mencapai nilai ketuntasan sebanyak 15 siswa dengan rincian nilai 85 sebanyak 5 siswa,= 23% nilai 80 sebanyak 4 siswa,=18% nilai 75 sebanyak 4 siswa =18% dan nilai 70 sebanyak 3 siswa, 14% yang belum mencapai ketuntasan 11 siswa ,dengan perolehan nilai masing-masing 65 sebanyak 4 siswa,= 18% 60 sebanyak 4 siswa = 18% dan 50 sebanyak 3 siswa,=14% nilai tertinggi yang diperoleh 85 , nilai terendah 50.Nilai rata-rata yang diperoleh 74.
Deskripsi Pembelajaran Siklus II
Pembelajaran siklus II menerapkan Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dari jumlah 22 siswa mengikuti kegiatan akhir yang dilakssiswaan guru memberikan tes formatif nilai yang diperoleh siswa adalah nilai 90 sebanyak 6 siswa,= 27% nilai 85 sebanyak 4 siswa =18%, nilai 80 sebanyak 5 siswa = 23% nilai 75 sebanyak 4 siswa = 18% dan nilai 70 sebanyak 3 siswa,= 14% nilai tertinggi yang dapat dicapai sebesar 90 dan nilai terendah 70 Nilai rata-rata 84 ketuntasan belajar mencapai 100% KKM yang ditentukan sebesar 70.
Pembahasan
Pembelajaran Pra Siklus
Pembelajaran Pra siklus, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 0 siswa atau 0%, sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 11 siswa atau (50%). Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) 5 siswa atau (23%) sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) 4 siswa atau (18%) sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) 3 siswa atau (14%).nilai rata-rata 69
Pembahasan Siklus I
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A sebayak 0 siswa atau 0% , sedangkan yang mendapat nilai B sebanyak 11 siswa (50 %) sedangkan yang mendapat nilai C sebanyak 8 siswa (36%) yang mendapat nilai D sebanyak 3 siswa (14%) sedangkan yang mendapat nilai E 0 siswa atau (0%.)
Pembahasan Siklus II
Dari pelaksanaan tindakan siklus II dapat di ketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 6 siswa (27%). Sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 16 siswa atau (63%) sedangkan yang mendapat nilai (C) adalah 0 siswa (0%) sedangkan yang mendapat nilai (D) adalah 0 siswa atau (0%) dan E tidak ada atau 0%.
Berdasarkan ketuntasan siswa dari sejumlah 22 siswa atau 100 % yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Yang berarti siklus II semua siswa mencapai ketuntasan nilai rata-rata 84. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 90 nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 74.
Dari hasil tes formatif siswa. pra siklus nilai rata-rata hanya 69 Siklus I mengalami peningkatan menjadi 74 dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 84. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 50% Siklus I menjadi 68% dan Siklus II 100%. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakssiswaan oleh guru kelas V memperbaiki penyusunan program melaksanakan pembelajaran dalam melakssiswaan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1 Pembelajara pra siklus dari jumlah 22 siswa, guru memberikan soal tes formatif, yang mencapai nilai ketuntasan sebanyak 11 siswa yang memperoleh nilai 85 sebanyak 3 siswa,atau 14% nilai 80 sebanyak 3 siswa,atau 14% nilai 75 sebanyak 2 siswa atau 9% dan nilai 70 sebanyak 3 siswa, 14% yang belum mencapai ketuntasan 11 siswa ,dengan perolehan nilai masing-masing 65 sebanyak 5 siswa, 23% 60 sebanyak 3 siswa 14% dan 50 sebanyak 3 siswa, 14% nilai tertinggi yang diperoleh 85 , nilai terendah 50.Nilai rata-rata 69.
2 Pembelajaran siklus I menerapkan Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dari jumlah 22 siswa, guru memberikan tes formatif, yang mencapai nilai ketuntasan sebanyak 15 siswa dengan rincian nilai 85 sebanyak 5 siswa,= 23% nilai 80 sebanyak 4 siswa,=18% nilai 75 sebanyak 4 siswa =18% dan nilai 70 sebanyak 3 siswa, 14% yang belum mencapai ketuntasan 11 siswa ,dengan perolehan nilai masing-masing 65 sebanyak 4 siswa,= 18% 60 sebanyak 4 siswa = 18% dan 50 sebanyak 3 siswa,=14% nilai tertinggi yang diperoleh 85 , nilai terendah 50.Nilai rata-rata yang diperoleh 74.
3.. Pembelajaran siklus II menerapkan Cooperative Learning model Team Group Tournament TGT dari jumlah 22 siswa mengikuti kegiatan akhir yang dilakssiswaan guru memberikan tes formatif nilai yang diperoleh siswa adalah nilai 90 sebanyak 6 siswa,= 27% nilai 85 sebanyak 4 siswa =18%, nilai 80 sebanyak 5 siswa = 23% nilai 75 sebanyak 4 siswa = 18% dan nilai 70 sebanyak 3 siswa,= 14% nilai tertinggi yang dapat dicapai sebesar 90 dan nilai terendah 70 Nilai rata-rata 84 ketuntasan belajar mencapai 100% KKM yang ditentukan sebesar 70.
Saran
Berdasarkan hasil kegiatan penelitian tindakan kelas yang sudah dilaksanakan guru kelas V maka disarankan diajukan kepada:
1 Guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas atau yang sejenis untuk materi/kosep mata pelajaran yang lain dengan menerapkan model pembelajaran yang paling cocok dengan materi pelajarannya berbeda dengan pembahasan menerapkan metode bervariasi sehingga pembelajaran lebih menarik perhatian.
2.. Guru lebih kreatif dalam menyajikan materi pelajaran memberikan motivasi kepada melalui kegiatan yang membuat siswa tidak merasa bosan setiap proses kegiatan belajar mengajar. memberikan pujian pada setiap kegiatan memberikan hadiah kepada siswa memiliki semangat tinggi dan berpristasi.
3. Dalam melaksanakan pembelajaran guru menumbuhkan kompetisi yang sehat bersaing mencapai pristasi yang terbaik ,sangat berguna untuk menghadapi lomba siswa berpristasi guru tidak kesulitan untuk menunjuk siswa karena sudah terbiasa belajar tekun dan selalu memperoleh nilai yang baik setiap mengerjakan soal yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi 1998: 5. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Depdiknas. 2007. Bahan Ajar Pembelajaran IPA SD. Konsorsium PJJ SI PGSD. Depdiknas. Jakarta.
Depdikbud, (1994:6). Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Kelas V SD.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Khaerudin, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep dan Implementasi di Madrasah. Jawa Tengah. Madrasah Development Center (MDC).
Sutrisno, Leo dkk., Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdikmas, Jakarta, 2007.
Suyoso (1998:23), Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta: IKIP.
Usman, Moh. Uzer dan Setiawan, Lilis (1993:5), Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993.
Johson, D.W., dan Johnson, R.T., 1989. Cooperative and Competitive: Theory and Researc. Edina, WN: Interaction Book Co.
Lundgren, L., 1994. Cooperative Learning in the Science Classroom. New York: MC. Millan/MC. Graw – Hill.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning. Masscochusets: Allyn and Bacon Publisher.
Sulistyorini, Sri. 1999. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran IPA. Lembaran Ilmu Pengetahuan. No. 1- tahun XXVIII-1999-11-19. Semarang: IKIP Semarang.
Winata Putra, Udin. S. [et.al]. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.